Jaringan Lokal Tabel 4.3 Hasil pengukuran jitter terhadap MOS pada jaringan lokal Jaringan Interlokal Tabel 4.4 Hasil pengukuran jitter terhadap MOS pada jaringan interlokal

MOS berada sedikit di atas ambang batas nilai minimum. Namun untuk menjaga kualitas suara nilai delay yang disarankan untuk codec GSM ini adalah ≤ 9 ms. Pada table 4.2 dapat dilihat bahwa codec iLBC memiliki kualitas yang cukup bagus dibandingkan dengan GSM. Pada delay sebesar 26 ms nilai MOS telah mencapai ambang batas minimum MOS namun untuk menjaga kualitas suara sebaiknya delay yang disarankan 26 ms.

4.1.2 Perbandingan codec terhadap variasi waktu tunda jitter

a. Jaringan Lokal Tabel 4.3 Hasil pengukuran jitter terhadap MOS pada jaringan lokal

Jitter ms G729 Jitter ms G711 µ- law Jitter ms gsm Jitter ms Ilbc MOS G729 MOS G711 µ-law MOS gsm MOS ilbc 4 8 1 4.3 4.4 3.7 4 4 8 2 4.2 4.4 3.6 4.1 1 3 8 2 4.4 4.4 3.7 4 2 5 8 1 4.4 4.2 3.9 4.1 4 8 1 4.5 4.2 3.8 4.1 1 4 8 1 4.6 4.5 3.9 4.1 7 8 2 4.5 4 3.6 4.1 3 8 1 4.5 4.4 3.8 4.1 1 4 8 2 4.4 4.2 3.6 4.1 2 8 8 1 4.5 4.5 3.9 4.1 Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat kita lihat hasil pengukuran nilai jitter pada jaringan lokal sangat bagus. Hal ini dikarenakan tidak adanya data lain yang ditransmisikan selain data suara dari jaringan VoIP sehingga variasi waktu tunda jitter bernilai kecil. Kemudian dapat dilihat bahwa codec G.729 memiliki kualitas paling baik dibandingkan codec-codec lainnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Jitter pada Jaringan Lokal

b. Jaringan Interlokal Tabel 4.4 Hasil pengukuran jitter terhadap MOS pada jaringan interlokal

Jitter ms G729 Jitter ms G711 µ- law Jitter ms gsm Jitter ms Ilbc MOS G729 MOS G711 µ- law MOS gsm MOS Ilbc 24 59 57 54 2.4 3.8 2.3 3.2 32 58 66 47 3.8 3.7 2.7 3.2 67 64 100 66 3.9 3.6 2.7 3.2 63 53 84 71 2.6 3.7 3 2.4 52 74 49 30 3.8 3.8 2.8 2.6 92 80 65 56 2.5 4 2.9 3.3 36 64 45 77 3.7 3.8 1.9 2 23 90 110 82 3.8 4 1.5 3.5 3 91 50 50 3.9 2.3 2.3 3.4 41 66 42 104 3.5 3.7 2.9 3.5 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengukuran Jitter pada Jaringan Interlokal Dari gambar 4.4 dapat dilihat jitter yang didapat dari hasil pengukuran memiliki nilai yang cukup besar. Hal ini dikarenakan jitter buffer pada softphone masing-masing client extension tidak diaktifkan. Jitter buffer berfungsi untuk menimalisir jitter sehingga jitter yang didapat akan lebih kecil nilainya dibandingkan dengan yang tidak menggunakan jitter buffer. Tetapi penggunaan jitter buffer ini akan menaikkan nilai delay ataupun packet loss. Prinsip kerja dari delay buffer ini adalah packet suara yang telah dipotong-potong ditampung terlebih dahulu dalam sebuah buffer selama waktu yang telah ditentukan kemudian packet tersebut akan diteruskan ke penerima dalam urutan yang benar. Tapi dalam pengaturan jitter buffer bisa saja terjadi kesalahan dalam pengaturan besar nilai buffer-nya. Apabila terlalu kecil maka akan beresiko terjadinya packet loss dan apabila terlalu besar maka akan berdampak pada nilai delay yang semakin bertambah dejitter buffer. Variasi beban trafik dan besarnya kemacetan antara paket congestion ikut mempengaruhi nilai jitter. Semakin besar beban trafik dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion. Dengan demikian nilai jitter-nya juga akan semakin besar. Besarnya payload voice size pada suatu codec juga ikut mempengaruhi nilai jitter. Payload voice size adalah besarnya jumlah bit-bit suara yang diisikan ke dalam sebuah paket. Maka semakin besar payload voice maka semakin besar pula beban Universitas Sumatera Utara trafik yang akan dialirkan ke jaringan. Hal ini menyebabkan semakin besar pula terjadinya congestion yang berdampak pada naiknya nilai jitter. Pada tabel 4.4 di atas tampak bahwa codec G.729 yang memiliki kualitas paling baik karena memiliki jitter yang paling kecil. Hal ini disebabkan payload voice size pada codec tersebut sebesar 20 bytes dengan PPS Packets per Second sebesar 50. Artinya dalam setiap detik ada 50 packet suara dengan masing-masing packet sebesar 20 bytes total 1000 bytes = 1 kilobyte yang ditranmisikan. Sedangkan pada codec G.711 µ-law memiliki payload voice size sebesar 60 bytes dan PPS sebesar 50. Artinya dalam setiap detik ada 50 packet suara dengan masing-masing packet sebesar 160 bytes total 8000 bytes = 8 kilobyte yang ditranmisikan. Hal ini tentu saja akan memperbesar peluang terjadinya congestion yang pada akhirnya berdampak pada nilai jitter yang semakin bertambah. Jika dibandingkan dengan jitter hasil pengukuran pada jaringan lokal dapat dilihat kenaikan yang sangat signifikan. Hal tersebut dikarenakan jumlah hop yang harus dilewati pada masing-masing jaringan berbeda. Pada jaringan interlokal, jumlah hop yang harus dilewati lebih banyak. Disamping itu, banyaknya data yang melewati router-router tersebut dan adanya buffer yang memungkinkan terjadinya jitter. Pada hasil percobaan di atas, pengaruh dari jitter ini menyebabkan suara terputus-putus. Namun hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah bagi pendengar karena suara yang diterima masih dapat dimengerti.

4.1.3 Perbandingan codec terhadap paket hilang packet loss

a. Jaringan Lokal