trafik yang akan dialirkan ke jaringan. Hal ini menyebabkan semakin besar pula terjadinya congestion yang berdampak pada naiknya nilai jitter. Pada tabel 4.4 di atas
tampak bahwa codec G.729 yang memiliki kualitas paling baik karena memiliki jitter yang paling kecil. Hal ini disebabkan payload voice size pada codec tersebut sebesar
20 bytes dengan PPS Packets per Second sebesar 50. Artinya dalam setiap detik ada 50 packet suara dengan masing-masing packet sebesar 20 bytes total 1000 bytes = 1
kilobyte yang ditranmisikan. Sedangkan pada codec G.711 µ-law memiliki payload voice size sebesar 60 bytes dan PPS sebesar 50. Artinya dalam setiap detik ada 50
packet suara dengan masing-masing packet sebesar 160 bytes total 8000 bytes = 8 kilobyte yang ditranmisikan. Hal ini tentu saja akan memperbesar peluang terjadinya
congestion yang pada akhirnya berdampak pada nilai jitter yang semakin bertambah. Jika dibandingkan dengan jitter hasil pengukuran pada jaringan lokal dapat
dilihat kenaikan yang sangat signifikan. Hal tersebut dikarenakan jumlah hop yang harus dilewati pada masing-masing jaringan berbeda. Pada jaringan interlokal, jumlah
hop yang harus dilewati lebih banyak. Disamping itu, banyaknya data yang melewati router-router tersebut dan adanya buffer yang memungkinkan terjadinya jitter.
Pada hasil percobaan di atas, pengaruh dari jitter ini menyebabkan suara terputus-putus. Namun hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah bagi pendengar
karena suara yang diterima masih dapat dimengerti.
4.1.3 Perbandingan codec terhadap paket hilang packet loss
a. Jaringan Lokal
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.5 di atas dapat kita lihat bahwa tidak adanya terjadi packet loss pada jaringan. Hal ini dikarenakan hanya packet dari jaringan VoIP
ini yang berjalan pada jaringan sehingga kemungkinan untuk terjadinya collision data hampir nol.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil pengukuran packet loss terhadap MOS pada jaringan lokal
Packet Loss
G729 Packet Loss
G711 µ-law Packet
Loss gsm
Packet Loss
ilbc MOS
G729 MOS
G711 µ-law
MOS gsm
MOS Ilbc
4.3 4.4
3.7 4
4.2 4.4
3.6 4.1
4.4 4.4
3.7 4
4.4 4.2
3.9 4.1
4.5 4.2
3.8 4.1
4.6 4.5
3.9 4.1
4.5 4
3.6 4.1
4.5 4.4
3.8 4.1
4.4 4.2
3.6 4.1
4.5 4.5
3.9 4.1
Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengukuran Packet Loss pada Jaringan Lokal b. Jaringan Interlokal
Seperti halnya pada jaringan lokal, pada jaringan interlokal tidak terdapat adanya packet loss. Hal ini disebabkan karena jumlah packet data yang ditransmisikan pada
Universitas Sumatera Utara
setiap router tidak melebihi nilai maksimum buffer yang ada sehingga tidak terjadi pembuangan packet data drop packet. Selain itu, pada softphone masing-masing
client juga tidak diaktifkan jitter buffer-nya sehingga peluang terjadinya packet loss semakin kecil.
Tabel 4.6 Hasil pengukuran packet loss terhadap MOS pada jaringan interlokal
Packet Loss
G729 Packet
Loss G711 µ-
law Packet
Loss
gsm Packet
Loss ilbc
MOS G729
MOS G711
µ-law MOS
gsm MOS
ilbc
2.4 4
2.8 3.2
4.2 3.8
3.1 3.2
4 3.7
3 3.2
2.5 3.8
3.2 2.4
4 4.1
3 2.6
2 4
2.9 3.3
4.1 3.7
2.6 2
4.2 3.8
2.6 3.5
4.5 3.3
2.8 3.4
3.9 3.8
3.2 3.5
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengukuran Packet Loss pada Jaringan Interlokal
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya pada jaringan lokal, pada jaringan interlokal tidak terdapat adanya packet loss. Hal ini disebabkan karena jumlah packet data yang ditransmisikan
pada setiap router tidak melebihi nilai maksimum buffer yang ada sehingga tidak terjadi pembuangan packet data drop packet. Selain itu, pada softphone masing-
masing client juga tidak diaktifkan jitter buffer-nya sehingga peluang terjadinya packet loss semakin kecil.
4.2 Pengukuran Bandwidth Pada Setiap Codec