minyak dalam air yang intensif, bisa juga terbentuk emulsi stabil berkat adanya emulgator yang aktif. Asam lemak, zat lendir, serat halus, serta sisa sel merupakan
stabilisator sehingga dapat menjadi emulsi hidup Pahan, 2006.
2.2.6.3 Proses Pengolahan Sludge
a. Sludge Tank
Sludge yang berada didalam sludge tank mendapat pemanasan dengan menggunakan pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang karena pemanasan yang
terlalu tinggi akan dapat memisahkan minyak yang terikat dengan lumpur, oleh sebab itu suhu dalam sludge tank dipertahankan 90-100
o
C.
Pipa masuk sludge dari settling tank berada disamping tangki bagian tengah dengan maksud agar dalam tangki tidak terjadi goncangan-goncangan yang berakibat pada
pembentukkan emulsi. Lumpur yang terdapat dibawah tangki harus dibuang setiap selang waktu tertentu,dengan tujuan agar pasir tidak terikut kedalam sludge separator.
b. Sludge Separator
Dalam sludge masih banyak terdapat zat-zat lain selain dari minyak yaitu sisa- sisa daging buah, air dan macam-macam mineral. Minyak dalam sludge masih
berkisar 3,5 – 5 . Untuk memisahkan atau mengutip minyak yang masih terkandung dalam sludge, maka cairan sludge dimasukkan ke alat pemisah sludge sludge
separator untuk dikutip minyaknya Abdul Karim, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Komposisi sludge yang keluar dari sludge tank dipengaruhi:
1. Jumlah air pengencer yang digunakan.
2. Perlakuan sebelumnya, apakah menggunakan alat seperti sand cyclone dan
atau strainer. 3.
Pemakaian ayakan getar yang berfungsi untuk memisahkan lumpur dan cairan yang terdapat dalam cairan sehingga kemampuan sludge separator
yang semakin tinggi.
Keberhasilan pemakaian sludge separator sangat menentukan terhadap persentase kehilangan minyak. Kemampuan alat ini tergantung dari :
1. Kapasitas olah sludge separator. Debit cairan minyak yang tinggi akan
mempengaruhi pemisahan fraksi-fraksi, yaitu volume yang terlalu besar dapat menurunkan perbedaan antara fraksi ringan dan berat, sehingga kehilangan minyak
dalam air drab tinggi. Kapasitas olah separator dipengaruhi oleh jenis alat sludge separator dan ukuran nozzle yang dipakai.
2. Nozzle. Ukuran lubang nozzle mempengaruhi pemisahan fraksi ringan dan
berat. Semakin kecil ukuran nozzle, maka daya pisah semakin baik yaitu kadar minak dalam air buangan relatif kecil, akan tetapi nozzle sangat cepat rusak, yang
diakibatkan oleh gesekan pasir. 3.
Keseimbangan pemisahan lumpur dan cairan yang masuk kedalam sludge
separator perlu dipertahankan dengan :
Universitas Sumatera Utara
a. Mempertahankan tekanan pada outlet sludge separator dengan membuat
bak yang berisi air sehingga tekanan lawan konstan. b.
Mengisi air panas kedalam sludge separator untuk mempertahankan tekanan dalam sludge separator sehingga kecepatan air dan pemisahan
lumpur dengan air konstan.
Pengenceran dalam proses pemurnian minyak bertujuan untuk mengencerkan minyak sehingga pemisahan pasir dan serat-serat yang terdapat dalam minyak, dan
dapat berjalan dengan baik bila suhu air pengenceran 80-90
o
C Naibaho,1996.
Air pengencer yang diberikan kedalam cairan bermanfaat :
a. Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang memiliki Berat Jenis
BJ 1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ 1,0 akan mengapung. Hal ini bermanfaat untuk mengaktifkan pengumpulan NOS
baik dalam proses pengendapan maupun dalam proses pemisahan dengan sentrifuge.
b. Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak
berdasarkan polaritas. c.
Untuk memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk butiran halus dan sering melekat dengan NOS. Juga berperan untuk melemahkan fungsi
emulsifier yang terdapat dalam minyak.
Jumlah air pengencer yang dianjurkan yaitu sebanding dengan jumlah crude oil yang keluar dari screw press. Jumlah air yang digunakan berpengaruh sangat
penting dalam efisiensi pemisahan minyak dan kualitas minyak sawit. Pemakaian air
Universitas Sumatera Utara
yang terlalu banyak akan menyebabkan penurunan kualitas unit pengolahan PKS terutama pada alat klarifikasi.
Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan disajikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah pemurnian
Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni
Titik Cair
o
C : Awal
Akhir
Bobot Jenis 15
o
C
Indeks Bias D 40
o
C
Bilangan Penyabunan
Bilangan Iod
Bilangan Reichert Meissl
Bilangan Polenske
Bilangan Krinchner
Bilangan Bartya 21 – 24
26 – 29
0,859 – 0,870
36,0 - 37, 5
224 -229
14,5 – 19,0
5,2 – 6,5
9,7 -10,7
0,8 -1,2
33 29,4
40,0
-
46 -49
196 -206
46 – 52
-
-
-
-
Sumber : S.Ketaren, 1986
Universitas Sumatera Utara
2.2.7. Pemisahan Biji dan Kernel