Pengaruh Jumlah Pemakaian Air Pada Proses Pengolahan Sludge Terhadap Kadar Minyak Hilang ( Losses ) Dan Potensi Minyak Yang Dihasilkan

(1)

PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR PADA PROSES

PENGOLAHAN SLUDGE TERHADAP KADAR MINYAK

HILANG (LOSSES) DAN POTENSI MINYAK YANG

DIHASILKAN

TUGAS AKHIR

LINA CHUANGO

072409008

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR PADA PROSES PENGOLAHAN SLUDGE TERHADAP KADAR MINYAK HILANG (LOSSES) DAN

POTENSI MINYAK YANG DIHASILKAN.

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

LINA CHUANGO 072409008

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR PADA PROSES PENGOLAHAN SLUDGE TERHADAP KADAR MINYAK HILANG ( LOSSES ) DAN POTENSI MINYAK YANG DIHASILKAN

Kategori : KARYA ILMIAH Nama : LINA CHUANGO Nomor Induk Mahasiswa : 072409008

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, 15 Mei 2010 Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan, MS Dr. Marpongahtun, M.Sc NIP. 195408301985032001 NIP. 196111151988032002


(4)

PERNYATAAN

PERNYATAAN

PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR PADA PROSES PENGOLAHAN SLUDGE TERHADAP KADAR MINYAK HILANG (LOSSES) DAN

POTENSI MINYAK YANG DIHASILKAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2010


(5)

072409008

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini mulai dari awal penyusunan sampai selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan maupun ilmu pengetahuan. Tetapi, penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk kesempurnaan dan kelengkapan karya ilmiah ini. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca pada khususnya dan lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

Selama penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai selesai, Penulis banyak mendapat dorongan, bantuan, motivasi dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua dan keluarga yang penulis sayangi, yang telah memberikan dorongan baik secara mental maupun material dalam penyelesaian karya ilmiah ini. 2. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan teliti dalam membimbing Penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil, selaku Ketua program studi Diploma 3 Kimia Industri FMIPA USU

6. Bapak Pimpinan serta seluruh karyawan dan karyawati PT PN III PKS Rambutan

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama Penulis mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa KIN 07 yang turut membantu Penulis dalam menyelesaikan karya Ilmiah ini, serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang bertujuan untuk membangun dalam penulisan karya Ilmiah ini.


(6)

ABSTRAK

Pada proses pengolahan kelapa sawit akan diperoleh minyak sawit kasar (CPO) dan Sludge. Sludge akan diproses untuk dikutip kembali minyak yang tersisa didalamnya, dengan menggunakan prinsip sentrifugasi. Salah satu faktor yang paling penting yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah penggunaan air pengencer yang akan berpengaruh terhadap kadar minyak yang hilang serta potensi minyak yang dihasilkannya, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi mutu CPO yang dihasilkan. Dari hasil analisa yang dilakukan pada proses pengolahan sludge diperoleh persentase kadar losis minyak sebesar 0.94 % dan potensi minyak yang dihasilkan sebesar 40 % dengan pemakaian air yang optimal yaitu sebesar 2 ton dengan kapasitas sludge separator sebesar 8 ton.


(7)

THE INFLUENCE AMOUNT OF DILLUTION WATER IN SLUDGE PROCESSING TOWARD THE LOSSES PERCENTAGE AND THE

POTENCY OF PRODUCED OIL

ABSTRACT

In Manufacturing Palm, Crude Oil Palm (CPO) and Sludge will be obtained. Sludge will be reprocessed to pick up the oil residu inside it by using centrifuge. One of the most important factor to be attentived in this process is the using of dilution water which influence to the losses and the produced potency of oil. Undirectly, it can influence the produced quality of CPO. By analyzing to the sludge process, obtained the oil losses’s percentage is about 0.94 % and the percentage of produced oil is about 40 % by the optimal usage of water is 2 ton with 8 ton Sludge Separotor’s capacity.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Minyak Sawit 4

2.2 Pengolahan Kelapa Sawit 7 2.2.1 Pengangkutan Tandan Buah Segar(TBS) 7 2.2.2 Perebusan Tandan Buah Segar (TBS) 7

2.2.3 Pemipilan Buah 9

2.2.4 Pencacahan (Digesting) 10 2.2.5 Pengempaan (Pressing) 10 2.2.6 Pemurnian Minyak (Clarifier) 11 2.2.7 Pemisahan Biji dan Kernel 19

BAB 3. BAHAN DAN METODE

3.1 Bahan 23

3.2 Alat 23

3.3 Prosedur Percobaan 24

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 26

4.2 Perhitungan 27

4.2.1 Kadar Minyak dalam Lumpur (Sludge) 27 4.2.2 Kadar Air dalam Lumpur (Sludge) 27


(9)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 32

5.1 Kesimpulan 32

5.2 Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit dan Minyak 5

Inti Sawit

Tabel 2.2 Perbandingan sifat antara Minyak Kelapa Sawit Sebelum 18

dan Sesudah Pemurnian

Tabel 4.1 Data Analisa Kadar Minyak, Air dari Losses dan Kadar Minyak, 26 Air, NOS dari Potensi Minyak

Tabel 4.2 Rata-Rata Jumlah Kadar Minyak, Air dari Losses dan Kadar 30


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Angka Kerja Mutu Minyak Sawit Dan Kernel Sawit Flow Proses St. Klarifikasi

Grafik 1.Kadar Minyak Hilang dalam Sludge (%) VS Jumlah Air yang digunakan (Ton)

Grafik 2. Kadar Air dalam Sludge (%) VS Jumlah Air yang digunakan (Ton) Grafik 3. Kadar Minyak yang dihasilkan (%) VS jumlah Air yang digunakan

(Ton)

Grafik 4. Kadar Air dari Potensi Minyak (%) VS Jumlah Air yang digunakan (Ton)

Grafik 5. Kadar NOS dari Potensi Minyak (%) VS Jumlah Air yang digunakan (Ton)


(13)

ABSTRAK

Pada proses pengolahan kelapa sawit akan diperoleh minyak sawit kasar (CPO) dan Sludge. Sludge akan diproses untuk dikutip kembali minyak yang tersisa didalamnya, dengan menggunakan prinsip sentrifugasi. Salah satu faktor yang paling penting yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah penggunaan air pengencer yang akan berpengaruh terhadap kadar minyak yang hilang serta potensi minyak yang dihasilkannya, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi mutu CPO yang dihasilkan. Dari hasil analisa yang dilakukan pada proses pengolahan sludge diperoleh persentase kadar losis minyak sebesar 0.94 % dan potensi minyak yang dihasilkan sebesar 40 % dengan pemakaian air yang optimal yaitu sebesar 2 ton dengan kapasitas sludge separator sebesar 8 ton.


(14)

THE INFLUENCE AMOUNT OF DILLUTION WATER IN SLUDGE PROCESSING TOWARD THE LOSSES PERCENTAGE AND THE

POTENCY OF PRODUCED OIL

ABSTRACT

In Manufacturing Palm, Crude Oil Palm (CPO) and Sludge will be obtained. Sludge will be reprocessed to pick up the oil residu inside it by using centrifuge. One of the most important factor to be attentived in this process is the using of dilution water which influence to the losses and the produced potency of oil. Undirectly, it can influence the produced quality of CPO. By analyzing to the sludge process, obtained the oil losses’s percentage is about 0.94 % and the percentage of produced oil is about 40 % by the optimal usage of water is 2 ton with 8 ton Sludge Separotor’s capacity.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang, mulai dari pengangkutan TBS, pensortiran buah, perebusan, pencacahan, pengempaan, pemurnian sampai dihasilkan minyak kelapa sawit mentah (CPO), selain itu juga harus memerlukan kontrol yang cermat agar minyak yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu.

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting dalam menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu : Kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas (ALB), bilangan peroksida.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran sekitar 0,01 % dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin sebesar ± 2 %, selain itu juga mempunyai bilangan peroksida dibawah 2

Tandan buah segar yang telah mengalami proses pemerasan atau pengepresan akan menghasilkan minyak sawit, dimana minyak sawit nya masih berupa minyak sawit kasar karena mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut, serta 40-45% air (Sunarko, 2009).


(16)

Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Pemurnian dilakukan pada stasiun pemurnian minyak, dimana minyak kasar hasil pengempaan terpisah menjadi minyak dan sludge (lumpur minyak) karena proses pengendapan. Minyak dari tangki pengendapan selanjutnya dikirim ke tangki minyak, sedangkan sludge dikirim ke tangki sludge. Proses pemurnian dilakukan untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan kemudian setelah mengalami pemurnian yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah. Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur (Sludge) masih dapat dimanfaatkan kembali untuk dapat diambil sisa minyak sawitnya ( Tim Penulis, 1997).

Sludge merupakan fasa yang masih mengandung minyak yang biasanya diolah

berdasarkan prinsip sentrifugasi. Pada proses pengolahan sludge akan ditambahkan sejumlah air yang disebut sebagai air pengencer. Pengenceran bertujuan untuk membantu pemisahan pasir, serat dan minyak yang terdapat dalam sludge agar dapat dikutip kembali minyak kelapa sawit yang masih terkandung didalamnya, dimana minyak yang keluar dari sludge yang telah diolah selanjutnya di alirkan ke dalam

reclaimed tank Berdasarkan hal ini, maka dilakukan kajian tentang

“Pengaruh Jumlah Pemakaian Air Pada Proses Pengolahan Sludge Terhadap Kadar Minyak Hilang ( Losses ) dan Potensi Minyak Yang Dihasilkan“.


(17)

1.2 Permasalahan

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada proses pengutipan minyak dari lumpur minyak (Sludge) dan untuk mengetahui potensi minyak yang dihasilkan, maka salah satu hal yang harus diperhatikan adalah jumlah air pengencer yang digunakan. Pengenceran bertujuan untuk membantu pemisahan minyak, pasir dan serat-serat yang terdapat dalam lumpur minyak. Jadi, jumlah air pengencer yang digunakan sangat mempengaruhi kadar kehilangan minyak pada proses pengutipan minyak serta potensi minyak yang dihasilkan.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh penambahan air pengencer terhadap kadar kehilangan minyak (losses) pada proses pengambilan minyak dari alat pemisah lumpur minyak (Sludge) dan potensi minyak yang dihasilkan, serta pemakaian air yang efektif dalam proses pengolahan sludge.

1.4 Manfaat

Untuk mengetahui jumlah air pengencer yang sesuai untuk digunakan dalam mendapatkan mutu minyak yang baik dan menekan kehilangan minyak (losses) yang sekecil mungkin pada proses pengambilan minyak dari lumpur minyak (Sludge) serta untuk mengetahui potensi minyak yang dihasilkan.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Sawit

Minyak sawit tersusun dari unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), asam stearat (4,5%). Sedangkan fraksi cair tersusun atas asam lemak tak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%).

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang membentuk trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat sedangkan pada suhu yang sama minyak inti berbentuk cair.

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bangun rantai asam lemaknya, minyak kelapa sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit bewarna merah jingga karena kandungan karatenoida (terutama β-karoten), berwujud setengah padat pada suhu kamar dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya enak.


(19)

Berikut ini adalah komposisi asam lemak dalam minyak sawit dan minyak inti sawit disajikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Sawit Dan Minyak Inti Sawit.

Jenis Asam Lemak Minyak Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)

Asam lemak Jenuh Oktanoat Dekanoat Laurat Miristat Palmitat Stearat - - 1 1-2 32-47 4-10 2-4 3-7 41-55 14-19 6-10 1-4 Asam Lemak Tak Jenuh

Oleat Linoleat Linolenat 38-50 5-14 1 10-20 1-5 1-5


(20)

Pembentukkan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum matang. Oleh karena itu, penentuan saat panen sangat menentukan kandungan minyak yang terbentuk. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan membrondol (lepas dari tandannya). Karena itu, kematangan tandan biasanya dinyatakan dengan jumlah buah yang membrondol. Seminggu sebelum matang, yaitu 19 minggu setelah penyerbukan, minyak yang terbentuk baru 6-7%. Pada hari-hari terakhir menjelang pematangannya, pembentukkan minyak berlangsung dengan cepat sehingga mencapai maksimalnya yaitu sekitar 50% berat terhadap daging buah segar pada minggu ke-20 setelah penyerbukan.

Kebalikan dari pembentukkan lemak adalah penguraian atau hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Proses hidrolisis di katalis oleh enzim lipase yang juga terdapat pada buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukkan atau karena pelukaan mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan segera berlangsung dengan cepat.

Pembentukkan asam lemak bebas oleh mikroorganisme (jamur dan bakteria tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah dibawah 50o C, dan dalam keadaan lembap dan kotor. Oleh karena itu, minyak sawit harus segera dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai dengan suhu diatas 90o C seperti pada pemisahannya dan pemurniannya akan menghancurkan semua mikroorganisme dan menginaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8 % mikroorganisme juga tidak dapat berkembang. Jika lebih tinggi, sebaiknya minyak ditimbun dalam keadaan panas sekitar 50-60o C ( Mangoensoekarjo, 2003).


(21)

2.2 Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan Tandan Buah Segar di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingannya. Tahap-tahap pengolahan TBS sampai dihasilkannya minyak akan diuraikan lebih lanjut berikut ini :

2.2.1. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

Tandan Buah Segar (TBS) hasil pemanenan harus segera di angkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) -nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Sesampainya TBS di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan sebab akan diperoleh angka-angka yang terutama berkaitan dengan produksi perkebunan, pembayaran upah para pekerja, prhitungan rendemen minyak sawit (Yan Fauzi,2002).

2.2.2. Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)

TBS yang telah dimasukkan ke dalam lori selanjutnya di rebus di dalam ketel rebus (sterilizer). Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 90 menit atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125o C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak


(22)

Pada dasarnya, tujuan perebusan adalah :

a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau Free fatty Acid Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut sebenarnya cukup dengan perebusan hingga temperatur 50o C selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperatur yang lebih tinggi.

b. Memudahkan pemipilan

Untuk melepaskan brondolan dari tandan secara manual, sebenarnya cukup dengan merebus dalam air mendidih. Namun cara ini tidak memadai,oleh karenanya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperatur yang semestinya di bagian dalam tandan buah.

c. Melunakkan daging buah sehingga mempermudah proses pemerasan

Selama dalam proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses penguapan. Dengan berkurangnya air, susunan daging buah berubah. Perubahan tersebut memberikan dampak positif, yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat non lemak (Non Oil Solid /NOS). Secara keseluruhan, akibat penguapan sebagian air dari daging buah kemungkinan kehilangan minyak dalam serabut maupun dalam lumpur buangan ( sludge ) dapat ditekan.

d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam


(23)

biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkangnya menjadi berkurang.

2.2.3. Pemimpilan Buah

TBS berikut lori yang telah di rebus dikrim ke bagian pemimpilan dan dituangkan ke dalam alat pemimpil ( Thresher ) dengan bantuan hosting crane. Proses pemimpilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting TBS tersebut dan brondolan lepas dari tandan. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemimpil, ditampung oleh sebuah screw

conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing. Sementara, tandan (janjang)

kosong yang keluar dari bagian belakang pemimpil ditampung oleh elevator, kemudian dikirim ke hopper.

Kecepatan putaran dari tromol pemipil harus ditentukan secara tepat untuk mencapai efek pemipilan yang optimal. Kecepatan putaran harus sedemikan rupa sehingga semua tandan berulang kali terangkat setinggi mungkin pada dinding silinder untuk kemudian jatuh. Dengan demikian, akan diperoleh efek pemipilan yang di kehendaki.

Kerugian yang terjadi pada proses pemipilan ada dua macam, yaitu kerugian minyak yang terserap oleh tandan kosong dan kerugian minyak dalam buah yang masih tertinggal dalam tandan (tidak membrondol). Tingkat kematangan buah dan metode perebusan buah sangat menentukan dalam keberhasilan proses pengolahan buah kelapa sawit. Semakin tinggi tingkat kematangan dan semakin lama waktu


(24)

perebusan, semakin besar pula kemungkinan bahwa minyak akan meleleh keluar dari daging buah selama perebusan karena daging buah menjadi sangat lunak.

Untuk mengurangi kehilangan minyak selama pemipilan, dapat dilakukan dengan cara melakukan pengisian buah ke pemipil secara teratur dan tidak overload agar benturan antara tandan dengan brondolan yang rusak dagingnya tersebut dapat menjadi lebih singkat waktunya.

2.2.4. Pencacahan (Digesting)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan atau pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah di bagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar dengan motor listrik yang dipasang dibagian atas dari alat pencacah. Putaran-putaran lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm.

Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.

2.2.5. Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah

digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat

pengempaan yang berada persis dibagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak


(25)

dari daging buah. Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa bubur buah yang di kempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat, maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air berkisar 10- 15 % dari berat tandan buah segar yang diolah dengan temperatur air sekitar 90o C.

2.2.6. Pemurnian Minyak

Minyak yang diperoleh dari pemisahan belum siap dipasarkan, yaitu belum memiliki spesifikasi kadar air dan kadar kotoran yang ditentukan. Minyak sawit mentah harus melalui pemurnian dan pengeringan ( Abdul Karim, 2001).

2.2.6.1 Tujuan Pemurnian

Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang bertujuan untuk melakukan pemurnian Minyak Kelapa Sawit (MKS) dari kotoran-kotoran, seperti padatan, lumpur dan air. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengampaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (Solid), lumpur (Sludge) maupun air. Tujuan dari pembersihan / pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar untuk disaring agar kotoran yang berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke


(26)

terkumpul di Crude Oil Tank dipanaskan hingga mencapai temperatur 95 -100o C. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antar minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendapan ( Vertical Clarifier Tank / VCT )

Di VCT, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari Clarifier Tank selanjutnya dikirim ke Oil Tank, sedangkan

sludge dikirm ke Sludge Tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih

mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung didalamnya.

2.2.6.2 Proses Pemurnian Minyak Kelapa Sawit (MKS)

Ada tiga metode yang dilakukan dalam pemurnian minyak kasar di PKS, yaitu metode pengendapan, metode pemusingan, dan metode pemisahan biologis.

a. Metode pengendapan (settling) yaitu pemisahan minyak dan air karena terjadi pengendapan bagian yang lebih berat. Minyak berada di lapisan atas karena berat jenisnya lebih kecil. Jika minyak kasar yang ditampung dalam tangki dibiarkan , isi tangki akan mengendap dan terbentuk beberapa lapisan sesuai dengan berat jenis dari fase yang terkandung didalamnya. Lapisan pertama merupakan lapisan minyak yang masih mengandung butir-butir air dan zat pengotor lainnya dengan kadar 99,0% minyak, 0.75% air dan 0.25% zat padat.Minyak dengan kandungan tersebut belum memenuhi standart kualitas jual sehingga harus diproses lebih lanjut untuk menurunkan kadar air dan zat padatnya. Lapisan kedua merupakan lapisan air yang


(27)

mengandung minyak dalam bentuk terhomogenesir. Sementara lapisan ketiga merupakan fase yang mengandung zat organik padat serta emulsi minyak-air yang tidak terpecahkan.

b. Metode pemusingan (centrifuge) yaitu pemisahan dengan cara memusingkan minyak kasar, sehingga bagian yang lebih berat akan terlempar jauh akibat adanya gaya sentrifugal. Dengan demikian, pemusingan dapat digunakan dalam berbagai proses untuk pemisahan cairan-cairan atau antara cairan dengan bahan padat yang terkandung didalamnya. Aplikasi dari prinsip pemisahan dengan metode pemusingan untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut :

1. Menjernihkan minyak ysng dihasilkan oleh proses pengendapan di

Clarifier Tank sebelum diproses di Vacuum Dryer. Jenis pemusingan yang

digunakan untuk aplikasi ini yaitu Oil Purifier yang memisahkan air dan kotoran-kotoran ringan yang terkandung dalam minyak

2. Mengutip kembali minyak yang masih terikut dengan lumpur (sludge) yang berasal dari clarifier tank. Jenis pemusingan yang digunakan untuk aplikasi ini yaitu Decanter, Nozzle Separator, atau kombinasi keduanya.

c. Metode pemisahan biologis yaitu pemecahan molekul-molekul minyak sebagai akibat dari proses fermentasi.Pemisahan yang dimaksud disini yaitu pengutipan minyak yang dilakukan di Fat Fit. Minyak yang diperoleh dari Fat-Fit selanjutnya dikembalikan ke Crude Oil Tank, sedangkan sisa lumpur dan air di alirkan ke kolam limbah. Walaupun telah dilakukan pengutipan minyak semaksimal mungkin, tetapi pada sisa lumpur dan air yang dialirkan ke kolam limbah tersebut, masih saja ada


(28)

minyak yang terikut. Minyak yang ikut ke kolam limbah ini dihitung sebagai kerugian (losses)

Untuk memahami tujuan dan hakekat pemurnian minyak kasar, perlu dipelajari sifat fisika-kimia dari minyak kasar tersebut. Minyak kasar hasil pengempaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

i. Campuran minyak dan air

Campuran yang unsurnya minyak dan air terbagi tidak terlalu halus sehingga dengan cepat dan mudah dapat dipisahkan. Minyak dalam campuran ini disebut minyak bebas karena tidak mempunyai afinitas apa pun dengan air yang mengelilinginya. Minyak dari campuran ini bila dibiarkan akan segera terpisah di atas lapisan air yang mengendap.

ii. Campuran homogen antara butir air dan minyak

Campuran ini terbagi sangat halus. Dalam keadaan demikian, kedua unsur merupakan emulsi yang stabil.

iii. Emulsi air-minyak

Emulsi semacam ini boleh dikatakan tidak berarti dalam pemurnian minyak di pabrik kelapa sawit, asalkan dapat dijamin viskositas yang layak (pada temperatur 80-90o C)

iv. Emulsi minyak-air


(29)

minyak dalam air yang intensif, bisa juga terbentuk emulsi stabil berkat adanya emulgator yang aktif. Asam lemak, zat lendir, serat halus, serta sisa sel merupakan

stabilisator sehingga dapat menjadi emulsi hidup ( Pahan, 2006).

2.2.6.3Proses Pengolahan Sludge

a. Sludge Tank

Sludge yang berada didalam sludge tank mendapat pemanasan dengan menggunakan pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang karena pemanasan yang terlalu tinggi akan dapat memisahkan minyak yang terikat dengan lumpur, oleh sebab itu suhu dalam sludge tank dipertahankan 90-100o C.

Pipa masuk sludge dari settling tank berada disamping tangki bagian tengah dengan maksud agar dalam tangki tidak terjadi goncangan-goncangan yang berakibat pada pembentukkan emulsi. Lumpur yang terdapat dibawah tangki harus dibuang setiap selang waktu tertentu,dengan tujuan agar pasir tidak terikut kedalam sludge separator.

b. Sludge Separator

Dalam sludge masih banyak terdapat zat-zat lain selain dari minyak yaitu sisa-sisa daging buah, air dan macam-macam mineral. Minyak dalam sludge masih berkisar 3,5 – 5 %. Untuk memisahkan atau mengutip minyak yang masih terkandung dalam sludge, maka cairan sludge dimasukkan ke alat pemisah sludge (sludge


(30)

Komposisi sludge yang keluar dari sludge tank dipengaruhi:

1. Jumlah air pengencer yang digunakan.

2. Perlakuan sebelumnya, apakah menggunakan alat seperti sand cyclone dan atau strainer.

3. Pemakaian ayakan getar yang berfungsi untuk memisahkan lumpur dan cairan yang terdapat dalam cairan sehingga kemampuan sludge separator yang semakin tinggi.

Keberhasilan pemakaian sludge separator sangat menentukan terhadap persentase kehilangan minyak. Kemampuan alat ini tergantung dari :

1. Kapasitas olah sludge separator. Debit cairan minyak yang tinggi akan mempengaruhi pemisahan fraksi-fraksi, yaitu volume yang terlalu besar dapat menurunkan perbedaan antara fraksi ringan dan berat, sehingga kehilangan minyak dalam air drab tinggi. Kapasitas olah separator dipengaruhi oleh jenis alat sludge separator dan ukuran nozzle yang dipakai.

2. Nozzle. Ukuran lubang nozzle mempengaruhi pemisahan fraksi ringan dan

berat. Semakin kecil ukuran nozzle, maka daya pisah semakin baik yaitu kadar minak dalam air buangan relatif kecil, akan tetapi nozzle sangat cepat rusak, yang diakibatkan oleh gesekan pasir.

3. Keseimbangan pemisahan lumpur dan cairan yang masuk kedalam sludge


(31)

a. Mempertahankan tekanan pada outlet sludge separator dengan membuat bak yang berisi air sehingga tekanan lawan konstan.

b. Mengisi air panas kedalam sludge separator untuk mempertahankan tekanan dalam sludge separator sehingga kecepatan air dan pemisahan lumpur dengan air konstan.

Pengenceran dalam proses pemurnian minyak bertujuan untuk mengencerkan minyak sehingga pemisahan pasir dan serat-serat yang terdapat dalam minyak, dan dapat berjalan dengan baik bila suhu air pengenceran 80-90o C (Naibaho,1996).

Air pengencer yang diberikan kedalam cairan bermanfaat :

a. Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang memiliki Berat Jenis (BJ) > 1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ < 1,0 akan mengapung. Hal ini bermanfaat untuk mengaktifkan pengumpulan NOS baik dalam proses pengendapan maupun dalam proses pemisahan dengan sentrifuge.

b. Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak berdasarkan polaritas.

c. Untuk memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk butiran halus dan sering melekat dengan NOS. Juga berperan untuk melemahkan fungsi

emulsifier yang terdapat dalam minyak.

Jumlah air pengencer yang dianjurkan yaitu sebanding dengan jumlah crude

oil yang keluar dari screw press. Jumlah air yang digunakan berpengaruh sangat


(32)

yang terlalu banyak akan menyebabkan penurunan kualitas unit pengolahan PKS terutama pada alat klarifikasi.

Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan disajikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah pemurnian

Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni Titik Cair (oC) : Awal

Akhir

Bobot Jenis 15o C

Indeks Bias D 40o C

Bilangan Penyabunan

Bilangan Iod

Bilangan Reichert Meissl

Bilangan Polenske

Bilangan Krinchner

Bilangan Bartya

21 – 24

26 – 29

0,859 – 0,870

36,0 - 37, 5

224 -229

14,5 – 19,0

5,2 – 6,5

9,7 -10,7 0,8 -1,2 33 29,4 40,0 - 46 -49 196 -206

46 – 52

-

-

-

-


(33)

2.2.7. Pemisahan Biji dan Kernel

Proses Pemisahan biji-serabut dari ampas pengempaan bertujuan terutama untuk memperoleh biji sebersih mungkin, kemudian pemisahan biji dari gumpalan- gumpalan ampas pengempaan sangat dipengaruhi oleh proses sebelumnya. Jika proses pemisahan serabut tidak menghasilkan biji yang bersih, maka sebab-sebab utamanya adalah sebagai berikut :

a. Perebusan yang baik sehingga biji sukar lepas dari serabut

b. Pengadukan yang kurang baik menyebabkan buah kurang tercacah sehingga serabut masih melekat pada biji.

c. Ampas pengempaan tidak cukup kering karena kondisi buah kurang bagus, tekanan pengempaan kurang mencukupi, penambahan air kurang banyak pada saat pengempaan

d. Pemuatan atau pengisian alat pemisah biji-serabut dengan ampas melebihi kapasitasnya

e. Daya kipas yang tidak cukup dan tidak sesuai dengan alat pemisah

f. Kotoran-kotoran berat, seperti batu, kerikil, dan lain-lain yang memperkecil kapasitas alat pemisah.

g. Kebersihan alat tidak terpelihara sehingga mempengaruhi hasil kerja.

Minyak Sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan, terutama dalam pembuatan margarin atau minyak goring atau lemak-lemak dalam pembuatan roti dan kue. Dalam margarine misalnya, kandungan minyak sawit dapat mencapai 20%.


(34)

Minyak kelapa sawit (CPO) yang disimpan akan mengalami penurunan mutu jika tidak ditangani dengan tepat, terutama karena terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis. Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti absorbdi bau dan kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba dan reaksi kimia.

1. Absorbsi Bau dan Kontaminasi

Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan yang mengandung minyak (lemak) yaitu usaha mencegah pencemaran bau dan kontaminasi dari alat penampung. Hal ini karena minyak (lemak) dapat mengabsorbsi zat menguap atau bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorbsi dan kontaminasi dari wadah ini akan menyebabkan perubahan pada minyak, yang akan menghasilkan bau tengik, sehingga akan menurunkan mutu minyak. Proses absorbsi dan kontaminasi dari tempat penyimpanan dapat dihindari dengan pemakaian bahan yang sesuai.

2. Aksi Enzim

Biasanya, bahan yang mengandung minyak (lemak) mengandung enzim yang dapat mmenghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam keadaan tidak aktif. Sementara organisme telah mati maka koordinasi antarsel akan rusak sehingga enzim akan bekerja dan merusak minyak. Indikasi dari kerja enzim dapat diketahui dengan mengukur bilangan asam.

3. Aksi Mikroba

Kerusakan minyak oleh mikroba (Jamur,ragi, dan bakteri) biasanya terjadi jika masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan masih mengandung mikroba yang berjumlah maksimum 10 organisme setiap


(35)

gramnya. Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh mikroba antara lain produksi asam lemak bebas, bau sabun, bau tengik, dan perubahan warna minyak. 4. Reaksi kimia

Kerusakan minyak kelapa sawit yang memiliki pengaruh yang besar, yaitu kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis, oksidasi, polimerisasi. Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hal ini akan merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah terjadinya reaksi hidrolisis, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal mungkin.

Reaksi hidrolisis minyak secara umum ditunjukkan pada gambar 2.1 O

CH2− O − C − R1 CH2−OH O CH − O − C − R2 + 3H2O → CH − OH + 3R − C

O OH CH2− O − C − R3 CH2− OH

Minyak ( Trigliserida ) Gliserol Asam Lemak

Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Minyak secara umum

Reaksi oksidasi akan menghasilkan senyawa aldehida dan keton, dan senyawa dapat menimbulkan ketengikan. Pengaruh lain akibat oksidasi yaitu perubahan warna karena keracunan pigmen, penurunan kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghambat reaksi oksidasi yaitu dengan pemanasan


(36)

Reaksi polimerisasi merupakan penggabungan satu molekul dengan molekul yang lain yang lebih besar dengan berat molekul yang lebih besar. Polimerisasi pada minyak merupakan kelanjutan dari proses oksidasi dan pemanasan. Polimer yang terbentuk memiliki tiitk cair yang lebih tinggi dari trigliserida. Jika disimpan dalam temperatur kamar, polimer akan membentuk kristal-kristal halus yang sukar larut dalam minyak.


(37)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Bahan

− Sludge dari pemisahan sludge pada Kecepatan rendah − Minyak dari hasil pemisahan sludge pada kecepatan rendah − n-Heksan

− Kapas bebas Minyak − Air kran

3.2. Alat

− Ember plastik − Neraca Analitik − Labu alas − Soklet − Cawan − Oven − Timbel − Selang

− Tabung Gelas Ukur − Sentrifugator


(38)

3.1.3. Prosedur Percobaan

a. Menentukan kehilangan minyak dari sludge

I. Penyediaan Sampel

− Sampel diambil dari low speed dengan menggunakan ember plastik − Cawan kosong dibersihkan dan dilapisi kertas, kemudian ditimbang

− Dimasukkan sampel kedalam cawan, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat sampel

− Sampel dimasukkan kedalam oven ± 30 menit pada suhu 130o C unutk menghilangkan kandungan air nya.

− Setelah sampel kering, dibiarkan ± 15 menit agar suhu penimbangan sampel konstan

− Ditimbang sampel

II. Pemisahan minyak dari sludge

− Sampel yang telah ditimbang dimasukan kedalam timbel dan ditutup dengan kapas bebas minyak

− Ditimbang labu alas kosong

− Dimasukkan N-heksan 250 ml kedalam labu

− Timbel yang berisi sampel dimasukkan kedalam alat soklet dan labu alas − Disokletasi selama ± 4 jam pada suhu 80o C, kemudian ekstraknya didestilasi

pada suhu yang sama sampai seluruh pelarut menguap


(39)

− Ditimbang labu yang berisi minyak untuk mengetahui berat minyak yang diperoleh dari hasil sokletasi

b. Menentukan potensi minyak dari sludge

I. Penyediaan Sampel

− Sampel diambil dari reclaimed tank dengan menggunakan ember plastik − Sampel diaduk agar merata

− Sampel dimasukkan kedalam tabung gelas ukur dengan menggunakan corong sebanyak 10 ml

II. Pemisahan Minyak, Air dan NOS

− Sampel yang telah dimasukkan kedalam tabung gelas ukur, dimasukkan kedalam alat sentrifugator

− Dihidupkan alat sentrifugator dengan kecepatan 2500-3000 rpm, selama ± 10 menit

− Setelah minyak, air dan NOS terpisah, dimatikan alat sentrifugator − Dikeluarkan kuvet dari dalam alat sentrifugator


(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil percobaan yang dilakukan pada proses pengolahan sludge terhadap kadar minyak hilang dan pengutipan kembali minyak diperoleh data hasil analisa yang disajikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Data analisa kadar minyak, air dari losses dan kadar minyak, air serta NOS dari potensi minyak.

Hari Jumlah air yang digunakan (ton) Berat sampel (g) Berat Minyak (g)

Losses Potensi Minyak yang dihasilkan Minyak (%) Air (%) Minyak (%) Air (%) NOS (%) I 4 14 0.0649 0.44 97.9 40 58 6

2 14 0.1432 1 95.8 38 48 10 1 14 0.1566 1.2 94.8 36 34 30 0 14 0.3130 2.2 92.6 18 4 78 II 4 14 0.0435 0.3 96.5 38 54 4

2 14 0.1222 0.87 94.3 40 44 8 1 14 0.1751 1.1 93.5 38 32 30 0 14 0.2633 1.8 85.4 18 6 76s III 4 14 0.0693 0.47 97.0 36 58 5.9 2 14 0.1341 0.95 95.2 42 46 10 1 14 0.2083 1.42 94.5 30 34 36 0 14 0.3375 2.3 93.2 16 6 78


(41)

4.2. Perhitungan

4.2.1. Kadar minyak dalam lumpur (sludge)

Dari data hasil analisa di laboratorium, maka kadar minyak dalam lumpur (minyak) dapat dinyatakan dalam % berat.

Rumus : % (W/W) =

Contoh Perhitungan :

Berat Labu setelah ekstraksi : 87.8637 gram Berat Labu kosong : 87.2147 gram

____________ - Berat Minyak : 0.0649 gram Berat Sampel : 14.7697 gram

% (W/W) =

=

= 0.44 %

4.2.2 Kadar air dalam sludge (sludge) Rumus:


(42)

Contoh Perhitungan :

Berat sampel sebelum dioven : 14.7697 gram Berat sampel setelah dioven : 0.2967 gram

% Air =

=

= 97.9 %

4.3 Pembahasan

Dari analisa yang dilakukan di laboratorium, di peroleh data hubungan antara jumlah air pengencer yang digunakan terhadap kehilangan minyak pada sludge dan potensi minyak yang dihasilkan pada proses pemisahan minyak pada stasiun klarifikasi. Dari data yang diperoleh ditunjukkan bahwa tanpa penggunaan air pengencer pada proses pengutipan minyak pada sludge separator diperoleh hasil bahwa kadar minyak yang terbuang adalah sekitar 1.8 – 2.3 % dan potensi minyak yang dihasilkan adalah sekitar 16 - 18 %. Ini menunjukkan kadar kehilangan miyak yang tinggi. Dengan kata lain, banyak minyak terikut pada sludge yang di buang yang mnegakibatkan potensi pengutipan minyak yang rendah.

Sedangkan penggunaan air pengencer (± 4 ton /8 ton kapasitas) menunjukkan bahwa kadar minyak hilang dalam sludge buangan rendah adalah sekitar 0.3 – 0.47 %, dan potensi minyak yang dihasilkan adalah sekitar 36 – 40 %. Ini menunjukkan bahwa kadar kehilangan minyak rendah. Akan tetapi, meskipun kadar minyak hilang rendah, hal ini akan sangat merugikan karena akan menyebabkan kulitas minyak yang


(43)

dihasilkan tidak baik karena sebagian besar minyak mengandung air, dimana hal ini dapat kita dari data kandungan air dari potensi minyak yang dihasilkan yaitu sekitar 54 - 58 %.

Selain itu, penggunaan air pengencer ( ± 1 ton/ 8 ton kapasitas) menunjukkan bahwa kadar minyak dalam sludge buangan adalah sekitar 1.2 - 1.42 % dan potensi minyak yang dihasilkan adalah sekitar 30 – 38 %. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kehilangan minyak masih di atas dari norma yang di tetapkan, meskipun kadar losses tidak setinggi pada keadaan tanpa penggunaan air pengencer.

Maka penggunaan air pengencer yang efisien terhadap kadar minyak hilang dan potensi minyak yang dihasilkan pada sludge separator adalah sekitar 2 ton/ 8 ton kapasitas, dimana menurut hasil analisa penggunaan air sebanyak itu, maka kadar minyak hilang (Losses) dalam sludge adalah sekitar 0.87 – 1 %. Hal ini masih dibawah norma yang ditetapkan dan komposisi minyak yang dihasilkan memenuhi standart perusahaan yaitu sekitar 38 - 42 %, selain itu minyak yang dihasilkan juga tidak teralalu banyak mengandung air. Hal ini dapat dilihat dari kandungan air nya yaitu sekitar 44 – 48 %.

Rata-rata jumlah kadar air, kadar minyak hilang yang terdapat pada sludge buangan dan rata- rata jumlah kadar minyak, kadar air dan kadar NOS dari minyak yang dihasilkan dari alat pemisah sludge disajikan pada tabel 4.2


(44)

Tabel 4.2. Rata-rata jumlah kadar air, kadar minyak hilang, dan rata-rata jumlah kadar minyak, kadar air, dan kadar NOS dari potensi minyak yang dihasilkan.

Jumlah air ( ton) Losses ( % ) Potensi minyak yang dihasilkan Kadar minyak

hilang ( %)

Kadar air ( ton) Kadar minyak ( %) Kadar air (%) Kadar NOS ( %)

4 0.403 97.13 38 56.7 5.3

2 0.94 95.1 40 46 14

1 1.24 94.2 34.6 33.3 32

0 2.1 90.4 17.3 5.3 77.3

Dari hasil rata-rata analisa data, diperoleh hubungan antara jumlah air yang digunakan terhadap kadar minyak hilang dalam sludge ditunjukkan oleh Grafik 1 pada lampiran, dimana semakin banyak air yang digunakan maka kadar kehilangan semakin kecil. Sedangkan hubungan antara jumlah air yang digunakan terhadap kadar air dalam losses sludge ditunjukkan oleh grafik 2 pada lampiran, dimana semakin besar penggunaan air, maka kadar air dalam losses juga semakin bertambah.

Selain itu, pada grafik 3 pada lampiran, menunjukkan hubungan antara jumlah air yang digunakan dengan potensi minyak yang dihasilkan, dimana penggunaan air yang efektif untuk mendapatkan potensi minyak yang banyak adalah dengan penggunaan air sebanyak 2 ton. Pada grafik 4 dalam lampiran, menunjukkan hubungan antara jumlah air yang digunakan dengan kadar air dari potensi minyak,


(45)

minyak juga semakin besar. Hubungan antara jumlah air yang digunakan terhadap kadar NOS dari minyak ditunjukkan oleh grafik 5 pada lampiran, dimana semakin besar air yang digunakan, maka semakin kecil kadar NOS yang terdapat dalam minyak.


(46)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar minyak yang terikut pada sisa lumpur (losses) yang dibuang ke limbah dan potensi minyak yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang digunakan. Penambahan air ( 4 ton / 8 ton kapasitas ) menyebabkan losis sebesar 0.408%, dengan potensi minyak sebesar 38 %. Sedangkan apabila tanpa penambahan air (0 ton/8 ton kapasitas) diperoleh losses sebesar 2.1 % dengan potensi minyak sebesar 17.3 %. Jadi, jumlah pemakaian air yang paling efektif adalah 2 ton pada kapasitas alat 8 ton dengan kadar minyak hilang ( losses ) sebesar 0.94 % dan potensi minyak yang dihasilkan yaitu sebesar 40 %.

5.2 Saran

1. Dengan mengetahui jumlah pemakaian air yang paling efektif untuk menghasilkan mutu minyak paling bagus yaitu kadar air yang menghasilkan kadar minyak hilang yang paling sedikit dan potensi minyak yang banyak.

2. Pada proses pemisahan minyak dari sludge dengan menggunakan alat sentrifuge, sebaiknya sebelum dipisahkan terlebih dahulu didiamkan sampai terbentuk fase minyak dan pengotor-pengotornya sehingga lebih mudah dipisahkan dan minyak yang diperoleh lebih bersih.


(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar minyak yang terikut pada sisa lumpur (losses) yang dibuang ke limbah dan potensi minyak yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang digunakan. Penambahan air ( 4 ton / 8 ton kapasitas ) menyebabkan losis sebesar 0.408%, dengan potensi minyak sebesar 38 %. Sedangkan apabila tanpa penambahan air (0 ton/8 ton kapasitas) diperoleh losses sebesar 2.1 % dengan potensi minyak sebesar 17.3 %. Jadi, jumlah pemakaian air yang paling efektif adalah 2 ton pada kapasitas alat 8 ton dengan kadar minyak hilang ( losses ) sebesar 0.94 % dan potensi minyak yang dihasilkan yaitu sebesar 40 %.

5.2 Saran

1. Dengan mengetahui jumlah pemakaian air yang paling efektif untuk menghasilkan mutu minyak paling bagus yaitu kadar air yang menghasilkan kadar minyak hilang yang paling sedikit dan potensi minyak yang banyak.

2. Pada proses pemisahan minyak dari sludge dengan menggunakan alat sentrifuge, sebaiknya sebelum dipisahkan terlebih dahulu didiamkan sampai terbentuk fase minyak dan pengotor-pengotornya sehingga lebih mudah dipisahkan dan minyak yang diperoleh lebih bersih.


(48)

(49)

Angka kerja mutu pengolahan Mutu minyak sawit dan kernel Sawit

NO Uraian Satuan Norma

I 1 2 3 4 5 6 7 8 II 1 2 3 4 III A 1 2 3 4 5 B 1 2 3

LOSSIS MINYAK (Terhadap Contoh ) Katekoppen ( USB )

Kadar buah dalam janjangan kosong (USF )

Kadar minyak dalam air rebusan Kadar minyak dalam janjangan kosong Kadar minyak dalam ampas press Kadar minyak dalam biji press

Kadar minyak dalam air buangan Decanter/ Sludge Separator

Kadar minyak dalam buangan fat-fit

Total Lossis Minyak terhadap TBS

LOSSIS INTI (Terhadap Contoh ) Kadar inti pada Tandan Kosong Kadar Inti pada LTDS I/II Kadar inti pada H.Cyclon Kadar inti pada Wet Shell

Total Lossis Inti terhadap TBS

PENILIKAN PABRIK

Ripple Mill

Biji Utuh Biji Pecah

Efisiensi Ripple Mill Kadar Kotoran Wet Kernel Kadar Kotoran Dry Kernel

Komposisi Crude Oil

Kadar Minyak Kadar Air % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % Max 2 0,7 Max 0,7 1,5 – 1,8

4 – 6 Max 0,80

Max 1,0 Max 0,70 Max 1,65

0,5 – 1,20 Max 2,0 Max 4,0 Max 4,0 Max 0,5 Max 2,0 Max 3,0 Max 95 Max 6,0 Max 6,0 Min 50 Max 40 Max 10


(50)

Grafik 1. Jumlah Air yang Digunakan (Ton) VS Kadar Minyak

Hilang dalam Sludge (%)


(51)

Grafik 2. Jumlah Air yang Digunakan (Ton) VS Kadar Air dalam

Sludge (%)


(52)

Grafik 3. Jumlah Air yang Digunakan (Ton) VS Kadar Potensi

Minyak Yang Dihasilkan (%)


(53)

Grafik 4. Jumlah Air yang Digunakan (Ton) VS Kadar Air dari

Potensi Minyak (%)


(54)

Grafik 5. Jumlah Air yang Digunakan (Ton) VS Kadar NOS dari

Potensi Minyak (%)


(55)

(1)

Grafik 1. Jumlah Air yang Digunakan (Ton) VS Kadar Minyak Hilang dalam Sludge (%)


(2)

(3)

Grafik 3. Jumlah Air yang Digunakan (Ton) VS Kadar Potensi Minyak Yang Dihasilkan (%)


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Umpan Minyak dan Umpan Olahan terhadap Kadar Kehilangan Minyak Kelapa Sawit (Losses) pada Unit Decanter di PKS PT. Multimas Nabati Asahan

19 112 45

Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan

73 305 50

Pengaruh Persentase Kehilangan Minyak Di Sludge Separator Terhadap Efisiensi Pengutipan Minyak Di PTP.Nusantara IV Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

50 225 46

Analisa Kehilangan Minyak Berdasarkan Perbedaan Tekanan Pada Ampas Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi

10 57 49

Penentuan Kadar Minyak Mentah (CPO) Yang Terbawa Dalam Air Limbah Pada Proses Pemurnian Minyak Di Sludge Separator Di PKS PT Multimas Nabati Asahan - Kuala Tanjung

6 42 48

Analisa Kehilangan Minyak (Oil Losses) Pada Fiber Hasil Pengepressan Dan Cangkang Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi

17 121 41

Penentuan Kadar Β-Karoten Dari Minyak Sawit Yang Terikat Pada Adsorben Zeolit Alam Dalam Berbagai Variasi Ukuran Partikel

1 35 47

Pengaruh Jumlah Pemakaian Air Terhadap Kadar Minyak Hilang dalam Lumpur Minyak (SLUDGE) Pada Pemisahan SLUDGE PTP. Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

11 73 45

PENGARUH PENGULANGAN PEMAKAIAN MINYAK GORENG PADA PENGGORENGAN AYAM TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MINYAK (WARNA, BAU, KADAR AIR, DAN BILANGAN ASAM).

0 0 6

Pengaruh Kadar Minyak Terhadap Jumlah Tingkat Separasi Pengelolaan Limbah Cair Pada Proses Awal Pemisahan Minyak ( Preliminary Oil Separation)

0 0 5