Sistem Pengawasan Manajemen Piutang Premi Terkait Dengan Kinerja Keuangan PT. Asuransi XYZ, TBK. Kantor Cabang Medan
PT . ASU RAN SI X Y Z , T BK .
K AN T OR CABAN G M EDANGELADI K ARY A
O le h:
SHA RO N SITEPU
NIM: 04 70 07 09 4
KO NSENTRA SI: MA NA JEMEN A KUNTA NSI
PRO G RA M STUDI MA G ISTER MA NA JEMEN
SEKO LA H PA SC A SA RJA NA
UNIVERSITA S SUMA TERA UTA RA
MEDA N
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Geladikarya : SISTEM PENGAWASAN MANAJEMEN PIUTANG
PREMI TERKAIT DENGAN KINERJA KEUANGAN PT. ASURANSI XYZ, TBK. KANTOR CABANG MEDAN
Nama : Sharon Sitepu
NIM : 047007094
Program Studi : Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Drs. Irwan Djanahar, Ak., MAFIS Ketua
Dra. Sri Mulyani, Ak, MBA Anggota
Ketua Program Studi, Direktur Pasca Sarjana,
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya yang berjudul:
“SISTEM PENGAWASAN MANAJEMEN PIUTANG PREMI TERKAIT DENGAN KINERJA KEUANGAN PT. ASURANSI XYZ, TBK. KANTOR CABANG MEDAN”
adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas.
Medan, 23 Februari 2012 Yang membuat pernyataan,
Sharon Sitepu NIM. 047007094
(4)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dari data Laporan Outstanding Piutang Premi PT. Asuransi XYZ, Tbk Kantor
Cabang Medan tahun 2008 sampai dengan 2011, diketahui bahwa jumlah piutang premi
relatif tinggi, yang mengindikasikan bahwa sistem pengawasan manajemen piutang
premi tidak berjalan sesuai prosedur standar operasional perusahaan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor kendala dan
dampak dari penerapan sistem pengawasan manajemen piutang premi terhadap kinerja
keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
Metode penelitian yang dilakukan bersifat deskriftif dan pendekatan studi kasus
terhadap responden yang meliputi Seksi Keuangan & Akuntansi, Seksi Underwriting,
Bagian Marketing, Kepala Cabang dan Kepala Bagian Collection Kantor Pusat, dengan
teknik pengumpulan data melalui wawancara yang dilakukan terhadap responden dan
juga mengumpulkan data Laporan Outstanding Piutang Premi Langsung dan Laporan
Produksi dari tahun 2008 hingga 2011 serta Surat Keputusan Direksi tentang prosedur
pembayaran premi, penangguhan dan/atau pembatalan polis, kemudian analisis data
menggunakan metode deskriftif dan deduktif.
Hasil penelitian terhadap faktor-faktor kendala sistem pengawasan manajemen
piutang premi adalah personal tidak menjalankan prosedur standar operasional sistem
pengawasan manajemen piutang premi secara tegas karena tidak diterapkan sanksi
struktural, adanya penangguhan dalam sistem pencatatan piutang premi ke dalam jurnal
sementara serta penyimpangan dalam pelaksanaan Standard Operating Procedure sistem
pengawasan manajemen piutang premi yang berdampak terhadap kinerja keuangan yakni
tingkat likuiditas rendah karena periode pengumpulan piutang premi 60 hingga 90 hari
(5)
RIWAYAT HIDUP
Sharon Sitepu, lahir di Kisaran, tanggal 22 Agustus 1968, perempuan, beragama Kristen, bungsu dari empat bersaudara dari pasangan orang tua, bapak Tinggi Sitepu, BBA dan ibu Rotua Silalahi.
Lulus dari SD Negeri 101972 Sei Putih-Deli Serdang tahun 1981, SMP Perguruan Kristen Methodist Indonesia I Medan tahun 1984, SMA Negeri I Medan tahun 1987, D-III Politeknik USU Medan Program Studi Kesekretariatan & Administrasi Niaga tahun 1990 dan Fakultas Ekonomi USU tahun 2003.
Lulus pendidikan profesi sebagai Ajun Ahli Asuransi Indonesia Sektor Kerugian (AAAI-K) dengan NIK. 01040758 dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia pada tahun 2002.
Pengalaman bekerja sebagai Junior Secretary PT. Multi Bintang Indonesia Belawan- on the job training- dari 19 Maret 1990 s/d. 4 April 1990, Staf Administrasi di bagian Keuangan & Akuntansi PT. Dyno Mugi Indonesia Medan dari 15 Nopember 1990 s/d. 31 Maret 1994, Sekretaris dari Kepala Cabang PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk. Kantor Cabang Medan dari 15 Oktober 1994 s/d. 16 Oktober 1995, Staff Underwriting PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk. Kantor Cabang Medan dari 17 Oktober 1995 s/d. 30 Juni 2003, Kepala Seksi Underwriting PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk. Kantor Cabang Medan dari 1 Juli 2003 s/d. 31 Oktober 2008 dan Pjs. Manajer Tehnik PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk. Kantor Cabang Medan dari 01 Nopember 2008 s/d. sekarang.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Geladikarya yang berjudul “Sistem Pengawasan
Manajemen Piutang Premi Terkait Dengan Kinerja Keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan”
Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan kurikulum Program Studi
Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Irwan Djanahar, Ak., MAFIS selaku Ketua Komisi Pembimbing.
5. Ibu Dra. Sri Mulyani, Ak, MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing.
6. Pimpinan dan rekan-rekandi PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk. Kantor Cabang Medan.
7. Kedua orang tua penulis Ayahanda Tinggi Sitepu, BBA dan Ibunda Rotua Silalahi.
Penulis menyadari bahwa Geladikarya ini masih memiliki
kekurangan-kekurangan dan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif untuk kesempurnaan Geladikarya ini.
Medan, 23 Februari 2012
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ……….. i
PERNYATAAN ... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii
RIWAYAT HIDUP ………... iv
KATA PENGANTAR ……….. v
DAFTAR ISI ………. vi
DAFTAR TABEL ………. ix
DAFTAR GAMBAR ……… x
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1. Latar Belakang ………. 1
1.2. Perumusan Masalah ………. 3
1.3. Tujuan Penelitian ………. 3
1.4. Manfaat Penelitian ……… 3
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ……… 4
BAB II KERANGKA TEORETIS ……… 5
2.1. Pengertian Piutang……… 5
2.2. Ruang Lingkup Piutang………. 6
2.2.1. Penggolongan Kredit ……….. 6
2.2.2. Pemrakiraan dan Pengendalian Piutang ………. 8
2.2.3. Analisa Rasio Piutang ……… 9
2.2.4. Biaya Pengolalaan Piutang ……… 10
2.3. Sistem Pengawasan Manajemen Piutang………... 11
(8)
BAB IV METODE PENELITIAN ………...………. 16
4.1. Sifat Penelitian ……...…….……….… 16
4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian………….………. 16
4.3. Populasi dan Sampel ………. 16
4.4. Teknik Pengumpulan Data………. 17
4.5. Jenis dan Sumber Data ……….. 17
4.6. Analisis Data……….. 18
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN….………. 19
5.1. Sejarah Singkat PT. Asuransi XYZ, Tbk…....……….….. 19
5.1.1. Dekade 1980 ……… 19
5.1.2. Dekade 1990 ……… 19
5.1.3. Dekade 2000 ……… 19
5.2. Visi dan Misi PT. Asuransi XYZ, Tbk……….. 20
5.2.1. Visi ……….. 20
5.2.2. Misi ………. 20
5.3. Nilai-Nilai Inti PT. Asuransi XYZ, Tbk. ………... 20
5.4. Profil Produk ………. 21
5.4.1. Engineering Insurance ………. 21
5.4.2. Fire Insurance ………. 21
5.4.3. Motor Vehicle Insurance ……… 21
5.4.4. Marine Insurance ……… 21
5.4.5. Surety ………. 21
5.4.6. Miscellaneous ………. 21
5.5. Segmentasi Pasar……… 21
5.6. Struktur Organisasi……….. ……….. 22
5.6.1. Dewan Komisaris dan Direksi ………. 22
5.6.2. Komposisi Saham ……… 22
5.6.3. Finance Division Head Office ………. 23
5.6.4. Internal Auditi Department Head Office ………. 24
5.7. Struktur Organisasi PT. Asuransi XYZ, Tbk. KC. Medan…………. 25
(9)
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..……… 28
6.1. Data Primer ……….……….… 28
6.2. Data Sekunder……….……….. 28
6.3. Analisis dan Pembahasan ………. 29
6.3.1. Personal ……….. 29
6.3.2. Sistem Pencatatan/Administrasi Piutang Premi ………. 29
6.3.3. Pelaksanaan Standard Operating Procedure ……….. 33
6.3.4. Analisis Rasio-Rasio Piutang ………. 34
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……….…..………. 37
7.1. Kesimpulan……….……….….. 37
7.1.1. Faktor-Faktor Kendala Dalam Sistem Pengawasan Manajemen Piutang Premi PT. Asuransi XYZ, Tbk KC. Medan ………… 37
7.1.2. Dampak dari Penerapan Sistem Pengawasan Manajemen Piutang Premi terhadap Kinerja Keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. KC. Medan ……… 38
7.2. Saran……….……….. 38
DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Perbandingan Outstanding Piutang Premi terhadap Pendapatan
Premi ……… 2
Tabel 6.1 Data Penjualan dan Piutang Premi………... 28 Tabel 6.2 Hasil Analisis Rasio-Rasio Piutang ……….... 34
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian……… 15
Gambar 5.1 Struktur Organisasi PT. Asuransi XYZ, Tbk. ……….. 23
Gambar 5.2 Struktur Organisasi PT. Asuransi XYZ, Tbk. KC. Medan ….. 26
(12)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dari data Laporan Outstanding Piutang Premi PT. Asuransi XYZ, Tbk Kantor
Cabang Medan tahun 2008 sampai dengan 2011, diketahui bahwa jumlah piutang premi
relatif tinggi, yang mengindikasikan bahwa sistem pengawasan manajemen piutang
premi tidak berjalan sesuai prosedur standar operasional perusahaan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor kendala dan
dampak dari penerapan sistem pengawasan manajemen piutang premi terhadap kinerja
keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
Metode penelitian yang dilakukan bersifat deskriftif dan pendekatan studi kasus
terhadap responden yang meliputi Seksi Keuangan & Akuntansi, Seksi Underwriting,
Bagian Marketing, Kepala Cabang dan Kepala Bagian Collection Kantor Pusat, dengan
teknik pengumpulan data melalui wawancara yang dilakukan terhadap responden dan
juga mengumpulkan data Laporan Outstanding Piutang Premi Langsung dan Laporan
Produksi dari tahun 2008 hingga 2011 serta Surat Keputusan Direksi tentang prosedur
pembayaran premi, penangguhan dan/atau pembatalan polis, kemudian analisis data
menggunakan metode deskriftif dan deduktif.
Hasil penelitian terhadap faktor-faktor kendala sistem pengawasan manajemen
piutang premi adalah personal tidak menjalankan prosedur standar operasional sistem
pengawasan manajemen piutang premi secara tegas karena tidak diterapkan sanksi
struktural, adanya penangguhan dalam sistem pencatatan piutang premi ke dalam jurnal
sementara serta penyimpangan dalam pelaksanaan Standard Operating Procedure sistem
pengawasan manajemen piutang premi yang berdampak terhadap kinerja keuangan yakni
tingkat likuiditas rendah karena periode pengumpulan piutang premi 60 hingga 90 hari
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) bab kesembilan pasal 246 yang
menjadi salah satu prinsip hukum dalam operasional perusahaan asuransi
kerugian/asuransi umum (general insurance/non life insurance) menyatakan bahwa
suatu kontrak asuransi menjadi efektif berlaku apabila perusahaan asuransi telah
menerima premi asuransi. Dengan adanya ketentuan secara hukum tersebut, perusahaan
asuransi mengharapkan pembayaran premi asuransi dapat diterima sejak awal efektifnya
jangka waktu pertanggungan, atau menurut kebijakan perusahaan asuransi, setidaknya
pembayaran premi asuransi diterima oleh perusahaan asuransi bersamaan dengan
diterimanya polis asuransi oleh tertanggung.
Di sisi lain, oleh karena adanya tekanan persaingan pada pasar asuransi relatif
tinggi, sedangkan target penjualan yang telah ditetapkan diupayakan minimal harus dapat
dicapai, serta dengan mempertimbangkan kelanggengan hubungan timbal balik yang
memuaskan dengan para konsumen, maka perusahaan asuransi melakukan kebijakan
penjualan kredit.
PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan sebagai perusahaan asuransi
kerugian melakukan penjualan kredit atas produk-produk asuransi yang dimilikinya
sebagai salah satu kebijakan pemasarannya.
Untuk mengantisipasi tertanggung yang tidak bertanggung jawab dan
menghindarkan penumpukan piutang premi tidak tertagih, PT. Asuransi XYZ, Tbk.
melakukan sistem pengawasan piutang premi sesuai Surat Keputusan Direksi No.
(14)
Penangguhan dan/atau Pembatalan Polis, kemudian diperbaharui dengan Surat
Keputusan Direksi No. 061/Kept/DU/VIII/2008 tanggal 19 Agustus 2008.
Sistem pengawasan piutang premi telah disosialisasikan dalam Management
Internal System, sebelum keluarnya penegasan kembali melalui Surat Keputusan Direksi No. 044/Kept/DU/VII/2005 tanggal 25 Juli 2005 dan sistem pengawasan ini diterapkan
kepada setiap Kantor Cabang PT. Asuransi XYZ, Tbk. dengan pantauan Bagian
Collection Kantor Pusat PT. Asuransi XYZ, Tbk.
Walaupun Standard Operating Procedure sistem pengawasan piutang premi
tersebut telah ditetapkan oleh perusahaan, namun dari data Laporan Outstanding –
Piutang Premi Langsung PT. Asuransi XYZ, Tbk. yang dihimpun selama 4 tahun dari
tahun 2008 hingga 2011, menunjukkan bahwa jumlah outstanding piutang premi
signifikan bila dibandingkan pendapatan premi. Data perbandingan tersebut dapat dilihat
lebih lanjut pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1. Perbandingan Outstanding Piutang Premi terhadap Pendapatan Premi
Sumber: Laporan Outstanding Piutang Premi Langsung & Laporan Produksi PT. Asuransi XYZ, Tbk. KC. Medan tahun 2008 sampai dengan 2011
Dari Tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 sampai dengan 2011,
prosentase perbandingan outstanding piutang premi terhadap pendapatan premi pada
tahun yang sama relatif tinggi, yang artinya kondisi ini tidak baik karena sumber
pendapatan perusahaan masih tertahan dalam bentuk piutang premi.
Keterangan 31 Des 2008 31 Des 2009 31 Des 2010 31 Des 2011
(1) Pendapatan Premi (Rp) 16.334.555.613,63 22.200.282.514,02 24.979.196.186,84 19.844.958.290,59 (2) Pembayaran (Rp) 12.639.949.615,57 15.371.859.618,28 21.404.842.775,20 15.980.728.281,51 (3) Outstanding Piutang Premi :
<= 60 Days Past Due (Rp) 786.662.040,00 1.502.808.293,00 908.315.878,70 433.601.561,64 61 <= Days Past Due (Rp) 2.907.943.958,06 5.325.614.602,74 2.666.037.532,94 3.430.628.447,44
Jumlah Outstanding Piutang Premi (Rp) 3.694.605.998,06 6.828.422.895,74 3.574.353.411,64 3.864.230.009,08 (4) Piutang : Pendapatan (%) 22,62% 30,76% 14,31% 19,47%
(15)
1.2. Perumusan Masalah
Mengacu kepada latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.2.1. Apakah faktor-faktor yang menjadi kendala dalam sistem pengawasan
manajemen piutang premi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan?
1.2.2. Apakah dampak dari penerapan sistem pengawasan manajemen piutang premi
terhadap kinerja keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1.3.1. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam sistem
pengawasan manajemen piutang premi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor
Cabang Medan.
1.3.2. Untuk menganalisis dampak dari penerapan sistem pengawasan manajemen
piutang premi terhadap kinerja keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk Kantor Cabang
Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.4.1. PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan, untuk dapat menjadi masukan
tentang faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam sistem pengawasan
manajemen piutang premi dan dampak dari sistem pengawasan manajemen
piutang premi terhadap kinerja keuangan.
1.4.2. Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan
(16)
dalam sistem pengawasan manajemen piutang premi dan dampak dari sistem
pengawasan manajemen piutang premi terhadap kinerja keuangan.
1.4.3. Penulis, untuk dapat memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor apa yang
menjadi kendala dalam sistem pengawasan manajemen piutang premi dan
dampak dari sistem pengawasan manajemen piutang premi terhadap kinerja
keuangan.
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian dapat terfokus pada akar permasalahan, maka dalam penelitian
ini penulis membuat batasan dan ruang lingkup sebagai berikut:
1.5.1. Outstanding piutang premi yang diteliti terbatas pada outstanding piutang premi
langsung dari tahun 2008 sampai dengan 2011.
1.5.2. Data pendapatan premi adalah pendapatan premi dari penjualan produk-produk
asuransi dari tahun 2008 sampai dengan 2011.
1.5.3. Analisis terhadap dampak dari sistem pengawasan manajemen piutang premi
(17)
BAB II
KERANGKA TEORETIS
2.1. Pengertian Piutang
Menurut Niswonger dkk. (1999): “istilah piutang (receivable) meliputi semua
klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau
organisasi lainnya.”
Dalam Standar Akuntansi Asuransi Kerugian (1994), disebutkan bahwa: “Piutang
digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang underwriting dan non underwriting
(piutang lain-lain). Piutang underwriting terdiri dari piutang premi dan piutang
re-asuransi”.
Sedangkan pengertian dari underwriting yaitu kegiatan yang berkaitan dengan
seleksi resiko atau pengelolaan risiko yang ditawarkan perusahaan asuransi, termasuk
menetapkan tingkat premi dan ketentuan-ketentuan lain yang akan diterapkan atas
penjualan jasa asuransi kepada tertanggung.
Selain daripada itu, dalam kegiatan ini ditentukan jumlah nilai pertanggungan
yang akan menjadi bagian tanggung jawab pihak re-asuransi dan yang akan ditanggung
sendiri oleh perusahaan asuransi (retain). Kegiatan underwriting ini menimbulkan premi
dan apabila penjualan jasa asuransi dilakukan secara kredit maka akan menimbulkan
Piutang Underwriting. Piutang premi merupakan bagian dari Piutang Underwriting.
Menurut Standar Akuntansi Asuransi Kerugian (1994): “bahwa piutang premi
meliputi tagihan premi kepada Tertanggung/Agen/Broker, dan perusahaan Asuransi
(ceding company) sebagai akibat adanya transaksi asuransi. Piutang dicatat sebesar
jumlah nominalnya, dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (piutang
(18)
Tertanggung, maka diskon tersebut langsung dikurangkan dari piutang preminya.
Piutang premi ini dapat disebut sebagai piutang usaha atau piutang dagang”.
2.2. Ruang Lingkup Piutang
Perusahaan yang memiliki kelebihan kapasitas dan biaya variabel yang rendah
cenderung melakukan invasi penjualan secara kredit, sehingga meningkatkan jumlah
piutang. Sebaliknya, perusahaan dengan operasional yang optimal dan margin laba yang
rendah akan sangat berhati-hati memperluas penjualan kredit. Kebijakan kredit yang
optimal dan tingkat piutang yang optimal bergantung kepada kondisi operasional
perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (1997), jumlah piutang usaha ditentukan oleh dua
faktor yaitu volume penjualan kredit dan jangka waktu rata-rata di antara penjualan dan
penagihan. Apabila perusahaan dapat beroperasi secara stabil, maka akan timbul
kondisi: Piutang usaha = Penjualan kredit per hari x Jangka waktu penagihan
Namun apabila salah satu unsur yaitu penjualan kredit ataupun lamanya periode
penagihan mengalami perubahan, maka piutang usaha mengalami perubahan, sehingga
diketahui bahwa jumlah piutang usaha bergantung kepada tingkat penjualan maupun
periode penjualan dan setiap kenaikan piutang usaha membutuhkan pembiayaan,
walaupun seluruh piutang usaha tidak dibiayai karena di dalamnya terkandung unsur laba
yang tidak merupakan pengeluaran kas, dengan asumsi bahwa kemungkinan pembiayaan
berasal bank, membeli secara kredit, menjual obligasi ataupun saham biasa.
2.2.1. Penggolongan Kredit
Menurut Sutojo (1997), berdasarkan kolektifibilitas yaitu tingkat pembayaran
(19)
1. Kredit Lancar bilamana memenuhi kriteria:
a. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga; atau
b. Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi belum melampaui satu bulan, bagi
kredit yang ditetapkan masa angsurannya kurang dari satu bulan; atau belum
melampaui tiga bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya secara
bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan; atau belum melampaui enam bulan, bagi
kredit yang masa angsurannya ditetapkan empat bulanan atau lebih; atau
c. Terdapat tunggakan bunga, tetapi belum melampaui satu bulan bagi kredit yang
masa angsurannya kurang dari satu bulan; atau belum melampaui tiga bulan bagi
kredit yang masa angsurannya lebih dari satu bulan.
2. Kredit Bermasalah terdiri dari:
1. Kredit Kurang Lancar, bilamana:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui masa satu bulan dan
belum melampaui masa dua bulan, bagi kredit dengan masa angsuran kurang
dari satu bulan; atau melampaui tiga bulan dan belum melampaui enam bulan
bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan atau tiga
bulanan; atau melampaui enam bulan, tetapi belum melampaui masa dua
belas bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan enam bulan atau
lebih; atau
b. Terdapat tunggakan bunga yang melampaui masa satu bulan, tetapi
belum melampaui masa tiga bulan, bagi kredit dengan angsuran kurang dari
satu bulan; atau melampaui masa tiga bulan, tetapi belum melampaui masa
(20)
2. Kredit Diragukan, bilamana kredit tersebut tidak dapat memenuhi kriteria kredit
lancar dan kredit kurang lancar, namun berdasarkan hasil penilaian kreditur dapat
disimpulkan bahwa:
a. Kredit tersebut masih dapat diselamatkan, serta nilai jaminan kreditnya tidak
kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman pokok dan bunga yang tertunggak;
atau
b. Kredit tersebut tidak dapat diselamatkan, tetapi nilai jaminan kreditnya tidak
kurang dari 100% nilai kredit dan bunga tertunggak.
3. Kredit Macet, bilamana:
a. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit
diragukan; atau
b. Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu dua
puluh satu bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum
terjadi pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; atau
c. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan
kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau
telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
2.2.2. Pemrakiraan dan Pengendalian Piutang
Pengelolaan piutang yang dilakukan secara efektif berkaitan erat dengan
ketersediaan kas. Oleh karena itu yang sering menjadi permasalahan utama dalam
pengelolaan piutang adalah dalam hal pemrakiraan jangka waktu piutang. Pemrakiraan
dan pengendalian piutang dilakukan untuk menghindarkan piutang tak tertagih dengan
menggunakan metode proyeksi Days Sales Outstanding (DSO) atau Days Sales in
(21)
Semakin cepat piutang menjadi kas, menandakan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai pengelolaan piutang yang baik. Days Sales Outstanding (rata-rata periode
pengumpulan piutang) digunakan untuk menjelaskan berapa hari penjualan tertahan
dalam bentuk piutang, dengan formulasi sebagai berikut:
Average Annual Sales Average Daily Sales = ---
360
Annual Account Receivable Days Sales Outstanding = ---
Average Daily Sales
Apabila rata-rata periode pengumpulan piutang memperlihatkan kenaikan pada
periode tertentu, perusahaan harus berupaya meningkatkan arus kas masuk.
2.2.3. Analisis Rasio Piutang
Menurut Prihadi (2008), ada beberapa rasio yang dapat dipergunakan untuk
menilai pengelolaan piutang dagang perusahaan dengan melakukan pengukuran waktu
penagihan dalam dua tahap yaitu dengan Receivable Turn Over dan Average Collection
Period, sebagai berikut:
Sales
Receivable Turn Over = --- Average Account Receivable 360
Average Collection Period = --- Receivable Turn Over
Dari rasio tersebut di atas akan diketahui bahwa semakin cepat perputaran
piutang berarti semakin sedikit dana yang perlu ditanam di dalam piutang usaha.
Demikian juga semakin pendek jangka waktu penagihan piutang, maka akan semakin
(22)
Sebaliknya, semakin lama jangka waktu penagihan piutang, maka akan semakin tertunda
tersedianya kas yang akan dipergunakan untuk kegiatan usaha perusahaan.
Selain daripada rasio tersebut di atas, untuk mengetahui besarnya tingkat piutang
dagang terhadap penjualan digunakan rasio sebagai berikut:
Annual Account Receivable Credit Sales Ratio = ---
Sales
2.2.4. Biaya Pengelolaan Piutang
Perusahaan tidak terlepas dari penanggungan resiko berupa biaya-biaya yang
ditimbulkan dari pengelolaan atas akumulasi sejumlah piutang.
Menurut Weston dan Brigham dalam Sirait (1997), biaya-biaya pengelolaan
piutang tersebut terdiri dari biaya kerugian piutang (bad debt expense), biaya
pengumpulan piutang, biaya administrasi dan biaya sumber dana, dengan uraian sebagai
berikut:
1) Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense)
Dalam pengelolaan piutang, perusahaan perlu memperhitungkan risiko atas tidak
tertagihnya sejumlah piutang dalam jangka waktu tertentu ke dalam biaya kerugian
piutang. Probabilitas risiko kerugian piutang cenderung meningkat bilamana standar
kredit diperlunak, dan akan menurun bilamana standar kredit diperketat.
2) Biaya Pengumpulan Piutang
Biaya pengumpulan piutang merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam rangka penagihan piutang. Biaya ini semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya pertambahan piutang sebagai dampak dari melunaknya standar kredit.
3) Biaya Administrasi
Biaya administrasi diperhitungkan dalam proses aktivitas pengelolaan, pengawasan
(23)
banyak tugas-tugas administrasi yang dilakukan, dan sebaliknya, tugas-tugas
administrasi akan semakin sedikit apabila penjualan kredit menurun.
4) Biaya Sumber Dana
Sejumlah dana diperlukan dan disediakan untuk pengawasan piutang yang
merupakan bagian dari aktiva. Dana yang disediakan itu akan diperhitungkan dan
dibebani biaya sumber dana.
2.3. Pengertian Sistem Pengawasan Manajemen Piutang
Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Tjakrawala (2005), definisi sistem
adalah “Suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan suatu atau
sekelompok aktivitas. Sistem memiliki karakteristik berupa rangkaian langkah-langkah
yang berirama, terkoordinasi, dan berulang; yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu”.
Pengendalian (pengawasan) dalam arti sempit sering disebut sebagai pengecekan
internal. Maksudnya adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang diawasi
oleh orang lain.
Sistem pengendalian (pengawasan) sedikitnya memiliki empat elemen:
1. Pelacak (detector) atau sensor-suatu perangkat yang mengukur apa sesungguhnya
terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2. Penilai (assessor)-suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa
aktual dengan cara membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari
apa yang seharusnya terjadi.
3. Effector-suatu perangkat (yang sering disebut dengan “umpan balik”) yang
mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan hal
(24)
4. Jaringan komunikasi-perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan
assessor dan antara assessor dan effector.
Manajemen merupakan suatu organisasi terdiri dari sekelompok orang yang
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama (dalam suatu organisasi bisnis
tujuan utamanya adalah memperoleh tingkatan laba yang memuaskan).
Proses pengendalian (pengawasan) manajemen adalah proses di mana manajer di
seluruh tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi
mengimplementasikan strategi yang dimaksud.
Sistem pengendalian (pengawasan) manajemen adalah sistem yang digunakan
oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu organisasi. Sistem pengendalian
(pengawasan) manajemen merupakan alat untuk mengimplementasikan strategi.
Secara internal perusahaan, sistem pengendalian (pengawasan) manajemen
piutang membentuk pengendalian (pengawasan) untuk melindungi piutang dengan
melakukan pemisahan fungsi-fungsi yang bertanggung jawab atas terbentuknya piutang.
Setiap individu dalam perusahaan yang bertanggung jawab dalam menangani
penjualan dipisahkan dari individu-individu yang menangani akuntansi untuk piutang
dan persetujuan kredit.
Sistem pengendalian (pengawasan) manajemen piutang sangat berperan bagi
perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, terutama oleh karena hal tersebut
berkaitan erat dengan masalah kebijakan kredit dan merubah kredit yang diterapkan.
Kebijakan kredit adalah merupakan seperangkat keputusan yang meliputi:
1) Periode kredit, merupakan keleluasaan waktu yang diberikan kepada debitur untuk
membayar pembelian-pembelian kredit mereka, misalnya, jangka waktu kredit 30, 60
(25)
2) Diskon yang diberikan oleh penjual untuk debitur yang melakukan pembayaran dini,
meliputi potongan tunai (discount amount) dan periode potongan tunai (discount
period).
3) Standar kredit, merupakan kriteria yang harus dipenuhi debitur untuk mendapatkan
kredit. Menurut Weston dan Brigham dalam Sirait (1997), penetapan standar kredit
menggambarkan ukuran terhadap kualitas kredit terkait dengan informasi
menyeluruh tentang debitur dengan salah satu cara menerapkan Lima “K” atau The
five “C” of Credit yaitu analisis tentang karakter, kapasitas, kapital, kolateral dan kondisi dari debitur.
4) Kebijakan pengumpulan piutang, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan
untuk mengumpulkan semua piutang bilamana sudah jatuh tempo. Perusahaan yang
memberikan jangka waktu kredit yang panjang cenderung memiliki jumlah piutang
yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan yang memberikan jangka
waktu kredit yang pendek. Situasi yang terbaik adalah melakukan penagihan piutang
secepat mungkin, sehingga kas yang diperoleh dari penagihan piutang akan
meningkatkan solvensi dan mengurangi resiko kerugian dari piutang tak tertagih.
Menurut Sutojo (1997), beberapa teknik pengumpulan piutang yang diterapkan oleh
perusahaan adalah melalui surat, telepon, kunjungan personal dan melakukan
(26)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam penulisan Geladikarya ini, kerangka konseptual yang digunakan dalam
proses penelitian diilustrasikan sebagai berikut:
1. Penelitian ini berawal dari latar belakang yaitu untuk meningkatkan pendapatan
premi dan dapat meraih target penjualan, maka salah satu strategi pemasaran yang
dilakukan oleh PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan dengan melakukan
penjualan kredit atas produk-produk jasa asuransinya.
2. Penjualan secara kredit menimbulkan piutang premi yang berdampak langsung
kepada penundaan arus kas masuk. Untuk mengelola dan mengendalikan piutang
premi tersebut, PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan memiliki manajemen
piutang premi.
3. Ekspektasi dari implementasi manajemen piutang premi tersebut adalah menekan
penumpukan piutang premi sehingga akan menaikkan arus kas masuk aktivitas
operasional dari penerimaan premi. Namun secara aktual, dari Laporan Outstanding
– Piutang Premi Langsung PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan
menunjukkan outstanding piutang premi dari tahun 2008 hingga 2011 relatif tinggi.
4. Kesenjangan antara ekspektasi dan aktual tersebut dilakukan analisis terhadap sistem
pengawasan manajemen piutang premi terkait dengan kinerja keuangan PT. Asuransi
XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi
kendala dalam sistem pengawasan manajemen piutang premi dan dampak dari
penerapan sistem pengawasan manajemen piutang premi terhadap kinerja keuangan
PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
(27)
premi terhadap kinerja keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan
sehingga akan menekan penumpukan piutang premi tidak tertagih dan mempercepat
arus kas operasional perusahaan sehingga meningkatkan kinerja keuangan PT.
Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
Dari uraian tersebut maka kerangka konseptual yang digunakan dalam proses
penelitian seperti digambarkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1.Kerangka Konseptual Penelitian Penjualan kredit
produk-produk jasa asuransi
Manajemen piutang premi
Ekspektasi
- Menekan penumpukan outstanding piutang premi
Aktual
- Penumpukan outstanding piutang premi relatif tinggi
Kesenjangan antara ekspektasi dan aktual
Analisis faktor-faktor kendala dan dampak sistem
pengawasan manajemen piutang premi terkait dengan
kinerja keuangan
Saran perbaikan dalam menjalankan sistem pengawasan manajemen piutang premi terkait dengan
(28)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di
PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
Waktu penelitian yang dipergunakan selama 10 (sepuluh) minggu dimulai dari tanggal
2 Desember 2011 sampai dengan 10 Februari 2012.
4.3. Populasi dan Sampel
Penelitian ini bersifat studi kasus sehingga responden hanya meliputi beberapa
seksi/bagian yaitu :
1. Seksi Keuangan dan Akuntansi terdiri dari 1 (satu) orang Collection Staff dan
1 (satu) orang Kepala Seksi Keuangan dan Akuntansi.
2. Bagian Marketing terdiri dari 4 (empat) orang Marketing Staff dan 1 (satu)
orang Marketing Manager.
3. Seksi Underwriting terdiri dari 1 (satu) orang Underwriting Staff dan 1 (satu)
orang Pjs. Manajer Tehnik.
4. Kepala Cabang.
5. Kepala Bagian Collection Kantor Pusat.
(29)
1. Wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak berkompeten dalam
mengendalikan, mengelola, dan mengawasi sistem manajemen piutang premi
pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
2. Mengumpulkan data yang mendukung seperti Laporan Outstanding Piutang
Premi Langsung, Rekapitulasi Laporan Produksi dari tahun 2008 hingga
2011, dan Surat Keputusan Direksi tentang prosedur pembayaran premi,
penangguhan dan/atau pembatalan polis serta surat-surat konfirmasi piutang.
4.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama yaitu dari hasil
wawancara dengan para responden.
Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Data sekunder yang
diperoleh penulis berupa Laporan Outstanding Piutang Premi Langsung,
Rekapitulasi Laporan Produksi dari tahun 2008 hingga 2011, dan surat-surat
keputusan Direksi PT. Asuransi XYZ, Tbk. serta surat-surat konfirmasi
piutang premi yang ada hubungannya dengan penelitian, yang digunakan oleh
peneliti untuk diproses lebih lanjut.
4.6. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan pendekatan deskriftif, dan semua data
(30)
pengawasan manajemen piutang dan terkait kinerja keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk.
Kantor Cabang Medan.
Pendekatan analisis data dilakukan dengan:
1. Metode deskriftif yaitu dengan memusatkan penelitian terhadap pemecahan
permasalahan dengan menginterpretasikan data kuantitaf dan kualitatif untuk
mengetahui masalah yang dihadapi dan menganalisis hasil wawancara dengan para
responden yang terkait sistem pengawasan manajemen piutang premi, sistem
pencatatan/administrasi piutang premi dan pelaksanaan Standard Operating
Procedure PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan sehingga diperoleh kesimpulan umum atas penelitian tentang faktor-faktor yang menjadi kendala dalam
sistem pengawasan manajemen piutang premi dan dampak dari peranan sistem
pengawasan manajemen piutang premi terhadap kinerja keuangan PT. Asuransi
XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
2. Metode deduktif yaitu dengan bertitik tolak pada konsep teoretis yang secara umum
diterima, kemudian diambil kesimpulan khusus tentang tentang faktor-faktor yang
menjadi kendala dalam sistem pengawasan manajemen piutang premi dan dampak
dari peranan sistem pengawasan manajemen piutang premi terhadap kinerja
(31)
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Singkat PT. Asuransi XYZ, Tbk. 5.1.1 . Dekade 1980
Perseroan didirikan dengan nama PT. Maskapai Asuransi XYZ pada tahun 1979
yang berdomisili di Bandung, dengan bisnis yang berbasiskan kepercayaan dari PT.
Perkebunan I – XXIX (Persero). Pada periode ini operasional perseroan didukung oleh
jaringan 5 kantor cabang dan 1 kantor perwakilan. Dengan semakin berkembangnya
kegiatan usaha, sejak tahun 1987 domisili perseroan dipindahkan dari Bandung ke
Jakarta.
5.1.2. Dekade 1990
Dengan semakin meningkatnya kepercayaan dari PT. Perkebunan dan
berkembangnya industri asuransi, perseroan mulai mengembangkan bisnisnya di sektor
perbankan, Badan Usaha Milik Negara dan Swasta. Dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada pelanggan, perseroan memperluas jaringan dengan menambah 2
kantor cabang dan 1 kantor perwakilan.
5.1.3. Dekade 2000
Dengan melihat peluang pasar yang ada, perseroan memfokuskan segmentasi
usaha di sektor korporasi dan ritel, dengan pendekatan pengembanan manajemen risiko
dan pusat pelayanan pelanggan yang berorientasi “customer care”. Untuk membentuk
corporate image, perseroan melakukan perubahan logo dan peluncuran produk unggulan. Untuk lebih dekat dengan pelanggan, perseroan menambah jaringan distribusi menjadi
10 (sepuluh) kantor cabang, 7 (tujuh) kantor pemasaran dan 5 (lima) kantor unit
(32)
5.2. Visi dan Misi PT. Asuransi XYZ, Tbk. 5.2.1. Visi
Visi PT. Asuransi XYZ, Tbk adalah menjadi mitra utama yang terpercaya dalam
memberikan jaminan dan perlindungan dini dengan mengutamakan pelayanan
dan kepuasan pelanggan di era ekonomi digital.
5.2.2. Misi
Misi PT. Asuransi XYZ, Tbk. adalah sebagai berikut:
Memberikan layanan terpadu, mudah, cepat menyenangkan dan proaktif dalam mengembangkan manajemen risiko serta menciptakan produk-produk
berkualitas sesuai kebutuhan pasar berdasarkan kehati-hatian.
Menjadikan perusahaan sebagai tempat sehat serta membanggakan untuk berkarya, berkehidupan dan tempat untuk mengembangkan profesionalitas bagi
karyawan.
Berupaya menghasilkan laba atau keuntungan dengan cara efisien serta menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan sehingga dapat menunjang
misi pemegang saham dan ikut berperan serta dalam pembangunan nasional.
5.3. Nilai-Nilai Inti PT. Asuransi XYZ, Tbk. Nilai-Nilai Inti Perusahaan terdiri dari :
Inovasi
Proaktif
Kecepatan
Kualitas
Integritas
(33)
5.4. Profil Produk
PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan menjual produk-produk asuransi:
5.4.1. Engineering Insurance
Terdiri dari Contractor & Erection All Risk, Machinery Breakdown, Civil Plant
Machinery & Equipment Insurance dan Civil Engineering Completed Risk. 5.4.2. Fire Insurance
Terdiri dari Property/Industrial All Risk, Business Interruption, Earthquake
Insurance, dan Drying Sheds Insurance. 5.4.3. Motor Vehicle Insurance
Terdiri dari Motor Vehicle Insurance dan Heavy Equipment Insurance.
5.4.4. Marine Insurance
Terdiri dari Marine & Air Cargo Insurance, Land Transport Insurance dan
Marine Hull Insurance. 5.4.5. Surety
Terdiri dari Bid Bond, Performance Bond, Advance Payment Bond, dan
Maintenance Bond. 5.4.6 Miscellaneous
Terdiri dari Burglary, Billboard, Cash In Transit/Safe dan Personal Accident.
5.5. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar dari PT. Asuransi XYZ, Tbk adalah sebagai berikut:
1. Bisnis Afiliasi terdiri dari:
a. Corporate yaitu bisnis yang diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara.
b. Retail yaitu bisnis yang diperoleh dari Karyawan PT. Perkebunan
(34)
2. Bisnis Non Afiliasi terdiri dari:
a. Corporate yaitu bisnis yang diperoleh dari Direct Corporate.
b. Retail yaitu bisnis yang diperoleh dari Broker, Leasing, Dealer dan Agen.
5.6. Struktur Organisasi
5.6.1. Dewan Komisaris dan Direksi
Sesuai Hasil Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal
30 Mei 2011, susunan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Asuransi XYZ, Tbk. adalah
sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris Utama dan Komisaris Independen.
Dewan Direksi
Dewan Direksi terdiri dari Direktur Utama, Direktur Pemasaran, Direktur
Teknik dan Direktur Keuangan & SDM.
5.6.2. Komposisi Saham
Pada tahun 2003 perseroan melakukan Penawaran Umum Saham kepada
masyarakat dan berubah menjadi perseroan terbuka dengan komposisi saham 98,10%
milik Dana Pensiun Perkebunan dan 1,90% milik masyarakat (masing-masing kurang
dari 5%), sehingga dari struktur organisasi PT. Asuransi XYZ, Tbk. yang berbentuk garis
dan staf, kekuasaan dan wewenang tertinggi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. terletak pada
General Meeting of Shareholders.
(35)
Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT. XYZ, Tbk.
5.6.3. Finance Division Head Office
Finance Division PT. Asuransi XYZ, Tbk. terdiri dari 3 (tiga) departemen yaitu Accounting & Tax Department, Finance & Budgeting Departement dan Collection Department.
General Meeting of Shareholders
Board of Commisioners
Board of Directors
Commitee Audit
Internal Audit Dept. IT Dept Corporate Secretary Technical Division Finance Division
HR & GA Division Marketing Division Marketing Retail & Leasing Dept Underwriting Marine Dept Business Development Dept Underwriting Non Marine Dept Marketing Direct Corp Dept Claim Marine & Non Marine Dept
Risk Mgt & Survey Dept Finance & Budgeting Dept Accounting & Tax Dept Collection Dept Human Resources Dept General Affair Dept Branch Office Marketing Office Marketing Broker & Bank Dept Claim Motor Vehicle Dept Underwriting Motor Vhc Dept
(36)
Accounting & Tax Department bertanggung jawab terhadap pengawasan pembukuan yang dilakukan oleh perusahaan sesuai Standar Akuntansi Keuangan
(Asuransi Kerugian) dan proses penyelesaian pajak perusahaan.
Finance & Budgeting Department bertanggung jawab terhadap pengevaluasian Rencana Anggaran Belanja Perusahaan dengan realisasi biaya tahun berjalan dan
pengawasan seluruh sumber-sumber pemasukan serta rencana investasi yang akan
dilakukan oleh perusahaan.
Collection Department bertanggung jawab terhadap pengelolaan piutang-piutang perusahaan yang terdiri dari piutang premi maupun piutang reasuransi.
5.6.4. Internal Audit Department Head Office
Fungsi Internal Audit:
1. Internal Audit adalah unit internal yang bersifat independen dan berfungsi untuk:
a. Membantu Direktur Utama agar dapat secara efektif mengamankan investasi dan
asset perusahaan.
b. Melakukan analisa dan evaluasi efektifitas sistem dan prosedur pada semua
bagian dan unit kegiatan perusahaan.
2. Internal Audit menjalankan fungsinya berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh dewan direksi dan untuk menjamin independensi aparat, Internal Audit hanya
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
Tugas dan tanggung jawab:
1. Melakukan pengujian dan evaluasi terhadap sistem pengendalian pengelolaan,
pemantauan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur pada seluruh bagian.
2. Melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem pengendalian informasi dan
(37)
a. Informasi penting perusahaan terjamin keamanannya.
b. Fungsi sekretariat perusahaan dalam pengendalian informasi dapat berjalan
dengan efektif.
c. Penyajian laporan-laporan perusahaan dan kegiatan-kegiatan perusahaan
memenuhi peraturan perundang-undangan.
3. Melaksanakan tugas khusus dalam lingkup pengendalian internal yang ditugaskan
oleh Direktur Utama.
Wewenang:
6. Menyusun, mengubah dan melaksanakan kebijakan audit intern termasuk antara lain
menentukan prosedur dan lingkup pelaksanaan pekerjaan audit.
7. Akses terhadap semua dokumen, pencatatan, personal dan fisik, informasi atas obyek
audit yang dilaksanakannya, untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugasnya sesuai garis-garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan
oleh Direktur Utama.
8. Melakukan verifikasi dan uji kehandalan terhadap informasi yang diperolehnya,
dalam kaitan dengan penilaian efektifitas sistem yang diauditnya.
Internal Audit tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab atas kegiatan/aktifitas
yang diperiksa/diaudit, tetapi tanggung jawab Internal Audit adalah penilaian dan analisa
atas kegiatan/aktifitas tersebut.
5.7. Struktur Organisasi PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Asuransi XYZ, Tbk. No.
044/Kept/DU/VI/2007 tanggal 04 Juni 2007, struktur organisasi PT. Asuransi XYZ, Tbk.
(38)
Gambar 5.2. Struktur Organisasi PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan
5.7.1 Finance Section PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan
1. Finance & Human Resourcers Section
Tanggung jawab : Langsung kepada Branch Manager
Uraian Tugas/Pekerjaan:
- Memeriksa bukti masuk/keluar kas dan bank.
- Memeriksa buku harian kas/bank.
- Memeriksa persediaan dan bukti penggunaan meterai.
- Memeriksa dan membuat bukti memorial.
- Memeriksa rekonsiliasi bank dan meterai.
- Memeriksa berita acara pemeriksaan meterai dan kas. Branch Office Manager
Technic Section Underwriting Staff Claim Staff Finance & Acc Staff
HR & GA Staff Finance & HR Section Marketing Manager Marketing Retail & Leasing Section Marketing Broker & Bank Section Marketing Direct Corp Section
Staff Staff Staff
Marketing Office
(39)
- Memeriksa surat konfirmasi piutang premi.
- Memeriksa dan membuat neraca percobaan dan perinciannya.
- Memeriksa dan membuat pencocokan rekening koran dengan kantor pusat.
- Menyusun permintaan uang kerja setiap bulan.
- Memeriksa buku tambahan piutang klaim resiko sendiri.
- Menyusun daftar aktiva dan membuat penyusutannya per triwulan.
- Membuat pelaporan pajak penghasilan.
- Membantu menyusun Rencana Anggaran Belanja tahun berikutnya.
- Membantu menyusun Laporan Triwulan.
- Membuat Memorandum atas realisasi kredit nota dan anggaran.
- Mencetak buku besar setiap nomor rekening setiap bulan.
- Memeriksa lembur karyawan, daftar gaji, daftar uang makan dan uang kas kecil.
- Membuat realisasi Cash Flow.
Wewenang : mengawasi pekerjaan kasir dan collection staff.
2. Finance & Accounting Staff
2.1. Cashier
- Membuat bukti masuk/keluar kas dan bank.
- Membuat berita acara penggunaan meterai dan persediaan meterai.
- Membuat rekonsiliasi bank dan meterai.
2.2. Collection Staff
- Membuat daftar perincian piutang setiap bulan.
- Membuat surat konfirmasi piutang premi.
(40)
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan (wawancara) kepada
responden yang berkompeten dengan sistem pengawasan manajemen piutang premi PT.
Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan untuk memperoleh respon dari sisi
faktor-faktor yang yang menjadi kendala dalam sistem pengawasan manajemen piutang premi
PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan. Responden dalam penelitian ini
berjumlah 10 (sepuluh) orang terdiri dari:
1. 1 (satu) orang Kepala Bagian Collection Kantor Pusat
2. 1 (satu) orang Kepala Cabang
3. 2 (dua) orang dari Seksi Keuangan & Akuntansi Kantor Cabang
4. 2 (dua) orang dari Seksi Underwriting
5. 4 (empat) orang Bagian Marketing
6.2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang sudah
diolah, yang bersumber dari Laporan Realisasi Penjualan dan Laporan Outstanding -
Piutang Premi Langsung dari tahun 2008 sampai dengan 2011.
Tabel 6.1. Data Penjualan dan Piutang Premi Tahun
No. Keterangan
2008 2009 2010 2011
1.1. Penjualan Awal 15.976.884.868,47 16.334.555.613,63 22.200.282.514,02 24.979.196.186,84
1.2. Penjualan Akhir 16.334.555.613,63 22.200.282.514,02 24.979.196.186,84 19.844.958.290,59
1.3. Penjualan Rata-Rata 16.155.720.241,05 19.267.419.063,83 23.589.739.350,43 22.412.077.238,72
2.1. Piutang Usaha Awal 1.874.116.348,44 3.694.605.998,06 6.828.422.895,74 3.574.353.411,64
2.2. Piutang Usaha Akhir 3.694.605.998,06 6.828.422.895,74 3.574.353.411,64 3.864.230.009,08
2.3. Piutang Usaha Rata-Rata 2.784.361.173,25 5.261.514.446,90 5.201.388.153,69 3.719.291.710,36 Sumber: Laporan Outstanding Piutang Premi Langsung & Laporan Produksi PT. Asuransi XYZ, Tbk. KC. Medan
(41)
6.3. Analisis dan Pembahasan
Dari data wawancara diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang menjadi kendala
dalam sistem pengawasan manajemen piutang premi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk.
Kantor Cabang Medan dikarenakan 3 (tiga) hal yaitu:
personal yang mengelola, mengendalikan/mengawasi manjemen piutang premi,
sistem pencatatan/administrasi piutang premi,
pelaksanaan Standard Operating Procedure sistem pengawasan manajemen piutang premi.
6.3.1 Personal
Dari uraian tugas dan tanggung jawab secara struktural, personal yang berperan
langsung dalam pengawasan piutang premi PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang
Medan adalah:
1. Kepala Bagian Collection Kantor Pusat
2. Kepala Cabang
3. Kepala Seksi Keuangan & Akuntansi Kantor Cabang
4. Collection Staff Kantor Cabang
Kendala-kendala yang ditimbulkan dari sisi personal dalam menjalankan sistem
pengawasan manajemen piutang premi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang
Medan, adalah diakibatkan hal-hal sebagai berikut:
a. Sikap kerja
Sesuai fungsi dan tanggung jawab yang sudah ditetapkan, sampai dengan tanggal 1
Agustus 2011, proses pembuatan dan pemeriksaan daftar perincian piutang premi dan
(42)
Akuntansi, dan dari tanggal 1 Agustus 2011 sampai dengan sekarang dikerjakan oleh
Collection Staff.
Perincian piutang premi diperoleh dengan cara mengunggah data dari sistem
pembukuan keuangan (Care Program Manager atau CARE Keuangan & Akuntansi)
dan mengeksekusi administrasi pekerjaan secara manual (non sistem).
Oleh karena peningkatan pendapatan premi pada tahun 2008 sampai dengan 2010
dan perluasan jaringan pemasaran pada tahun 2011, maka terjadi peningkatan jumlah
piutang dan Tertanggung PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan.
Adanya penumpukan data piutang premi dan penundaan dalam pengerjaan daftar
perincian piutang premi dan surat konfirmasi piutang premi mengakibatkan
penyelesaian daftar perincian piutang premi dan surat konfirmasi piutang premi
menjadi sangat terlambat bahkan surat konfirmasi piutang premi dikirimkan kepada
Tertanggung setelah berakhir periode asuransi pada polis atau pengiriman surat
konfirmasi piutang premi di atas 60 hari kalender setelah piutang premi jatuh tempo.
Kondisi ini telah menyimpang dari ketentuan standar prosedur pengelolaan tagihan
premi dalam Surat Keputusan Nomor 061/Kept/DU/VIII/2008 dimana penerbitan
surat pemberitahuan jatuh tempo premi paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum
tanggal jatuh tempo pembayarannya.
Keterlambatan dalam penyediaan daftar perincian piutang menyebabkan tidak dapat
diketahui informasi terkini dari jumlah keseluruhan piutang premi dan sekaligus
menyebabkan keterlambatan melakukan penagihan piutang premi. Kedua hal ini
menyebabkan penumpukan piutang premi tidak tertagih dan memperlambat
penerimaan arus kas operasional perusahaan. Dan semakin lama umur piutang
premi, maka semakin rendah peluang hasil yang direalisasikan atas modal yang
(43)
b. Tidak ada penerapan reward & punishment dari perusahaan
Setiap bulan Kepala Bagian Collection Kantor Pusat memberikan ulasan dalam
bentuk memorandum kepada Kepala Cabang mengenai produksi premi yang masih
belum dapat ditagih. Kemudian Kepala Cabang menindaklanjuti ulasan tersebut
terkait dengan piutang premi yang belum dapat ditagih dari bisnis Afiliasi, kemudian
meneruskan memorandum kepada Kepala Seksi Keuangan & Akuntansi dan
Marketing Kantor Cabang dengan prioritas pada segmen bisnis Non Afiliasi untuk
dilakukan analisis dan kepastian status terakhir terhadap piutang premi belum
tertagih tersebut, yakni: sudah dibayar tetapi belum dicatat pada sistem pembukuan,
masih dapat ditagih atau tidak dapat ditagih sehingga harus dibatalkan
pertanggungannya bila belum melewati periode asuransi.
Umpan balik dari Kepala Seksi Keuangan & Akuntansi dan Marketing Kantor
Cabang kepada Kepala Cabang bukan hal yang urgensi, karena adanya kesepakatan
tidak tertulis antara Kepala Cabang dengan Bagian Marketing bahwa seluruh piutang
premi yang tidak dapat ditagih menjadi tanggung jawab yang harus dilunasi oleh para
staff Marketing terkait apabila piutang premi masih tidak tertagih sampai dengan periode asuransi pada polis berakhir karena polis tidak dapat dibatalkan.
Demikian juga tidak ada tanggapan tertulis dari Kepala Cabang atas
memorandum/ulasan Kepala Bagian Collection terhadap produksi premi yang masih
outstanding pada bulan berjalan.
Oleh karena piutang premi tidak tertagih menjadi tanggung jawab penuh Kepala
Cabang dan hanya mempengaruhi sebatas penilaian kinerja kantor cabang dan tidak
adanya penerapan reward & punishment dari perusahaan sehingga tidak ada
perubahan penanganan terhadap sistem pengawasan manajemen piutang premi PT.
(44)
6.3.2. Sistem Pencatatan/Administrasi Piutang Premi
Alur informasi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan dapat dilihat
pada diagram di bawah ini.
Gambar 6.1. Alur Informasi
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa ada pembagian fungsi-fungsi yang
bertanggung jawab atas terbentuknya piutang. Bagian Marketing melakukan penjualan
secara tunai ataupun kredit terhadap produk-produk asuransi kepada
Tertanggung/klien/nasabah, kemudian data tersebut diolah Seksi Underwriting menurut
kondisi dan persyaratan perusahaan. Risiko yang telah diseleksi dan dapat dijamin oleh
perusahaan diterbitkan dalam bentuk polis atau kontrak asuransi. Informasi yang
dihasilkan dari Seksi Underwriting kepada Seksi Keuangan & Akuntansi adalah berupa
jumlah tagihan premi, sedangkan kepada Seksi Klaim adalah berupa jenis risiko yang
sepakat dijamin oleh perusahaan.
Proses selanjutnya, premi yang dibayar tunai oleh Tertanggung diselesaikan
pembukuannya oleh Kasir, sedangkan pembayaran melalui pemindahbukuan bank,
diselesaikan oleh Kepala Seksi Keuangan & Akuntansi dengan melakukan pencocokan
mutasi pada rekening koran bank.
Dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
- meningkatnya jumlah pembayaran melalui pemindahbukuan bank,
- distribusi fisik polis-polis dari Seksi Underwriting ke Seksi Keuangan & Akuntansi
menyusul setelah premi dibayar,
Seksi Underwriting
Seksi Keuangan & Akuntansi Bagian Marketing
(45)
- penumpukan arsip polis-polis dengan status premi yang masih belum dibayar di
Seksi Keuangan & Akuntasi menyebabkan proses pencarian polis-polis memerlukan
waktu yang tidak singkat,
maka dengan alasan untuk efisiensi waktu, Seksi Keuangan & Akuntansi melakukan
pencatatan pelunasan piutang premi ke dalam jurnal sementara (Un-Allocated Suspend –
Receipt Voucher). Hal ini mengakibatkan daftar piutang premi belum tertagih tidak up-to-date dan surat konfirmasi piutang berulang dikirimkan kepada Tertanggung yang telah melunasi piutang preminya.
6.3.3 Pelaksanaan Standard Operating Procedure
Dari sisi pelaksanaan Standard Operating Procedure, maka kendala-kendala
ditimbulkan oleh karena hal-hal sebagai berikut:
a. Standard Operating Procedure yang diterapkan sudah tidak berlaku
Seksi Keuangan & Akuntansi Kantor Cabang Medan yang menjadi ujung tombak
pengawasan piutang premi masih menerapkan Standard Operating Procedure
piutang premi sesuai Surat Keputusan Direksi Nomor 044/Kept/DU/VII/2005 tanggal
25 Juli 2005, sedangkan surat keputusan direksi ini sudah tidak berlaku lagi sejak
dikeluarkannya Surat Keputusan Direksi Nomor 061/Kept/DU/III/2008 tanggal 19
Agustus 2008 tentang Prosedur Pengelolaan Tagihan Premi. Kesalahan penerapan
petunjuk pelaksana ini, mengakibatkan adanya selisih perbedaan waktu tagih lebih
lama 14 hari terhitung mulai dari keluarnya surat penangguhan sampai surat
pemberitahuan pembatalan.
b. Penyimpangan pelaksanaan Standard Operating Procedure
Sesuai Surat Keputusan Direksi Nomor 061/Kept/DU/III/2008 tertulis bahwa surat
(46)
bagian yang mengeksekusi pembatalan polis. Namun pada praktek kerjanya, Seksi
Underwriting tidak dapat langsung menindaklanjuti pembatalan polis tersebut sebelum ada konfirmasi tertulis dari Bagian Marketing. Hal ini disebabkan adanya
perjanjian kerja sama dengan pihak bank rekanan sehingga Standard Operating
Procedure nomor 061/Kept/DU/III/2008 tidak dapat diterapkan secara tegas oleh karena pertimbangan untuk menjaga hubungan baik dan langgeng dikemudian hari
dengan para rekanan.
6.3.4. Analisis Rasio-Rasio Piutang
Dari data Laporan Realisasi Penjualan dan Laporan Outstanding – Piutang
Premi Langsung diperoleh hasil analisis rasio-rasio piutang pada tabel di bawah ini.
Tabel 6.2. Hasil Analisis Rasio-Rasio Piutang
Rasio 2008 2009 2010 2011
ADS 16.155.720.241,05 = ---
360
= Rp. 44.877.000,67/hari
19.267.419.063,83 = ---
360
= Rp. 53.520.608,51/hari
23.589.739.350,43 = ---
360
= Rp. 65.527.053,75/hari
22.412.077.238,72 = ---
360 = Rp. 62.255.770,10/hari
DSO 3.694.605.998,06 = ---
44.877.000,67
= 82 hari
6.828.422.895,74 = --- 53.520.608,51
= 127 hari
3.574.353.411,64 = --- 65.527.053,75
= 54 hari
3.864.230.009,08 = --- 62.255.770,10
= 62 hari RTO 16.334.555.613,63 = ---
2.784.361.173,25
= 6 kali
22.200.282.514,02 = --- 5.261.514.446,90
= 4 kali
24.979.196.186,84 = --- 5.201.388.153,69
= 5 kali
19.844.958.290,59 = --- 3.719.291.710,36
= 5 kali ACP 360 = ---
6
= 60 hari
360 = --- 4
= 90 hari
360 = --- 5
= 72 hari
360 = --- 5
= 72 hari CSR 3.694.605.998,06 = ---
16.334.555.613,63
= 22,62%
6.828.422.895,74 = --- 22.200.282.514,02
= 30,76%
3.574.353.411,64 = --- 24.979.196.186,84
= 14,31%
3.864.230.009,08 = --- 19.844.958.290,59
= 19,47%
Sumber: Data diolah dari Laporan Outstanding Piutang Premi Langsung & Laporan Produksi PT. Asuransi XYZ, Tbk. KC. Medan tahun 2008 sampai dengan 2011
(47)
Dari Tabel 6.2. memperlihatkan dampak penerapan sistem pengawasan
manajemen piutang premi terhadap kinerja keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. sebagai
berikut:
a. Rata-rata pendapatan premi menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun 2008
sampai dengan 2011 dan pendapatan premi tersebut tertahan dalam bentuk piutang
premi dalam rentang waktu minimal 54 hari dengan jumlah Rp. 3.538.460.902,50
dan maksimal 127 hari dengan jumlah Rp. 6.797.117.280,77 serta mengindikasikan
bahwa penjualan kredit ini berada pada keadaan kredit bermasalah.
b. Dari hasil analisis Receivable Turn Over, bahwa kemampuan dana yang tertanam
dalam piutang berputar dalam suatu periode tersebut lambat dan tidak
memperlihatkan adanya perubahan peningkatan kecepatan waktu perputaran.
Receivable Turn Over paling lambat adalah 4 kali atau dana dalam piutang berputar menjadi kas dalam waktu 92 hari dan paling cepat adalah 6 kali atau 60 hari.
Lambatnya Receivable Turn Over mengakibatkan biaya pengelolaan piutang yang
terdiri dari biaya kerugian piutang, biaya pengumpulan piutang, biaya administrasi
dan biaya sumber dana cenderung akan meningkat
c. Periode pengumpulan piutang premi (Average Collection Period) berada di antara 60
sampai 90 hari. Hal ini memperlihatkan bahwa teknik pengumpulan piutang yang
diterapkan perusahaan dengan mengirimkan surat konfirmasi piutang premi dan
susulan penagihan via telepon tidak berjalan efektif.
Penumpukan piutang premi yang sangat tinggi, perputaran piutang premi lambat
dan periode pengumpulan piutang premi lama, mengindikasikan bahwa SK. Direksi
Nomor 061/Kept/DU/III/2008 tidak dilaksanakan secara tegas dan rendahnya tingkat
pengawasan manajemen piutang premi yang mengakibatkan pengelolaan piutang premi
(48)
Selain itu, dampak dari tingginya jumlah piutang premi yang berumur lebih dari
61 hari sangat mempengaruhi kesehatan keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor
Cabang Medan, karena dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003
tentang Kesehatan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi tentang peraturan
Risk Base Capital perusahaan asuransi kerugian, bahwa piutang premi yang berumur lebih dari 61 hari tidak dapat dikategorikan sebagai kekayaan yang diperkenankan.
Sebagai perusahaan asuransi kerugian dimana salah satu sumber dana perusahaan
untuk membayar kerugian-kerugian (klaim) adalah dari premi asuransi yang telah
dibayar dimuka, maka tertahannya pendapatan premi dalam bentuk piutang sekaligus
menunda aliran penerimaan kas masuk dalam rentang waktu 54 hingga 127 hari,
mengakibatkan likuiditas perusahaan menjadi di atas 127 hari dan hal ini dapat
menyebabkan pelunasan hutang-hutang klaim menjadi lama yang selanjutnya akan
berdampak kepada menurunnya reputasi PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang
(49)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap responden yang berkompeten terhadap sistem
pengawasan manajemen piutang premi dan terkait dengan kinerja keuangan PT. Asuransi
XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan dapat disimpulkan sebagai berikut:
7.1.1. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam sistem pengawasan manajemen
piutang premi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan
1. Dari sisi personal, terutama Seksi Keuangan & Akuntansi Kantor Cabang
Medan, dengan sikap kerja yang tidak menjalankan prosedur standar
operasional secara tegas dalam sistem pengawasan manajemen piutang premi,
mengakibatkan keterlambatan penyelesaian daftar perincian piutang premi
dan pengiriman surat konfirmasi piutang premi kepada Tertanggung. Kondisi
ini diperburuk dengan adanya persepsi bahwa piutang premi tidak tertagih
menjadi tanggung jawab Bagian Marketing dan tidak adanya penerapan
reward & punishment dari perusahaan.
2. Sebagai alasan efisiensi waktu, pencatatan penyelesaian piutang premi pada
jurnal sementara. Hal ini menyebabkan daftar perincian piutang premi tidak
up-to-date sehingga surat penagihan piutang premi berulang diberikan kepada Tertanggung yang sudah melunasi hutang premi
3. Standard Operating Procedure sistem pengawasan manajemen piutang premi
yang dilaksanakan sudah tidak berlaku sehingga terdapat waktu tagih lebih
lama 14 hari terhitung mulai dari keluarnya surat penangguhan sampai surat
(50)
7.1.2 Dampak dari penerapan sistem pengawasan manajemen piutang premi terhadap
kinerja keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan
1. Pendapatan premi tertahan dalam bentuk piutang premi antara 54 sampai 127
hari dengan kisaran jumlah di atas Rp. 3.500.000.000,- sampai dengan Rp.
6.700.000.000,- dan status kredit bermasalah. Dan sudah diposisi riskan
menjadi kredit macet.
2. Hasil rasio Receivable Turn Over memperlihatkan perputaran piutang
menjadi kas lambat yaitu di antara 4 sampai dengan 6 kali atau di kisaran 60
sampai dengan 92 hari.
3. Average Collection Period atau periode pengumpulan piutang premi lambat,
berada diantara 60 sampai dengan 90 hari.
4. Penumpukan piutang premi yang sangat tinggi, perputaran piutang premi
menjadi kas lambat dan periode pengumpulan piutang premi lama,
mengindikasikan rendahnya tingkat pengawasan manajemen piutang premi
yang berdampak buruk terhadap kinerja keuangan PT. Asuransi XYZ, Tbk.
Kantor Cabang Medan.
7.2. Saran
1. Standard Operating Procedure sistem pengawasan manajemen piutang premi
yang sebelumnya sudah ada yaitu Surat Keputusan Direksi Nomor
061/Kept/DU/III/2008 agar dilengkapi dengan sanksi struktural kepada seksi
terkait dan kantor cabang apabila tidak dijalankan sesuai ketentuan.
2. Agar tanggung jawab penagihan piutang tidak menjadi tumpang tindih di
(51)
standar dan peraturan tertulis yang berlaku sama di seluruh Kantor Cabang
PT. Asuransi XYZ, Tbk.
3. Collection Staff Kantor Cabang seharusnya tidak bekerja sebatas melakukan
pencatatan administrasi piutang premi dan pembuatan surat pemberitahuan
piutang premi dan menyerahkan tugas penyampaian surat penagihan piutang
ataupun penagihan piutang kepada para staf Marketing, tetapi juga berperan
aktif dalam melakukan penagihan melalui telepon ataupun kunjungan
langsung ke Tertanggung yang berada di dalam kota Medan.
4. PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan tidak hanya berfokus kepada
pencapaian target penjualan akan tetapi riskan menjadi kredit macet, yaitu
dengan cara lebih selektif memilih Tertanggung, karena perusahaan asuransi
adalah penjual jasa dalam bentuk kontrak asuransi, sehingga apabila sampai
periode asuransi berakhir dan piutang premi belum tertagih serta tidak ada
terjadi klaim atas obyek yang diasuransikan, maka Tertanggung yang
memiliki niat tidak baik akan merasa rugi membayar premi karena risiko
yang dipertanggungkan tidak terjadi dan piutang premi menjadi tidak tertagih
(52)
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N. dan Govindarajan, Vijay, Terjemahan F.X. Kurniawan Tjakrawala, 2005, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku 1, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1994, Standar Akuntansi Asuransi Kerugian, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Niswonger, Rollin C.; Warren, Carl S.; Reeve, James M.dan Fess, Philip E., Terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, 1999, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jilid 1, Edisi 19, Erlangga, Jakarta.
Prihadi, Toto, 2008, 7 Analisis Rasio Keuangan, PPM, Jakarta.
Subekti, R., Tjitrosudibio, 1993, Kitab Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, Pradnya Paramita, Jakarta.
Sutojo, Siswanto, 1997, Manajemen Terapan Bank, Edisi 1, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F., Terjemahan Alfonsus Sirait, 1997, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1 dan 2, Erlangga, Jakarta.
(53)
LAMPIRAN - I
SK. DIREKSI NO. 061/KEPT/DU/VIII/2008
Surat Keputusan Direksi Nomor 061/Kept/DU/VIII/2008 tentang Prosedur Pengelolaan Tagihan Premi sebagai berikut:
I. Penerbitan Polis dan Penagihan Premi
1. Dalam setiap penerbitan Polis dan/atau Nota Premi (termasuk koasuransi, baik sebagai co-leader maupun co-member) harus dinyatakan tanggal jatuh tempo pembayaran preminya, apabila dalam Polis/Nota Premi tidak disebutkan tanggal jatuh temponya, maka jatuh tempo pembayaran preminya adalah pada saat tanggal Polis/Nota Premi tersebut diterbitkan.
2. Ketentuan pembayaran premi harus dinyatakan sebagai persyaratan berlakunya polis dan penetapan jatuh tempo untuk masing-masing pertanggungan dilakukan dengan pertimbangan masa pertanggungan dan jenis penutupannya, yaitu sebagai berikut:
a) Polis asuransi yang jangka waktu pertanggungannya tidak lebih dari satu bulan, antara lain asuransi pengangkutan (cargo), surety bond (bid bond/performance bond), cash in transit, dan sebagainya, maka jatuh tempo pembayarannya adalah sesegera mungkin dan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal mulai berlakunya pertanggungan.
b) Polis asuransi yang jangka waktu pertanggungannya lebih dari satu bulan, maka jatuh tempo pembayarannya paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal mulai berlakunya pertanggungan atau sesuai dengan yang dinyatakan dalam polis.
c) Untuk polis koasuransi, jatuh tempo pembayarannya paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal mulai berlakunya pertanggungan.
d) Polis asuransi yang preminya dibayarkan secara angsuran hanya diberlakukan untuk polis jangka waktunya lebih dari satu bulan dengan ketentuan sebagai berikut:
- jumlah angsuran maksimum 4 (empat) kali dan angsuran terakhir paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sebelum tanggal berakhirnya pertanggungan, apabila angsuran lebih dari 4 (empat) kali harus mendapat persetujuan Direksi.
- dalam polis juga harus dilekatkan Full Premium If Loss, yang menyatakan “apabila terjadi klaim atas polis tersebut, maka premi harus dilunasi seluruhnya terlebih dahulu sebelum ditindaklanjuti proses klaimnya meskipun pembayaran preminya belum jatuh tempo”.
e) Untuk penutupan melalui Broker/Pialang/Agen Badan Hukum, maka jatuh tempo pembayarannya paling lambat 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak tanggal mulai pertanggungan atau sesuai dengan yang dinyatakan dalam Perjanjian Kerjasama yang telah disepakati secara tertulis.
3. Penentuan jatuh tempo pembayaran premi yang tidak sesuai dengan ketentuan tersebut di atas harus mendapat persetujuan Direksi.
4. Setiap polis yang akan jatuh tempo pembayaran preminya namun belum diterima pembayarannya harus diterbitkan Surat Pemberitahuan Jatuh Tempo Premi dan disampaikan kepada Klien (Tertanggung/Broker/Agen/Lainnya) paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum tanggal jatuh tempo pembayarannya.
39 39
(1)
LAMPIRAN – III
DAFTAR WAWANCARA
Nama : ... Jabatan : ... Bagian/Seksi : ... Tanggal Wawancara : ... Tanda Tangan : ...
I. Personal Pelaku dalam Sistem Pengawasan Manajemen Piutang Premi
1. Apakah PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan memiliki jadwal menyajikan Daftar Perincian Piutang Premi (Aging Schedule) dan setiap tanggal berapa jadwal tersebut harus diselesaikan? Dan apakah selalu tepat atau tidak tepat jadwal?
... ... ...
2. Apakah menurut Bapak/Ibu yang menjadi faktor-faktor kendala dalam proses penyelesaian Daftar Perincian Piutang Premi agar tepat sesuai dengan jadwal?
... ... ...
3. Apakah ada reward dalam penyelesaian Daftar Perincian Piutang Premi yang tepat waktu dan punishment bila penyelesaian Daftar Perincian Piutang Premi terlambat? ... ... ...
4. Menurut Bapak/Ibu, penagihan piutang premi menjadi tanggung jawab Bagian Marketing atau Staff Collection? Mengapa?
... ... ...
(2)
5. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu cara penanganan dan pengiriman surat konfirmasi piutang kepada Tertanggung?
... ... ...
6. Apakah surat konfirmasi piutang premi yang dikirimkan kepada Tertanggung sudah memenuhi ketentuan dalam Standard Operating Procedure yaitu paling lambat 7 hari kalender sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran sudah disampaikan kepada Tertanggung? (Apabila pengiriman terlambat, lanjutkan pertanyaan ke nomor 7) ... ... ...
7. Menurut Bapak/Ibu, apakah yang menjadi penyebab keterlambatan dalam
penyelesaian dan pengiriman surat konfirmasi piutang premi tersebut? Dan sepengetahuan Bapak/Ibu, berapa hari kerjakah rata-rata keterlambatan penyampaian surat konfirmasi piutang premi?
... ... ...
8. Apakah akibat dari keterlambatan penyampaian surat konfirmasi piutang premi tersebut kepada operasional Bagian/Seksi Bapak/Ibu?
... ... ...
II. Pencatatan/Administrasi Piutang Premi
9. Bagaimanakah sistem pencatatan/administrasi piutang premi di PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan?
... ... ...
(3)
10. Apakah sistem pencatatan/administrasi piutang premi tersebut sudah mendukung dalam pengerjaan/penanganan/pengendalian piutang premi PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan? Mengapa?
... ... ...
11.(Khusus kepada Bagian Keuangan & Akuntansi) Apakah kendala-kendala yang Bapak/Ibu dapatkan dalam melakukan pencatatan/administrasi piutang premi?
... ... ...
12.(Khusus kepada Bagian Marketing) Apakah dampak bagi Bagian Marketing atas kendala-kendala yang yang dihadapi Bagian Keuangan & Akuntansi dalam melakukan pencatatan/administrasi piutang premi?
... ... ...
III. Pelaksanaan Standard Operating Procedure Penagihan Piutang Premi
13.Apakah PT. Asuransi XYZ, Tbk. memiliki Standard Operating Procedure dalam mengelola/mengendalikan piutang premi?
... ... ...
14.Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu penerapan/pelaksanaan dari Standard Operating Procedure manajemen piutang premi tersebut dalam pekerjaan?
... ... ...
(4)
15.Menurut Bapak/Ibu apakah kira-kira yang menjadi kendala-kendala dari penerapan Standard Operating Procedure dalam penagihan piutang premi tersebut?
... ... ...
16.Apakah PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan memiliki sistem yang mengawasi pelaksanaan/penerapan Standard Operating Procedure penagihan piutang premi?
... ... ...
17.Apakah menurut Bapak/Ibu Standard Operating Procedure penagihan piutang premi yang telah ditetapkan sudah tepat dengan kondisi penanganan piutang premi pada PT. Asuransi XYZ, Tbk. Kantor Cabang Medan?
... ... ...
(5)
LAMPIRAN – IV
TABULASI HASIL WAWANCARA
No Jawaban Responden Jumlah
Responden 1a
1b
Ya, setiap tanggal 5 bulan berikutnya .
- Tidak pernah tepat jadwal/tidak disajikan sejak 2008.
- Masih dapat dikategorikan terjadwal.
10 8 2
2 - Personal ybs menunda pengerjaan Daftar Perincian Piutang.
- Eksekusi pekerjaan manual dan jumlah tertanggung banyak.
8 2
3 - Tidak ada reward & punishment . - Ada reward, tetapi tidak ada punishment.
8 2
4 - Tanggung jawab Bagian Marketing, karena mereka yang melakukan
penjualan.
- Tanggung jawab Staff Collection, karena ybs yang memantau
piutang-piutang yang masih oustanding.
- Tanggung jawab bersama Bagian Marketing dan Staff Collection,
karena mereka yang mengetahui posisi oustanding piutang.
5 4 1
5 - Lambat dan terlambat lebih dari 60 hari bahkan berakhir periode polis.
- Lambat.
8 2
6 - Tidak memenuhi ketentuan dan terlambat lebih dari 7 hari
- Terlambat, karena jumlah tertanggung sangat banyak dan pengerjaan
penyelesaian non sistem (manual)
- Tidak memenuhi ketentuan bahkan polis sudah berakhir.
6 2 2
7a
7b
- Jumlah tertanggung banyak sekali
- Overload pekerjaan di seksi Keuangan & Akuntansi
- Personal yang berperan dalam penyelesaian pekerjaan melakukan
penumpukan pekerjaan.
- Rata-rata lebih dari 60 hari setelah jatuh tempo pembayaran.
- Rata-rata 2 s/d. 3 bulan setelah jatuh tempo pembayaran.
1 1 8
8 2
8 - Tidak diketahui posisi piutang yang up-to-date.
- Banyak oustanding piutang premi yang tidak jelas statusnya.
- Terlambat melakukan collection, terlambat penerimaan pada kas
6 2 2
9 - Pembayaran tunai, langsung dibukukan kasir; pembayaran dengan
pemindahbukuan dipantau dengan rekonsiliasi bank.
- Pembayaran secara tunai tidak bermasalah, pembayaran melalui bank
dicatat pada jurnal sementara karena arsip polis-polis banyak sehingga tidak dapat dicari dengan cepat.
2 8
(6)
No Jawaban Responden Jumlah
Responden
10 - Belum mendukung pengendalian piutang premi karena masih ada dan
banyak pembayaran piutang premi dicatatkan dalam juranal sementara
- Sudah cukup dapat mendukung pengendalian piutang premi, apabila
jurnal sementara terus dilakukan up-dating.
6
4
11 (Khusus seksi Keuangan & Akuntansi)
Jumlah tertanggung meningkat mengakibatkan jumlah polis sangat banyak sehingga arsip polis-polis menumpuk.
2
12 (Khusus Bagian Marketing)
- Surat konfirmasi piutang premi dikirimkan berulang kepada
tertanggung yang sudah melunasi hutangnya
- Karena adanya pencatatan pembayaran pada jurnal sementara, maka
tidak diketahui secara pasti apakah piutang premi sudah lunas atau belum.
2 2
13 - Ya, memiliki SOP No. 061 tahun 2008.
- Ya, memiliki SOP No. 044 tahun 2005.
8 2
14 - Penerapan SOP tersebut hanya sebatas panduan dalam pengendalian
piutang premi.
- SOP tersebut tidak menyentuh akar permasalahan dalam penagihan
piutang premi karena tidak ada sanksi struktural bagi personal yang terlibat dalam penagihan piutang premi.
- Sudah cukup layak, tetapi sosialisasi dan implementasinya masih
kurang.
3 5
2
15 - Tidak ada pantauan terhadap pelaksanaan SOP No. 061 tahun 2008.
- Tidak ada punishment supaya SOP pengendalian piutang premi
dijalankan secara tepat dan tegas.
- Adanya penyimpangan dalam menjalankan SOP No. 061 tahun 2008
karena pertimbangan hubungan baik/rekanan dan perjanjian kerja sama yang telah dibuat dengan rekanan.
2 4 4
16 - Tidak ada sistem yang langsung menjangkau/menyentuh pengawasan
penerapan SOP No. 061 tahun 2008 (sistem pengendalian piutang premi)
- Ada prasarana yang mengawasi penerapan SOP tetapi tidak dijalankan
secara kontiniu dan jelas umpan baliknya.
6
4
17 - Sudah tepat, apabila dijalankan dengan benar dan bertanggung jawab.
- Belum tepat/masih ada kekurangannya, karena belum ada tercantum
reward & punishment dalam menjalankan SOP No. 061 tahun 2008.
5 5