Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Suatu Sistem Pengawasan Manajemen Terhadap Biaya Produksi PT. Mardec Nusa Riau

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI SUATU SISTEM PENGAWASAN MANAJEMEN TERHADAP BIAYA PRODUKSI PADA

PT. MARDEC NUSA RIAU

OLEH

NAMA : ROIHANA HARAHAP

NIM : 050503082

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara

MEDAN 2 0 1 0


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi yang berjudul “Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Suatu Sistem Pengawasan Manajemen Terhadap Biaya Produksi PT. Mardec Nusa Riau” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2009 Yang membuat pernyataan,

Roihana Harahap NIM: 050503082


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan kemudahannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Suatu Sstem pengawasan Manajemen Terhadap Biaya Produksi Pada PT. Mardec Nusa Riau ”.

Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA,AK selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs.Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Bapak Drs.Zainal A.T Silangit, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji II atas saran-sarannya.


(4)

5. Bapak Armen Muda Hasibuan, S.sos, dan para pegawai PT. Mardec Nusa Riau yang telah memberikan bantuan dalam penyusunanb skripsi ini. 6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Marhan Harahap dan Ibunda Delina

Rambe. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan keluarga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasn skripsi. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2010 Penulis,

Roihana Harahap NIM: 050503082


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebaga suatu sistem pengawasan manajemen terhadap biaya produksi pada PT. Mardec Nusa Riau.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif statistik. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Sedangkan data sekundernya adalah data anggaran dan laporan pertanggungjawaban.Penelitian pada PT. Mardec Nusa Riau menunjukkan fakta bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu sistem pengawasan manajemen terhadap biaya produksi telah diterapkan dengan efektif.

Hal ini ditunjukkan melalui pendelegasian wewenang, tanggung jawab serta uraian tugas kepada masing-masing deprtemen pada setiap pertanggungjawaban cukup jelas. Anggaran biaya produksi disusun secara bottom up dimulai dari manajer departemen ke tingkat manajemen puncak. Selain itu, laporan berkala yang diberikan manajer departemen kepada direktur utama menujukkan adanya pengawasan yang baik terhadap kegiatan operasional yang baik.

Kata kunci : Akuntansi Pertanggungjawaban, Pengawasan Manajemen, Biaya Produksi, Anggaran, Program dan Laporan


(6)

ABSTRACT

This research purpose to determine the benefits of implementing responsibility accounting as a system of management controls on production costs at PT. Mardec Nusa Riau.

This research uses descriptive statistics. The data used consist of primary data and secondary data. Primary data is data obtained from interviews and observation. While secondary data are budget data and accountability reports. Research in PT. Mardec Nusa Riau indicates the fact that the application of responsibility as a system of management controls on production costs has been implemented effectively.

This is demonstrated through the delegation of authority, responsibility and job descriptions to each department in each accountability is clear enough. Production cost budgets prepared in a bottom up approach starting from department managers to top management level. In addition, regular reports provided to the chief executive department managers show a good oversight of operational activities is good.

Key words : Accounting for Accountability, Management Control, Production Costs, Budgets, Programs and Reports


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR DAN LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Konseptual... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Akuntansi Pertanggungjawaban………...8

1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban………...9

2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban……….11

3. Kondisi-Kondisi Yang Menunjang Efektivitas penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban………..13


(8)

B. Pusat Pertanggungjawaban………14

1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban...14

2. Jenis–Jenis Pusat Pertanggungjawaban...15

3. Karakteristik Pusat Pertanggungjawaban...20

C. Pengawasan Biaya Produksi... 24

1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Biaya Produksi...24

2. Metode Pengawasan Biaya produksi...26

3. Pengawasan Biaya Produksi Melalui Akuntansi Pertanggungjawaban………....31

D. Sistem Pelaporan Pusat pertanggungjawaban biaya………..32

1. Prinsip Dasar Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban...33

2. Jenis Laporan Pertanggungjawaban ………34

E. Sistem Pengawasan Manajemen dan Akuntansi Pertanggungjawaban Biaya Produksi...36

1. Sistem Pengawasan Manajemen...36

2. Akuntansi Pertanggungjawaban Biaya Produksi...39

BAB III METODE PENELITIAN...43

A. Jenis dan Sifat Penelitian...43

B. Jenis Data...43

C. Teknik Pengumpulan data...44


(9)

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian...44

BAB IV HASIL PENELITIAN...46

A. Data Penelitian...46

1. Gambaran Umum Perusahaan...46

2. Pusat Pertanggungjawaban dan Pengawasan Biaya Produksi...54

3. Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Biaya...56

4. Sistem Pengawasan Manajemen dan Akuntansi Biaya Produksi...58

B. Analisis dan Evaluasi...59

1. Analisis dan Evaluasi Struktur Organisasi... ...59

2. Analisis dan Evaluasi Pusat Pertanggungjawaban dan Pengawasan Biaya Produksi...61

3. Analisis dan Evaluasi Sistem Pelaporan Pusat Pertanggungjawaban Biaya...63

4. Analisis dan Evaluasi Sistem pengawasan Manajemen dan Akuntansi Pertanggungjawaban Biaya Produksi...65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...71

A. Kesimpulan...71


(10)

DAFTAR PUSTAKA...74 LAMPIRAN ...75


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel No. Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu... 40 3.1 Jadwal Penelitian... 45


(12)

DAFTAR GAMBAR DAN LAMPIRAN

Gambar No. Judul Halaman

1.1 Kerangka Konseptual... 6 1.2 Organisasi Fungsional... 23 1.3 Organisasi Divisional... 24 Lampiran No.

1 Lembar kuesioner... 75 2 Laporan Pertanggungjawaban Latex Concentrate.... 80 3 Laporan pertangungjawaban Skimblock... 81 4 Struktur organisasi PT. Mardec Nusa Riau... 82


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebaga suatu sistem pengawasan manajemen terhadap biaya produksi pada PT. Mardec Nusa Riau.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif statistik. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Sedangkan data sekundernya adalah data anggaran dan laporan pertanggungjawaban.Penelitian pada PT. Mardec Nusa Riau menunjukkan fakta bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu sistem pengawasan manajemen terhadap biaya produksi telah diterapkan dengan efektif.

Hal ini ditunjukkan melalui pendelegasian wewenang, tanggung jawab serta uraian tugas kepada masing-masing deprtemen pada setiap pertanggungjawaban cukup jelas. Anggaran biaya produksi disusun secara bottom up dimulai dari manajer departemen ke tingkat manajemen puncak. Selain itu, laporan berkala yang diberikan manajer departemen kepada direktur utama menujukkan adanya pengawasan yang baik terhadap kegiatan operasional yang baik.

Kata kunci : Akuntansi Pertanggungjawaban, Pengawasan Manajemen, Biaya Produksi, Anggaran, Program dan Laporan


(14)

ABSTRACT

This research purpose to determine the benefits of implementing responsibility accounting as a system of management controls on production costs at PT. Mardec Nusa Riau.

This research uses descriptive statistics. The data used consist of primary data and secondary data. Primary data is data obtained from interviews and observation. While secondary data are budget data and accountability reports. Research in PT. Mardec Nusa Riau indicates the fact that the application of responsibility as a system of management controls on production costs has been implemented effectively.

This is demonstrated through the delegation of authority, responsibility and job descriptions to each department in each accountability is clear enough. Production cost budgets prepared in a bottom up approach starting from department managers to top management level. In addition, regular reports provided to the chief executive department managers show a good oversight of operational activities is good.

Key words : Accounting for Accountability, Management Control, Production Costs, Budgets, Programs and Reports


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia usaha dewasa ini, termasuk Indonesia telah dipacu menuju tingkat persaingan yang semakin ketat baik dibidang industri maupun dibidang perdagangan dan jasa. Kondisi ini dengan sendirinya mengharuskan setiap perusahaan untuk mengelolah semua kegiatan dengan lebih efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pencapaian tujuan perusahaan yakni mencapai laba bersih yang maksimal, maka salah satu hal yang mendapat perhatian khusus adalah pengawasan yang sebaik–baiknya atas biaya-biaya terutama biaya yang berkaitan dengan proses produksi. Pengawasan manajemen meliputi metode, posedur dan biaya-biaya, dan cara-cara yang digunakan manajemen untuk mempengaruhi para anggota organisasi agar melaksanakan strategi dan kebijakan secara efektif dan efesien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Untuk tujuan pengawasan biaya, manajemen membuat perencanaan untuk setiap pusat biaya, yaitu dengan mengelompokkan setiap biaya menurut fungsi unit-unit kerja dengan sebaik-baiknya. Pengelompokan menurut fungsi unit kerja tersebut berhubungan dengan pencatatan dan pemisahan biaya bagi tiap-tiap bagian atau sub bagian dalam perusahaan. Hal inilah dimaksudkan untuk mempermudah pelaporan dan pertanggungjawaban biaya masing-masing bagian kepada manajer. Pengelompokkan kemudian menimbulkan apa yang disebut dengan konsep


(16)

akuntansi pertanggunggjawaban, karena setiap pimpinan yang ditugaskan pada pusat-pusat tersebut harus bertanggungjawaban atas biaya yang terjadi pada pusat biaya masing-masing.

Pada konsep akuntansi pertanggungjawaban, perusahaan dipandang sebagai kesatuan dari beberapa unit organisasi. Akuntansi pertanggungjawaban mengkonsentrasikan pada gagasan bahwa suatu organisasi semata-mata merupakan sekelompok orang yang bekerja dalam suatu organisasi merupakan wewenang untuk mengendalikan biaya atau pendapatan sebagai suatu pusat pertanggungjawaban tersendiri yang kepengurusannya harus ditegaskan, diukur dan dilaporkan kepada manajemen diatasnya.

Untuk tujuan pengawasan biaya produksi pada pusat biaya (cost center), manajer membuat perencanaan yaitu dengan merumuskan rencana anggaran biaya produksi, pengelompokan setiap biaya, serta melakukan pengawasan atas aktivitas produksi Penerapan akuntansi pertanggungjawaban dititikberatkan terhadap pengawasan biaya. Dalam pusat pertanggungjawaban, biaya dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan. Manajer pusat pertanggungjawaban hanya bertanggungjawab terhadap biaya-biaya yang dapat dikendalikan saja. Melalui akuntansi pertanggungjawaban, manajer pusat pertanggungjawaban akan melaporkan dan mempertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatannya, kemudian hasil pelaksanaan tersebut akan dibandingkan dengan anggaran terkait yang telah disusun sebelumnya oleh masing-masing kepala bagian. Apabila ditemukan


(17)

adanya perbadaan antara hasil pencapaian dengan rencana anggaran, selanjutnya akan dianalisis penyebabnya serta ditentukan tindakan perbaikan tertentu.

PT. Mardec Nusa Riau merupakan salah satu perusahaan yang menspesialikan pengolahan latex concentrate dan skim block produksi latex concentrate 600 ton (kering) dan skim block 60 ton (kering) per bulan. Bahan baku untuk produksi latex concenrate ini adalah dari getah susu atau latex kebun baik dari kebun estate maupun kebun dari masyarakat. Latex concentrate ini adalah bahan baku untuk berbagai produk ataupun produk spesial dengan bahan baku dasar latex concentrate. Pemasaran produk latex concentrate ini adalah dalam dan luar negeri. Sebagai perusahaan yang melakukan produksi dengan kualitas ekspor, tentunya memerlukan pengelolaan penggunaan sumber-sumber daya yang ada pada perusahaan dengan cara seefektif mungkin. Kondisi ini sangat penting diperhatikan sehingga perusahaan dimungkinkan untuk hidup dan berkembang dengan produk-produk yang mampu bersaing dipasar dalam dan luar negeri. Salah satu langkah yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pengawasan biaya-biaya produksi perusahaan yang seefektif mungkin.

Uraian diatas mendorong penulis untuk melakukan suatu penelitian yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi yang berjudul “Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Suatu Sistem Pengawasan Manajemen Terhadap Biaya Produksi”


(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka pokok permasalahan akuntansi pertanggungjawaban untuk biaya produksi pada PT.Mardec Nusa Riau sebagai objek penelitian yang mempunyai bagian produksi adalah sebagai berikut :

1. Apakah struktur organisasi pada PT. Mardec Nusa Riau telah menunjukkan pendelegasian dan tanggungjawab yang memenuhi konsep akuntansi pertanggungjawaban?

2. Apakah akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu sistem pengawasan manajemen terhadap biaya produksi telah diterapkan dengan efektif pada PT. Mardec Nusa Riau?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan adalah :

a. Untuk mengetahui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam perusahaan apakah sudah memenuhi syarat akuntansi pertanggugjawaban

b. Untuk mengetahui efektifitas penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban biaya produksi pada perusahaan yang diteliti dalam hubungannya dengan sisstem pengawasan manajemen.


(19)

2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari peneliti adalah :

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang perbedaan antara teori dan praktek akuntansi pertanggungjawaban di lapangan.

b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menjadi sumbang saran dalam hal penerapan akuntansi pertanggungjawaban biaya produksi sebagai suatu sistem pengawasan manajemen.

c. Bagi akademis hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi peneliti yang lain dalam melakukan penelitian sejenis lebih lanjut.


(20)

D. Kerangka Konseptual

Gambar 1.1 Kerangka konseptual

Pada konsep akuntansi pertanggungjawaban, perusahaan dipandang sebagai kesatuan dari beberapa organisasi. Akuntansi pertanggungjawaban mengkonsentrasikan pada gagasan bahwa suatu organisasi semata-mata merupakan sekelompok orang yang bekerja kearah pencapaian tujuan umum dan mengakui bahwa masing-masing orang dalam suatu organisasi mempunyai wewenang untuk mengendalikan biaya atau

Sistem Pertanggungjawaban

Biaya Produksi

Penerapan

Karakteristik Pusat Pertanggungjawaban 1. Adanya Pelimpahan

Wewenang yang Jelas

2. Adanya Pembagian Tugas dan

Tanggungjawab

3. Mengawasi Biaya yang terjadi

Prosedur,Pendelegasian dan Laporan

Tindak lanjut Membandingkan

Anggaran dan Realisasi


(21)

pendapatan sebagai suatu pusat pertanggungjawaban tersendiri yang kepengurusannya harus ditegaskan, diukur, dan dilaporkan ke manajemen diatasnya. Penerapan akuntansi pertanggunngjawaban dittikberatkan terhadap pengawasan biaya. Melalui akuntansi pertanggungjawaban, manajer pusat pertanggungjawaban akan melaporkan dan mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan kegiatannya, kemudian hasil pelaksanaan tersebut akan dibandingkan dengan anggaran terkait yang telah disusun sebelumnya oleh masing-masing kepala bagian. Apabila ditemukan adanya perbedaan antara hasil pencapaian dengan rencana anggaran selanjutnya akan dianalisis penyebabnya serta ditentukan tindakan perbaikan tertentu.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Pertanggungjawaban

Pada skala organisasi berskala kecil, seringkali proses pengambilan keputusan serta aktivitas manajemen dijalankan oleh seorang individu yang sama. Namun berbeda dengan organisasi yang berskala besar, proses pengambilan keputusan tersebut diserahkan kepada manajer yang berbeda, yang memiliki wewenang dan tanggung jawab atas idang-bidang operasi tertentu. Dalam suatu organisasi proses pelimpahan wewenang dan tanggung jawab ini disebut desentralisasi. Para manajer dari bidang-bidang yang didesentralisasikan tersebut diberi wewenang, dan suatu saat mereka harus mempertanggungjawabkan semua resiko yang mungkin timbul dari dari keputusan-keputusan yang diambil.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa semakin kompleksnya organisasi modern saat ini menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk melimpahkan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada orang lain. Dalam situasi seperti ini peranan akuntansi manajemen semakin dibutuhkan terutama dalam merancang suatu sistem akuntansi yang mampu menyediakan laporan untuk menilai seberapa baik seoarang manajer mampu mencapai tujuan-tujuan serta rencana-rencana organisasi. Sistem akuntansi yang dirancang khusus untuk melaksanakan hal-hal seperti ini disebut Akuntansi pertanggungjawaban.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep akuntansi manajemen yang dipola sesuai dengan pembagian tanggungjawab dalam organisasi. Dengan pola ini data dan fakta kegiatan organisasi dapat


(23)

dihimpun, diklafikasikan dan dilaporkan menurut pusat–pusat pertanggungjawaban yang ada. Dengan cara itu, laporan pelaksanaan kegiatan perusahaan dapat dilaporkan menurut pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut, sehingga manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan dapat memperoleh umpan balik (feedback) untuk menilai efektivitas pengawasan yang harus dilakukan serta perencanaan yang selanjutnya.

Untuk dapat memahami konsep akuntansi pertaggungjawaban, maka berikut ini akan dilakukan pembahasan atas berbagai konsep mengenai akuntansi pertanggungjawaban.

1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Defenisi akuntansi pertanggungjawaban telah banyak dirumuskan oleh para ahli, yang pada dasarnya mempunyai maksud dan pengertian yang sama. Berikut ini defenisi dari beberapa ahli.

Mulyadi (2001:218) memberikan defenisi sebagai berikut:

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapata melakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan.

Menurut Horgern (1993:307)

Akuntansi pertanggungjawaban adalah (responsibility accounting ) adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi itu dan mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya yang memiliki tanggung jawab yang bersangkutan.

Dari beberapa defenisi di atas dapat dikemukakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang mengakui pusat-pusat


(24)

pertanggungjawaban sebagai pelaksana kegiatan dengan memiliki tanggung jawab atas biaya dan pendapatan tertentu sehingga pengawasan dapat diarahkan pada pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. Sistem akuntansi pertanggungjawaban di sini dititikberatkan terhadap pengawasan biaya. Setiap biaya dalam tiap-tiap unit organisasi harus dapat diawasi dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan oleh masing-masing unit tersebut. Lalu dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan data menurut anggaran dapat diadakan penilaian atas pusat-pusat biaya dalam perusahaan.

Akuntansi pertanggungjawaban bukan hanya untuk menunjukkan terjadinya penyimpangan biaya yang diperlihatkan dalam laporan kinerja manajer, tetapi terutama adalah memberikan informasi bagaimana kegiatan yang menjadi tugas manajer pusat pertanggungjawaban dilakukan. Melalui informasi ini diharapkan akan timbul motivasi bagi manajer untuk bekerja lebih efesien dan efektif serta dapat melakukan tindakan korektif yang diperlukan agar hasil yang diperoleh merupakan yang terbaik dengan tidak mengesampingkan tujuan perusahaan.

Untuk membentuk dan mempertahankan sistem akuntansi pertanggungjawaban, Matz dan Usry (1997:420) mengemukakan tiga konsep dasar sebagai berikut:

a. Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas penggolongan tanggungjawab manajemen (departemen–departemen) pada setiap tingkatan dalam suatu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi masing- masing departemen . Individu yang mengepalai klasifikasi pertanggungjawaban, harus bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan biaya-biaya dari kegiatannya. b. Titik awal sistem akuntansi pertanggungjawaban terletak pada bagan


(25)

c. Setiap anggaran harus jelas menunjukkan biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh orang yang bersangkutan.

Sebagai kesimpulan pembahasan mengenai akuntansi pertanggungjawaban di atas, dapatlah diikhtisarkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah proses yang meliputi:

a. Penunjukkan pusat pertangugjawaban

b. Pendelegasian wewenang kepada orang-orang dalam pusat pertanggungjawaban

c. Penyajian anggaran, pengumpulan data realisasi, dan penyajian laporan perbandingan antara realisasi dan anggaran.

d. Penanganan orang-orang yang bertanggung jawab atas tindakan perbaikan tertentu.

2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah mengajak para karyawan untuk melakukan pekerjaan yang serta dapat bertanggungjawab atas penyimpangan biaya maupun penyimpangan penghasilan perusahaaan.

Mulyadi (2001:174) mengemukakan bahwa:

Akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran, sedangkan informasi masa lalu bermanfaat sebagai:

a. Penilaian kinerja manajemen pusat pertanggungjawaban b. Pemotivasi manajer

Dari kutipan di atas dapat dikemukakan tiga manfaat akuntansi pertanggungjawaban:


(26)

Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan untuk pencapaian tujuan perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang tanggung jawab tersebut. Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan bagi tiap manajer yang bertanggung jawab dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengakui nilai sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi tanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan.

b. Penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban

Sehubungan dengan penilaian prestasi pusat pertanggungjawaban ada dua kriteria yang dapat digunakan yaitu efesiensi dan efektivitas. Penilaian dengan menggunakan kriteria ini tidaklah bersifat absolut tetapi dipergunakan dalam bentuk perbandingan. Efesiensi merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang dipergunakan. Pada kebanyakan pusat pertanggungjawaban, pengukuran efesiensi dilakukan dengan cara membandingkan aktual dengan anggaran dari pendapatan atau biaya-biaya yang benar-benar dipergunakan. Efektifitas adalah hubungan antara keluaran pusat tanggung jawab dengan semua yang harus dicapai . Apabila


(27)

kontribusi keluaran yang dihasilkan semakin mendekati nilai pencapaian sasaran, maka semakin efektiflah pusat pertanggungjawaban tersebut.

c. Pemotivasi manajer

Orang akan memiliki motivasi untuk berusaha jika ia berkeyakinan bahwa suatu kinerja dan akan diberi penghargaan. Penilaian kinerja yang memberikan penghargaan akan berpengaruh langsung pada motivasi manajer untuk meningkatkan kinerja. Informasi akuntansi pertanggungjawaban berisikan laporan pertanggungjawaban manajer dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai prestasi manajer yang tentunya secara positif mendorong manajer untuk meningkatkan kinerja. Maksimalisasi motivasi manajer dan karyawan berarti membangkitkan dorongan dalam diri setiap orang untuk mengarahkan semua usaha dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Motivasi dapat dibangkitkan secara langsung yaitu dengan memberikan penghargaan berupa bonus dan promosi. Penghargaan tidak langsung dilakukan dengan memberikan tunjangan kesejahteraan karyawan seperti asuransi, honorarium, liburan atau tunjangan lainnya.

3. Kondisi-kondisi yang Menunjang Efektifitas Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu sistem juga merupakan suatu rangkaian, prosedur, teknik, dan metode yang saling berkaitan satu sama lain di dalam mencapai tujuan tertentu. Bertolak dari hal itu, maka suatu sistem tidak akan dapat berjalan dengan baik jika salah satu unsur atau beberapa unsur dari


(28)

sistem tersebut ada yang tidak lengkap atau tidak berjalan sesuai dengan prosedur,teknik yang telah ditetapkan.

Mulyadi (1990:348) mengemukakan lima kondisi yang harus dipenuhi sehingga suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan dengan efektif yaitu:

a. Organisasi yang terdiri atas pusat-pusat pertanggungjawaban dan yang terdapat desentralisasi wewenang didalamnya.

b. Anggaran biaya yang disusun menurut pusat pertanggungjawaban. c. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat atau tidaknya dikendalikan

(controllability) oleh manajemen pusat pertanggungjawaban.

d. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi. e. Sistem laporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab.

Kelima syarat di atas harus dipenuhi untuk mencapai efektifitas penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Adanya struktur organisasi yang baik dan memadai merupakan syarat utama yang harus dipenuhi kemudian diikuti syarat-syarat berikutnya. Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga batasan wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas.

B. Pusat Pertanggungjawaban

1. Pengertian pusat pertanggungjawaban

Menurut Hansen dan Mowen (2001:818) “Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajemen bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu.”


(29)

Menurut Hilton (1991:818) mengemukakan bahwa “A responsibility center is a sub unit in an organization whose manager is held accountable for speciefied financial result of a sub unit’s Activities”

Berdasarkan defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit kerja dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas serangkaian kegiatan tertentu yang dilaksanakan unit kerja yang dipimpinnya itu.

Pusat pertanggungjawaban sebagai suatu unit organisasi sering ditetapkan sebagai suatu departemen atau divisi. Dengan pengelompokkan dan pembagian organisasi ke dalam unit-unit atau pusat pertanggungjawaban, maka wewenang dan tanggung jawab dari setiap pimpinan akan menjadi jelas dari jenjang atas hingga jenjang paling bawah.

2. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, laporan pelaksanaan kerja disajikan oleh departemen, segmen dari perusahaan atau unit-unit dari departemen yang kegiatannya berada di bawah pengawasan dan wewenang seorang manajer yang bertanggung jawab. Masing-masing unit kerja organisasi membuat laporan pelaksanaan kerjanya yang diidentifikasi sebagai pusat pertanggungjawaban.

Berdasarkan aktivitas unit kerja maka pusat-pusat pertanggungjawaban dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yaitu :

a. Pusat biaya (Cost center)

b. Pusat Pendapatan (Revenue Center) c. Pusat Laba (Profit Center)


(30)

d. Pusat Investasi (Invesment Center)

Berikut ini yang dijelaskan lebih lanjut dan relevan dengan judul skripsi adalah pusat biaya (cost center)

Pusat Biaya (cost center)

Menurut Anthony & Govindarajan (2002:117): “ Pusat biaya adalah pusat dimana seluruh input diukur dalam bentuk jumlah uang, namun diukur dalam cara yang sama”. Menurut Horngern (1997:308):” Pusat biaya adalah bagian terkecil adalah dari kegiatan atau bidang bidang tanggung jawab untuk mana biaya di akumulasikan”. Pusat biaya merupakan segmen atau sub divisi dari suatu organisasi pengeluaran (incurrence of cost) dan penggunaan semestinya dari biaya-biaya (properutilization of costs) pada segmen tersebut. Biaya yang terjadi dalam suatu pusat biaya tidak selamanya sebagai keputusan yang diambil oleh kepala divisi (departemen) yang bersangkutan , karena tidak semua biaya yang terjadi dalam bidang tersebut dapat diawasi oleh pimpinan yang bersangkutan. Sehingga di dalam pengumpulan dan pelaporan biaya-biaya dari setiap bidang pertanggungjawaban, harus dipisahkan antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable costs) dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable costs). Manajer pusat biaya hanya bertanggung jawab terhadap biaya-biaya yang dapat dikendalikan saja. Biaya yang dapat dikendalikan.

a. Biaya yang dapat dikendalikan

Menurut Baiman dan Noel (1996:489): “ Controllable costs is a cost which influenced by a manager’s decition, while uncontrollable cost that cannot be affected by the management of a responsibility center within a given time span.”


(31)

Terjadinya biaya dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu sebagai keputusan yang diambil oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan.

Menurut Mulyadi (2001:168) pedoman untuk menetapkan apakah suatu pusat biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seorang manajer pusat pertanggungjawaban sebagai berikut:

a. Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Seorang manajer jelas dapat mempengaruhi jumlah suatu biaya jika ia memiliki wewenang dalam memperoleh dan menggunakan jasa. Manajer pemasaran memilki wewenang memutuskan media promosi dan jumlah biayanya, bertanggung jawab penuh terhadap terjadinya biaya tersebut.

b. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempegaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut. Seorang manajer mungkin tidak mempunyai wewenang dalam memutuskan pemerolehan barang dan jasa, baik harga maupun jumlahnya, namun dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakaiannya. Dalam hal ini, ia dapat dibebani tanggung jawab pemakaian barang dan jasa tersebut.

c. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri, ia dapat juga dapat dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki agar ia menaruh perhatian sehingga ia dapat membantu manajer lain yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.

Artinya bila seorang manajer berpengaruh dalam penentuan jumlah biaya tersebut, maka biaya tersebut dapat dikendalikan. Selain itu manajer juga bisa bertanggungjawab atas biaya apabila manajemen puncak menghendakinya membantu manajer lain untuk mempengaruhi suatu biaya.


(32)

b. Biaya yang tidak dapat dikendalikan

Menurut Mulyadi (2001:169) ”Biaya tidak terkendalikan dapat diubah menjadi biaya terkendalikan melalui dua cara: 1) dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung, 2) dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan.”

Biaya yang dialokasikan kepada suatu pusat pertanggungjawaban dengan dasar pembebanan yang sederhana, tidak dapat dimintakan dipertanggungjawabkan kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan, sehingga biaya terseebut merupakan biaya yang tidak terkendalikan, biaya tersebut harus dibebankan kepada pusat pertanggungjawaban sehingga biaya tersebut dapat dipengaruhi oleh manajer pusat pertanggungjawaban. Pengubahan biaya tidak terkendalikan menjadi biaya terkendalikan dapat pula dilakukan dengan cara mendelagasikan wewenang untuk pengambilan keputusan oleh manajer puncak kepada manajer pusat pertanggungjawaban. Dengan demikian, manajer pusat pertanggungjawaban yang sebelumnya tidak mempunyai wewenang untuk mempengaruhi biaya tertentu, dengan diterimanya wewenang dari manajemen puncak, maka manajer pusat pertanggungjawaban tersebut akan berada dalam posisi mempengaruhi biaya tersebut secara signifikan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, semua biaya yang terkendalikan oleh manajer tingkat bawah, dipandang juga dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang membawahinya.

Berdasarkan hubungan antara masukan dan keluaran, pusat biaya dapat dibagi atas pusat biaya teknik (engineered cost center) dan pusat biaya kebijakan (discreationary cost center)


(33)

1) Pusat Biaya Teknik

Menurut Supriyono (2003:336):”Pusat biaya teknik adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya adalah biaya teknis sehingga yang seharusnya terjadi dapat ditentukan dimuka secara teliti (relatif tepat dan wajar) dalam ukuran biaya standar”.

Salah satu contoh dari pusat baiya teknik adalah departemen biaya produksi dimana jika keluaran dinaikkan jumlahnya, dan menyebabkan bertambahnya jumlah masukan (biaya produksi) departemen tersebut. Prestasi manajer pusat biaya teknik diukur berdasarkan kemampuannya mempertahankan efesiensi kerja. Sehingga alat yang paling tepat untuk menilai efesiensi pusat biaya teknik adalah biaya standar. Manajer pusat biaya ini menyusun anggaran berdasarkan biaya standar yang telah ditetapkan.

2) Pusat biaya kebijakan

Menurut Anthony & Govindajayan (2002;118) mengemukakan bahwa: Biaya kebijakan adalah biaya yang merefleksikan keputusan pihak manajemen yang berkaitan dengan kebijakan tertentu yang biasanya terdapat pada unit-unit administrative dan pendukung (seperti akuntansi, hukum, hubungan-hubungan industial, hubungan masyarakat, sumber daya manusia) operasi-operasi litbang dan hampir semua aktivitas pemasaran yang outputnya tidak bisa diukur dengan uang.

Pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya. Misalkan departemen pemasaran menetapkan biaya iklan sebesar 2% dari hasil penjualan maka biaya ini seolah-olah memiliki hubungan yang erat dengan departemen pemasaran. Padahal sebenarnya hanya memiliki hubungan yang semu (artificial)


(34)

dengan keluaran departemen. Ini terbukti bila keluaran yang diinginkan bertambah, maka biaya juga akan bertambah. Tetapi sebaliknya, jika iklan tersebut dinaikkan jumlahnya, hal ini belum tentu akan menyebabkan bertambahya keluaran departemen tersebut.

Proses pengendalian dari pusat biaya ini dimulai dengan pembuatan anggaran biaya telah disetujui oleh manajemen pucak. Anggaran biaya tersebut merupakan batas atas pengeluaran yang dapat dilakukan oleh manajer pusat biaya tersebut. Disini anggaran biaya bukan merupakan alat ukur untuk mengukur efesiensi manajer pusat biaya, tetapi hanya merupakan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. Dengan kata lain; anggaran biaya hanya merupakan suatu komitmen kesanggupan dari manajer pusat biaya kebijakan untuk melaksanakan pekerjaan yang direncanakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran tanpa persetujuan manajer puncak. Dana yang dianggarkan untuk segmen-segmen tersebut merupakan dana maksimum yang tersedia untuk digunakan.

Tujuan dari pusat biaya kebijakan bukanlah untuk meminimumkan pengeluaran, tetapi untuk mengusahakan bagaimana menggunakan dana yang dianggarkan dengan cara seefektif mungkin, karena pusat biaya ini tidak dapat prestasi manajernya dari sudut efesiensi. Adapun contoh dari pusat biaya kebijakan dalah departemen akuntansi, departemen pemasaran dan departemen personalia.

3. Karakteristik Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban dapat meliputi semua kegiatan yang ada dalam perusahaan, karena itu pusat–pusat pertanggungjawaban dari suatu perusahaan


(35)

dengan perusahaan lainnya berbeda, tergantung pada bidang mana pusat- pusat pertanggungjawaban diterapkan.

Sebelum menetapkan suatu organisasi menjadi suatu pusat pertanggungjawaban, perlu diperhatikan kriteria – kriteria sebagai berikut :

a. Adanya pelimpahan wewenang yang jelas kepada setiap pimpinan pusat pertanggungjawaban

b. Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab yang jelas diantara pusat–pusat pertanggungjawaban maupun didalam pusat pertanggungjawaban itu

c. Manajer atau pimpinan pusat pertanggungjawaban mampu mengawasi biaya yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Kriteria–kriteria diatas pada dasarnya saling berkaitan satu sama lain. Secara teoritis penerapan tugas dan tanggungjawab harus diikuti dengan pelimpahan wewenang. Dilain pihak wewenang yang dilimpahkan kepada seorang manajer akan mempengaruhi kemampuannya untuk mengawasi biaya.

Pusat pertanggungjawaban mempunyai hubungan yang erat dengan struktur organisasi merupakan gambaran dari pusat-pusat pertanggungjawaban yang dimiliki perusahaan. Di bawah ini akan dipaparkan dua tipe struktur organisasi yang berkaitan dengan pusat- pusat pertanggungjawaban, yaitu tipe organisasi fungsional dan tipe organisasi divisional.

a. Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional seperti tercamtum pada gambar 2.1 merupakan bentuk organisasi yang biasanya dipakai oleh perusahaan besar yang ditandai dengan


(36)

adanya jumlah karyawan yang besar, spesialis kerja yang tinggi, wilayah kerja yang luas, serta komando yang tidak berada pada satu tangan pimpinan. Didalam prakteknya, pusat pertanggungjawaban sebagai suatu unit organisasi sering ditetapkan sebagai suatu departemen atau bagian- bagian. Didalam organisasi fungsional, pembagian didasarkan atas tiga fungsi, yaitu : fungsi produksi, fungsi penjualan (pemasaran), dan fungsi adminitrasi. Fungsi-fungsi ini merupakan gambaran dari pusat pertanggungjawaban. Gambaran tersebut dapat dijelasakan sebagai berikut:

1). Fungsi Produksi. Fungsi ini bertugas memproduksi barang-barang untuk dijual, dengan demikian biaya-biaya yang diperlukan tersebut tidak musnah begitu saja, namun beralih ruang menjadi hasil produksi. Oleh karena itu fungsi ini disebut sebagai pusat biaya (cost center). 2). Fungsi penjualan (pemasaran). Fungsi ini hanya bertugas menjual hasil

produksi saja agar hasil produksi tersebut berubah menjadi uang yang berpedoman pada harga manajer perusahaan ini. Fungsi ini disebut sebagai pusat pendapatan (revenue center)

3) Jika suatu perusahaan berdiri sendiri (single business unit) dimana manajer perusahaan berwenang penuh mengambil keputusan investasi, maka manajer perusahaan sebagai pusat investasi (invesment center)


(37)

Direktur

Fungsi Produksi

Fungsi Penjualan/ Pemasaran

Fungsi Adminitrasi Pusat Investasi

Pusat Biaya Pusat Pendapatan

Sumber : (R.A Supriyono, Akuntansi Manajemen 2, Struktur Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, 2001, hal 16)

Gambar 1.2 Organisasi Fungsional

b. Organisasi Divisional

Dalam organisasi divisional seperti tercantum pada gambar 2.2 organisasi didasarkan pada divisi-divisi. Manajer perusahaan bertangung jawab atas perusaahaan secara keseluruhan. Manajer perusahaan berwenang penuh mengambil keputusan investasi. Oleh karena itu, manajer perusahaan merupakan pusat investasi.

Selanjutnya kepala divisi bertanggungjawab hanya untuk divisinya masing- masing. Pengukuran hasil kerjanya adalah berdasarkan biaya masing-masing divisi. Masing- masing divisi produk, daerah dan jenis usaha. Pada setiap divisi ini ditemui adanya fungsi penjualan yang merupakan fungsi pendapatan, dan fungsi pembelian, produksi dan investasi, setelah itu pusat laba selanjutnya pusat


(38)

Pusat Investasi

Sumber : (ER.A Supriyono, Akuntansi Mnajemen 2, Stuktur Pengndalian Manajemen, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, 2001, hal 17)

Gambar 1.3 Organisasi divisional

C. Pengawasan Biaya Produksi

1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Biaya Produksi

Pengawasan sebagai salah satu fungsi manejemen, bertujuan agar kegiatan yang dilakukan perusahaan dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Matz dan Usry (1997:5) mendefenisikan pengawasan sebagai berikut “Pengawasan

Divisi A

Fungsi Penjualan

Fungsi Pembelian

Fungsi Pembelian

Fungsi Penjualan

Divisi B

Fungsi Pembelian

Fungsi Penjualan

Divisi C

Fungsi Adminitrasi Fungsi

Adminitrasi Manajemen Perusahaan

Fungsi Adminitrasi Pusat Laba

Pusat Pendapatan


(39)

(control) merupakan suatu usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting”.

Pengawasan bukan hanya mengawasi penyimpangan yang terjadi dari rencana, akan tetapi meneliti dan mengawasi sampai sejauh mana pelaksana operasi telah memenuhi sasaran yang telah ditetapkan. Bila disimpulkan bahwa pengawasan merupakan usaha yang diarahkan kepada hasil yang diharapkan. Bukan hanya menyangkut hasil tetapi juga tindakan yang diambil agar realisai sesuai dengan tindakan yang diharapkan.

Pengawasan biaya produksi meliputi : a. Pengawasan biaya bahan baku. b. Pengawasan biaya upah langsung. c. Pengawasan biaya pabrik tidak langsung. a. Pengawasan biaya bahan baku

Pengawasan biaya bahan baku mencakup penyediaan bahan baku dengan jumlah, mutu serta harga yang sesuai dengan yang diperlukan pada proses produksi, maksudnya bahan baku yang diperoleh tidak berlebihan jumlahnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bahan baku akan menjadi mudah dan kebih baik dengan menyusun anggaran yang lebih efektif. Laporan-laporan yang membandingkan tingkat persediaan bahan baku yang sebenarnya dengan tingkat standar dan harga satuan bahan baku yang dianggarkan merupakan pengawasan yang akan disampaikan kepada manajemen untuk dinilai kembali dan selanjutnya diambil tindakan seperlunya.


(40)

b. Pengawasan biaya upah langsung

Pengawasan upah langsung berarti menyediakan jumlah tenaga buruh, mutu, tarif yang diperlukan serta meningkatkan kinerja setiap pekerja. Untuk pengawasan biaya upah langsung diperlukan suatu tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan dan efesiensi kerja buruh adalah hasil nyata kerja per kerja normal.

c. Pengawasan biaya pabrik tidak langsung

Pengawasan biaya pabrik tidak langsung dilaksanakan dengan mengawasi biaya tersebut dengan batas yang sudah ditetapkan untuk tingkat kegiatan tertentu. Cara pendekatan dasar bagi pengawasan biaya pabrik tidak lanngsung sama seperti yang diterapkan pada biaya langsung yakni menetapkan standar dan pengambilan tindakan perbaikan.

2. Metode Pengawasan Biaya Produksi

Dalam pengawasan biaya produksi, menurut Supriyono (2000:31) ada dua metode yang dapat dilakukan untuk melaksanakan :

a. Pengawasan dengan menggunakan biaya standar b. Pengawasan dengan menggunakan anggaran.

a. Pengawasan biaya produksi melalui biaya standar

Untuk membantu proses pengawasan, perusahaan dapat menggunakan biaya standar. Biaya standar ini ditentukan terlebih dahulu untuk bahan baku, tenga kerja dan overhead pabrik berdasarkan informasai yang dikumpulkan dari pengalaman masa lalu dan informasi lainnya yang mendukung. Dalam


(41)

penggunaannya, biaya standar merupakan dasar bagi anggaran dan laporan yang mengidentifikasikan varians antara actual cost dan standart cost.

b. Pengawasan biaya produksi dengan menggunakan anggaran

Garrison (1997:427) mendefenisikan anggaran sebagai berikut ” Anggaran adalah rencana rinci yang menguraikan perihal pengadaan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lain-lainnya selama jangka waktu tertentu”. Sedangkan defenisi anggaran menurut Supriyono (2001:40) adalah : ”Suatu rencana terinci yang disusun secara sistemaatis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kualitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu”.

Bila dilihat dari pengertian diatas maka anggaran merupakan suatu rencana yang mencakup kegiatan perusahaan untuk mendatang yang merupakan pedoman bagi kegiatan dalam periode tertentu. Secara spesisifik ada beberapa fungsi anggaran (budget) menurut Gundono (1993:185) yaitu:

a. Anggaran memaksa manajemen menentukan tujuan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

b. Anggaran memaksa manajemen menganalisis masalah yang akan dihadapi masa yang akan datang

c. Anggaran dapat digunakan sebagai alat koordinasi penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga semua kegiatan berjalan harmonis

d. Anggaran merupakan alat komunikasi antar bagian dan antar tingkatan

e. Anggaran memberikan dasar bagi pengukuran prestasi

Adapun langkah-langkah yang perlu menyusun anggaran sehingga diperoleh anggran yang baik menurut Gudono (1993:190) adalah sebagai berikut:


(42)

a. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan (termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta membentuk komite anggaran, jika belum memilki komite

b. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasioanal (rencana laba) dimulai dengan ramalan penjualan dan anggran penjualan. Masing-masing manajer yang terlibat menerima anggaran penjualan itu untuk dijadikan dasar penyusunan anggaran operasionalnya sendiri.

c. Negoisasi antar bagian dan komunikasi antar atasan.

d. Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan anggaran yang diajukan masing-masing departemen oleh komite anggaran. e. Persetuajuan akhir dari manajemen puncak. Angggaran induk

kemudian dibagi-bagi ke setap departemen.

Sesuai dengan ide pokok akuntansi pertanggungjawaban tersebut, maka anggaran juga harus disusun untuk setiap tingkatan manajemen yang dibebanin tanggung jawab atas pendapatan dan biaya tersebut.

Menurut Hariadi (1992:79) ada beberapa hal penting tentang anggaran yang perlu diperhatikan bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi pertanggungjawaban adalah yaitu:

a. Untuk menetapkan anggaran tiap-tiap pusat pertanggungjawaban, harus sudah diklafikasikan biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh pimpinan pusat pertanggungjawaban tersebut.

b. Penyusunan anggaran biaya yang akan dijadikan dasar ukuran harus disesuaikan dengan klasifikasi dan penempatan biaya yang dapat atau tidak dapat dikendalikan sehingga laporan pertanggungjawaban akan nampak bahwa setiap biaya pada tingkat manajemen tertentu akan menunjukkan susunan anggaran yang spesifik untuk masing-masing tempat biaya.

c. Apabila selama periode anggara tejadi perubahan yang cukup berarti atas perkiraan-perkiraan yang dijadikan dasar penyusunan anggaran tersebut harus diperbaiki untuk memasukan pengaruh perubahan tersebut. Kalau tidak, maka anggaran tersebut akan merupakan nilai-nilai yang membingungkan untuk dijadikan sebagai alat penolong dalam mengendalikan biaya.

Anggaran yang lengkap mencakup seluruh rencana perusahaan, dimana rencana-rencana setiap bagian (departemen) digabungkan secara keseluruhan.


(43)

Anggran yang telah disusun tersebut digunakan sebagai alat pengukur pelaksanaan tidakan masing-masing pusat pertanggungjawaban. Penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya akan dianalisa kemudian diambil tindakan perbaikan.

Dalam penyusunan anggaaran produksi, yang paling utama disusun adalah proyeksi biaya produksi, sebab pada kenyataannya sering ditemukan penyimpangan-penyimpangan pada biaya produksi ini. Setelah anggaran biaya produksi disusun, baru kemudian disusun anggaran biaya-biaya lain. Penyusunan anggaran biaya produksi didasarkan pada anggaran produksi, yaitu suatu perencanaan tingkat atau volume yang harus diproduksi oleh perusahaan, sehingga sesuai dengan tingkat penjualan yang telah ditentukan. Dalam penyusunan anggraran produksi, maka anggaran penjualan menjadi dasar yang digunakan dalam menentukan jumlah yang akan diproduksi untuk setiap produk yang dihasilkan. Setelah anggaran produksi selesai disusun, barulah dapat disusun anggaran biaya produksi yang terdiri dari :1) anggaran bahan baku 2) anggaran biaya tenaga kerja langsung, 3) Anggaran biaya overhead pabrik.

1) Anggaran Bahan Baku

Anggaran ini menyatakan jenis, volume, harga dari bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk tertentu. Jumlah bahan baku yang digunakan dapat ditentukan setelah jumlah unit yang akan diproduksi selesai ditetapkan, dengan memperhatikan beberapa unit tiap jenis bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit barang jadi


(44)

Anggaran bahan baku dalam satuan uang (biaya bahan baku) dapat disusun jika per unit bahan baku tersebut telah diketahui. Pada waktu menilai rancangan anggaran (pembelian) bahan baku, komite anggaran hendaknya meneliti apakah harga beli yang direncanakan cukup realistis. Penelitian itu dapat didasarkan atas kecenderungan harga atau atas data ekstren lainnya. Penjawadlan kedatangan barang yang dibeli juga harus diperhatikan jangan sampai bahan baku tidak tersedia mana kala dibutuhkan. Hal ini sangat penting terutama bagi perusahaan yang mrnganut konsep just in time. Anggara bahan baku, seperti halnya anggaran lain, sebaiknya diperinci ke dalam pembeliaan bahan baku per bulan.

Anggaran bahan baku digunakan:

a) Oleh bagian pembelian untuk membuat skedul pembelian. Tujuan skedul pembelian ini untuk menjamin bahwa bahan-bahan yang diperlukan ada di pabrik pada saat dibutuhkan untuk produksi.

b) Untuk menetapkan persedian maksimum dan minimum.

c) Anggaran bahan baku dan skedul pembelian diperlukan dalam menyusun anggaran kas.

2) Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Anggaran ini menyatakan taksiran dan jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan untuk produksi. Upah tenaga kerja langsung adalah salah satu unsur dari biaya produksi yang dapat dibebankan langsung pada unit produksi tertentu. Berdasarkan anggaran biaya produksi yang telah disusun dapat ditentukan anggaran kebutuhan akan tenaga kerja langsung. Dalam penyusunan anggaran


(45)

tenaga keja langsung, harus ditetukan telebih dahulu jumlah jam kerja untuk memyelesaikan satu unit produk jadi dan tarif upah per jam rata-rata.

Anggaran tenaga kerja langsung bermanfaat untuk :

a. Menyesuaikan jumlah tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk proses produksi.

b. Menghindarkan resiko kelebihan atau kekurangan tenaga kerja. c. Mengarahkan ketenangan dan efesiensi tenaga keja.

Anggaran ini juga perlu diperinci ke dalam anggaran bulanan, bahkan jika perlu diperinci menurut departemen.

3) Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah salah satu unsur dari biaya prouksi yang berbeda dengan kedua biaya produksi di atas, yaitu tidak dibebankan langsung terhadap sejumlah produksi terentu. Anggaran ini terdiri dari banyak pos seperti : bahan penolong, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, perawatan, asuransi dan lain-lain. Pada waktu anggaran ini, pos-pos tersebut perlu dikelompokkan ke dalam kelompok fixed overhead dan variabel overhead. Bahkan jika anggaran tersebut akan dijadikan dasar penilaian prestasi, akan lebih baik diperinci lagi menjadi controllable overhead dan uncontrollable overhead. Anggaran overhead pabrik juga sebaiknya di perinci ke dalam anggaran bulanan.

3. Pengawasan Biaya Produksi Melalui Akuntansi Pertangggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat pengawasan biaya karena akuntansi pertanggungjawaban mengumpulkan semua informasi


(46)

akuntansi dari pusat-pusat pertanggungjawaban mengenai biaya maupun pendapatan, baik yang berupa anggaran maupun hasil produksi maupun hasil aktivitas sebenarnya. Dengan akuntasi pertanggungjawaban pimpinan perusahaan dapat melakukan pengawasan biaya secara efesien dari perfomance report masing-masing pusat pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban mempunyai ide pokok yang menyatakan bahwa setiap manajer pusat pertanggungjawaban pimpinan perusahaan harus bertanggung jawab terhadap elemen-elemen yang secara langsung berada dibawah pengawasan pimpinannya. Salah satu tanggung jawab dalah terhadap biaya produksi. Sesuai dengan ide pokok akuntansi pertanggungjawaban tersebut, maka anggaran juga harus disusun untuk setiap tingkatan manajemen yang dibebanin tanggung jawab atas biaya tersebut.

Dengan adanya pengelompokan atas biaya-biaya yang terjadi dalam produksi, maka hal ini akan memudahkan manajer pusat pertanggungjawaban untuk membedakan biaya yang dikendalikan dan biaya yang tidak dikendalikan. Dengan mengetahui biaya-biaya menjadi tanggungjawabnya, maka manajer pusat pertanggungjawaban akan mendapatkan kemudahan ketika memberikan laporan pertanggungjawaban produksi.

D. Sistem Pelaporan Biaya Produksi

Laporan pertanggungjawaban yang lebih lazim dikenal dengan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kerja (perfomance reports) menampilkan data yang diwujudkan dalam ukuran biaya, yang membandingkan hasil yang


(47)

sebenarnya dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Laporan ini merupakan sarana pertanggungjawaban terhadap tingkat manajer yang membawahi pusat pertanggungjawaban tersebut. Bentuk laporan tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga manajemen dapat segera mengetahui permasalahan yang terjadi dan dapat melakukan tindakan koreksi. Oleh karena itu, di dalam laporan tersebut harus dinyatakan secara jelas apa yang menjadi sebab dari penyimpangan dan siapa yang harus bertanggung jawab.

Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Hilton (1991:448) mengenai hal–hal apa saja yang disajikan dalam perfomance report. “A perfomance report shows the budgeted and actual amounts of key financial result appropriate for the type of responsibility center involved ”.

Laporan pertanggungjawaban biasanya dibuat secara berkala (biasanya per bulan) dengan dasar bentuk dan format tetap dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang menerimanya.

1. Prinsip Dasar Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban

Sebagai suatu informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan Matz-Usry (1997:467) laporan yang dihasilkan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban harus memenuhi kriteria-kriteria berikut :

a. Laporan sesuai dengan bagan organisasi, artinya harus ditujukan terutama pada pribadi-pribadi yang bertanggungjawab untuk mengontrol bidang-bidang yang dilaporkan.

b. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiapkali diterbitkan. c. Laporan harus cepat dan tepat waktu.

d. Laporan harus diterbitkan secara teratur. e. Laporan harus mudah dimengerti

f. Laporan harus memberikan perincian yang cukup namun tidak berlebihan.


(48)

g. Laporan harus memberikan angka-angka yang dapat diperbandingkan dan harus menunjukan varians-varians.

h. Laporan harus bersifat analisis

i. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan dalam unit fisik maupun dalam nilai uang,sebab informasi dalam nilai uang mugkin tidak relevan bagi pengawas yang tidak mengerti bahasa akuntansi.

j. Laporan dapat cenderung menonjolkan keefesienan dan ketidak efesienan.

Menurut Mulyadi (2001:190), dasar-dasar yang melandasi penyusunan laporan pertanggungjawaban biaya adalah :

a. Jenjang terbawah diberi laporan ini adalah tingkat manajer bagian. b. Manejer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban

biaya yang diberi rincian mengenai realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.

c. Manajer jenjang diatasnya diberi laporan mengenai biasnya pusat pertanggungjawaban sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer–manajer yang berada di bawah wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun oleh wewenang-wewenang manajer yang bersangkutan.

d. Semakin keatas laporan pertanggungjawaban biaya disajikan semakin ringkas.

Berdasarkan defenisi dimuka, dapat dipetik kesimpulan bahwa laporan pertanggunggungjawaban diberikan kepada manajer jenjang terbawah berisi rician realisasi biayanya untuk dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya. Jika laporan pertanggungjawaban disajikan kepada manajemen pada jenjang lebih tinggi maka pertanggungjawaban tersebut makin ringkas.

2. Jenis Laporan Pertanggungjawaban

Laporan yan dihasilkan untuk berbagai tingkatan manajemen dapat dibagi atas laporan informasi dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kerja. Kedua jenis laporan ini memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda. Laporan informasi disusun dengan maksud agar para manejer memperoleh informasi yang relevan


(49)

dalam bidang pertanggungjawaban spesifik mereka mengenai prestasinya. Menurut Matz-Usry (1997:467) laporan pelaksanaan kerja mempunyai tujuan, yaitu : “Memberi informasi kepada manajer dan pengawasannya mengenai pelaksanaan kinerja mereka dalam bidang-bidang yang menjadi tanggungjawabnya. Mendorong para manajer dan pengawasannya untuk mengambil tindakan langsung yang diperlukan guna memperbaiki pelaksanaan kerja”

Menurut Mulyadi (2001:190), jenis Laporan pertanggungjawaban biaya digolongkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenjang organisasi, yaitu:

a. Laporan pertanggungjawaban biaya- manejer bagian. Laporan ini disajikan untuk para manejer bagian.

b. Laporan pertanggungjawaban biaya- manejer departeman. Laporan ini disajikan untuk para manejer departemen

c. Laporan pertanngungjawaban biaya- direksi.

Sistem pelaporan pertanggungjawaban biaya kepada manajer yang bertanggung jawab digolongkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenjang organisasi untuk manajer bagian, manajer departemen, dan direksi.

Dalam kaiatannya dengan sistem pengawasan manajemen, dalam pembuatan laporan untuk menghemat tenaga dan waktu pihak manajemen, adalah sangat bermanfaat untuk menggunakan sistem pengawasan dengan menerapkan konsep management by exception. Konsep pelaporan biaya ini memfokuskan perhatian pihak manajemen terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi untuk selanjutnya dicarikan solusi yang paling tepat sekaligus mempelajarinya agar hal tersebut tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Fokus terhadap hal-hal yang dianggap merupakan penyimpangan (exception) dari anggaran yang telah


(50)

disusun, secara psikologis akan memaksa manajemen untuk menyelidiki sebab-sebab dari penyimpagan tersebut serta berupaya mencari solusinya demi perbaikan di masa yang akan datang.

E. Sistem Pengawasan Manajemen dan Akuntansi Pertanggung-jawaban Biaya Produksi

1. Sistem Pengawasan Manajemen

Menurut Supriyono (2000:27) : “Sistem pengawasan manejemen adalah sistem yang digunakan oleh manejemen untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efesien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi, sistem pengendalian terdiri atas struktur dan proses.”

Sistem pengawasan manajemen adalah seperangkat struktur komunikasi yang saling berhubungan yang memungkinkan pengolahan informasi yang saling bertujuan membantu para manajer dalam pengkoordinasian bagian-bagian dan pencapaian tujuan organisasi secara berkesinambungan. Selanjutnya mengemukakan guna (purpose) sistem pengawasan manajemen, yaitu membantu manajemen dalam mengkoordinasikan bagian-bagian organisasi dan mengarahkan bagian-bagian tersebut kearah pencapaian guna, sasaran, dan tujuan organisasi secara menyeluruh. Sistem pengawasan manajemen di desain untuk mempersatukan aktivitas-aktivitas yang berbeda-beda dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan menyeluruh organisasi. Sistem pengawasan manajemen


(51)

adalah alat utama manajemen untuk membina kerjasama yang merupakan kerja inti organisasi.

Proses sistem pengawasan manejemen melibatkan komunikasi dan interaksi formal dan informal antara para manejer dengan para manejer lainnya dan antara para manejer dan para pekerja. Sistem komunikasi formal mencakup empat tahapan yaitu : (1) penyusunan program, (2) penyusunan anggaran, (3) pelaksanaan dan pengukuran, (4) pelaporan dan analisis (evaluasi).

Tahap pertama proses sistem pengawasan manajemen adalah penyusunan program. Penyusunan program adalah proses pembuatan keputusan mengenai program-program utama yang akan dilaksanakan oleh organisasi untuk mengimplementasikan strategi-strategi dan penaksiran jumlah sumber-sumber yang akan digunakan untuk setiap program. Selain untuk memperoleh laba, perusahaaan juga memiliki program riset dan pengembangan, program pendidikan dan pelatihan. Dalam suatu perusahaan yang beroperasi berdasarkan tahun kalender, biasanya dua atau tiga bulan sebelum tahun anggaran mulai, manajemen mengkaji strategi yang telah dikembangkan sebagai dasar penyusunan program. Konsekuensi-konsekuensi keuangan dan non keuangan dan perubahan strategi tersebut harus diantisipasikan selama periode perencanaan dan dimasukkan kedalam rencana stratergi atau program. Pembahasan mengenai perencanaan strategi atau penyusunan program mencakup : defenisi perencanaan strategi atau penyusunan program, hubungan penyusunan program dan proses perencanaan lainya, kegiatan pokok penyusunan program, analisis penyusunan program baru,


(52)

evaluasi program berjalan, sistem program formal serta evaluasi dan penelaah program.

Tahap kedua proses sistem pengawasan manajemen adalah penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran adalah proses pembuatan keputusan mengenai peran para manajer pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan program atau bagian program. Anggaran adalah rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran-ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan moneter, mengenai perolehan dan penggunaan sumber-sumber organisasi beserta pusat-pusat pertanggungjawaban untuk jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Tahap ketiga sistem pengawasan manajemen adalah pelaksanaan dan pengukuran. Untuk pelaksanaan anggaran diperlukan pengawasan manajemen operasi. Pengawasan manajemen operasi meliputi : metode, prosedur, dan cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aktivitas-aktivitas atau tindakan-tindakan para anggota perusahaannya dilaksanakan secara efektif dan efesien. Pelaksanaan aktivitas secara efektif dan efesien berarti bahwa para pelaksananya hanya melaksanakan aktivitas yang bernilai tambah secara efesien.

Tahap keempat dalam proses sistem pengawasan manajemen adalah pelaporan dan analisis atau evaluasi. Laporan memuat informasi mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan anggarannya atau programnya. Pelaporan adalah proses untuk menyusun dan menyajikan laporan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan disusun untuk setiap pusat pertanggungjawaban menunjukkan informasi yang sesungguhnya dibandingkan dengan anggarannya, dalam ukuran-ukuran kinerja keuangan maupun non


(53)

keuangan, serta informasi internal maupun eksternal. Laporan tersebut memberikan informasi pada manajer atasan mengenai kinerja bawahannya dan digunakan atasan untuk mengkoordinasi aktivitas-aktivitas berbagai pusat pertanggungjawaban. Laporan juga digunakan sebagai basis untuk pengawasan. Proses evaluasi pada dasarnya adalah menganalisis perbedaan antara informasi sesungguhnya dengan anggarannya atau yang diharapkan di bawah kondisi-kondisi tertentu yang diperkirakan. Jika kondisi-kondisi-kondisi-kondisi tersebut tidak berubah, maka perbedaan antara informasi sesungguhnya dengan anggarannya mencerminkan kinerja pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan perlu dianalisis penyebab perbedaan-perbedaan tersebut. Analisis adalah proses mengetahui penyebab perbedaan antara informasi sesungguhnya dengan informasi anggarannya atau yang diharapkan dalam menilai kinerja manajemen. Jika kondisi berubah maka anggaran perlu di revisi agar pembandingan dengan sesungguhnya mencerminkan kinerja. Kinerja pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menetukan kompensasi.

2. Akuntansi Pertanggungjawaban Biaya Produksi

Akuntansi pertanggungjawaban mengkonsentrasikan pada gagasan bahwa suatu organisasi semata-mata merupakan sekelompok orang yang bekerja ke arah pencapaian tujuan umum, dan mengakui bahwa masing-masing orang dalam suatu organisasi yang mempunyai wewenang untuk mengawasi biaya atau pendapatan sebagai suatu pusat pertanggungjawaban sendiri yang kepengurusannya harus ditegaskan, diukur, dan dilaporkan kepada manajemen diatasnya. Untuk mengawasi biaya produksi pada pusat biaya, manajer- manajer pusat


(54)

pertanggungjawaban membuat pengelompokan biaya-biaya yang menjadi tanggungjawab. Tidak semua biaya terjadi pada pusat biaya menjadi tanggungjawabnya, namun hanya biaya dikendalikan saja yang menjadi tanggungjawabnya, sedangkan biaya tidak terkendalikan bukanlah tanggung jawab manajer tersebut.

F. Review Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Rumusan Masalah Metode

Penelitian Hasil Penelitian Rani M Barus (2005) Perencanaan dan Pengawasan biaya Produksi Tandan Buah Segar ( TBS ) Pada PTPN IV Kebun Marihat Pematang Siantar 1.Bagaimanakah Perencanaan dan Pegawasan Biaya Produksi dilakukan Pada PTPN IV Kebun Marihat?

2. Bagaimana pula tindakan Korektif perusahaan apabila terjadi terhadap anggaran biaya produksi? Metode Deskriptif Berdasarkan hasil analisis penulis mendapati bahwasanya perencanaan dan pengawasan biaya kebun Marihat yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung pada dasarnya cukup baik, hanya saja dalam pelaksanaan dominasi kantor pusat melalui norma anggaran begitu besar. Denny Dina Fransis ka Sormin Penerapan Akuntansi Pertanggungjaw aban Pusat biaya Kebijakan

1. Apakah struktur organisasi RSUP H. Adam Malik telah

menunjukkan

Metode Deskriptif

1. Tidak adanya perincian biaya dan analisis varians biaya.


(55)

(2006) sebagi alat bantu dalam sistem

pengendalian Manajemen Pada RSUP H. Adam Malik pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang mendukung pertanggungjawab an pusat biaya kebijakan dengan baik? 2. Apakah Manajer sub bagian Akuntansi diberi wewenang menyusun anggaran biaya kebijakan sehingga anggaran tersebut dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer tersebut? akuntansi sulit melaksanakan sistem pengendalian manajemen karena tidak menerapkan akuntansi pertanggungjawa ban yang tepat

Yesfi Rika (2008) Anggaran Biaya Produksi sebagai Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi Pada PT. SuryaMas Lestaprima Tanjung Morawa. Bagaimana penerapan anggaran biaya produksi sebagai alat perencanaan dan pengawasan biaya produksi di PT. Suryamas Lestaprima Tanjung Morawa? Metode Deskriptif Biaya produksi sollid door tahun 2007 tidak menguntungkan (unfafourrable variance) Ruth Damay anti (2008) Penerapan Akuntansi Pertanggungjaw aban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Biaya Pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara 1.Bagaimana sistem akuntansi pertanggung jawaban yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara? 2. Bagaimanakah Akuntansi pertanggung Metode Deskriptif Penerapan Akuntansi pertanggungjawa ban tercermin pada penyusunan anggaran yang telah melibatkan semua bagian, pengklasifikasian kode rekening, dan penyusunan struktur


(56)

jawaban tersebut digunakan sebagai alat penilaian kinerja Pusat Biaya Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara?

organisasi yang jelas, sedangkan untuk

pengklasifikasian biaya, PT. PLN (Persero)

Wilayah

Sumatera utara belum

menerapkan sistem akuntansi yang baik.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian desktiptif statistik, yaitu metode penilaian yang berupa pengumpulan data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya serta memberikan gambaran dan analisis mengenai masalah-masalah yang ada sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti.

Menurut Erlina (2007:64), “Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif lain”. Menurut Sugiyono (2007:11), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.

B. Jenis Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah PT. Mardec Nusa Riau

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah diolah, baik berupa publikasi maupun data perusahaan sendiri, seperti data mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan laporan pertanggungjawaban.


(58)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara

langsung dengan pihak yang berkaitan di tempat objek penelitian.

2. Observasi yaitu teknik dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi tersebut data sekunder yang diperoleh dari PT. Mardec Nusa Riau yang terdiri dari sejarah perusahaan, struktur organisasi dan laporan pertanggungjawaban manajer pusat-pusat pertanggungjawaban.

D. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif statistik . Metode analisis ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti.

Menurut Dean Champion (1990) untuk menghitung nilai persantase hasil jawaban pada responden, menggunakan perhitungan sebagai berikut :

∑m

X = _______

N

Keterangan: X = Nilai rata-rata (mean)


(59)

m = Ukuran-ukuran atau jumlah setiap jawaban responden N = Jumlah pertanyaan

G. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Mardec Nusa Riau, yang beralamat Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahap Penelitian

Bulan ( 2009 )

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Pengajuan Judul Penyelesaian Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan dan Pengolahan data

Penulisan laporan Peneitian Skripsi

Penyelesaian Laporan Penelitian Skripsi


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. DATA PENELITIAN

1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Mardec Nusa Riau a. Sejarah singkat Perusahaan

PT. Mardec Nusa Riau berdiri sejak 20 Maret 2003 adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan dan teknologi industi getah yang berlokasi di Desa Kasikan Kecamatan Tapunh Hulu Kab.Kampar-Riau. PT. Mardec Nusa Riau merupakan joint venture dalam bentuk penanaman Modal Asing (PMA) antara Mardec International Sdn Bhd Malaysia, PT. Perkebunan Nusantara V- Riau, dan PT. Bani Huma Jakarta dengan kepemilikan saham pendiri 51 % Mardec Int. Sdn Bhd, 40 % PT. Perkebunan Nusantara V, 9% PT. Bani Huma dari total project cost Rp.18.622.000,-. MOU 17 Agustus 2000 Nomor 05.00/MOU/02/2000

PT. Mardec Nusa Riau menspesialikan pengolahan latex concentrate dan skim block produksi latex concentrate 600 ton (kering) dan skim block 60 ton (kering) per bulan. Bahan baku untuk produksi latex concenrate ini adalah dari getah susu atau latex kebun baik dari kebun estate maupun kebun dari masyarakat. Latex concentrate ini adalah bahan baku untuk berbagai produk ataupun produk spesial dengan bahan baku dasar latex concentrate. Pemasaran produk latex concentrate ini adalah dalam dan luar negeri.


(61)

Sebagai perusahaan joint venture PT. Mardec Nusa Riau untuk mencapai tujuannya mempunyai visi dan misi serta nilai teras yaitu :

Visi : Menjadi perusahaan yang terdepan dalam industri karet di Indonesia.

Misi : Mencapai pertumbuhan yang tinngi dan memberikan keuntungan kepada para pihak yang berkepentingan dengan produk yang inovatif, pelayanan yang prima dan kemampuan dalam memberikan solusi

Nilai Teras : Kejujuran dan ketulusan, kewirausahaan, komitmen, kreativitas dan kecakapan, kesepakatan dan kerjasama, keyakinan dan dan Dinamis.

b. Struktur Organisasi dan Perusahaan

Seperti kita ketahui bahwa setiap perusahaan yang didirikan sudah barang tentu mempunyai tujuan. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka diperlukan suatu manajemen yang baik, yang mampu menggerakkan orang lain (karyawan) sebagai bawahannya, sehingga akan tercapai suatu keseimbangan antara tujuan perusahaan dengan tujuan individu.

Salah satu fungsi manajemen adalah fungsi organisasi. Melalui organisasi manajemen diharapkan dapat menjalankan rencana yang ditetapkan sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai secara efektif dan efesien. Agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, maka orang-orang yang ada didalamnya harus diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing bagian mengetahui tugas dan tanggung jawan serta kepada siapa harus bertanggun jawab.


(62)

Dalam mengorganisasi suatu perusahaan maka langkah pertama yang harus diambil adalah menetapkan apa yang harus dilakukan agar dapat merealisasikan tujuannya. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan adanya pembagian tugas. Dalam hubungan ini sesuai dengan kegiatan perusahaan. Maka perlu adanya suatu organisasi dengan suatu bentuk struktur tertentu, sesuai dengan kondisi dan perkembangan perusahaan untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka PT. Mardec Nusa Riau menggunakan struktur organisasi yang berbentu garis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat adanya garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab yang dibagi-bagi tiap tingkatan, mulai dari pimpinana yang paling atas sampai ke tngkat yang paling rendah.

Adapun fungsi dan tangung jawab struktur organisasi pada PT. Mardec Nusa Riau adalah sebagai berikut :

1. Komisaris

Tugas, tanggungjawab dan wewnang sebagai berikut: a. Melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan.

b. Memberikan teguran atau nasehat dan saran kepada direktur utama. c. Mengangkat dan memberhentikan sementara Direktur

d. Memberikan persetujuan kepada Direktur Utama dalam hal-hal membuat perencanaan dan kebijaksanaan yang bersifat operasional maupun non operasional baik jangka menengah maupun jangka panjang


(63)

e. Mengadakan Rapat Pemegang saham sekurang-kurangnya dala setahun.

2. Direktur utama

a. Bertanggungjawab langsung kepada komisaris

b. Membuat perencanaan dan kebijaksanaan baik jangka menengah maupun jangka panjang agar perusahaan memperoleh keuntungan setiap tahunnya sebagaimana yang diamanatkan oleh komisaris

c. Mengangkat dan memberhentikan General manager dan manager

d. Memonitoring secara global operasional perusahaan dan melaksanakan evaluasi setiap tiga bulan.

3. Manajer Umum

a. Bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama

b. Menjalankan serta bertanggungjawab secara keseluruhan terhadap operasional perusahaan

c. Membuat perencanaan dan kebijaksanaan baik jangka pendek maupun jangka menengah terhadap operasional perusahaan seperti perencanaan bahan baku, produksi dan lain sebagainya

d. Menganalisa serta menetapkan budget conversion cost atau biaya produksi per kilogram hasil produksi

e. Melaporkan operasional perusahaan setiap bulan kepada direktur utama.

f. Mereview dan meminta pertanggungjawaban tiap-tiap bagian/departemen terhadap pencapaian target


(64)

4. Manajer Produksi

a. Bertanggungjawab langsung kepada Manajer Umum

b. Mengkaji dan membuat budget dibagian produksi berdasarkan target perolehan laba

c. Membuat perencanaan tenaga kerja dibagian produksi sesuai dengan budget yang telah ditetapkan.

d. Mengawasi dan memonitoring jalannya proses produksi serta mencapai target produksi setiap harinya.

e. Mencapai dan menjaga mutu produk sesuai standar dan keinginan pelanggan

Manajer produksi membawahi: 1) Asisten lab

Menjaga mutu latex dan skim block yang akan diproduksi sesuai dengan standar dan keinginan pelanggan

2) Supervisor

Membantu manajer produksi dalam mangawasi, merencanakan dan melaksanakan proses produksi

3) Mandor

Mengantur dan mengawasi para pekerja di pabrik dalam menjalankan proses produksi latex dan skim block agar mutu produksi sesuai dengan standar

4) Asisten teknik


(65)

5) Pekerja

Mengolah latex dari kebun menjadi latex pekat dan skim block dan menjaga mutu proses produksi agar sesuai dengan standar dan keinginan pelanggan

5. Manajer Pembelian

a. Bertanggungjawab langsung kepada Manajer umum

b. Mengkaji dan membuat anggaran dibagian pembelian berdasarkan target perolehan laba

c. Merencanakan sreta mencapai target pembelian bahan baku untuk produksi

d. Membuat perencanaan tenaga kerja dibagian pembelian sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

e. Mengawasi dan memonotoring pengadaan bahan baku f. Mencapai dan menjaga bahan baku sesuai dengan standar 1) Asisten Pembelian

Mengkordinir penyediaan bahan baku untuk produksi dan mengkoordinir tenaga kerja pembelian sesuai dengan yang telah ditetapkan

2) Pekerja


(1)

Adapun alternatif jawaban sebagai berikut :

a. Jawaban ”Ya” untuk jawaban yang dianggap benar

b. Jawaban ”Ragu-ragu”untuk jawaban yang ada pada waktu tertentu dianggap benar dan pada waktu lain dianggap salah


(2)

Daftar pertanyaan untuk penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu sistem pengawasan manajemen

No Pertanyaan Jawaban Kuesioner

Ya Ragu-ragu Tidak

Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

1 Apakah dalam perusahaan terdapat strutruk organisasi?

2 Apakah dalam struktur organisassi terdapat pendelegasian wewenang dan tangung jawab yang jelas?

3 Apakah dalam pelaksanaanya, para pelaksana telah memahami dengan baik tanggung jawab dan wewnangnya?

4 Apakah dalam struktur organisasi tersebut telah memisahkan pusat-pusat pertanggungjawaban?

5 Apakah peran perusahaan setiap manajer diberi peran dalam pencapaian tujuan perusahaan?

6 Apakah perusahaan telah memisahkan antara biaya yang terkendali dan tidak terkendali?

7 Apakah penerapan akuntanasi pertanggungjawaban dapat mengurangi penyimpangan dalam anggaran biaya produksi?

8 Apakah akuntansi pertanggungjawaban yang dugunakan dapat dijadikan sebagai alat untuk evaluasi penggunaan biaya produksi?

9 Apakah akuntansi pertanggungjawaban dapat dijadikan alat untuk mengendalikan biaya produksi menjadi lebih baik?

10 Apakah anggaran yang dibuat perusahaan dapat benar-benar memotivasi para manajer dalam meningkatkan kinerjanya?

Sistem Pengawasan Manajemen a. Penyusunan Program

11 Apakah pemberian peran itu dalam bentuk anggaran?

12 Apakah dalam perusahaan terdapat anggaran untuk masing-masing bagian dari fungsi pokok perusahaan?

13 Apakah perusahaan Anda mempunyai bagian khusus melayani segala keluhan pelanggan?


(3)

14 Apakah ada insentif atau bonus khusus yang diberikan kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang berprestasi?

15 Apakah ada sanksi atau hukuman yang diberikan kepada manajer apabila terjadi penyimpangan dari rencana yang ditetapkan?

16 Jika terjadi komplain dari pelanggan mengenai keterlambatan produk yang dipesan apakah perusahaan dapat mengatasinya dengan baik?

b. Penyusunan Anggaran

17 Apakah perusahaan membuat perencanaan dengan penyusunan anggaran?

18 Apakah dengan adanya penyusunan anggaran para manajer ikut berperan dalam pencapaian tujuan masing-masing bagian?

19

Apakah dalam pencatatan transaksi di perusahaan telah menggunakan kode rekening?

20

Apakah dalam kode rekening yang digunakan itu telah dicantumkan kode bagian?

21

Apakah pemberian kode rekening itu dapat menunjang efektifitas biaya produksi?

c. Pelaksanaan dan pengukuran

22 Apakah dalam pelaksanaan anggaran perlu diadakan koordinasi antar bagian?

23

Apakah anggaran merupakan satu-satunya standar untuk mengendalikan aktivitas yang berjalan?

24

Apakah produksi dilakukan sesuai waktu yang ditentukan?

25

Apakah kuantitas produksi barang yang dihasilkan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan?

26

Apakah kuantitas tersebut sesuai dengan anggaran yang ditetapkan?

27

Apakah kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan rencana manajemen?

28 Apakah perusahaan memiliki standar tertentu mengenai kualitas produk yang dihasilkan?

29 Apakah menurut Anda kualitas produk yang perusahaan tawarkan sudah memenuhi persyaratan? 30 Apakah perusahaan membandingkan anggaran


(4)

d. Pelaporan Analisis dan Evaluasi

31 Apakah masing-masing bagian dalam perusahaan memberikan laporan pertanggungjawaban?

32 Apakah dalam sistem pelaporan informasi akuntansi 33 telah dipisahkan antara yang masihh rencana dengan

yang sebenarnya terjadi?

34 Apakah laporan tersebut dilaporkan secara periodik? 35

Apakah laporan pertanggungjawaban itu merupakan realisasi anggaran dari anggaran yang disusun sebelumnya?

36

Apakah dilaporan pertanggungjawaban dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi?

37

Apakah penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajer produksi untuk mengambil tindakan perbaikan?

38 Apakah diambil tindakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi?

39

Sejauh ini apakah realisasi anggaran biaya produksi telah sesuai dengan target yang diinginkan perusahaan?

40 Apakah dari tindak lanjut atas penyimpangan yang terjadi, penggunaan biaya produksi selanjunya menjdi lebih efektif, artinya sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan?


(5)

LAREX CONCENTRATE CONVERSION COST OKTOBER 2008 - SEPTEMBER 2009

Produksi Dalam Per Ton

BULAN ANGGARAN REALISASI SELISIH

Rp/Kg Rp/Kg

OKTOBER 2008 1730.96 1725.79 5.17

NOVEMBER 1424.69 1424.81 -0.12

DESEMBER 1372.5 1629.14 -256.64

JANUARI 2009 1398.63 1449.08 -50.45

FEBRUARI 1406.44 1314.15 92.29

MARET 1397.49 1817.7 -420.21

APRIL 1388.1 1378.91 9.19

MEI 1380.67 1323.65 57.02

JUNI 1380.67 1832.84 -452.17

JULI 1386.01 1513.29 -127.28

AGUSTUS 1406.82 2239.03 -832.21

SEPTEMBER 1436.53 1910.25 -473.72


(6)

SKIM BLOCK CONVERSION COST OKTOBER 2008 – SEPTEMBER 2009

Produksi Dalam Per Ton

BULAN ANGGARAN REALISASI SELISIH

Rp/Kg Rp/Kg

OKTOBER 2008 3182.12 2629.49 552.63

NOVEMBER 2867 2439.53 427.47

DESEMBER 2714.7 2035.93 678.77

JANUARI 2009 2833.65 2212.44 621.21

FEBRUARI 2770.93 2220.89 550.04

MARET 2776.12 2432.05 344.07

APRIL 2853.67 2199.31 654.36

MEI 2784.52 2396.32 388.2

JUNI 2777.79 2670.01 107.78

JULI 2784.52 2387.64 396.88

AGUSTUS 2805.78 2696.98 108.8

SEPTEMBER 2879.01 2921.33 -42.32