1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini bank menjadi salah satu kegiatan usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian di negara kita. Bank juga merupakan salah satu
produk jasa yang digunakan oleh orang banyak atau masyarakat. Penghimpunan dana merupakan kegiatan pokok bank. Keberhasilan bank
dalam melakukan penghimpunan atau mobilisasi dana ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang diantaranya adalah kepercayaan masyarakat pada
suatu bank, di mana kepercayaan ini sangat dipengaruhi oleh kinerja bank yang bersangkutan, posisi keuangan, kemampuan, integritas, serta kredibilitas
para manajemen bank. Ahmad Rodoni, 2006:28. Untuk itu, nasabah pun lebih selektif dalam memilih bank.
Setelah keluarnya undang-undang perbankan, yaitu UU No.7 Tahun 1992 diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, bahwa perbankan
di Indonesia terdiri dari 2 dua jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Kedua bank tersebut melaksanakan kegiatan secara konvensional atau
syariah. Hal ini berarti bahwa Indonesia menganut sistem perbankan ganda dual banking system. Semenjak itu, bank syariah mulai tumbuh pesat di
Indonesia dalam bentuk bank umum syariah, unit usaha syariah bank konvensional yang membuka cabang syariah, dan gerai syariah.
2 Perbankan
dan institusi
keuangan syariah
terus mengalami
perkembangan yang signifikan. Dalam lingkup global, diperkirakan industri ini tumbuh lebih dari 15 persen per tahun dengan jumlah institusi keuangan
syariah lebih dari 300 tersebar di lebih 75 negara dengan perkiraan total asset 500 miliar dolar atau sekitar Rp 4.600 triliun. Menurut Standard and Poor,
potensi pasar keuangan syariah ditaksir mencapai 4 triliun dolar. Dengan kata lain, pasar yang sekarang sudah dicapai baru sekitar 10 persen. Artinya,
industri ini akan masih menjanjikan perkembangan yang luar biasa di masa depan A. Riawan Amin, 2009: 24.
Menurut A. Riawan Amin dalam bukunya yang berjudul “Menata Perbankan Syariah di Indonesia”, bank syariah merupakan bagian dari
perjuangan umat Islam. Perjuangan ini terus diikuti dengan dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah berupa dual banking system dan malah saat ini
mengeluarkan payung hukum yang mandiri berupa Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 sehingga bank-bank syariah tumbuh
subur di Indonesia baik dalam bentuk Bank Umum Syariah maupun cabang dan unit-unit syariah A. Riawan Amin 2009:3.
Dalam Undang-Undang Syariah tersebut diatur jenis usaha, ketentuan pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi
bank syariah maupun UUS yang merupakan bagian dari Bank Umum Konvensional. Sementara itu, untuk memberikan keyakinan pada masyarakat
yang masih meragukan operasional perbankan syariah selama ini, diatur pula kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi
3 kegiatan usaha yang mengandung unsur-unsur riba, maisyir, gharar, haram,
dan zalim Zubairi Hasan, 2009:5. Bank syariah memiliki perbedaan operasional yang cukup mendasar
dengan bank konvensional dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Konsep halal adalah konsep yang paling utama dalam investasi
yang dilaksanakan perbankan syariah, yang menjadi pembeda utama antara kedua sistem bank tersebut. Hal ini disebabkan adanya sifat transedental dari
setiap transaksi dalam setiap aktivitas muamalah dan hukum Islam Gemala Dewi, 2007:98.
Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Per Desember 2008, tercatat ada lima bank syariah Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI, dan Bank Syariah Bukopin, 28 Unit Usaha Syariah UUS, dan 131 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah. Dari jumlah ini, terdapat 951 kantor jaringan, belum termasuk jaringan kantor, Office Channeling yang jumlahnya hampir
mencapai 1.500. dari sisi asset, perkembangan perbankan syariah juga menggembirakan. Pada tahun 2002, jumlah total asset perbankan syariah baru
sekitar Rp 4 Triliun. Namun per Desember 2008, asetnya sudah menjadi Rp 49,5 Triliun atau dalam enam tahun mengalami penambahan sepuluh kali
lipat. A. Riawan Amin, 2009: 101. Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh
sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun
4 kuantitasnya. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guna
menjamin tercapainya sasaran pengembangan perbankan syariah, yang telah diidentifikasi, diantaranya adalah penyempurnaan peraturan dan perundang-
undangan yang sesuai dengan karakteristik usaha perbankan syariah, pertumbuhan jaringan kantor yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
yang semakin meningkat terhadap jasa perbankan syariah, meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah, tersedianya infrastruktur
dan lembaga pendukung yang dapat mendorong perkembangan perbankan syariah yang sehat dan istiqamah teguh menjalankan prinsip syariah,
meningkatkan efisiensi operasi, mutu pelayanan, dan daya saing perbankan syariah nasional, mendorong perkembangan pembiayaan bagi hasil dalam
proporsi yang memadai dalam portofolio pembiayaan bank syariah, dan terciptanya bank syariah yang memiliki kompetensi, profesionalisme, dan
dapat memenuhi standar yang ditetapkan secara internasional. M. Luthfi Hamidi, 2003:11.
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Adnan Halim, dengan delapan faktor yang diduga kuat mempengaruhi keputusan nasabah dalam
menggunakan jasa pelayanan Bank Muamalat cabang Bogor, diantaranya adalah faktor agama, faktor produk, faktor fasilitas, faktor lokasitempat,
faktor sumber daya manusia SDM, faktor promosi, faktor merek, faktor keluarga. Pada penelitian ini, diperoleh faktor dominan yang mempengaruhi
keputusan nasabah dalam menggunakan jasa pelayanan bank adalah faktor lokasi. faktor tempat merupakan faktor yang memegang peranan penting
5 dalam menarik minat nasabah untuk menggunakan jasa pelayanan bank. Hal
ini dapat diterima secara logis karena bank merupakan tempat untuk menabung dan berinvestasi, oleh karena itu tempat yang aman dan mudah
ditemukan serta letaknya yang strategis merupakan daya tarik tersendiri bagi nasabah. Adnan, 2009:120.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengangkat delapan faktor tersebut dan menambahkannya dengan faktor teknologi serta faktor kondisi ekonomi.
Penulis menduga kedua faktor tersebut juga memiliki pengaruh yang tinggi terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah. Sehingga
semakin banyak faktor-faktor yang diangkat untuk meneliti keputusan nasabah dalam menggunakan jasa bank syariah, serta akan semakin terlihat
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan nasabah. Salah satu kekuatan yang paling dramatis dalam membentuk kehidupan
manusia adalah teknologi. Teknologi telah menghasilkan keajaiban, seperti penisilin, bedah jantung terbuka, dan pil KB. Teknologi juga menimbulkan
kengerian seperti bom hidrogen, gas syaraf dan senapan mesin mini. Teknologi juga menghasilkan berkat gabungan, seperti mobil dan video game
Kotler dan Keller, 2007:112. Dampak dari perubahan teknologi juga berdampak positif terhadap
perkembangan dunia perbankan. Produk yang ditawarkan kepada nasabahnya menjadi lebih cepat dan efisien. Sebagai contoh untuk melakukan pengiriman
uang transfer dapat dilakukan pada saat itu juga dengan sistem online
6 komputer, padahal sebelumnya untuk mengirim uang dari satu bank ke lokasi
lainnya memerlukan waktu beberapa hari. Demikian juga dalam hal penagihan inkaso, waktu yang dibutuhkan menjadi lebih cepat. Disisi lain
untuk melakukan penarikan uang saat ini tidak perlu dilakukan ke bank, tetapi cukup dapat ditarik di mesin Anjungan Tunai Mandiri ATM yang tersebar
di berbagai tempat. Di samping itu ATM juga memberikan kelebihan lain seperti informasi saldo serta melakukan berbagai pembayaran dalam waktu
yang sangat cepat melalui pendebetan. Kashmir, 2008:17. Semuanya tersebut terjadi karena adanya teknologi, untuk itu teknologi sangat
diperlukan karena dapat mempengaruhi perilaku manusia, khususnya perilaku nasabah dalam memilih jasa bank syariah.
Kondisi ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan
kecendrungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat bunga. Jadi jika indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi,
pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya. Bilson Simamora, 2008:10.
Begitu juga menurut Drs. Gunawan Adisaputro MBA dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Pemasaran Analisis Untuk Perancangan Strategi
Pemasaran”, menuturkan bahwa kondisi ekonomi dan mata pencaharian berpengaruh terhadap konsumsi mereka. Misalnya seorang buruh yang
terdidik akan memiliki konsumsi yang berbeda dengan pekerja kantoran
7 dalam hal pakaian, sepatu, makanan, alat transportasi yang dipilih dan
keanggotaan suatu kelompok. Gunawan Adisaputro, 2010:80. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengadakan
penelitian yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN NASABAH
UNTUK MENGGUNAKAN JASA BANK SYARIAH Studi Kasus pada PT.
Bank Syariah Mandiri Tbk. Cabang Pembantu Lebak”.
Pada kesempatan ini, penulis melakukan penelitian di daerah Rangkasbitung, lebih tepatnya di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Cabang
Pembantu Lebak. Lokasi tersebut peneliti pilih karena BSM Cabang Pembantu Lebak merupakan bank syariah yang pertama berdiri di Lebak dan
memiliki nasabah yang banyak serta transaksi yang beragam daripada bank syariah lainnya di Lebak.
Bank Syariah Mandiri BSM merupakan bank milik pemerintah pertama Bank Susila Bakti BSB, sebagai salah satu anak perusahaan di lingkup Bank
Mandiri ex BDN, yang kemudian dikonversikan menjadi bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi bank
syariah, BSM menjalin kerja sama dengan Tazkia Institute, terutama dengan pelatihan dan pendampingan konversi. Sebagai salah bank yang dimiliki
oleh Bank Mandiri, BSM memiliki beberapa keunggulan komparatif dibanding pendahulunya, salah satunya ialah BSM memiliki asset ratusan
triliun dan networking yang sangat luas. M. Syafi’i Antonio, 2001:26.
8
B. Perumusan Masalah