Tujuan Pendidikan Islam TINJAUAN UMUM PENDIDIKAN ISLAM

22 2. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan rasulullah Saw bersama anak-anaknya dan penanaman keimanan kedalam jiwa yang dilakukannya. 24

D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu hidup. 25 Adapun tujuan pendidikan Islam ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan para ahli, menurut Ahmadi, tujuan pendidikan Islam adalah sejalan dengan pendidikan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk Allah SWT yaitu semata-mata hanya beribadah kepada-Nya. 26 Firman Allah SWT dalam Al Qur’an:        Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka menyembahku QS. Adz-Dzariyat : 56. 27 Al-Gazali sebagaimana dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada: a. Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT b. Membentuk insan purna yang untuk mendapat kebahagiaan hidup baik dunia dan akhirat. 28 24 Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro, 1992, h. 47. 25 Zuhairini, et. al. Filsafat pendidikan Islam, Jakarta : Bina Aksara, 1995 h. 159. 26 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya media,1992, h. 63. 27 RHA Soenardjo, et. al, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Al Wa’ah, 1993, h. 862. 28 Fatiyah Hasan Sulaeman, Sistem Pendidikan Versi Al Ghazali, cet ke 11, terj. Fathurrahman, Bandung : Al maarif, 1986, h. 24. 23 Dari dua tujuan pendidikan Islam menurut Al Gahazali di atas dapat dipahami bahwa dalam merumuskan tujuan pendidikan Al-Ghazali tidak hanya mementingkan kehidupan ukhrowi semata akan tetapi juga kebahagiaan dunia. Sedangkan tujuan pendidikan islam menurut Ibnu Khaldun terbagi menjadi dua yaitu: 1. Tujuan keagamaan, maksudnya adalah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang di wajibkan keatasannya. 2. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang di ungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup. 29 Secara filosofis, pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk al insan kamil atau manusia paripurna. Beranjak dari konsep di atas, maka setidaknya pendidikan Islam seyogyanya diarahkan pada dua dimensi yaitu: pertama, dimensi dialektika horizontal terhadap sesamanya. Kedua, dimensi ketundukan vertical kepada Allah. 30 Pada dimensi pertama pendidikan hendaknya mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkret dalam konteks dirinya, sesama manusia, dan alam semesta. Akumulasi berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap mental merupakan bekal utama pemahaman terhadap kehidupan. Sementara pada dimensi kedua memberikan arti bahwa pendidikan sains dan teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan, memelihara dan melestarikan sumber daya alami, juga menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi dengan sang pencipta. Untuk itu pelaksanaan ibbadah dalam arti seluas luasnya adalah merupakan sarana yang dapat menghantarkan manusia ke arah ketundukan vertical kepada khaliknya. Dalam pandangan Hamka, tujuan pendidikan Islam adalah mengenal dan mencari keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia, 29 Ramayulis, Ilmu …, h. 71. 30 A.M. Saepudin, Desekularisasi Pemikiran Landasan Islami, Bandung: Mizan,1991, h. 126. 24 serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya. Armai Arif dalam bukunya “Pengantar Ilmu dan metodologi Pendidikan Islam” secara rinci menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna insan kamil setelah ia mengahabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasinal adalah tujuan praktis yang akan di capai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. 31 Dari beberapa pemaparan dari para ahli tentang tujuan pendidikan Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam Islam adalah bagian dari perjalanan hidup dan tujuan diciptakannya manusia yaitu semata-mata untuk beribadah menghamba kepada Allah Swt. Selain itu pendidikan Islam juga bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia paripurna insan kamil, sesuai ajaran dan pribadi rasulullah Saw guna mendekatkan diri kepada Allah SWT demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 18-19. 25

BAB III KAJIAN TERHADAP BUKU TASAWUF MODERN BUYA HAMKA

A. Sekilas Biografi Buya Hamka

Haji Abd ul Malik Karim Amrullah Hamka adalah “anak Minang” yang lahir di sungai Batang Maninjau sumatera Barat pada hari ahad, tanggal 16 februari 1908 M13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang terkenal sangat taat beragama. 1 Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rasul bin syekh Muhammad Amrullah gelar Tuanku Kisai bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor kebangkitan kaum mudo. Dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau. Sementara ibunya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria w. 1934. Dari data di atas dapat diketahui bahwa Hamka berasal dari keturunan yang taat beragama dan memilki hubungan dari generasi pembaharu Islam di Minangkabau pada akhir abad XVIII dan awal abad XIX. Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dan memebaca Al-Q ur’an langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Pada usia 7 tahun , ia kemudian dimasukan ke sekolah desa --yang hanya sempat dienyam sekitar tiga tahun-- dan malamnya Hamka belajar mengaji dengan ayahnya sampai khatam. Ketika berusia 12 tahun, kedua orang tuanya bercerai. Perceraian kedua orang tuanya ini merupakan pengalaman pahit yang dialaminya. Tak heran jika 1 HAMKA, Kenang-kenangan Hidup, Jilid I, Jakarta:Bulan Bintang, 1979, h. 9.