Sekilas Biografi Buya Hamka

25

BAB III KAJIAN TERHADAP BUKU TASAWUF MODERN BUYA HAMKA

A. Sekilas Biografi Buya Hamka

Haji Abd ul Malik Karim Amrullah Hamka adalah “anak Minang” yang lahir di sungai Batang Maninjau sumatera Barat pada hari ahad, tanggal 16 februari 1908 M13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang terkenal sangat taat beragama. 1 Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rasul bin syekh Muhammad Amrullah gelar Tuanku Kisai bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor kebangkitan kaum mudo. Dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau. Sementara ibunya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria w. 1934. Dari data di atas dapat diketahui bahwa Hamka berasal dari keturunan yang taat beragama dan memilki hubungan dari generasi pembaharu Islam di Minangkabau pada akhir abad XVIII dan awal abad XIX. Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dan memebaca Al-Q ur’an langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Pada usia 7 tahun , ia kemudian dimasukan ke sekolah desa --yang hanya sempat dienyam sekitar tiga tahun-- dan malamnya Hamka belajar mengaji dengan ayahnya sampai khatam. Ketika berusia 12 tahun, kedua orang tuanya bercerai. Perceraian kedua orang tuanya ini merupakan pengalaman pahit yang dialaminya. Tak heran jika 1 HAMKA, Kenang-kenangan Hidup, Jilid I, Jakarta:Bulan Bintang, 1979, h. 9. 26 pada fatwa-fatwanya, ia sangat menentang tradisi kaum laki-laki minangkabau yang menikah lebih dari satu perempuan poligami, sebab menurut Hamka hal tersebut sangat berpotensi untuk merusak ikatan dan keharmonisan rumah tangga. 2 Pendidikan formal yang dilaluinya sangat sederhana. Mulai tahun 1916 sampai 1923 ia belajar agama pada lembaga pendidikan Diniah School Padang panjang, serta Sumatera Thawalib padang Panjang dan di Parabek. 3 Walaupun pernah duduk di kelas VII, akan tetapi ia tidak punya ijazah. Guru-gurunya waktu itu antara lain 4 Syekh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid Hakim, Sutan Marajo, dan Syekh Zainuddin Labay El yunusi. Di tahun 1924 ia berangkat ke Yogya, dan mulai mempelajari pergerakan pergerakan Islam yang mulai bergelora. Ia mendapat kursus pergerakan Islam dari H.O.S TJokroaminoto, H. Fakhrudin, RM suryo pranoto dan iparnya sendiri A.R. St. Mansur yang pada waktu itu ada di Pekalongan. 5 Di tahun 1935 dia pulang ke Padang Panjang. Waktu itulah mulai tumbuh bakatnya sebagai pengarang. Buku yang mula-mula dikarangnya adalah bernama “Khatibul Ummah”. Di awal tahun 1927 dia berangkat pula dengan kemauanya ke Mekkah, sambil menjadi koresponden dari harian Islam” Tanjung Pura Langkat”, dan pembantu dari “Bintang Islam” dan “Suara Muhammadiyah” Yogyakarta. Atas desakan iparnya, A.R. St. Mansur ia kemudian di ajak pulang ke Padang panjang untuk menemui ayahnya yang demikian merindukanya. Sesampainya di Padang Panjang, ia kemudian di nikahkan dengan Siti Raham binti Endah Sutan, yang merupakan anak mamaknya anak paman pada tanggal 5 april 1929. Pernikahan Hamka dengan Siti Raham berjalan harmonis dan bahagia. Dari perkawinanya dengan Siti Raham, Hamka memiliki beberapa putera dan peteri, yaitu: Zaki, Rusdy, Fakhri, Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif dan Syakib. Stelah istrinya meninggal dunia, satu 2 HAMKA, Kenang-kenangan Hidup, h. 63-74 3 HAMKA, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987 h. xv. 4 HAMKA, Tasawuf…, h. 2. 5 HAMKA, Tasawuf…, h. 9. 27 setengah tahun kemudian, tepatnya tahun 1973, ia menikah lagi dengan perempuan asal Cirebon yaitu Hj. Siti Khadijah. 6 Pada tahun 1928 keluarlah buku romanya yang pertama dalam bahasa Minangkabau berjudul Si Sabarariyah. Waktu itu pula ia memimpin majalah “Kemajuan Zaman” yang terbit hanya beberapa nomor. Di tahun 1929 keluarlah buku-bukunya antara lain, Agama dan perempuan, Pembela Islam, Adat Minangkabau dan Agama Islam, Kepentingan Tabligh, Ayat-Ayat M i’raj dan lain-lain. Di tahun 1930 Hamka mulai menjadi penulis mengarang pada surat kabar “Pembela Islam” Bandung, dan pada saat itu pula mulai berkenalan dengan M. Natsir, A Hasan dan tokoh Islam lainnya. Ketika beliau pindah ke Makassar diterbitkanya majalah Al Mahdi. 7 Pada tahun 1934 ia meninggalkan Makasar dan kembali ke padang panjang untuk meneruskan cita-citanya dan mengelola kuliyatul mubalighin antara tahun 1934-1935. Tujuan lembaga ini adalah untuk mencetak para mubaligh. Pada beberapa mata pelajaran penting seperti ilmu usul fiqh dan mantiq, ilmu ikhtilaful mazahib, ilmu tafsir dan ilmu arudh. Akan tetapi karena honorarium tak cukup untuk menghidupi keluarganya, maka bulan januari 1936, ia memutuskan untuk berangkat ke Medan. Di Medan bersama M Yunan Nasution ia mendapat tawaran dari H Asbiran Ya’kub dan Muhamad Rosami bekas sekertaris Muhammadiyah Bengkalis untuk memimpin majalah mingguan Pedoman Masyarakat. Meskipun banyak rintangan dan kritikan, sampai tahun 1938 peredaran majalah ini berkembang cukup pesat. Perkembangan majalah “Pedoman Masyarakat ” yang cukup menggembirakan ini telah ikut meningkatkan ekonomi keluarganya. Melalui rubrik “Tasawuf Modern”, tulisanya telah mengikat hati para pembacanya, baik masyarakat awam maupun kaum intelektual, untuk menantikan dan membaca setiap terbitan pedoman masyarakat. 6 Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. HAMKA, Jakarta Pustaka Panjimas: 1983 h. ix, 34 dan 107. 7 HAMKA, Tasawuf …, h. 10. 28 Pemikiran-pemikiranya yang cerdas yang dituangkan dalam majalah “Pedoman Masyarakat” merupakan alat yang menjadi penghubung anatara dirinya dengan kaum intelektual lainya, seperti Natsir, Hatta, Agus Salim, dan Muhammad Isa Ansari. Ketika zaman pendudukan Jepang banyak terjadi kejadian yang mengecewakan rakyat. Salah satu kekecewaannya yaitu diberangusnya majalah pedoman masyarakat. Namun kebijakan Jepang yang merugikan tersebut tidak membuat semangat HAMKA menjadi luntur, ia masih sempat menerbitkan majalah “Semangat Islam”. Namun demikian kehadiran majalah ini tidak dapat menggantikan majalah pedoman masyarakat yang telah demikian melekat di hati pembacanya. Hamka juga dipercaya menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia MUI pada tahun 1975. Namun dua bulan sebelum wafatnya, Hamka mengundurkan diri dari kepemimpinan MUI. Pengunduranya ini disebabkan adanya persepsi yang berbeda antara pemerintah dengan MUI tentang perayaan natal bersama antara umat Kristen dan umat Islam. Setelah pengunduran dirinya dari MUI, Hamka masuk rumah sakit karea serangan jantung yang cukup parah. Setelah kurang lebih satu minggu di rawat di rumah sakit pusat Pertamina, tepatnya pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka menghembuskan nafas terakhirnya dengan di kelilingi oleh orang- orang tercintanya, istrinya khadijah, putranya Afif Amrullah dan sahabat- sahabat terdekatnya. Hamka berpulang ke rahmatullah pada usia 73 tahun. 8

B. Sekilas Latar Belakang Penulisan Buku Tasawuf Modern