Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tasawuf merupakan kajian yang menarik, baik dalam kerangka ajaran Islam maupun dalam konteks perkembangan peradaban Islam. Harun Nasution, Barmawi Umarie dan para ahli ilmu tasawuf lainnya, umumnya mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata sufi, maknanya orang yang suci atau diliputi kesucian, tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara seseorang berada sedekat mungkin dengan Allah. 1 Al-Junaid menyebutkan bahwa tasawuf ialah keluar dari budi, perangai yang tercela dan masuk kepada budi perangai yang terpuji. 2 Dan seseorang yang mengamalkan tasawuf disebut sufi, dalam bahasa Arab , kata sufi berasal dari kata sufah, siffah, sofie dan suffah. Masing-masing kata memiliki makna yang berbeda, namun secara mendasar berarti “kesucian” dan “keikhlasan” menerima segala ketentuan Allah yang di ekspresikan dengan berbagai cara. 3 Dalam perkembanganya tasawuf dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, Departemen Agama Depag dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI seperti dikutip oleh Muhammad Solikhin dalam buku Tasawuf Aktual 2004, mengklasifikasikan tasawuf menjadi tiga 1 Harun Nasution, Falsafat dan mistisisme Dalam Islam, Jakarta:Bulan Bintang, 1973, h. 56. 2 Hamka, Tasauf Moderen, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987 h. 13. 3 Ahmad Khalil, Merengkuh Bahagia, Malang: UIN Malang Press,2007, h. 7. 2 macam, yaitu tasawuf akhlaqi, tasawuf amaly dan tasawuf falsafi. 4 Tasawuf akhlaqi adalah ajaran tasawuf yang membahas kesempurnaan dan kesucian jiwa melalui proses pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku. Taswauf amaly adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah, yang konotasinya adalah thariqoh. Sedangkan tasawuf falsafy adalah bentuk tasawuf yang memadukan antara visi mistis dan visi rasional, baik dalam kerangka teoritis maupun praktis. Meskipun demikian, dalam prakteknya ketiganya tidak dapat dipisahkan. Hal ini sebagaimana kasyaf yang dialami oleh sufi falsafy tetap melakukan latihan rohani dengan mengendalikan kekuatan syahwat serta menggairahkan ruh dengan jalan melakukan zikir. Para ilmuwan sejarah umumnya menyimpulkan bahwa tasawuf adalah sebagai dimensi mistik dalam Islam. Menurut mereka kemunculan tasawuf berawal pada abad ke-9 masehi, atau sekitar dua ratus tahun sesudah kelahiran Islam. 5 Pada mulanya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman tentang makna institusi-institusi Islam. Sejak zaman sahabat dan tabi’in, kecenderungan orang terhadap ajaran Islam secara lebih analitis sudah muncul, pada saat itu ajaran Islam dipandang dari dua aspek, yaitu aspek lahiriyah dan aspek batiniyah. Pengalaman dan pendalaman aspek dalamnya mulai terlihat sebagai hal yang paling utama, namun tanpa mengabaikan aspek luarnya yang dimotivasikan untuk membersihkan jiwa. 6 Sejarah mencatat adanya konflik tajam antara jenis penghayatan keagamaan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Di kalangan umat Islam tidak sedikit yang menyebutkan bahwa tasawuf telah menyimpang dari ajaran Islam, bahkan ada para pemikir dan peneliti yang menyebutkan bahwa salah satu yang menjadi sebab mundurnya umat Islam adalah tasawuf. 7 Hal ini dikarenakan ajaran tasawuf ada yang bercampur dengan mistis budaya lokal 4 Muhammad Solikhin, Tasawuf Aktual,Semarang: Pustaka Nuun, 2004, h. 10. 5 Khalil, Merengkuh …, h. 7. 6 Rosihon Anwar dan. Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2006, h. 49. 7 SIMUH, Taswauf dan perkembanganya dalam Islam, Jakarta: PT RajaGrapindo Persada, 1997, h. 18. 3 tertentu, sehingga mereka meninggalkan kehidupan dunia dan banyak menyimpang dari syari’at Islam. Padahal Islam tidak mengharamkan kedudukan dan kenikmatan dunia, bahkan memandang harta kekayaan dan pangkat atau kedudukan sebagai sarana ibadah yang paling mulia. Selain itu ajaran-ajaran seperti Manunggaling Kawula Gusti dan sejenisnya yang dipopulerkan oleh beberapa ahli sufi adalah salah satu ajaran tasawuf yang dianggap sesat oleh sebagian umat Islam. Namun demikian gerakan tasawuf juga mendapat sambutan luas dari kalangan umat Islam bahkan penyebaran Islam menjadi lebih mudah berkat dakwah yang dilakukan oleh para sufi. Buya Hamka adalah seorang intelektual muslim Indonesia kontemporer yang concern dalam berbagai pemikiran Islam, salah satunya dalam bidang ilmu tasawuf. Salah satu karya Hamka dalam bidang ilmu tasawuf termaktub dalam karyanya yang berjudul Tasawuf Modern 139. Tasawuf Modern merupakan karya Buya Hamka yang sangat fenomenal, sebelum dijadikan buku, “Tasawuf Modern” merupakan salah satu rubrik dalam majalah “Pedoman Masayarakat” 1937. Akan tetapi respon masayarakat sangat baik sehingga ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa tasawuf modern merupakan obat yang bisa menentramkan jiwanya. Hamka juga memberikan keterangan tentang mengapa rubrik yang dipakai di dalam menuangkan tulisannya itu bernama Tasawuf Modern. Menurutnya, meskipun tulisan yang ia tuangkan juga merujuk pada buku-buku tasawuf klasik, akan tetapi hal itu dimaksudkan untuk mengetengahkan ilmu tasawuf yang telah dipermodern. Luasnya pengaruh tasawuf dalam hampir seluruh episode peradaban Islam menandakan tasawuf relevan dengan kebutuhan umat Islam. Tasawuf Modern Hamka sangat penting artinya bagi dunia saat ini, karena masyarakat telah terperangkap dalam pola pikir rasional dan mencampakkan dimensi batin, hingga melahirkan gaya hidup yang materialis dan hedonis, dalam arti masyarakat hanya berfikir kehidupan duniawi semata tanpa menghiraukan kehidupan ukhrawi. 4 Dari fenomena disorientasi paradigma kehidupan masyarakat tersebut, telah mengakibatkan lahirnya berbagai penyimpangan kemanusian yang terjadi di segala sektor kehidupan, seperti: korupsi, penindasan terhadap kaum lemah, penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, eksploitasi sumberdaya alam hingga menimbulkan kerusakan lingkungan, dekadensi moral dan lain sebagainya. Di sisi lain ada sebagian orang yang terlalu terlena dengan tradisi sufisme mistik, mereka meyakini dengan meninggalkan kehidupan dunia akan mendapatkan kebahagian batin yang akhirnya menghantarkan mereka pada singgasana kemuliaan kelak di akhirat. Dengan pemahaman tersebut, mengakibatkan mereka tidak mau tahu terhadap berbagai penyimpangan yang terjadi di sekeliling mereka. Mereka acuh terhadap hiruk pikuk keramaian zaman, karena mengurusi yang demikian dianggap sebagai kesiasiaan belaka. Menurut Hamka, tasawuf ibarat jiwa yang menghidupkan tubuh dan merupakan jantung dari ke-Islaman. Oleh karena itu, sangat tepat jika pendekatan Tasawuf menjadi salah satu daya tarik diterimanya Islam di Indonesia. Lebih jauh lagi tasawuf telah meniupkan spiritnya ke dalam hampir seluruh kebudayaan Islam. Tarekat-tarekat sufi sebagai institusi terorganisasi, memiliki peran signifikan dalam matriks masyarakat muslim yang lebih besar, eksistensinya telah memainkan pengaruh besar atas seluruh struktur masyarakat. Dalam refleksinya Hamka sering memperkenalkan konsep neo zuhud, yaitu ajaran yang menyatakan kecintaan terhadap dunia yang tidak proposional merupakan kenistaan. Dalam buku Tasawuf Modern, Hamka mengutip perkataan K.H Mas Mansur ”80 didikan Islam kepada keakhiratan dan 20 kepada keduniaan. Tetapi kita lupa memenangkan yang tinggal 20 lagi itu sehingga menjadi hina ”. 8 Zuhud sendiri pada dasarnya berarti Manahan diri dari sesuatu yang mubah karena kekhawatiran kita terikat padanya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa alasan bagi perlunya zuhud terletak pada ketidakbolehan kita 8 Hamka, Tasawuf Modern, h. 16. 5 terikat pada sesuatu yang bersifat duniawi. Dengan kata lain tidak ada salahnya bila terlibat terhadap hal-hal yang bersifat duniawi selama masih bersifat proporsional. 9 Hal ini dengan gamblang di dukung oleh firman Allah pada surat al Qasash ayat 77                               Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnhya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karunia Allah di dunia sangat banyak diantaranya, kesehatan, kekuatan dan kesejahteraan. Manusia tidak dilarang untuk memiliki harta akan tetapi yang tidak boleh adalah terlalu sibuk dan tenggelam mengurus harta sehingga lupa kewajibannya sebagai makhluk kepada khaliknya. Jadi inti dari zuhud kuncinya adalah kata proposionalitas. Dalam memaknai pengertian tasawuf, Hamka sepakat dengan definisi tasawuf menurut Al Junaid yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk pada budi pekerti yang terpuji. Menurut Hamka tasawuf yang suci dan murni bukanlah lari dari gelombang hidup, tasawuf yang sejati adalah paduan dalam menempuh hidup. Tasawuf yang sejati bukanlah lari ke hutan, melainkan lebur ke dalam masyarakat, sebab masyarakat perlu akan bimbingan rohani. Tasawuf yang sejati bukanlah “khilafayah dan ikhtilafiyah” ilmu berselisih. 9 Khalil, Merengkuh …, h. 67. 6 Hamka berpendapat, bertasawuf bisa dilakukan sambil melakukan aktifitas duniawi, bahkan sambil berdagang sekalipun kita dapat bertasawuf pada saat yang sama. Junaid Al Bagdadi yang bergelar “Syaikh at Thaifah” membuka kedai kain di tengah kota Bagdad, ia telah mempraktekan bertasawuf sambil berladang atau sambil bekerja. 10 Hamka melihat bahwa tasawuf beroleh sumbernya yang otentik dari ajaran-ajaran islam sendiri, seperti telah dijelaskan di atas. Tapi aliran-aliran tasawuf yang ada sering menyimpang dari paham ortodoksinya. Sebagaimana diketahui bahwa Hamka memang berusaha membersihkan tasawuf dari unsur yang bertentangan dengan tauhid, namun demikian ia memang memilki apresiasi terhadap tasawuf dan berpandangan bahwa taswauf diperlukan oleh masyar akat. Terhadap taswauf yang telah menyimpang dan mengalami deviasi,- yang mengajarkan sikap-sikap yang mengharamkan pada diri sendiri dan terhadap barang yang dihalalkan Tuhan, Hamka mengatakan bahwa tasawuf yang demikian tidaklah berasal dari islam. Selanjutnya ia berkata bahwa zuhud yang melemahkan itu bukanlah bawaan islam. Semangat Islam adalah semangat bekerja, berjuang bukan semangat malas, rapuh dan melempem. Menurut Hamka maksud dari tasawuf yang sebenarnya adalah membersihkan jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi serta memerangi syahwat. Muhammad Solihin dalam bukunya Tasawuf Aktual mengutip pendapat Hasan Hanafi seorang pemikir Islam kontemporer tentang istilah tasawuf progresif yang mengarahkan orang untuk bersikap progresif, aktif dan produktif. Sebagai akibat dari pencerahan spiritualnya melalui aplikasi tasawuf setiap harinya. Sehingga tidak ada istilah tasawuf sebagai anti kemoderenan, penghambat krativitas dan penghalang kemajuan. Bahkan menurut Hasan Hanafi tasawuf aplikatif, jika operasionalnya dilaksanakan secara benar, akan mampu membangkitkan semangat revolusioner, dalam produk pemikiran maupun aksi seorang muslim. 11 10 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992, h. 49-50. 11 M. Solihin, Tasawuf Aktual …., h. 20 7 Apabila tasawuf dimaknai dengan pemahaman yang lebih konstuktif, edukatif dan progresif sebagaimana telah diutarakan para pemikir muslim kontemporer di atas, maka tasawuf akan lebih memiliki peran signifikan dalam khazanah pendidikan Islam, yang bertujuan mencetak generasi muda yang cerdas, soleh dan berakhlak mulia. Sejak awal budaya manusia, pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosialisasi yang menyebarkan nilai-nilai dan pengetahuan yang terakumulasi dalam masyarakat. Dr. al A’la Afifi dalam studinya tentang tasawuf klasik memaparkan bahwa tasawuf berperan besar dalam mewujudkan sebuah revolusi moral spiritual dalam masyarakat. Bertasawuf yang benar berarti sebuah pendidikan bagi kecerdasan emosi dan spiritual. Dan bukankah aspek moral –spiritual ini merupakan ethical basic atau al asasiatul akhlakiyah bagi suatu formulasi sosial seperti dunia pendidikan. 12 Hal tersebut senada dengan definisi pendidikan Islam, seperti yang diungkapkan oleh Mohamad Kanal Hasan sebagaimana dikutip Taufiq Abdullah Dan Sharon mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu proses yang komprehensif dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi intelektual, spiritual, emosi dan fisik. Sehingga seorang muslim disiapkan dengan baik untuk melaksanakan tujuan kehadirannya disisi Tuhan sebagai hamba dan wakilnya di muka bumi. Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia seutuhnya. Seutuhnya dalam arti keutuhan antara jasmani dan rohani. Pendidikan yang merupakan derivasi turunan dari Education inggris , tarbiyah- ta’dib dan ta’lim Arab menunjuk adanya proses yang berkesinambungan bagi manusia. Proses meliputi keseluruhan unsur baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Bila proses tidak berjalan secara simultan maka yang terjadi adalah split personality diri yang terpisah pada setiap orang. 13 12 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai kritik Sosial, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2006, h. 53. 13 Abdurrahman, Meaningful Learning, Yogyakarta: pustaka pelajar 2007, h.74. 8 Pembelajaran bervisi spiritual diharapkan bisa mengantisipasi adanya split personality dan mereposisi pendidikan pada tempatnya sebagai jalan mencari hakikat esensial diri manusia. Ajaran Islam dapat di bagi dua aspek yaitu aspek eksoteris lahiriyah dan aspek esoteric batiniyaniah. Dan seharusnya pendidikan Islam mementingkan kedua-duanya. Hal yang bersifat esoteric masih sering di abaikan dalam dunia pendidikan saat ini. Dalam mengajarkan ibdah misalnya, seperti shalat yang lebih ditekankan masih dalam tataran pengetahuan tentang syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkanya. Sementara aspek esoteric salat yaitu makna shalat untuk membentuk pribadi muslim yang baik masih kurang diperhatikan. Aspek esoteric dalam Islam di sebut tasawuf . Dengan lemahnya pengajaran aspek esoteris dalam Islam berarti juga bahwa pengajaran tasawuf dalam pendidikan Islam masih kurang. Padahal seharusnya pengajaran taswauf dilakukan secara seimbang dengan aspek eksoteris Islam. Karena tanpa ada pengajaran tasawuf yang seimbang, maka anak didik kurang menghayati makna ajaran Islam. 14 Tasawuf modern Hamka adalah sebuah karya yang tidak hanya berisi pelajaran tentang kesucian batin, tetapi juga berisi tentang kekuatan iman dan jiwa yang merupakan pondasi dari pendidikan Islam. Buku Tasawuf Modern sangat kaya dengan nilai-nilai pendidikan islam yang bisa di aplikasikan dalam dunia pendidikan. Dalam karya yang monumental ini ia memaparkan secara singkat tentang tasawuf. Kemudian secara berurutan ia paparkan pula tentang makna kebahagiaan disertai pendapat para ilmuan, bahagia dan agama, bahagia dan utam a, kesehatan jiwa dan badan, harta benda dan bahagia, sifat qana’ah, kebahagiaan yang dirasakan Rasulullah, hubungan ridha dengan keindahan alam, tangga bahagia, celaka, dan munajat kepada Allah. 14 Sudirman Tebba, Tasawuf Positif; Manfaat Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari, Ciputat: Penerbit pustaka Irvan: 2003, h. 9 Dari pembahasan sekilas di atas, penulis melihat bahwa begitu banyak nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf Modern karya Hamka yang perlu dikaji lebih dalam. Maka dari itu dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU TASAWUF MODEREN BUYA HAMK A .”

B. Penegasan Istilah