58
Kritikan Hamka tentang tawakal tersebut sejalan dengan pendirianya tentang adanya kebebasan manusia dalam memilih takdir hidupnya.
Keterangan tawakal yang demikian mendorong orang untuk berusaha, tidak hanya pasrah terhadap keadaan dengan dalih tawakal kepada Allah SWT.
C. Pendidikan Spiritual Tazkiyatunnafs
1. Pengertian Pendidikan spiritual
Pendidikan spiritual merupakan bagian pokok dalam pendidikan Islam. Pendidikan ini berlandaskan pada kaidah-kaidah yang kuat dan
dasar-dasar yang kokoh yang berperan sebagai penguat dan pengokoh relasi antara seorang muslim dengan Tuhanya, Allah SWT, serta sebagai
penghubung antara faktor-faktor yang bersifat duniawi dan factor-faktor yang bersifat ukhrowi.
Menurut Said Hawwa pendidikan spiritual dalam Islam merupakan pembersihan jiwa atau perjalan al sair menuju Allah SWT. Adapun
dalam buku-buku pendidikan spiritual, secara umum seluruhnya dituangkan ke dalam satu wadah yang sama yakni perpindahan dari jiwa
yang kotor menuju jiwa yang bersih al muzakka; dari akal yang belum tunduk kepada syariat menuju akal yang sesuai dengan syariat, dari hati
yang keras dan berpenyakit menuju hati yang tenang dan sehat, dari roh yang jauh dari Allah, lalai dalam beribadah dan tidak sungguh-sungguh
melakukanya, menuju roh yang mengenal arif Allah SWT, senantiasa melaksanakan hak-hak untuk beribadah kepadaNya, dari fisik yang tidak
mentaati aturan syariat menuju fisik yang senantiasa memegang aturan- aturan syariat Allah SWT. Singkatnya dari yang kurang sempurna menuju
yang lebih sempurna dalam kebaikan dan mengikuti Rasulullah Saw baik perkataan, tingkah laku dan keadaanya.
35
Selanjutnya pendidikan spiritual erat sekali kaitanya dengan istilah tazkiyatun nafs pembersihan jiwa. Perlu dicatat bahwa istilah tazkiyatun
35
Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna Al Ruhiyah, Kairo; Maktabah al wahbah,1992, h.69.
59
nafs adalah istilah yang paling umum dengan istilah pendidikan al Tarbiyah, apalagi istilah ini telah disebutkan dalam beberapa ayat al-
Q ur’an yang menunjukan makna pendidikan, dan istilah ini menunjukan
pada introspeksi jiwa muhasabah al nafs. Said Hawwa menyatakan bahwa “kata Tazkiyyah secara
terminologis punya dua makna, yaitu pensucian dan pertumbuhan.
36
Hal itu ditegaskan pula oleh Muhammad al Ghazali, ia mengatakan bahwa
tazkiyah merupakan kata yang terdekat dari makna pendidikan tarbiyah; bahkan kata tarbiyah dan tazkiyah hampir sinonim dalam upaya perbaikan
jiwa dan pendidikan tabi’at.
37
Mir Valiuddin menyatakan bahwa tazkiyah an nafs atau penyucian jiwa ini berarti menghiasi sifat-sifat terpuji dan
malakuti, sesudah membersihkanya dari sifat-sifat tercela dan hewani.
38
Hamka dalam bukunya Tasawuf Modern membahas tentang kesehatan jiwa. Menurut Hamka jiwa adalah harta yang tiada ternilai
harganya. Kesucian jiwa menyebabkan kejernihan diri, lahir dan batin, maka itulah kekayaan sejati.
39
Hamka mengatakan, bahwa orang yang takut mengahadapi kehidupan dan tidak berani menggosok dan mensucikan batinya, tidak
akan kenal arti lezat. Seorang pahlawan, mencapai titel pahlawan dengan darah dan pedang. Seorang penganjur bangsa alim ulama dan sebagainya,
mereka duduk di singgasana kemuliaan dengan senangnya, padahal mereka mencapai itu dengan susah payah. Demikianlah mencapai
kemuliaan batin.
40
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa mensucikan jiwa dan menuju ketenangan jiwa bukanlah sebuah perkara yang mudah untuk
dilakukan, perlu latihan serta pendidikan mental yang panjang, banyak
36
Said Hawwa, Mensucikan jiwa konsep tazkiyatun nafs terpadu, Cet. Ke-25 Jakarta: Robbani Press, 2000, h. 2.
37
Muhammad Al Ghazali, Nazhariyah al Tarbiyah al-Islamiyah li al Fard wa al Mujtama
’, Makkah al Mukarramah; Jami’ah Umm al Qura, 1400 H, h. 1.
38
Mir Valiuddin, Zikir dan Kontemplasi dalam tasawuf, Cet. 2, Bandung; Pustaka Hidayah, 1997 h. 45.
39
HAMKA, Tasawuf…, h. 145.
40
HAMKA, Tasawuf…, h. 146.
60
sekali pengorbanan yang harus dilakukan, dan dengan pengorbanan susah payah maka manusia akan merasakan ketenangan jiwa.
Selanjutnya Hamka menjelaskan bagaimana cara mengobati jiwa yang sakit. Jiwa yang sehat tercermin dalam dirinya sifat
syaja’ah berani pada kebenaran, takut pada kesalahan, iffah pandai menjaga kehormatan
batin, Hikmah Tau rahasia dari pengalaman hidup dan adaalah adil. Dan sebaliknya jiwa yang sakit timbul dalam dirinya sifat tahawur, jubun,
marah yang tercela, ujub dan takut.
2. Penyakit Jiwa dan Obatnya