Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute Medan

(1)

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

SISA MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

KAMPUS WILMAR BUSINESS INSTITUTE MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

RIZKI MAZIA HAKIKI RAMBE 11 0424 039

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK USU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SISA MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

KAMPUS WILMAR BUSINESS INSTITUTE MEDAN

TUGAS AKHIR

DiajukanUntukMelengkapiTugas-tugasdanMemenuhiSyaratUntukMenempuhUjianSarjanaTeknikSipil

Disusunoleh :

RIZKI MAZIA HAKIKI RAMBE 11 0424 039

Pembimbing :

Ir. Syahrizal, MT

NIP. 19611231 198111 1 001

PengujiI : Penguji II :

Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan Rahmi Karolina, ST., MT

NIP. 19520901 198112 1 001 NIP. 19820318 200812 2 001

Mengesahkan :

Koordinator PPSE Ketua

Departemen Teknik Sipil FT USU Departemen Teknik Sipil FT USU

Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

NIP. 19560326 198103 1 003 NIP.19561224 198103 1 002

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


(3)

ABSTRAK

Pada pelaksanaan konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa material konstruksi dimana adanya sisa material tersebut menimbulkan kerugian yang apabila berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan yang akan diterima oleh kontraktor. Oleh karena itu, dilakukan sebuah analisa untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste dan mengetahui berapa biaya kerugian yang disebabkan oleh terjadinya waste (waste cost), dimana proyek yang ditinjau berupa Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute di kota Medan, dengan total luas bangunannya adalah sebesar 13.555,9 m2, tinggi 28 m (terdiri dari 7 lantai), dan nilai kontrak sebesar Rp. 65.000.000.000,-. Langkah perhitungan yang dilakukan adalah menghitung kuantitas kebutuhan material berdasarkan gambar konstruksi (shop drawing). Kemudian menghitung kuantitas sisa material, biaya sisa material,perbandingan berat tulangan per m3 beton dengan SNI 2008, serta mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya sisa material. Dari hasil analisa dan perhitungan, diperoleh volume beton yang digunakan adalah sebesar 2434.187m3, sisa beton sebesar 73.02m3 dan persen jumlah sisa volume beton 3%. Berat tulangan total 451733.85kg, sisa berat tulangan21894.71kg, dan persen sisa tulangan4,84 %.Nilai koefisien rata-rata kebutuhan tulangan kolom sebesar 157.294 kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 300 kg/m3. Untuk balok koefisien rata-rata kebutuhan tulangan baloksebesar 187.407 kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 200 kg/m3. Ini menunjukkan elemen kolom dan balok menggunakan tulangan lebih sedikit tulangan dari yang telah ditetapkan oleh SNI tahun 2008.Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan dari perhitungan sisa material perlu dilakukan perhitungan pada proyek yang berbeda.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan berkah, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Faktor Penyebab

Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute Medan”.

Penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai belah pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil;

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil;

3. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, selaku Koordinator PPSE, Departemen Teknik Sipil;

4. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Pembimbing, yang telah memberikan arahan, dukungan, masukan, serta meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran Beliau dalam membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini;


(5)

5. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan dan Ibu Rahmi Karolina, ST., MT, selaku Penguji, yang turut memberikan masukan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini;

6. Bapak/ibu seluruh Staff Pengajar, serta Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil;

7. Kedua Orang Tua penulis yang teristimewa, yang telah bersabar dan tak henti-hentinya memberikan doa, motivasi, nasehat, serta dukungan. Terima kasih atas segala pengorbanan, cinta, dan kasih sayang yang tiada batas untuk penulis.

8. Teman-teman Mahasiswa/i Angkatan 2011. Terima kasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi perbaikan untuk menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Hormat saya,

Rizki Mazia Hakiki Rambe 11 0424 039


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR NOTASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Masalah ... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Struktur Bangunan Atas ... 7

2.1.1 Struktur Kolom ... 7

2.1.2 Struktur Balok ... 8

2.2 Manajemen Material Konstruksi ... 8

2.3 Material Konstruksi ... 9

2.3.1 Material Penyusun Beton ... 11

2.3.2 Tulangan Beton ... 12

2.4 Standard Penulangan Kolom dan Balok ... 13

2.4.1 Pembengkokan Tulangan ... 13


(7)

2.4.4 Sambungan ... 17

2.4.5 Ukuran dan Berat Tulangan ... 17

2.4.6 Menghitung Koefisien Kebutuhan Tulangan ... 18

2.5 Sisa Material (Waste) ... 18

2.6 Manfaat Meminimalisasi Sisa Material Konstruksi ... 24

2.7 Biaya Material ... 25

2.8 Hasil Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 26

2.8.1 Valentino Arya Kusuma. 2010. ... 26

2.8.2 Suryanto Intan, Ratna S. Alifen, dan Lie Arijanto ... 27

2.8.3 Abdul Wahab. 2015. ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Data Penelitian ... 28

3.1.1 Sumber Data ... 28

3.1.2 Data Primer ... 28

3.1.3 Data Sekunder ... 29

3.2 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 30

3.2.1 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.2.2 Metode Pengolahan Data ... 30

3.3 Metode Analisa Data ... 35

3.4 Diagram Alir Analisa Data ... 35

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Deskripsi Proyek ... 37

4.1.1 Data Umum ... 37

4.1.2 Data Teknis ... 38

4.1.3 Gambar Proyek ... 39

4.2 Pengelompokkan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan Dimensi dan Tipe Penulangan ... 44

4.2.1 Pekerjaan Struktur Kolom ... 45

4.2.2 Pekerjaan Struktur Balok ... 50


(8)

4.3.2 Perhitungan Volume Beton Balok ... 55

4.4 Perhitungan Kebutuhan Tulangan ... 58

4.4.1 Perhitungan Tulangan Kolom ... 58

4.4.2 Perhitungan Tulangan Balok ... 61

4.5 BeratTulangan yang Digunakan ... 68

4.6 Total KebutuhanTulangan ... 69

4.7 BeratTulangan yang Tidak Digunakan ... 70

4.8 Hasil Koefisien Perbandingan Tiap Elemen ... 75

4.8.1 Kolom ... 75

4.8.2 Balok ... 78

4.9 Identifikasi Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 86

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sumber dan Penyebab Sisa Material Konstruksi ... 7

Tabel 4.1 Data Umum Proyek ... 33

Tabel 4.2 Detail Pekerjaan Kolom Lantai Dasar ... 36

Tabel 4.3 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 01 ... 36

Tabel 4.4 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 02 ... 37

Tabel 4.5 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 03 ... 37

Tabel 4.6 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 04 ... 37

Tabel 4.7 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 05 ... 38

Tabel 4.8 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 06 ... 38

Tabel 4.9 Detail Pekerjaan Kolom Lantai Atap ... 38

Tabel 4.10 Detail Pekerjaan Balok... 39

Tabel 4.11 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Dasar Penampang Persegi ... 41

Tabel 4.12 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Dasar Penampang L/T ... 42

Tabel 4.13 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 01 Penampang Persegi ... 43

Tabel 4.14 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 01 Penampang L/T ... 44

Tabel 4.15 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 02 Penampang Persegi ... 45

Tabel 4.16 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 02 Penampang L/T ... 46

Tabel 4.17 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 03 Penampang Persegi ... 47

Tabel 4.18 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 03 Penampang L/T ... 48


(10)

Tabel 4.19 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 04 Penampang

Persegi ... 49

Tabel 4.20 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 04 Penampang L/T ... 50

Tabel 4.21 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 05 Penampang Persegi ... 51

Tabel 4.22 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 05 Penampang L/T ... 52

Tabel 4.23 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 06 Penampang Persegi ... 53

Tabel 4.24 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 06 Penampang L/T ... 54

Tabel 4.25 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Atap Penampang Persegi ... 54

Tabel 4.26 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Atap Penampang L/T ... 55

Tabel 4.27 Rekapitulasi Volume Material Beton Kolom ... 56

Tabel 4.28 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 01 ... 57

Tabel 4.29 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 02 ... 58

Tabel 4.30 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 03 ... 59

Tabel 4.31 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 04 ... 60

Tabel 4.32 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 05 ... 61

Tabel 4.33 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 06 ... 62

Tabel 4.34 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai Atap... 63

Tabel 4.35 Rekapitulasi Volume Material Beton Balok ... 64

Tabel 4.36 Total Kebutuhan Berat Tulangan Kolom ... 76

Tabel 4.37 Total Kebutuhan Berat Tulangan Balok ... 76

Tabel 4.38 Total Berat Tulangan ... 77

Tabel 4.39 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan untuk Pekerjaan Kolom ... 77


(11)

Tabel 4.41 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan ... 78

Tabel 4.42 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Pekerjaan Kolom ... 79

Tabel 4.43 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Pekerjaan Balok Lantai 01 ... 81

Tabel 4.44 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Seluruh Pekerjaan Kolom ... 86

Tabel 4.45 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Seluruh Pekerjaan Balok ... 86

Tabel 4.46 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Seluruh Pekerjaan ... 87

Tabel 4.47 Koefisien Perbandingan Kebutuhan Tulangan ... 93


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Bagan Metodologi Penelitian ... 5

Gambar 2.1 Campuran Beton ... 15

Gambar 2.2 Potongan Tulangan Polos dan Tulangan Ulir ... 16

Gambar 2.3 Tulangan Polos dan Tulangan Ulir... 17

Gambar 3.1 Bagan Analisa Data ... 32


(13)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Berat tulangan yang digunakan dan tulangan yang tidak digunakan ... 88


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Tabel Perhitungan Kebutuhan Tulangan Kolom 2. Tabel Perhitungan Kebutuhan Tulangan Balok 3. Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan

4. Elemen Struktur Kolom 5. Elemen Struktur Balok 6. Dokumentasi


(15)

DAFTAR NOTASI

BU Batang Utama

D Diameter tulangan ulir (mm)

Ø Diameter tulangan polos (mm)

C1, C2,...,dst Kode tipe-tipe kolom

P1, P2,...,dst Kode tipe-tipe balok

S1, S2,...,dst Kode tipe-tipe balok

K1, K2,...,dst Kode tipe-tipe balok

L1, L2,...,dst Kode lantai

P Panjang (m)


(16)

ABSTRAK

Pada pelaksanaan konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa material konstruksi dimana adanya sisa material tersebut menimbulkan kerugian yang apabila berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan yang akan diterima oleh kontraktor. Oleh karena itu, dilakukan sebuah analisa untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste dan mengetahui berapa biaya kerugian yang disebabkan oleh terjadinya waste (waste cost), dimana proyek yang ditinjau berupa Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute di kota Medan, dengan total luas bangunannya adalah sebesar 13.555,9 m2, tinggi 28 m (terdiri dari 7 lantai), dan nilai kontrak sebesar Rp. 65.000.000.000,-. Langkah perhitungan yang dilakukan adalah menghitung kuantitas kebutuhan material berdasarkan gambar konstruksi (shop drawing). Kemudian menghitung kuantitas sisa material, biaya sisa material,perbandingan berat tulangan per m3 beton dengan SNI 2008, serta mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya sisa material. Dari hasil analisa dan perhitungan, diperoleh volume beton yang digunakan adalah sebesar 2434.187m3, sisa beton sebesar 73.02m3 dan persen jumlah sisa volume beton 3%. Berat tulangan total 451733.85kg, sisa berat tulangan21894.71kg, dan persen sisa tulangan4,84 %.Nilai koefisien rata-rata kebutuhan tulangan kolom sebesar 157.294 kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 300 kg/m3. Untuk balok koefisien rata-rata kebutuhan tulangan baloksebesar 187.407 kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 200 kg/m3. Ini menunjukkan elemen kolom dan balok menggunakan tulangan lebih sedikit tulangan dari yang telah ditetapkan oleh SNI tahun 2008.Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan dari perhitungan sisa material perlu dilakukan perhitungan pada proyek yang berbeda.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu parameter yang digunakan dalam upaya melaksanakan sebuah proyek yang berhasil adalah penggunaan biaya yang efisien. Material adalah salah satu komponen yang penting yang memiliki pengaruh cukup erat dengan biaya suatu proyek.

Pada pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa material. Sisa material konstruksi merupakan suatu material yang sifatnya berlebih dan tidak dapat digunakan kembali yang terdapat di area pelaksanaan konstruksi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan yang teliti dan tepat dalam menentukan jumlah kebutuhan material yang akan digunakan dalam proyek serta dilakukan evaluasi terhadap penggunaan material tersebut.

Pada Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute, terdapat adanya sisa material yang tercecer di sekitar lokasi pembangunan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Selain itu, Pada Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute yang merupakan objek penelitian ini, ditemukan terjadi keterlambatan pekerjaan. Salah satu faktor yang diamati menjadi penyebab keterlambatan adalah adanya perubahan desain pada pekerjaan struktur atas.

Sisa material (waste) pada proyek ini belum teridentifikasi sehingga kontraktor tidak mengetahui berapa persentase kerugian yang ditimbulkan oleh waste


(18)

pendapatan yang akan diterima oleh kontraktor. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste dan mengetahui berapa biaya kerugian yang disebabkan oleh terjadinya waste (waste cost).

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis akan melakukan penelitian tentang analisis sisa material struktur beton bertulang pada Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian sebagai berikut:

1. Berapakah persentase jumlah sisa material selama pelaksanaan proyek? 2. Berapakah biaya sisa material selama pelaksanaan proyek?

3. Berapakah perbandingan antara berat besi tulangan yang dibutuhkan per m3 beton bertulang berdasarkan SNI tahun 2008?

4. Apa sajakah faktor penyebab terjadinya sisa material pada proyek ini?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui persentase jumlah sisa material selama pelaksanaan proyek. 2. Mengetahui biaya sisa material selama pelaksanaan proyek.

3. Mengetahui perbandingan antara berat besi tulangan yang dibutuhkan per m3 beton bertulang berdasarkan SNI tahun 2008.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Membentuk diri pribadi agar dapat berpikir secara ilmiah dan dapat memahami permasalahan mengenai manajemen sisa material pada konstruksi bangunan bertingkat.

2. Menjadi referensi terhadap penelitian-penelitian selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi.

3. Memberi sumbangan pada kemajuan dunia pendidikan dan professional dalam bidang konstruksi agar mengetahui faktor-faktor penyebab sisa material serta upaya manajemen yang dapat dilakukan di proyek konstruksi.

4. Memberi masukan kepada kontraktor mengenai kegiatan-kegiatan pada pekerjaan struktur atas yang berpotensi menghasilkan sisa material.

1.5. Batasan Masalah

Agar lebih terarah pada permasalahan yang ada, maka pada penelitian ini akan diberikan batasan sebagai berikut:

1. Identifikasi waste ini dibuat sesuai dengan keadaan proyek Kampus Wilmar Business Institute Medan.

2. Sisa material dihitung berdasarkan shop drawing pada Proyek Pembangunan Kampus Wilmar Business Institute Medan.

3. Perhitungan dilakukan hanya pada material struktur kolom dan balok tidak termasuk pelat lantai dikarenakan pada pelat lantai pembesian menggunakan


(20)

balok tidak bisa dialokasikan ke pembesian pelat lantai. Untuk nilai sisa material beton diambil dari perhitungan yang dilakukan oleh kontraktor di lapangan.

4. Harga material dan kebutuhan bahan (indeks) diambil dari Daftar Analisa Harga Satuan Kontraktor.

5. Peraturan yang digunakan untuk perbandingan berat besi tulangan dengan volume beton per m3 adalah SNI 7394-2008.

5. Analisa sisa material tidak memperhitungkan kualitas hasil akhir pekerjaan, mutu dianggap baik sesuai persyaratan dalam spesifikasi.

7. Penanganan material waste tidak ditinjau.

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penulisan yang dipakai dalam menganalisa kriteria dan kendala terhadap masalah dan pembahasan, dilakukan dengan studi pustaka yaitu membaca buku-buku yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini.

Data-data penelitian berupa gambar Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan. Pembahasan masalah dilakukan untuk mendapatkan suatu pemecahan dengan pengolahan data, yang akhirnya menghasilkan kesimpulan dan serta saran-saran yang dapat berguna untuk perencanaan selanjutnya.

Secara garis besar, tahapan metodologi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(21)

`

Gambar 1.1. Bagan Metodologi Penelitian

Persiapan:

 Merumuskan masalah penelitian  Menentukan tujuan penelitian

Data Primer:

Perhitungan jumlahmaterial

Tahap Pengolahan Data:

 Menghitung Kebutuhan Material  Menghitung Sisa Material:

 Menghitung Kuantitas Sisa Material  Menghitung Biaya Sisa Material

 Menghitung Perbandingan Koefisien Material pada Proyek dengan SNI Tahun 2008

Tahap Analisis dan Pembahasan:

 Menganalisa sisa material (waste) dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif dengan bantuan program Microsoft Excel.

 Menentukan faktor penyebab sisa material Kesimpulan dan Saran Pengumpulan Data

Data Skunder:

 Gambar shop drawing

 Daftar analisa harga satuan  Data Umum Proyek Studi Literatur:

 Jurnal  Buku Teks

 Penelusuran situs internet

Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan


(22)

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk penyajian bahasan yang diteliti, tugas akhir ini dibagi atas 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika penulisan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori dari beberapa sumber yang berhubungan dengan permasalahan dan tujuan pembahasan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang cara/proses perhitungan kebutuhan tulangan, BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Berisi analisis dan pembahasan hasil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Bangunan Atas

Struktur atas adalah bagian dari struktur yang berfungsi menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, beban angin, beban gempa, dan beban lainnya yang direncanakan. Selain itu, struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan perancangan arsitektur, sekaligus harus mampu menjamin keamanan dan kenyamanan.

2.1.1. Struktur Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri.

Salah satu jenis kolom beton bertulang yaitu kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya (Istimawan Dipohusodo, 1994).


(24)

2.1.2. Struktur Balok

Balok merupakan bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban yang diterima oleh plat beban balok anak, dan beban-beban lain yang bekerja di atasnya, dan kemudian meneruskannya pada kolom. Balok terdiri dari balok induk yang berfungsi membagi plat menjadi segment sebagai pengikat kolom yang satu dengan yang lain, sehingga plat menahan beban dari yang luas ke yang lebih kecil, dan balok anak yang merupakan balok yang bertumpu pada balok induk yang menerima beban dari plat dan kemudian diteruskan ke balok induk.

2.2. Manajemen Material Konstruksi

Menurut (Ervianto, 2004) pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai persentase cukup besar dari total biaya proyek. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa biaya material menyerap 50-70% dari biaya proyek, biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material. Oleh karena itu, penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, menyimpan, mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting.

Kegagalan menggunakan dan menjaga system manajemen yang sesuai untuk material konstruksi akan berakibat buruk bagi kemajuan dan segi financial pelaksanaan pekerjaan yang antara lain mencakup:

- Tidak tersedianya bahan pada saat diperlukan. - Material yang akan digunakan rusak.


(25)

Penggolongan material dapat dibedakan menjadi tiga kategori:

- Engineered materials, yaitu produk khusus yang dibuat berdasarkan perhitungan teknis dan perencanaan. Material ini secara khusus dijelaskan dalam gambar dan digunakan sepanjang masa pelaksanaan proyek tersebut.

- Bulk materials, yaitu produk yang dibuat berdasarkan standar industri

tertentu.material jenis ini sering kali sulit diperkirakan karena beraneka ragam jenisnya seperti kabel dan pipa.

- Fabricated materials, yaitu produk yang dirakit tidak pada tempat material tersebut akan digunakan di luar lokasi proyek seperti kusen dan rangka baja.

2.3. Material Konstruksi

Bahan konstruksi dalam sebuah proyek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahan yang kelak akan menjadi bagian tetap dari struktur (bahan permanen) dan bahan yang dibutuhkan kontraktor dalam membangun proyek. Tetapi, tidak akan menjadi bagian tetap dari struktur bangunan (bahan sementara).

 Bahan Permanen

Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor untuk membentuk bangunan dan sifatnya melekattetap sebagai elemen bangunan.jenis bahan ini akan dijelaskan lebih rinci dalam dokumen kontrak (gambar kerja dan spesifikasi). Rincian bahan permanen mencakup antara lain:

 Spesifikasi untuk bahan yang digunakan  Kwantitas bahan yang diperlukan

 Uji coba yang harus dilakukan terhadap setiap bahan yang diperlukan sebelum bahan diterima


(26)

Dengan menggunakan rincian yang tercantum dalam dokumen kontrak, kontraktor harus menentukan pemasok bahan yang akan digunakan. Tiga sumber pemasok bahan permanen:

- Pemberi tugas yang mungkin memasok bahan tertentu untuk digunakan oleh kontraktor.

- Subkontraktor yang mungkin diminta oleh kontraktor utama untuk memasok bahan permanen berdasarkan kontrak terpisah.

- Kontraktor sendiri yang mengadakan bahan permanen.

Dalam kasus yang bahan permanennya dipasok oleh pemberi tugas, kontraktor tetap harus menyiapkan manajemen yang diperlukan untuk menjamin:

- Bahan datang tepat waktu

- Dibongkar dan disimpan dengan benar sebelum digunakan - Dipasang dengan benar dalam bagian proyek

Banyaknya bahan permanen yang dipasok oleh pemberi tugas kepada kontraktor untuk digunakan pada proyek sangat bervariasi antara satu proyek dengan proyek yang lain. Pada beberapa proyek jumlah ini sangat kecil (misalnya dalam pembangunan jalan raya). Sedangkan pada proyek lain mungkin mencapai 80-90% terdiri bahan jenis ini.

 Bahan Sementara

Bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam membangun proyek, tetapi tidak akan menjadibagian dari bangunan setelah digunakan (bahan ini akan disingkirkan). Jenis bahan ini tidak dicantumkan dalam dokumen kontrak, sehingga kontraktor bebas menentukan sendiri bahan yang dibutuhkan beserta pemasoknya. Dalam


(27)

kontrak, kontraktor tidak akan mendapat bayaran secara eksplisit untuk jenisbahan ini. Sehingga, pelaksana harus memasukkan biaya bahan ini ke dalam biaya pelaksanaan berbagai pekerjaan yang termasuk dalam kontak.

Dalam kasus sebuah proyek jembatan rangka baja yang tergolong dalam jenis bahan sementara adalah perancah, bahan bakar, dan suku cadang alat konstruksi. Biasanya kontraktor memasok semua bahan yang dibutuhkan melalui sumber-sumbernya sendiri atau dengan subkontraktor. Kontraktor sedapat mungkin bertindak hati-hati dengan harapan bahan ini dapat digunakan kembali dalam pekerjaan lain. Adapun material yang biasa digunakan pada pelaksanaan struktur beton bertulang, yaitu:

2.3.1. Material Penyusun Beton

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (Anonim 2, 2002). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.


(28)

2.3.2. Tulangan Beton

Batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang.

Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton ulir.

1)Baja tulangan beton polos

Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP.

2)Baja tulangan beton ulir

Menurut SNI 07-2052-2002 (Anonim 1, 2002) baja tulangan beton ulir adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton, disingkat BjTD. Notasi untuk menyatakan ukuran yaitu besarnya diameter pada besi polos diberi notasi Ф dan pada besi ulir (deformed) dengan notasi D (huruf D besar).


(29)

Sengkang/Beugel/Ties

Pada peraturan SNI 03-2847-2002 (Anonim 2, 2002) definisi sengkang adalah tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokan dalam bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut, terhadap tulangan longitudinal, dipakai pada komponen struktur lentur balok. Sengkang pengikat/ties adalah sengkang tertutup penuh yang dipakai pada komponen struktur tekan kolom.

Gambar 2.3. Tulangan Polos dan Tulangan Ulir

2.4.Standar Penulangan Kolom dan Balok 2.4.1. Pembengkokan Tulangan

Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Pembengkokan pada batang-batang utama harus mempunyai garis tengah paling sedikit 10 x Ø tulangan.

Pembengkokan tulangan harus memiliki ketentuan sebagai berikut:

1. Bengkokan 180o ditambah perpanjangan 4 x Ø tulangan, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait;


(30)

2. Bengkokan 90o ditambah perpanjangan 12 x Ø tulangan, pada ujung bebas kait.

Tabel 2.1 Diameter bengkokan minimum (Anonim 2, 2002)

Ukuran tulangan Diameter minimum

D-10 sampai dengan D-25 6db

D-29, D-32, 8db

D-44 dan D-56 10db

Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi yang disyaratkan oleh perencana.

2.4.2. Kait Standar

Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait.

2) Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait. 3) Untuk sengkang dan kait pengikat:

a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait, atau

b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait, atau

c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.


(31)

Tabel 2.2. Kait Standard untuk Penulangan (Anonim 2, 2002)

2.4.3.Pelindung Beton untuk Tulangan (Selimut Beton)

Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada Tabel 2.3.


(32)

Tabel 2.3. Tebal Selimut Beton Minimum (Anonim 2, 2002)

Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses pengawasan pabrik), tebal minimum selimut beton berikut harus disediakan untuk tulangan:


(33)

2.4.4. Sambungan

1) Pada pertemuan dari komponen-komponen rangka utama (misalnya pertemuan balok dan kolom), sambungan lewatan tulangan yang menerus dan pengangkuran tulangan yang berakhir pada pertemuan itu harus dilindungi dengan sengkang pengikat yang baik.

2) Sengkang pengikat pada pertemuan tersebut di atas, dapat berupa beton eksternal atau sengkang pengikat tertutup internal, spiral atau sengkang.

Gambar 2.4. Sambungan Lewatan Tulangan

2.4.5. Ukuran dan Berat Tulangan

Berat besi tulangan dipengaruhi dari masing-masing diameternya dan jenisnya. Berikut daftar berat besi tulangan tercantum pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Diameter dan Berat Besi Tulangan (Anonim 1, 2002)

UKURAN BERAT

(mm) (Kg/m)

Ø6 0,222

Ø8 0.395

D10 0.617

D12 0,888

D13 1,04

D14 1,12

D16 1,58

D19 2,23

D22 2,98


(34)

2.4.6. Menghitung Koefisien Kebutuhan Tulangan

Koefisien kebutuhan tulangan dihitung dengan cara kebutuhan tulangan per satuan volume dari suatu ukuran pekerjaan beton.

Dari banyaknya kebutuhan tulangan dalam suatu pekerjaan beton akan dibandingkan dengan analisa harga satuan yang telah ditetapkan besar kebutuhannya yaitu menurut SNI 7394-2008 (Anonim, 2008) tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Untuk tiap elemen pekerjaan ditetapkan besaran koefisien kebutuhan tulangan, yaitu:

1. Membuat 1 m3 kolom beton bertulang (300 kg besi) 2. Membuat 1 m3 sloof beton bertulang (200 kg besi) 3. Membuat 1 m3 balok beton bertulang (200 kg besi) 4. Membuat 1 m3 pelat beton bertulang (150 kg besi)

2.5.Sisa Material (Waste)

Sisa material adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan/ didatangkan, tetapi tidak menambah nilai pekerjaan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi penggunaan material di lapangan sering terjadi sisa material yang cukup besar, sehingga upaya untuk meminimalisi sisa material penting untuk diterapkan. Material yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilan dan Bernold, 1994), yaitu:

1. Consumable material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu kali, besi tulangan, dan lain-lain.


(35)

2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya: perancah, bekisting, dinding penahan sementara, dan lain-lain.

Arus penggunaan material konstruksi mulai sejak pengiriman ke lokasi, proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir pada salah satu dari keempat posisi di bawah ini (Gavilan dan Bernold, 1994), yaitu:

1. Struktur fisik bangunan 2. Kelebihan material (leftover)

3. Digunakan kembali pada proyek yang sama (reuse) 4. Sisa material (waste)

Sisa material konstruksi ini akan terus bertambah sesuai dengan perkembangan pembangunan yang dilaksanakan, selain mempengaruhi biaya proyek juga akan menimbulkan permasalahan baru yang dapat mengganggu lingkungan proyek dan sekitarnya. Pengendalian besarnya kuantitas sisa material tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara (Gavilan dan Bernold, 1994), yaitu:

1. Mencari jalan untuk memakai kembali sisa material tersebut. 2. Mendaur ulang sisa material tersebut menjadi barang yang berguna. 3. Memusnahkan sisa material dengan cara pembakaran.

4. Mencari cara untuk mengurangi sisa material yang timbul.

Pengeluaran biaya untuk mengontrol sisa material sejak awal akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengeluaran biaya akibat sisa material. Menurut (Tchobanoglous et al, 1993), sisa material yang timbul selama pelaksanaan konstruksi dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:


(36)

1. Demolition waste adalah sisa material yang timbul dari hasil pembongkaran atau penghancuran bangunan lama.

2. Construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal dari pembangunan atau renovasi bangunan milik pribadi, komersil, dan struktur lainnya. Sisa material tersebut berupa sampah yang terdiri dari beton, batu bata, plesteran kayu, sirap, pipa dan komponen listrik.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan. Terjadinya sisa material dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa penyebab. (Gavilan dan Bernold ,1994) membedakan sumber-sumber yang dapat menyebabkan terjadinya sisa material konstruksi atas enam kategori, yaitu:

1. Desain

2. Pengadaan material 3. Penanganan material 4. Pelaksanaan

5. Residual 6. Lain-lain

Hasil penelitian (Bossink,1996) di Belanda dalam (Intan et. al, 2005), menyimpulkan sumber dan penyebab terjadinya sisa material konstruksi berdasarkan kategorinya.

Tabel 2.6. Sumber dan Penyebab Sisa Material Konstruksi (Bossink, 1996)

Sumber Penyebab

Desain - Kesalahan pada dokumen kontrak

- Ketidak lengkapan dokumen kontrak


(37)

- Memilih spesifikasi produk - Memilih produk yang berkualitas

rendah

- Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan

- Desainer tidak mengenal dengan baik jenis-jenis produk yang lain - Pendetailan gambar yang rumit - Informasi gambar yang kurang - Kurang berkoordinasi dengan

kontraktor dan kurang

berpengetahuan tentang konstruksi

Pengadaan material - Kesalahan pemesanan, kelebihan,

kekurangan, dsb

- Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil

- Pembelian material yang tidak sesuai dengan spesifikasi

- Pemasok mengirim barang tidak sesuai spesifikasi

- Pengepakan kurang baik

menyebabkan terjadi kerusakan dalam perjalanan


(38)

lokasi proyek

- Penyimpanan yang keliru menyebabkan kerusakan

- Material yang tidak dikemas dengan baik

- Membuang/melempar material - Material yang dikirim dalam

keadaan tidak padat/kurang - Penanganan yang tidak hati-hati

pada saat pembongkaran material untuk dimasukkan ke dalam gudang

Pelaksanaan - Kesalahan yang diakibatkan oleh

tenaga kerja

- Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik

- Cuaca yang buruk

- Kecelakaan pekerja di lapangan - Penggunaan material yang salah

sehingga perlu diganti - Metode untuk menempatkan

pondasi

- Jumlah material yang dibutuhkan tidak diketahui karena perencanaan yang tidak sempurna


(39)

- Informasi tipe dan ukuran material yang akan digunakan terlambat disampaikan kepada kontraktor - Kecerobohan dalam mencampur,

mengolah dan menggunakan material kerja yang tidak akurat,dll - Pengukuran dimensi yang tidak

akurat sehingga terjadi kelebihan volume

Residual - Sisa pemotongan material tidak

dapat digunakan lagi

- Kesalahan pada saat memotong material

- Kesalahan pemasangan barang karena tidak menguasa ispesifikasi - Pengepakan

- Sisa material karena proses pemakaian

Lain-lain - Kehilangan akibat pencurian

- Buruknya pengontrolan material di proyek dan perencanaan manajemen terhadap sisa material


(40)

2.6. Manfaat Meminimalisasi Sisa Material Konstruksi

Menurut(Al-Moghany ,2006) dalam (Dimas, R., 2012) manfaat dari meminimalisasi sisa material konstruksi, yaitu:

A. Manfaat dari segi biaya

Manfaat/keuntungan dari segi biaya adalah:

1. Mengurangi biaya pengangkutan untuk sisa material. Hal ini termasuk pengangkutan dari dan ke lokasi terhadap tempat pembuangan.

2. Mengurangi biaya sisa material.

3. Mengurangi biaya pembelian material baru ketika mempertimbangkan untuk menggunakan ulang dan daur ulang sisa material.

4. Tingkat pengembalian dapat tercapai dengan menjual material sisa untuk pemakaian ulang dan daur ulang.

5. Manfaat dalam jangka panjang melalui optimasi perencanaan/konsep bangunan, yaitu dengan menghindari terjadinya pengeluaran berlebihan dari kerusakan dan pembuatan bangunan baru.

B. Manfaat bagi lingkungan

(Al-Moghany, 2006), menjelaskan bahwa meminimalisasi sisa material dapat

bermanfaat bagi lingkungan antara lain: 1. Mengurangi jumlah sisa material 2. Pemberdayaan sisa material tepat guna

3. Pengurangan jumlah sisa material yang ditimbun dalam tanah

4. Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan akibat pembuangan polusi.

5. Mengurangi penggunaan kendaraan pengangkut sisa material (polusi akibat asap kendaraan, penggunaan energi yang berlebihan dan kebisingan)


(41)

C. Manfaat Lainnya

Keuntungan atau manfaat lainnya dari minimalisasi sisa material menurut ( Al-Moghany, 2006), adalah:

1. Meningkatkan kenyamanan di lokasi 2. Meningkatkan efisiensi pekerjaan

3. Menambah citra baik bagi perusahaan/pelaku konstruksi

2.7. Biaya Material

Menurut (Dipohusodo, 1996) analisis meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material yang digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material pekerjaan pokok maupun penunjang. Dalam menghitung volume material akan dijumpai beberapa kondisi yang sekaligus membatasi pemahamannya. Pertama-tama adalah kebutuhan material berdasarkan pada volume pekerjaan terpasang, yaitu hasil pekerjaan yang dibayar pemberi tugas yang akurasi dimensinya harus dijamin benar-benar sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Untuk mewujudkan pekerjaan terpasang, sudah tentu dalam pelaksanaannya membutuhkan volume material lebih banyak. Dalam arti harus memperhitungkan bagian yang tercecer pada waktu mengangkut, kebutuhan untuk struktur sambungan, rusak dan cacat, atau susut oleh berbagai sebab lain. Kemudian harus memperhitungkan material yang dibutuhkan untuk pekerjaan penunjang terkait yang bersifat hanya sementara. Sedangkan sewaktu membeli material mentah yang bakal diproses harus dioptimalkan dua kondisi yang biasanya tidak pernah akur, yaitu antara volume yang dibutuhkan sesuai spesifikasi dan dimensi standar setiap satuan volume material. Sehingga paling tidak


(42)

ada tiga langkah pemahaman dalam memperhitungkan volume material yang diperlukan untuk mewujudkan pekerjaan terpasang.

Maka estimasi biaya selalu dimulai dari menghitung volume kebutuhan material bersih sesuai hasil terpasang (sesuai gambar), kemudian dikembangkan melalui analisis hitungan untuk mendapatkan kebutuhan senyatanya. Dalam rangka mempermudah proses menghitung biasanya digunakan bebrbagai macam bentuk table dan daftar. Daftar kebutuhan bahan menjelaskan mengenai jumlah atau volume, dimensi ukurannya, sifat-sifat fisik lainnya seperti berat setiap satuan, danspesifikasi teknisnya. Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku pada saat dibeli. Harga satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan.

2.8. Hasil Penelitian yang Pernah Dilakukan 2.8.1. Valentino Arya Kusuma. 2010.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif untuk menghitung kuantitas sisa material dan metode wawancara untuk mengetahui faktor penyebab sisa material. Proyek yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu Proyek Gedung Pendidikan dan Laboratorium 8 Lantai Fakultas Kedokteran UNS Tahap 1. Data proyek yang diperlukan berupa gambar konstruksi untuk menghitung kebutuhan material, laporan harian untuk menghitung pembelian material, dan harga satuan bahan untuk menghitung biaya sisa material. Untuk mendukung hasil penelitian, dilakukan wawancara langsung dengan kontraktor. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa persentase biaya sisa material terbesar berasal dari material Beton K-300 sebesar 37,43% atau senilai Rp3.908.127, faktor penyebab utama berasal dari sisa beton yang tercecer dan masih tertinggal pada truk.


(43)

Sedangkan persentase total biaya sisa material terhadap total biaya proyek sebesar 0,23% atau senilai Rp 10.441.825.

2.8.2. Suryanto Intan, Ratna S. Alifen, dan Lie Arijanto

Data penelitian diperoleh melalui survey kuesioner pada para pelaku konstruksi, dan pengamatan di lapangan pada komplek proyek ruko di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) volume sisa material batu bata dan pasir adalah yang terbesar, (2) model biaya menunjukkan nilai minimum biaya sisa material (good waste management practice) sebesar 3,33%, dan nilai maksimum biaya sisa material (poor waste management practice) sebesar 4,67% dari total anggaran biaya satu ruko, sehingga Potential waste saving cost menjadi 1,34%.

2.8.3. Abdul Wahab. 2015.

Analisis data menggunakan analisis kuantitatif untuk mengetahui jenis dan kuantitas sisa material konstruksi. Hasil yang diperoleh koefisien rata-rata kebutuhan tulangan kolom sebesar 283.064 kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 300 kg/m3. Untuk balok koefisien rata-rata kebutuhan tulangan balok sebesar 166.794 kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 200 kg/m3.Untuk pelat lantai, koefisien rata-rata pelat lantai sebesar 58,5 kg/m3, sedangkan menurut SNI 150 kg/m3. Ini menunjukkan elemen kolom, balok dan pelat lantai menggunakan tulangan lebih sedikit tulangandari yang telah ditetapkan oleh SNIdan koefisien rata-rata lebih kecil darikoefisien kebutuhan tulangan menurut SNI tahun 2008.Berat tulangan total 9.211,87 kg, sisa berat tulangan209.058,41 kg, dan persen tulangan tidak digunakan terhadap tulangan yang digunakan 4,406 %.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Data Penelitian 3.1.1. Sumber Data

Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Untuk mendapatkan sumber data perlu diketahui tentang subjek penelitian dan responden.

1. Subjek penelitian, adalah subjek yang dituju untuk diteliti, pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subjek kajian ini adalah Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan. Lokasi proyek tersebut berada di Jl. Batu Sihombing Deli Serdang-Sumut.

2. Responden, adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan yaitu ketika mengisi kuesioner atau ketika menjawab wawancara. Pihak yang akan menjadi responden yaitu Bagian Pelaksanaan seperti:

a. Pimpinan Proyek (Project Manager) b. Site Engineer

c. Site Operational

3.1.2. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan


(45)

yang dapat berupa interview maupun observasi. Data primer yang diperlukan untuk penelitian ini adalah wawancara yang diberikan kepada responden.

3.1.3. Data Sekunder

Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti membutuhkan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan dari berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

Adapun data sekunder yang diperlukan adalah :

1. Peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang mendukung.

2. Penelitian ini merupakan suatu analisis untuk mengevaluasi sisa material pada pelaksanaan proyek konstruksi. Untuk mendukung analisis diperlukan data teknis yang berkaitan langsung dengan proyek tersebut. Data penelitian yang diperlukan antara lain:

a. Karakteristik Proyek

Data ini berisi informasi tentang data umum proyek seperti nama, lokasi, nilai kontrak, tipe kontrak, waktu pelaksanaan, uang muka, mata uang, cara pembayaran, masa pemeliharaan dan pemilik proyek. Di samping itu ada data tentang manajemen proyek seperti konsultan, kontraktor, dan subkontraktor. b. Gambar Konstruksi (shop drawing)

Merupakan gambar teknis lapangan yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan suatu pekerjaan. Secara umum, shop drawing adalah gambar yang siap untuk diimplementasikan di lapangan.


(46)

c. Daftar Harga Satuan Bahan

Merupakan jumlah harga bahan berdasarkan perhitungan analisis dimana harga didapat dari pasaran yang kemudian dikumpulkan dalam suatu daftar.

3.2. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.2.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Metode Literatur/Dokumentasi

Yaitu metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi serta mengolah data tertulis berbentuk buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan serta data yang relevan bagi penelitian.

b. Metode Wawancara

Wawancara ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti terhadap sumber data.

3.2.2. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan dalam 4 tahap yaitu : 1. Tabulasi Data Tahap Pertama

Tabulasi data tahap pertama adalah mengidentifikasi setiap item pekerjaan dan jenis material yang digunakan untuk mengelompokkan jenis-jenis stuktur berdasarkan dimensinya masing-masing.


(47)

2. Perhitungan Data

Perhitungan yang dilakukan menggunakan Microsoft Excel berikut ini antara lain: A. Perhitungan Kebutuhan Material

Langkah yang dilakukan adalah menghitung kuantitas kebutuhan material berdasarkan gambar konstruksi (shop drawing). Selanjutnya, seluruh hasil perhitungan dan data-data serta keterangan mengenai ukuran material dimasukkan ke dalam tabel kebutuhan material yang disusun berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis material. Setiap angka dijumlahkan menurut kolom jenis material masing-masing. Adapun perhitungan dilakukan dengan rumus sederhana sebagai berikut:

1. Hitung Volume beton (m3)

Volume kolom = b x h x t Ket.:

b = lebar kolom (m) h = panjang kolom (m) t = tinggi kolom (m)

2. Panjang tulangan (m)

 Tulangan pokok

Panjang tulangan pokok = tinggi kolom  Beugel

Panjang tulangan beugel = (4 x (b – (2 x sb)) + (2 x 5db)  Ties

Panjang tulangan ties = (b – (2 x sb)) + (2 x 5db) Ket.:

b = lebar kolom (m) sb = selimut beton (m) db = diameter tulangan (m)


(48)

3. Jumlah tulangan (buah)

 Tulangan pokok

Jumlah tulangan pokok = banyak jumlah tulangan pokok.  Beugel

Jumlah tulangan beugel = ((1/4 x L) : s1) + ((1/2 x L) : s2) + ((1/4 x L) : s3).  Ties

Jumlah tulangan ties = n x jumlah tulangan beugel. Ket.:

L = panjang kolom (m)

s1 = jarak sengkang bawah (m) s2 = jarak sengkang tengah (m) s3 = jarak sengkang atas (m)

n = jumlah tulangan ties dalam beugel (bh)

4. Panjang total tulangan (m)

Panjang total tulangan = panjang tulangan x jumlah tulangan.

5. Berat batang tulangan (kg/m)

Berat tulangan = volume beton x berat jenis baja

= (¼ π db2) x 7.850 kg/m3

6. Berat total tulangan (kg/m3)

Berat total tulangan = panjang total tulangan x berat tulangan.

7. Total berat tulangan per kolom (kg/m3)

Total berat tulangan per kolom = Berat tulangan pokok + Berat tulangan beugel + Berat tulangan ties.


(49)

B. Perhitungan Sisa Material (Waste)

Sisa material (waste) adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan yang tidak menambah nilai (value) suatu pekerjaan (Gavilan dan Bernold, 1994).

a. Menghitung kuantitas sisa material

Perhitungan kuantitas sisa material merupakan selisih antara persediaan material dengan kebutuhan material. Dimana untuk menghitung sisa material besi tulangan dapat dilihat dari berapa banyak batang besi tulangan yang dibutuhkan dan berapa panjang besi tulangan yang dibutuhkan dalam satuan panjang pabrikasi tulangan tersebut, dalam hal ini panjang tulangan per batang adalah 12 meter. Maka, sisa potongan yang tidak terpakai pada satuan batang besi tulangan tersebut yang tidak dapat dialokasikan untuk pekerjaan yang lain merupakan sisa dari besi tulangan itu sendiri. Sedangkan untuk material beton, dilakukan identifikasi langsung pada saat pelaksanaan pekerjaan pengecoran di lapangan.

Sisa material = Persediaan material – Kebutuhan material b. Menghitung biaya sisa material

Setelah diperoleh jumlah sisa dari masing-masing material yang telah dihitung, maka dapat dihitung biaya dari sisa material tersebut dengan mengkalikan jumlah berat sisa material dengan harga satuan material yang ada pada data kontraktor di lapangan.

Biaya sisa material = Sisa material x Harga satuan material c. Menghitung persentase jumlah sisa material

Untuk memperoleh nilai persentase dari jumlah sisa material yang diperoleh dari hasil perhitungan, dilakukan pembagian antara hasil jumlah sisa material dengan total jumlah kebutuhan material. Kemudian hasil dari pembagian tersebut


(50)

dikalikan dengan 100% sehingga diperoleh persentase dari nilai sisa material terhadap total kebutuhan material tersebut.

Persentase jumlah sisa material =

(Jumlah sisa material ÷ Total jumlah kebutuhan material) x 100%

d. Menghitung perbandingan antara berat besi tulangan yang dibutuhkan per m3 beton bertulang yang ada dilapangan dengan SNI tahun 2008.

Dalam mengetahui jumlah kebutuhan besi tulangan dalam satu proyek konstruksi diperlukan rasio perbandingan antara berat besi yang digunakan per m3 beton. Sehingga dapat diketahui secara cepat efisiensi penggunaan besi tulangan dalam beton bertulang dan mengetahui apakah nilai perbandingan tersebut lebih kecil atau lebih besar pemakaiannya daripada SNI tahun 2008.

Perbandingan berat besi tulangan per m3 beton =

( Berat total tulangan ÷ Volume total Beton)

3. Identifikasi faktor penyebab terjadinya sisa material

Setelah diketahui persentase sisa material yang terjadi, maka selanjutnya dilakukan wawancara untuk mengidentifikasi faktor penyebab sisa material. Adapun identifikasi sisa material besi tulangan dapat juga dilakukan dengan menganalisa perhitungan-perhitungan yang telah dilakukan.

4. Tahap Pembahasan

Langkah yang dilakukan adalah membahas hasil penelitian mengenai analisa sisa material dan faktor penyebab sisa material pada Proyek Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan sehingga didapatkan suatu kesimpulan.


(51)

3.3. Metode Analisa Data

Analisa bagian penting dalam Metode Penelitian ilmiah, sebab dengan melakukan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam suatu penyelesaian masalah. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan bantuan program Microsoft Excel. Di sini peneliti perlu memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. Penyajian data dapat dilakukan dengan mencari persentase. Analisa ini selalu berhubungan dengan angka perhitungan selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh pengguna data tersebut. Sajian data kuantitatif sebagai hasil analisis kuantitatif dapat berupa angka-angka maupun gambar-gambar grafik.

3.4. Diagram Alir Analisa Data

Tahapan analisa data merupakan urutan langkah/tata cara yang dilaksanakan secara sistematis dan logis sesuai dasar teori permasalahan sehingga didapat analisis yang akurat untuk mencapai tujuan penelitian.

Sistematika metodologi analisa data tugas akhir ini dapat dilihat seperti diagram alir di bawah ini:


(52)

Gambar 3.1. Bagan Analisa Data

Hitung Volume Beton Berdasarkan Tipe pada Gambar

Kesimpulan dan Saran Tentukan Panjang Potongan Tulangan

Pelajari Gambar Mulai

Hitung Berat Tulangan Tiap Elemen

Tentukan Pemakaian Tulangan Tiap Elemen

Hitung Kuantitas dan Biaya Sisa Material Tidak Terpakai

Hitung Persentase Kuantitas dan Biaya Sisa Material Tidak Terpakai

Bandingkan Berat Besi Tulangan yang Dibutuhkan per m3 Beton Bertulang Berdasarkan SNI Tahun


(53)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Proyek 4.1.1. Data Umum

Penulis mengambil lokasi penelitian sebagai studi kasus yaitu Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan. Data administrasi proyek antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Umum Proyek

DATA URAIAN

Nama Pekerjaan Pembangunan Gedung Wilmar

Business Institute

Lokasi Medan - Sumatera Utara

Pemilik Proyek PT. Graha Kencana Abadi

Konsultan Perencana Pitergan Architect

Konsultan Pelaksana PT. PP (PERSERO) Tbk.

Perkiraan Nilai Kontrak Rp. 65.000.000.000,-

Sumber Dana PT. Graha Kencana Abadi

Uang Muka 20 % dari NK

Jaminan Pelaksanaan 5 % dari NK

Jaminan Pemeliharaan 5 % dari NK

Masa Pelaksanaan 10 bulan

Masa Pemeliharaan 12 bulan

Jenis Kontrak Lumpsum Fix Price

Cara Pembayaran

Pemb. Bulanan (Monthly Payment) Sesuai Prestasi Pekerjaan,

Dipotong Retensi 5%

Denda Keterlambatan

0.1 % (Satu Permil) Dari Nilai Kontrak Per Satu Hari


(54)

4.1.2. Data Teknis

Adapun data teknis yang memuat beberapa informasi teknis tentang proyek ini adalah:

Peruntukan : Gedung Kampus/ Sekolah Jenis Struktur : Beton Bertulang

Lingkup Pekerjaan : 1). Pek. Struktur 2). Pek. Arsitektur 3) Pek. Plumbing Total luas bangunan : ± 13,555.9 m2

Jumlah Lantai dan Jenis Peruntukannya : 7 Lantai

No. Lantai ke Lantai Tinggi Lantai

1. Lantai Dasar – Lantai 1 : 4.00 m

2. Lantai 1 – Lantai 2 : 4.00 m

3. Lantai 2 – Lantai 3 : 4.00 m

4. Lantai 3 – Lantai 4 : 4.00 m

5. Lantai 4 – Lantai 5 : 4.00 m

6. Lantai 5 – Lantai 6 : 4.00 m

7. Lantai 6 – Lantai Atap : 4.00 m

Pondasi : Spun Pile (Tiang Pancang Bulat) Ø 400mm. (Sudah dilaksanakan)


(55)

Luas Lantai = 1.715,6 m2

Ruang Kelas

Luas Lantai = 1.722,9 m2

Ruang Kelas

Luas Lantai = 1.722,9 m2

Atap Auditorium; Ruang Kelas

Luas Lantai = 1.722,9 m2

Void Auditorium; Perpustakaan; Ruang Kelas Luas Lantai = 3.336,7

m2

Auditorium; Perpustakaan; Galery; Kantor Guru

Luas Lantai = 3.334,9 m2

Food Court; Kantor Guru; Toko Buku; Commercial

Gambar.4.1. Elevasi Bangunan Gedung yang Ditinjau

4.1.3. Gambar Proyek

Dalam memperoleh nilai kebutuhan maupun sisa material pada proyek sebagai objek penelitian, dilakukan perhitungan berdasarkan gambar proyek (shop drawing). Gambar proyek yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan dan sisa dari material yang ditinjau yaitu gambar denah kolom dan balok yang ditunjukkan dalam Gambar. 4.2 dan Gambar 4.6. Dimana gambar tersebut diperlukan untuk menghitung berapa banyak kolom maupun balok yang terdapat dalam proyek serta dapat diketahui tipe Atap Pelat Beton:

Atap Rangka Baja

Peruntukan

8,00 m

Pondasi Spun Pile Ø400mm

Lt. Atap

Lt. 05

Lt. 04

Lt. 03

Lt. 01

Lt. Dasar Lt. 02


(56)

dari masing-masing pekerjaan tersebut dalam satu lantai dan terdapat jarak antara titik-titik item pekerjaan dari As ke As dalam denah tersebut .

Selain itu diperlukan gambar detail penulangan kolom dan balok untuk dapat menghitung kebutuhan dari material beton khususnya dalam menghitung kebutuhan tulangan. Di dalam gambar detail penulangan ini terdapat keterangan dimensi kolom dan balok, diameter tulangan utama, diameter tulangan sengkang, diameter tulangan badan serta jumlah pemakaiannya dalam satu item pekerjaan. Detail penulangan ini ditunjukkan pada Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 yang merupaka detail penulangan dari pekerjaan kolom, sedangkan Gambar 4.7 merupakan detail penulangan pekerjaan balok. Gambar-gambar detail tersebut dapat dilihat di bawah ini. Untuk gambar-gambar detail kolom dan balok lainnya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

1. Gambar Denah Kolom

Di bawah ini merupakan gambar denah kolom pada lantai dasar dimana terdapat beberapa tipe dari pekerjaan kolom serta dapat dihitung jumlahnya dan terlihat jarak antar kolom satu ke kolom yang lainnya dan ditunjukkan pada Gambar 4.2.


(57)

Gambar 4.2. Denah Kolom Lantai Dasar

2. Gambar Detail Penulangan Kolom

Dalam menghitung kebutuhan tulangan kolom diperlukan gambar detail penulangan kolom. Detail penulangan tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.


(58)

Gambar 4.4. Detail Penulangan Kolom Tipe C8, C9 dan C10


(59)

3. Gambar Denah Balok

Di bawah ini merupakan gambar denah balok pada lantai 01 dimana terdapat beberapa tipe dari pekerjaan balok serta dapat dihitung jumlahnya dan terlihat panjang antar balok satu ke balok yang lainnya dan ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Denah Balok Lantai 01

4. Gambar Detail Penulangan Balok

Dalam menghitung kebutuhan tulangan balok diperlukan gambar detail penulangan balok. Detail penulangan tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.


(60)

Gambar 4.7. Detail Penulangan Balok

4.2. Pengelompokkan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan Dimensi dan Tipe Penulangan

Untuk memudahkan perhitungan kebutuhan material pada struktur beton bertulang ini, maka dibuat pengelompokkan jenis pekerjaan dengan membuat tabel berdasarkan masing-masing dimensi dan tipe penulangan.


(61)

4.2.1. Pekerjaan Struktur Kolom

A. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai Dasar

Dalam melakukan perhitungan kebutuhan dan sisa material diperlukan data-data untuk mempermudah proses perhitungan tersebut. Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai dasar yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai dasar dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Detail Pekerjaan Kolom Lantai Dasar

Tipe Kolom Jumlah

(buah)

Dimensi

(mm) Tulangan Sengkang

Kolom C1 13 500x500 16D16 D10-225

Kolom C3 4 600x600 24D16 D10-175

Kolom C7 42 800x800 24D22 D10-100

Kolom C8 4 800x800 24D22 D10-100

Kolom C9 10 600x600 24D16 D10-175

Kolom C10 2 800x800 24D25 D10-100

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-150

Kolom CL2 4 800x800x200 20D16 D10-150

B. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 1

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 1 yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai 1 dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk


(62)

menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel. 4.3. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 01

Tipe Kolom

Jumlah (buah)

Dimensi

(mm) Tulangan Sengkang

Kolom C1 1 500x500 16D16 D10-225

Kolom C3 4 550x550 20D16 D10-200

Kolom C7 42 750x750 20D22 D10-125

Kolom C8 4 750x750 20D22 D10-125

Kolom C9 10 600x600 24D16 D10-200

Kolom C10 2 800x800 20D25 D10-150

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-150

Kolom CL2 4 800x800x200 20D16 D10-150

C. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 2

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 2 yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai 2 dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.4.

Tabel. 4.4. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 02

Tipe Kolom

Jumlah (buah)

Dimensi

(mm) Tulangan Sengkang

Kolom C3 4 500x500 16D16 D10-225

Kolom C7 42 700x700 24D19 D10-150

Kolom C8 4 700x700 24D19 D10-150

Kolom C9 10 600x600 24D16 D10-200

Kolom C10 2 800x800 20D25 D10-150

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-150


(63)

D. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 3

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 3 yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai 3 dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel. 4.5. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 03

Tipe Kolom

Jumlah (buah)

Dimensi

(mm) Tulangan Sengkang

Kolom C7 42 650x650 20D19 D10-150

Kolom C8 4 650x650 20D19 D10-150

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-150

Kolom CL2 4 800x800x200 20D16 D10-150

E. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 4

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 4 yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai 4 dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.6.


(64)

Tabel. 4.6. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 04

Tipe Kolom

Jumlah (buah)

Dimensi

(mm) Tulangan Sengkang

Kolom C7 42 600x600 24D16 D10-175

Kolom C8 4 600x600 24D16 D10-175

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-150

Kolom CL2 4 800x800x200 20D16 D10-150

F. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 5

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 5 yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai 5 dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.7.

Tabel. 4.7. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 05

Tipe Kolom

Jumlah

(buah) Dimensi Tulangan Sengkang

Kolom C7 42 550x550 20D16 D10-200

Kolom C8 4 550x550 20D16 D10-200

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-175

Kolom CL2 4 800x800x200 20D16 D10-175

G. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 6

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 6 yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai 6 dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk


(65)

menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.8.

Tabel. 4.8. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 06

Tipe Kolom

Jumlah

(buah) Dimensi Tulangan Sengkang

Kolom C7 42 500x500 16D16 D10-225

Kolom C8 4 500x500 16D16 D10-225

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-175

Kolom CL2 4 800x800x200 20D16 D10-175

H. Pekerjaan Struktur Kolom Lantai Atap

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai atap yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan kolom lantai atap dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.9.

Tabel. 4.9. Detail Pekerjaan Kolom Lantai Atap

Tipe Kolom

Jumlah

(buah) Dimensi Tulangan Sengkang

Kolom CL1 8 800x800x200 20D16 D10-175

Kolom CL2 4 800x800x200 20D16 D10-175


(66)

4.2.2. Pekerjaan Struktur Balok

Dalam melakukan perhitungan kebutuhan dan sisa material diperlukan data-data untuk mempermudah proses perhitungan tersebut. Berikut ini adalah daftar tipe-tipe balok yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan balok dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe balok, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe balok, serta detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang dan tulangan lainnya yang berguna untuk menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.10.

Tabel. 4.10. Detail Pekerjaan Balok

Tipe Balok Dimensi

(mm)

Tulangan Atas

Tulangan

Bawah Sengkang

Tulangan Badan Balok

P1

Tumpuan

300x700 7D19 3D19 D10-100 2D16

Lapangan 3D19 6D19 D10-200 2D16

Balok P2

Tumpuan

400x800 7D22 3D22 D10-75 2D16

Lapangan 3D22 6D22 D10-150 2D16

Balok P3

Tumpuan

500x900 7D25 4D25 D10-75 2D16

Lapangan 3D25 7D25 D10-150 2D16

Balok P4

Tumpuan

250x500 5D16 3D16 D10-150 2D10

Lapangan 2D16 5D16 D10-200 2D10

Balok P5

Tumpuan

300x600 7D16 4D16 D10-125 2D16

Lapangan 3D16 7D16 D10-200 2D16

Balok P6

Tumpuan

200x400 4D16 2D16 D10-100 -

Lapangan 2D16 4D16 D10-200 -

Balok P8

Tumpuan

250x550 6D16 3D16 D10-150 -

Lapangan 3D16 6D16 D10-200 -

Balok P11

Tumpuan

350x700 7D19 4D19 D10-100 2D13

Lapangan 3D19 7D19 D10-200 2D13

Balok P12

Tumpuan

350x750 8D19 4D19 D10-100 2D13

Lapangan 3D19 8D19 D10-200 2D13

Balok S1

Tumpuan

300x600 4D16 4D16 D10-100 2D16


(1)

S1.B6.c.7 10 61 0,94 56,87 35,06 S1.B6.c.8 10 32 0,94 29,91 18,44 S1.B6.c.9 16 11 0,51 5,61 8,85 S4.B6.a.1 19 3 0,98 2,94 6,54 S4.B6.a.7 10 7 0,94 6,38 3,93 S4.B6.a.8 10 4 0,94 3,32 2,05 S4.B6.a.9 16 2 0,27 0,53 0,84 S5.B6.a.1 22 27 0,64 17,28 51,56 S5.B6.a.3 22 9 0,10 0,90 2,69 S5.B6.a.4 22 36 1,17 42,12 125,68 S7.B6.a.2 16 4 0,94 3,76 5,93 S7.B6.a.3 16 4 0,94 3,74 5,90 S7.B6.a.6 10 11 0,48 5,48 3,38 S7.B6.a.7 10 9 0,48 4,32 2,66 S7.B6.a.8 16 4 0,90 3,60 5,68 S8.B6.a.4 10 6 0,96 5,76 3,55 S8.B6.a.5 10 6 0,96 5,76 3,55 S8.B6.a.9 16 2 0,56 1,12 1,77 S9.B6.a.1 16 1 0,24 0,24 0,38 S9.B6.a.4 16 2 0,82 1,64 2,59 S9.B6.a.5 16 1 1,20 1,20 1,89 S9.B6.a.5 16 2 0,72 1,44 2,27 S9.B6.a.6 10 3 0,94 2,82 1,74 S9.B6.a.7 10 2 0,94 1,88 1,16 S9.B6.a.8 16 1 0,51 0,51 0,81 S9.B6.b.2 16 1 0,54 0,54 0,85 S9.B6.b.3 16 1 0,54 0,54 0,85 S9.B6.b.4 16 2 0,67 1,34 2,11 S9.B6.b.5 16 3 0,86 2,57 4,06 S9.B6.b.6 10 3 0,94 2,82 1,74 S9.B6.b.7 10 2 0,94 1,88 1,16 S9.B6.b.8 16 1 0,71 0,71 1,12 S9.B6.c.3 16 1 0,31 0,31 0,49 S9.B6.c.4 16 2 0,67 1,34 2,11 S9.B6.c.5 16 3 0,63 1,90 2,99 S9.B6.c.6 10 3 0,94 2,82 1,74 S9.B6.c.7 10 2 0,94 1,88 1,16 S9.B6.c.8 16 1 0,71 0,71 1,12 S9.B6.d.6 10 13 0,94 12,25 7,55 S9.B6.d.7 10 9 0,94 8,46 5,22 S9.B6.d.8 16 3 0,71 2,13 3,36 S9.B6.e.6 10 9 0,94 8,46 5,22 S9.B6.e.7 10 6 0,94 5,64 3,48 S9.B6.e.8 16 3 0,71 2,14 3,37 S9.B6.f.2 16 2 0,94 1,87 2,95 S9.B6.f.3 16 2 0,94 1,87 2,95 S9.B6.f.6 10 9 0,94 8,46 5,22 S9.B6.f.7 10 6 0,94 5,64 3,48 S9.B6.g.6 10 6 0,94 5,64 3,48 S9.B6.g.7 10 3 0,94 2,82 1,74 1K2.B6.a.1 19 2 1,00 2,00 4,45 1K2.B6.a.2 19 2 0,95 1,90 4,23 1K2.B6.a.3 13 2 0,60 1,20 1,25 1K2.B6.a.4 19 2 1,00 2,00 4,45 1K2.B6.a.5 10 12 0,94 11,19 6,90


(2)

1K2.B6.a.6 16 2 0,27 0,53 0,84 1K2.B6.a.6 16 6 0,05 0,28 0,44 1K2.B6.a.6 16 2 0,94 1,87 2,95 1K2.B6.b.5 10 3 0,94 2,82 1,74 1K2.B6.b.6 16 2 0,01 0,01 0,02 1K3.B6.a.1 19 1 0,41 0,41 0,90 1K3.B6.a.1 19 4 0,73 2,90 6,45 1K3.B6.a.1 19 4 0,73 2,90 6,45 1K3.B6.a.2 19 9 0,10 0,86 1,90 1K3.B6.a.2 19 3 0,62 1,85 4,11 1K3.B6.a.4 19 2 0,75 1,50 3,34 1K3.B6.a.6 16 4 0,73 2,92 4,61 1K3.B6.a.6 16 3 0,39 1,17 1,85 1K3.B6.a.6 16 5 0,34 1,71 2,69 1K3.B6.b.1 19 2 0,38 0,75 1,67 1K3.B6.b.2 19 1 0,35 0,35 0,77 1K3.B6.b.2 19 1 0,32 0,32 0,72 1K3.B6.b.4 19 1 0,34 0,34 0,75 1K3.B6.b.4 19 2 0,38 0,75 1,67 1K3.B6.b.6 16 12 0,09 1,09 1,72 2K2.B6.a.5 10 6 0,94 5,64 3,48 2K2.B6.a.6 16 2 0,07 0,13 0,21 2K2.B6.b.2 19 3 0,15 0,45 1,00 2K2.B6.b.3 13 1 0,51 0,51 0,53 2K2.B6.b.5 10 5 0,94 4,70 2,90 2K2.B6.b.6 16 2 0,11 0,21 0,33 2K3.B6.a.1 19 5 0,75 3,75 8,35 2K3.B6.a.2 19 2 0,72 1,44 3,20 2K3.B6.a.4 19 1 0,75 0,75 1,67 2K3.B6.a.4 19 1 0,73 0,73 1,62 2K3.B6.a.4 19 1 0,75 0,75 1,67 2K3.B6.a.6 16 4 0,16 0,63 1,00 2K3.B6.b.3 16 2 0,19 0,37 0,59 2K3.B6.b.6 16 2 0,25 0,49 0,78 2K4.B6.a.1 22 8 0,30 2,40 7,16 2K4.B6.a.2 22 1 0,34 0,34 1,01 2K4.B6.a.2 22 4 0,36 1,44 4,30 2K4.B6.a.4 22 3 0,30 0,90 2,69 2K4.B6.a.4 22 1 0,32 0,32 0,95 2K4.B6.a.6 16 10 0,01 0,06 0,09 L1.B6.a.1 19 1 0,17 0,17 0,37 L1.B6.a.1 19 2 0,72 1,44 3,20 L1.B6.a.2 19 1 0,04 0,04 0,09 L1.B6.a.2 19 1 0,79 0,79 1,76 L1.B6.a.2 19 1 0,78 0,78 1,72 L1.B6.a.2 19 1 0,44 0,44 0,98 L1.B6.a.2 19 4 0,41 1,62 3,61 L1.B6.a.6 8 5 0,34 1,70 0,67 L1.B6.a.7 8 3 0,34 1,02 0,40 L1.B6.a.8 16 6 0,56 3,37 5,32 L1.B6.b.1 19 1 0,34 0,34 0,76 L1.B6.b.3 19 1 0,42 0,42 0,92 L1.B6.b.3 19 1 0,67 0,67 1,48 L1.B6.b.3 19 1 0,39 0,39 0,86 L1.B6.b.3 19 3 0,43 1,28 2,84


(3)

L1.B6.b.3 19 1 0,32 0,32 0,70 L1.B6.b.3 19 1 0,02 0,02 0,06 L1.B6.b.4 19 2 0,56 1,12 2,49 L1.B6.b.5 10 2 0,50 1,00 0,62 L1.B6.b.6 8 4 0,34 1,36 0,54 L1.B6.b.7 8 2 0,34 0,68 0,27 L1.B6.b.8 16 3 0,37 1,10 1,73 L2.B6.a.1 19 3 0,26 0,78 1,74 L2.B6.a.2 19 1 0,90 0,90 2,00 L2.B6.a.3 19 1 0,90 0,90 2,00 L2.B6.a.3 19 1 0,90 0,90 2,00 L2.B6.a.4 19 5 0,58 2,90 6,45 L2.B6.a.6 10 11 0,96 10,56 6,51 L2.B6.a.7 10 6 0,96 5,76 3,55 L2.B6.a.8 16 3 0,96 2,89 4,55

Total Berat Sisa (Kg) 1798,40

Tabel 7. Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan Lantai Atap

Kode

Diameter

Ǿ/D

(mm)

Jumlah Potongan

Panjang Potongan

(m)

Jumlah Panjang keseluruhan

(m')

Berat Tulangan

(Kg)

1 2 3 4 5 6 = 3 x 4 x 5

P1.B6.a.2 19 33 0,35 11,39 25,34 P1.B6.a.3 19 22 1,03 22,55 50,19 P1.B6.a.3 19 22 0,59 12,87 28,64 P1.B6.a.5 19 11 0,75 8,25 18,36 P1.B6.a.9 16 22 0,19 4,09 6,46 P1.B6.b.1 19 9 0,98 8,82 19,63 P1.B6.b.9 16 6 0,27 1,60 2,52 P2.BA.a.2 22 1 0,48 0,48 1,43 P2.BA.a.3 22 2 0,48 0,96 2,86 P2.BA.a.3 22 2 0,48 0,96 2,86 P2.BA.a.5 22 1 0,75 0,75 2,24 P2.BA.a.9 16 2 0,17 0,33 0,52 P2.BA.b.1 22 12 0,74 8,88 26,50 P2.BA.b.2 22 13 2,24 29,06 86,70 P2.BA.b.3 22 13 2,24 29,06 86,70 P2.BA.b.4 22 12 1,22 14,64 43,68 P2.BA.b.9 16 8 0,17 1,33 2,10 P5.BA.a.2 16 123 0,71 86,72 136,86 P5.BA.a.2 16 25 0,71 17,63 27,82 P5.BA.a.3 16 164 0,94 154,98 244,60 P5.BA.a.7 10 176 0,94 165,17 101,83 P5.BA.a.8 10 116 0,94 108,74 67,04 P5.BA.a.9 16 82 0,25 20,17 31,84 P5.BA.b.2 16 3 0,46 1,37 2,15 P5.BA.b.2 16 1 0,46 0,46 0,72 P5.BA.b.3 16 4 0,85 3,38 5,33 P5.BA.b.7 10 4 0,94 3,76 2,32 P5.BA.b.8 10 3 0,94 2,82 1,74


(4)

P5.BA.b.9 16 1 0,51 0,51 0,80 P6.BA.a.2 16 36 0,81 29,16 46,02 P6.BA.a.6 10 122 0,34 41,48 25,57 P6.BA.a.6 10 92 0,12 11,04 6,81 P6.BA.a.6 10 122 0,12 14,64 9,03 P6.BA.a.6 10 466 0,12 55,87 34,45 P6.BA.a.7 10 110 0,34 37,23 22,95 P6.BA.a.7 10 104 0,34 35,45 21,86 P6.BA.a.7 10 155 0,34 52,70 32,49 P6.BA.a.8 16 36 0,10 3,46 5,45 P6.BA.b.2 16 24 0,37 8,88 14,01 P6.BA.b.3 16 24 0,40 9,60 15,15 P6.BA.b.5 16 24 0,34 8,04 12,69 P6.BA.b.6 10 165 0,34 56,10 34,59 P6.BA.b.7 10 95 0,34 32,13 19,81 P6.BA.b.8 16 1 0,15 0,15 0,23 P8.BA.a.2 16 12 0,94 11,22 17,71 P8.BA.a.6 10 13 0,96 12,32 7,60 P8.BA.a.7 10 10 0,96 9,72 5,99 P8.BA.a.8 16 8 0,08 0,61 0,96 S4.BA.a.1 19 3 0,78 2,34 5,21 S4.BA.a.7 10 7 0,94 6,51 4,02 S4.BA.a.8 10 4 0,94 3,39 2,09 S4.BA.a.9 16 2 0,07 0,13 0,21 S5.BA.a.1 22 3 0,59 1,77 5,28 S5.BA.a.3 22 1 0,05 0,05 0,15 S5.BA.a.4 22 4 1,17 4,68 13,96 S5.BA.a.6 16 2 1,07 2,14 3,38 S5.BA.a.7 10 8 1,32 10,62 6,54 S5.BA.a.8 10 4 1,32 5,53 3,41 S5.BA.a.9 16 2 0,15 0,29 0,46 S7.BA.a.2 16 4 0,94 3,74 5,90 S7.BA.a.3 16 4 0,94 3,74 5,90 S7.BA.a.6 10 11 0,48 5,48 3,38 S7.BA.a.7 10 9 0,48 4,32 2,66 S7.BA.a.8 16 4 0,90 3,60 5,68 S8.BA.a.4 10 6 0,96 5,76 3,55 S8.BA.a.5 10 6 0,96 5,76 3,55 S8.BA.a.6 16 2 0,56 1,12 1,77 S9.BA.a.3 16 1 0,95 0,95 1,50 S9.BA.a.6 10 3 0,94 2,82 1,74 S9.BA.a.7 10 2 0,94 1,88 1,16 S9.BA.a.8 16 2 0,02 0,03 0,05 S9.BA.b.2 16 1 0,94 0,94 1,48 S9.BA.b.5 16 3 0,86 2,58 4,07 S9.BA.b.6 10 4 0,94 4,14 2,55 S9.BA.b.7 10 3 0,94 2,72 1,68 S9.BA.b.8 16 1 0,02 0,02 0,03 S9.BA.c.6 10 3 0,94 2,82 1,74 S9.BA.c.7 10 2 0,94 1,88 1,16 S9.BA.d.6 10 26 0,94 24,49 15,10 S9.BA.d.7 10 9 0,94 8,46 5,22 S9.BA.d.8 16 3 0,71 2,13 3,36 S9.BA.e.1 16 3 0,97 2,91 4,59 S9.BA.e.3 16 3 0,05 0,15 0,24


(5)

S9.BA.e.5 16 3 0,38 1,13 1,78 S9.BA.e.6 10 9 0,94 8,46 5,22 S9.BA.e.7 10 6 0,94 5,64 3,48 S9.BA.e.8 16 2 0,16 0,31 0,49 1K2.BA.a.1 19 2 0,30 0,60 1,34 1K2.BA.a.2 19 2 0,95 1,90 4,23 1K2.BA.a.3 13 2 0,60 1,20 1,25 1K2.BA.a.4 19 1 0,10 0,10 0,22 1K2.BA.a.5 10 4,8 0,94 4,48 2,76 1K2.BA.a.6 16 4 0,04 0,16 0,26 1K2.BA.b.2 19 1 0,32 0,32 0,70 1K2.BA.b.3 13 1 3,50 3,50 3,65 1K2.BA.b.5 10 2,8 0,94 2,64 1,63 1K2.BA.b.6 16 2 0,04 0,08 0,13 1K2.BA.c.1 19 1 0,17 0,17 0,37 1K2.BA.c.2 19 1 0,62 0,62 1,37 1K2.BA.c.2 19 1 0,57 0,57 1,28 1K2.BA.c.3 13 0,9 0,15 0,13 0,13 1K2.BA.c.4 19 0,9 0,63 0,54 1,19 1K2.BA.c.5 10 7,6 0,94 7,12 4,39 1K2.BA.c.6 16 6 0,45 2,68 4,22 1K3.BA.a.1 19 7 0,75 5,25 11,68 1K3.BA.a.2 19 1 0,73 0,73 1,62 1K3.BA.a.2 19 7 0,72 5,04 11,22 1K3.BA.a.4 19 1 0,74 0,74 1,65 1K3.BA.a.4 19 7 0,75 5,25 11,68 1K3.BA.a.5 10 75 1,32 98,56 60,76 1K3.BA.a.6 16 24 0,70 16,70 26,36 K13.BA.a.1 22 27 2,83 76,41 228,00 K13.BA.a.2 22 9 0,14 1,22 3,63 K13.BA.a.3 13 6 0,40 2,43 2,53 K13.BA.a.4 10 25 1,10 27,97 17,24 K13.BA.a.5 10 27 1,10 29,95 18,46 K13.BA.a.6 16 18 0,15 2,63 4,15 L1.BA.a.1 19 2 0,72 1,44 3,20 L1.BA.a.2 19 1 0,44 0,44 0,98 L1.BA.a.2 19 1 0,05 0,05 0,12 L1.BA.a.2 19 8 0,90 7,16 15,94 L1.BA.a.3 19 3 0,27 0,82 1,84 L1.BA.a.3 19 1 0,11 0,11 0,26 L1.BA.a.3 19 2 0,28 0,55 1,22 L1.BA.a.3 19 2 0,77 1,54 3,43 L1.BA.a.5 10 2 1,50 3,00 1,85 L1.BA.a.6 8 5 0,34 1,70 0,67 L1.BA.a.7 8 3 0,34 1,02 0,40 L1.BA.a.8 16 12 0,25 2,95 4,66 L1.BA.b.2 19 1 0,39 0,39 0,86 L1.BA.b.3 19 2 0,06 0,13 0,29 L1.BA.b.3 19 1 1,03 1,03 2,29 L1.BA.b.3 19 1 0,05 0,05 0,12 L1.BA.b.3 19 1 0,83 0,83 1,84 L1.BA.b.3 19 1 0,86 0,86 1,91 L1.BA.b.4 19 2 0,08 0,16 0,36 L1.BA.b.4 19 1 0,24 0,24 0,53 L1.BA.b.4 19 1 0,56 0,56 1,25


(6)

L1.BA.b.5 10 1 0,90 0,90 0,55 L1.BA.b.5 10 1 0,50 0,50 0,31 L1.BA.b.6 8 4 0,34 1,36 0,54 L1.BA.b.7 8 2 0,34 0,68 0,27 L1.BA.b.8 16 8 0,25 1,97 3,11 L2.BA.a.1 19 3 0,26 0,78 1,74 L2.BA.a.2 19 1 0,90 0,90 2,00 L2.BA.a.2 19 1 6,45 6,45 14,35 L2.BA.a.7 10 11 0,96 10,56 6,51