8
2.1.2. Struktur Balok
Balok merupakan bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban yang diterima oleh plat beban balok anak, dan beban-beban lain  yang bekerja di atasnya,
dan  kemudian  meneruskannya  pada  kolom.  Balok  terdiri  dari  balok  induk  yang berfungsi membagi plat menjadi segment sebagai pengikat kolom yang satu dengan
yang lain, sehingga plat menahan beban dari yang luas ke yang lebih kecil, dan balok anak yang merupakan balok yang bertumpu pada balok induk yang menerima beban
dari plat dan kemudian diteruskan ke balok induk.
2.2. Manajemen Material Konstruksi
Menurut  Ervianto,  2004  pemakaian  material  merupakan  bagian  terpenting yang  mempunyai  persentase  cukup  besar  dari  total  biaya  proyek.  Dari  beberapa
penelitian  menyatakan  bahwa  biaya  material  menyerap  50-70  dari  biaya  proyek, biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material. Oleh karena itu, penggunaan
teknik  manajemen  yang  baik  dan  tepat  untuk  membeli,  menyimpan, mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting.
Kegagalan menggunakan dan menjaga system manajemen yang sesuai untuk material  konstruksi  akan  berakibat  buruk  bagi  kemajuan  dan  segi  financial
pelaksanaan pekerjaan yang antara lain mencakup: -
Tidak tersedianya bahan pada saat diperlukan. -
Material yang akan digunakan rusak. -
Material yang tersedia tidak memenuhi persayaratan sesuai dengan spesifikasi.
Universitas Sumatera Utara
9
Penggolongan material dapat dibedakan menjadi tiga kategori: -
Engineered materials, yaitu produk khusus yang dibuat berdasarkan perhitungan teknis dan perencanaan. Material ini secara khusus dijelaskan dalam gambar dan
digunakan sepanjang masa pelaksanaan proyek tersebut. -
Bulk  materials,  yaitu  produk  yang  dibuat  berdasarkan  standar  industri tertentu.material  jenis  ini  sering  kali  sulit  diperkirakan  karena  beraneka  ragam
jenisnya seperti kabel dan pipa. -
Fabricated  materials,  yaitu  produk  yang  dirakit  tidak  pada  tempat  material tersebut akan digunakan di luar lokasi proyek seperti kusen dan rangka baja.
2.3. Material Konstruksi
Bahan  konstruksi  dalam  sebuah  proyek  dapat  dibedakan  menjadi  dua,  yaitu bahan  yang  kelak  akan  menjadi  bagian  tetap  dari  struktur  bahan  permanen  dan
bahan  yang  dibutuhkan  kontraktor  dalam  membangun  proyek.  Tetapi,  tidak  akan menjadi bagian tetap dari struktur bangunan bahan sementara.
 Bahan Permanen
Bahan  permanen  adalah  bahan  yang  dibutuhkan  oleh  kontraktor  untuk membentuk  bangunan  dan  sifatnya  melekattetap  sebagai  elemen  bangunan.jenis
bahan  ini  akan  dijelaskan  lebih  rinci  dalam  dokumen  kontrak  gambar  kerja  dan spesifikasi. Rincian bahan permanen mencakup antara lain:
  Spesifikasi untuk bahan yang digunakan   Kwantitas bahan yang diperlukan
  Uji  coba  yang  harus  dilakukan  terhadap  setiap  bahan  yang  diperlukan  sebelum bahan diterima
Universitas Sumatera Utara
10
Dengan  menggunakan  rincian  yang  tercantum  dalam  dokumen  kontrak,  kontraktor harus  menentukan  pemasok  bahan  yang  akan  digunakan.  Tiga  sumber  pemasok
bahan permanen: -
Pemberi tugas yang mungkin memasok bahan tertentu untuk digunakan oleh kontraktor.
- Subkontraktor yang mungkin diminta oleh kontraktor utama untuk memasok
bahan permanen berdasarkan kontrak terpisah. -
Kontraktor sendiri yang mengadakan bahan permanen.
Dalam kasus yang bahan permanennya dipasok oleh pemberi tugas, kontraktor tetap harus menyiapkan manajemen yang diperlukan untuk menjamin:
- Bahan datang tepat waktu
- Dibongkar dan disimpan dengan benar sebelum digunakan
- Dipasang dengan benar dalam bagian proyek
Banyaknya  bahan  permanen  yang  dipasok  oleh  pemberi  tugas  kepada kontraktor untuk digunakan pada proyek sangat bervariasi antara satu proyek dengan
proyek  yang  lain.  Pada  beberapa  proyek  jumlah  ini  sangat  kecil  misalnya  dalam pembangunan  jalan  raya.  Sedangkan  pada  proyek  lain  mungkin  mencapai  80-90
terdiri bahan jenis ini. 
Bahan Sementara Bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam membangun proyek, tetapi tidak
akan menjadibagian dari bangunan setelah digunakan bahan ini akan disingkirkan. Jenis  bahan  ini  tidak  dicantumkan  dalam  dokumen  kontrak,  sehingga  kontraktor
bebas  menentukan  sendiri  bahan  yang  dibutuhkan  beserta  pemasoknya.  Dalam
Universitas Sumatera Utara
11
kontrak,  kontraktor  tidak  akan  mendapat  bayaran  secara  eksplisit  untuk  jenisbahan ini.  Sehingga,  pelaksana  harus  memasukkan  biaya  bahan  ini  ke  dalam  biaya
pelaksanaan berbagai pekerjaan yang termasuk dalam kontak. Dalam kasus sebuah proyek jembatan rangka baja yang tergolong dalam jenis
bahan  sementara  adalah  perancah,  bahan  bakar,  dan  suku  cadang  alat  konstruksi. Biasanya  kontraktor  memasok  semua  bahan  yang  dibutuhkan  melalui  sumber-
sumbernya sendiri atau dengan subkontraktor. Kontraktor sedapat mungkin bertindak hati-hati dengan harapan bahan ini dapat digunakan kembali dalam pekerjaan lain.
Adapun  material  yang  biasa  digunakan  pada  pelaksanaan  struktur  beton  bertulang, yaitu:
2.3.1.  Material Penyusun Beton
Beton  adalah campuran  antara semen  portland  atau semen hidrolik  yang  lain, agregat  halus,  agregat  kasar  dan  air,  dengan  atau  tanpa  bahan  tambahan  yang
membentuk massa padat Anonim 2, 2002. Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana
f’c pada usia 28 hari.
Gambar 2.1. Campuran Beton
Universitas Sumatera Utara
12
2.3.2.  Tulangan Beton
Batang  baja  berbentuk  polos  atau  berbentuk  ulir  atau  berbentuk  pipa  yang berfungsi  untuk  menahan  gaya  tarik  pada  komponen  struktur  beton,  tidak  termasuk
tendon prategang.
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 dua jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton ulir.
1 Baja tulangan beton polos
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP.
2 Baja tulangan beton ulir
Menurut SNI 07-2052-2002 Anonim 1, 2002 baja tulangan beton ulir adalah baja  tulangan  beton  dengan  bentuk  khusus  yang  permukaannya  memiliki  sirip
melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan  guna  menahan  gerakan  membujur  dari  batang  secara  relatif  terhadap  beton,
disingkat BjTD. Notasi untuk menyatakan ukuran yaitu besarnya diameter pada besi polos diberi notasi Ф dan pada besi ulir deformed dengan notasi D huruf D besar.
Gambar 2.2. Potongan Tulangan Polos dan Tulangan Ulir
Universitas Sumatera Utara
13
SengkangBeugelTies
Pada  peraturan  SNI  03-2847-2002  Anonim  2,  2002  definisi  sengkang adalah  tulangan  yang  digunakan  untuk  menahan  tegangan  geser  dan  torsi  dalam
suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokan dalam bentuk L, U
atau  persegi  dan  dipasang  tegak  lurus  atau  membentuk  sudut,  terhadap  tulangan longitudinal,  dipakai  pada  komponen  struktur  lentur  balok.  Sengkang  pengikatties
adalah sengkang tertutup penuh yang dipakai pada komponen struktur tekan kolom.
Gambar 2.3. Tulangan Polos dan Tulangan Ulir
2.4. Standar Penulangan Kolom dan Balok 2.4.1.  Pembengkokan Tulangan
Pembengkokan  adalah  perubahan  arah  yang  diperlukan  batang. Pembengkokan pada batang-batang utama harus mempunyai garis tengah paling
sedikit 10 x Ø tulangan. Pembengkokan tulangan harus memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Bengkokan  180
o
ditambah  perpanjangan  4  x  Ø  tulangan,  tapi  tidak  kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait;
Universitas Sumatera Utara
14
2. Bengkokan 90
o
ditambah  perpanjangan    12  x  Ø  tulangan,  pada  ujung  bebas kait.
Tabel 2.1 Diameter bengkokan minimum Anonim 2, 2002
Ukuran tulangan Diameter minimum
D-10 sampai dengan D-25 6db
D-29, D-32, 8db
D-44 dan D-56 10db
Batang  tulangan  harus  dipotong  dan  dibengkokkan  sesuai  dengan  yang ditunjukkan  dalam  gambar-gambar  rencana  dengan  toleransi  yang  disyaratkan  oleh
perencana.
2.4.2.  Kait Standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1 Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada
ujung bebas kait.
2 Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3 Untuk sengkang dan kait pengikat:
a  Batang  D-16  dan  yang  lebih  kecil,  bengkokan  90°  ditambah  perpanjangan  6db
pada ujung bebas kait, atau
b Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada
ujung bebas kait, atau
c  Batang  D-25  dan  yang  lebih  kecil,  bengkokan  135°  ditambah  perpanjangan  6db
pada ujung bebas kait.
Universitas Sumatera Utara
15
Tabel 2.2. Kait Standard untuk Penulangan Anonim 2, 2002
2.4.3. Pelindung Beton untuk Tulangan Selimut Beton
Untuk  beton  bertulang,  tebal  selimut  beton  minimum  yang  harus  disediakan  untuk tulangan harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada Tabel 2.3.
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.3. Tebal Selimut Beton Minimum Anonim 2, 2002
Untuk beton pracetak dibuat dengan mengikuti proses pengawasan pabrik, tebal
minimum selimut beton berikut harus disediakan untuk tulangan:
Tabel 2.4. Tebal Selimut Beton Minimum untuk Beton Pracetak Anonim 2, 2002
Universitas Sumatera Utara
17
2.4.4.  Sambungan
1  Pada  pertemuan  dari  komponen-komponen  rangka  utama  misalnya  pertemuan balok  dan  kolom,  sambungan  lewatan  tulangan  yang  menerus  dan  pengangkuran
tulangan  yang  berakhir  pada  pertemuan  itu  harus  dilindungi  dengan  sengkang pengikat yang baik.
2 Sengkang pengikat pada pertemuan tersebut di atas, dapat berupa beton eksternal atau sengkang pengikat tertutup internal, spiral atau sengkang.
Gambar 2.4. Sambungan Lewatan Tulangan
2.4.5.  Ukuran dan Berat Tulangan
Berat  besi  tulangan  dipengaruhi  dari  masing-masing  diameternya  dan  jenisnya. Berikut daftar berat besi tulangan tercantum pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Diameter dan Berat Besi Tulangan Anonim 1, 2002
UKURAN BERAT
mm Kgm
Ø6 0,222
Ø8 0.395
D10 0.617
D12 0,888
D13 1,04
D14 1,12
D16 1,58
D19 2,23
D22 2,98
D25 3,85
Universitas Sumatera Utara
18
2.4.6.  Menghitung Koefisien Kebutuhan Tulangan
Koefisien  kebutuhan  tulangan  dihitung  dengan  cara  kebutuhan  tulangan  per
satuan volume dari suatu ukuran pekerjaan beton.
Dari  banyaknya  kebutuhan  tulangan  dalam  suatu  pekerjaan  beton  akan dibandingkan dengan analisa harga satuan yang telah ditetapkan besar kebutuhannya
yaitu  menurut  SNI  7394-2008  Anonim,  2008  tentang  tata  cara  perhitungan  harga satuan  pekerjaan  beton  untuk  konstruksi  bangunan  gedung  dan  perumahan.  Untuk
tiap elemen pekerjaan ditetapkan besaran koefisien kebutuhan tulangan, yaitu:
1. Membuat 1 m
3
kolom beton bertulang 300 kg besi 2.
Membuat 1 m
3
sloof beton bertulang 200 kg besi 3.
Membuat 1 m
3
balok beton bertulang 200 kg besi 4.
Membuat 1 m
3
pelat beton bertulang 150 kg besi
2.5. Sisa Material Waste
Sisa  material  adalah  kelebihan  kuantitas  material  yang  digunakan didatangkan,  tetapi  tidak  menambah  nilai  pekerjaan.  Pada  tahap  pelaksanaan
konstruksi penggunaan  material di lapangan sering terjadi sisa material  yang cukup besar,  sehingga  upaya  untuk  meminimalisi  sisa  material  penting  untuk  diterapkan.
Material  yang  digunakan  dalam  pelaksanaan  konstruksi  dapat  digolongkan  dalam dua bagian besar Gavilan dan Bernold, 1994, yaitu:
1.  Consumable  material,  merupakan  material  yang  pada  akhirnya  akan  menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu kali, besi
tulangan, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
19
2.  Non-consumable  material,  merupakan  material  penunjang  dalam  proses konstruksi,  dan  bukan  merupakan  bagian  fisik  dari  bangunan  setelah  bangunan
tersebut  selesai,  misalnya:  perancah,  bekisting,  dinding  penahan  sementara,  dan lain-lain.
Arus  penggunaan  material  konstruksi  mulai  sejak  pengiriman  ke  lokasi, proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir pada salah satu
dari keempat posisi di bawah ini Gavilan dan Bernold, 1994, yaitu: 1. Struktur fisik bangunan
2. Kelebihan material leftover 3. Digunakan kembali pada proyek yang sama reuse
4. Sisa material waste Sisa  material  konstruksi  ini  akan  terus  bertambah  sesuai  dengan
perkembangan pembangunan yang dilaksanakan, selain mempengaruhi biaya proyek juga  akan  menimbulkan  permasalahan  baru  yang  dapat  mengganggu  lingkungan
proyek dan sekitarnya. Pengendalian besarnya kuantitas sisa material tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara Gavilan dan Bernold, 1994, yaitu:
1. Mencari jalan untuk memakai kembali sisa material tersebut. 2. Mendaur ulang sisa material tersebut menjadi barang yang berguna.
3. Memusnahkan sisa material dengan cara pembakaran. 4. Mencari cara untuk mengurangi sisa material yang timbul.
Pengeluaran  biaya  untuk  mengontrol  sisa  material  sejak  awal  akan  lebih menguntungkan  dibandingkan  dengan  pengeluaran  biaya  akibat  sisa  material.
Menurut Tchobanoglous et al, 1993, sisa material yang timbul selama pelaksanaan konstruksi dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:
Universitas Sumatera Utara
20
1. Demolition waste adalah sisa material  yang timbul dari hasil pembongkaran atau penghancuran bangunan lama.
2. Construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal dari pembangunan atau  renovasi  bangunan  milik  pribadi,  komersil,  dan  struktur  lainnya.  Sisa
material tersebut berupa sampah yang terdiri dari beton, batu bata, plesteran kayu, sirap, pipa dan komponen listrik.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan. Terjadinya  sisa  material  dapat  disebabkan  oleh  satu  atau  kombinasi  dari  beberapa
penyebab.  Gavilan  dan  Bernold  ,1994  membedakan  sumber-sumber  yang  dapat menyebabkan terjadinya sisa material konstruksi atas enam kategori, yaitu:
1. Desain 2. Pengadaan material
3. Penanganan material 4. Pelaksanaan
5. Residual 6. Lain-lain
Hasil penelitian Bossink,1996 di Belanda dalam Intan et. al, 2005, menyimpulkan sumber dan penyebab terjadinya sisa material konstruksi berdasarkan kategorinya.
Tabel 2.6. Sumber dan Penyebab Sisa Material Konstruksi Bossink, 1996
Sumber Penyebab
Desain -
Kesalahan pada dokumen kontrak -
Ketidak lengkapan dokumen kontrak
- Perubahan desain
Universitas Sumatera Utara
21
- Memilih spesifikasi produk
- Memilih produk yang berkualitas
rendah -
Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan
- Desainer tidak mengenal dengan
baik jenis-jenis produk yang lain -
Pendetailan gambar yang rumit -
Informasi gambar yang kurang -
Kurang berkoordinasi dengan kontraktor dan kurang
berpengetahuan tentang konstruksi Pengadaan material
- Kesalahan pemesanan, kelebihan,
kekurangan, dsb -
Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
- Pembelian material yang tidak
sesuai dengan spesifikasi -
Pemasok mengirim barang tidak sesuai spesifikasi
- Pengepakan kurang baik
menyebabkan terjadi kerusakan dalam perjalanan
Penanganan material -
Kerusakan akibat transportasi kedi
Universitas Sumatera Utara
22
lokasi proyek -
Penyimpanan yang keliru menyebabkan kerusakan
- Material yang tidak dikemas dengan
baik -
Membuangmelempar material -
Material yang dikirim dalam keadaan tidak padatkurang
- Penanganan yang tidak hati-hati
pada saat pembongkaran material untuk dimasukkan ke dalam gudang
Pelaksanaan -
Kesalahan yang diakibatkan oleh tenaga kerja
- Peralatan yang tidak berfungsi
dengan baik -
Cuaca yang buruk -
Kecelakaan pekerja di lapangan -
Penggunaan material yang salah sehingga perlu diganti
- Metode untuk menempatkan
pondasi -
Jumlah material yang dibutuhkan tidak diketahui karena perencanaan
yang tidak sempurna
Universitas Sumatera Utara
23
- Informasi tipe dan ukuran material
yang akan digunakan terlambat disampaikan kepada kontraktor
- Kecerobohan dalam mencampur,
mengolah dan menggunakan material kerja yang tidak akurat,dll
- Pengukuran dimensi yang tidak
akurat sehingga terjadi kelebihan volume
Residual -
Sisa pemotongan material tidak dapat digunakan lagi
- Kesalahan pada saat memotong
material -
Kesalahan pemasangan barang karena tidak menguasa ispesifikasi
- Pengepakan
- Sisa material karena proses
pemakaian Lain-lain
- Kehilangan akibat pencurian
- Buruknya pengontrolan material di
proyek dan perencanaan manajemen terhadap sisa material
Universitas Sumatera Utara
24
2.6. Manfaat Meminimalisasi Sisa Material Konstruksi Menurut Al-Moghany ,2006 dalam Dimas, R., 2012 manfaat dari meminimalisasi
sisa material konstruksi, yaitu:
A. Manfaat dari segi biaya
Manfaatkeuntungan dari segi biaya adalah: 1.  Mengurangi  biaya  pengangkutan  untuk  sisa  material.  Hal  ini  termasuk
pengangkutan dari dan ke lokasi terhadap tempat pembuangan. 2.  Mengurangi biaya sisa material.
3.  Mengurangi  biaya  pembelian  material  baru  ketika  mempertimbangkan  untuk menggunakan ulang dan daur ulang sisa material.
4.  Tingkat  pengembalian  dapat  tercapai  dengan  menjual  material  sisa  untuk pemakaian ulang dan daur ulang.
5.  Manfaat  dalam  jangka  panjang  melalui  optimasi  perencanaankonsep  bangunan, yaitu  dengan  menghindari  terjadinya  pengeluaran  berlebihan  dari  kerusakan  dan
pembuatan bangunan baru. B. Manfaat bagi lingkungan
Al-Moghany,  2006, menjelaskan  bahwa  meminimalisasi  sisa  material  dapat
bermanfaat bagi lingkungan antara lain: 1. Mengurangi jumlah sisa material
2. Pemberdayaan sisa material tepat guna 3. Pengurangan jumlah sisa material yang ditimbun dalam tanah
4. Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan akibat pembuangan polusi. 5.  Mengurangi  penggunaan  kendaraan  pengangkut  sisa  material  polusi  akibat  asap
kendaraan, penggunaan energi yang berlebihan dan kebisingan
Universitas Sumatera Utara
25
C. Manfaat Lainnya Keuntungan  atau  manfaat  lainnya  dari  minimalisasi  sisa  material  menurut  Al-
Moghany, 2006, adalah:
1. Meningkatkan kenyamanan di lokasi 2. Meningkatkan efisiensi pekerjaan
3. Menambah citra baik bagi perusahaanpelaku konstruksi
2.7. Biaya Material