Derajat Keasaman pH Saliva
Rokok terdiri dari substansi sitotoksik, seperti nikotin, yang dapat menginisiasikan danatau memperburuk penyakit periodontal.
33
Pada penelitian ini utamanya melihat keadaan saliva, khususnya pH pada saliva. Saliva merupakan suatu sekresi yang berkaitan dengan mulut, dan
saliva merupakan cairan biologis pertama dari tubuh kita yang terpapar oleh tembakau dari rokok yang mengandung bahan-bahan bersifat toksik yang dapat
mengubah saliva baik secara struktural maupun fungsional. Untuk pH, normalnya saliva memiliki pH antara 6,0 sampai 7,0. Namun pada keadaan saat
kelenjar penghasil saliva sedang istirahat, pH saliva sedikit lebih rendah dari 7,0, sedangkan saat kelenjar sedang aktif melakukan sekresi, pH pada saliva
dapat mencapai 8,0. Pada dasarnya derajat keasaman pH saliva antar individu bervariasi, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pH saliva, yaitu salah satunya diet makanan. Pada diet yang mengandung karbohidrat dapat menaikkan metabolisme produksi asam oleh
bakteri yang ada di mulut sehingga dapat menurunkan pH saliva, sedangkan protein dapat dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber makanan yang
selanjutnya terjadi pengeluaran zat-zat basa seperti amoniak.
10 11 13 36
Berdasarkan gambar 4.1 diperoleh nilai rata-rata pH saliva pada kelompok pria perokok dan non perokok masih dalam batas normal. Akan
tetapi jika kita bandingkan pH saliva antara kedua kelompok tersebut pH saliva pada kelompok perokok lebih rendah dari pada kelompok non perokok. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trudgill tahun 1998 yang menunjukkan terjadinya penurunan kadar bikarbonat saliva pada sampel
yang merokok selama 28 hari sehingga menyebabkan pH saliva perokok lebih rendah daripada non perokok.
30
Reibel tahun 2001 melaporkan bahwa pH saliva akan meningkat saat merokok namun setelah jangka waktu panjang pH saliva pada perokok
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan non perokok. Kemudian hal tersebut dikuatkan pada penelitian tahun 2013 yang dilakukan Kanwar, dkk, di
India yang membandingkan kelompok perokok dan non perokok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang menunjukkan bahwa kelompok
perokok memiliki pH yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok nonperokok, akan tetapi pH pada kedua kelompok tersebut masih dalam
kategori normal. Kanwar, dkk, berpendapat bahwa terjadi perubahan pada elektrolit dan ion sehingga mengubah dari pH saliva.
9 13
Hal tersebut berkebalikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Palomares, dkk tahun 2004 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
secara statistik pada saliva perokok dan non perokok p0.05. Pada penelitian tersebut melibatkan 159 subjek dengan 41 diantaranya perokok dan sisanya
non perokok. Al-Weheb tahun 2005 melakukan penelitian untuk melihat efek rokok terhadap keadaan mulut seseorang. Dari penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa pH saliva pada perokok dan non perokok tidak signifikan secara statistik, dan Al-Weheb menyimpulkan bahwa kebiasaan merokok jangka
panjang tidak berpengaruh terhadap pH saliva.
20 35
Pada keadaan normal pH saliva dipertahankan pada batas normal, akan tetapi jika pH saliva seseorang lebih rendah dapat menimbulkan beberapa efek
yang merugikan. pH, baik pada rongga mulut atau saliva, merupakan salah satu faktor yang menentukan kelarutan enamel gigi. Derajat keasaman pH saliva
memiliki nilai kritis sekitar 5.5, dan pada pH dibawah nilai kritis tersebut dapat menyebabkan enamel gigi mudah larut dan memicu terjadinya demineralisasi
sehingga mempermudah terjadinya kerusakan struktur gigi. Selain itu juga pada pH yang lebih asam dapat meningkatkan proliferasi dari bakteri
asidogenik yang dapat menimbulkan plak gigi dan karies gigi yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya struktur gigi. Menguatkan hal tersebut
dilaporkan oleh Reibel, dkk, tahun 2001 bahwa pada kelompok perokok ditemukan lebih banyak lactobacillus dan Streptococcus mutans. Pada 2005
Al-Washhadani melakukan penelitian untuk melihat hubungan pH saliva dengan status kesehatan mulut yang dibandingan pada 2 kelompok, yaitu anak-
anak dan dewasa. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa pada kelompok dengan pH saliva yang lebih rendah memiliki nilai Plaque Index dan karies
gigi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan pH saliva lebih tinggi. Pada keadaan yang asam di rongga mulut maka akan terjadi demineralisasi