Kelenjar Saliva Landasan Teori 1.

2.1.4. Pengaturan pH Saliva

Saliva memiliki kemampuan dalam pengaturan derajat keasaman, yang berperan penting dalam menjaga nilai pH di lingkungan mulut seseorang. Pengaturan keasaman saliva meliputi beberapa hal yaitu sistem protein, bikarbonat, dan fosfat. Konsentrasi bikarbonat di dalam saliva dan pH saliva sangat dipengaruhi oleh kadar laju salivasi. Konsentrasi bikarbonat didalam saliva dan pH saliva akan meningkat jika kadar laju salivasi meningkat dan begitu juga sebaliknya. Hal tersebut terbukti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kanwar dkk tahun 2013 yang menunjukkan bahwa ketika kadar laju saliva menurun maka pH saliva akan menjadi lebih asam. Kadar bikarbonat itu sendiri paling tinggi di saliva yang dihasilkan oleh kelenjar parotid dan paling rendah pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar saliva kecil. Dalam keadaan tidak terstimulasi, bikarbonat dan fosfat berperan dalam pengaturan keasaaman saliva. Sedangkan dalam keadaan terstimulasi, bikarbonat memiliki peran hampir 90 dalam pengaturan derajat keasamaan saliva. Sedangkan dalam keadaan pH saliva yang sangat rendah atau dibawah 5, peran utama dalam pengaturan keasamaan saliva yaitu protein dan derivatnya. 17 18 Bikarbonat, fosfat, dan histidine-rich peptide, memiliki peran ganda, selain sebagai regulator pH juga sebagai agen antibakterial. Komponen saliva ini dapat berdifusi ke dalam plak bakteri dan dapat secara langsung menetralisasi asam yang diproduksi oleh bakteri tersebut. Selain itu, urea dari saliva digunakan oleh urease bakteri untuk membentuk ammonia, yang juga dapat menetralisasi asam. 19 Jadi dalam menjaga pH saliva tetap normal dan mengatur proses remineralisasi gigi, kapasitas dapar memiliki peran yang sangat penting dalam hal tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengaturan derajat keasaman di saliva, diantaranya yaitu jenis kelamin, status merokok, dan konsumsi alkohol. Dimana wanita memiliki pengaturan derajat keasaman yang lebih rendah dibandingkan dengan pria. Sedangkan pH saliva berdasarkan status merokok dan konsumsi alkohol masih diperdebatkan, hal tersebut dikarenakan banyaknya variasi di kelompok tersebut. Makanan dan minuman juga dapat membuat pH pada rongga mulut menjadi asam seperti makanan tinggi karbohidrat, kacang-kacangan, kopi, teh, dan minuman bersoda. Selain itu psikis juga dapat mempengaruhi saliva, ketika dalam keadaan stres maka simpatis akan lebih bekerja sehingga produksi saliva menurun dan kadar bikarbonat juga menurun, hal tersebut menyebabkan pH saliva menjadi lebih asam. 1720

2.1.5. Tembakau

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, tembakau merupakan tumbuhan berdaun lebar yang diracik halus dan dikeringkan untuk bahan rokok. Tembakau memiliki nama latin Nikotiana tabacum. 5 Tembakau berbeda dengan tanaman pada umumnya, tanaman ini tidak untuk dimakan, tetapi digunakan sebagai bahan pokok untuk rokok. Namun tidak semua tembakau dapat digunakan sebagai bahan pokok untuk rokok, tembakau yang digunakan untuk bahan rokok harus memiliki mutu yang tinggi, antara lain aromanya harum, menyegarkan, rasa isapnya enteng, dan tidak pahit. Kurang lebih sudah sekitar 50 tahun telah dilakukan identifikasi terhadap kandungan kimia pada tembakau. Pada data terakhir dari hasil identifikasi tersebut, setidaknya terdapat 2.500 komponen bahan kimia pada tembakau yang sudah dilakukan proses fermentasi selama 1-3 tahun yang siap untuk bahan rokok. Dari 2.500 komponen kimia tersebut yang sudah diidentifikasi, sebanyak 1.400 komponen mengalami dekomposisi atau terpecah karena bereaksi dengan komponen lain. Serta 1.100 komponen langsung diturunkan menjadi asap tanpa adanya proses dekomposisi akibat dari pembakaran. Tembakau memiliki banyak jenisnya. Setiap jenis dari tembakau memiliki komponen kimia yang berbeda-beda pula, sehingga memiliki karakterisktik yang berbeda juga. Pada satu batang rokok pun dapat terdiri dari beberapa jenis tembakau, sehingga setiap rokok memiliki aroma yang berbeda dan khas. Berikut merupakan kandungan gula dan nikotin pada setiap jenis tembakau. 5 Tabel 2.3. Kandungan gula total dan nikotin berdasarkan jenis tembakau Sumber: Samsuri, 2009 Pada suatu tembakau mengandung beberapa jenis bahan yang akan mempengaruhi kualitas dari tembakau itu sendiri. Salah satu kandungan pada tembakau yaitu persenyawaan nitrogen, seperti nikotin dan protein. Nikotin β-pyridil-α-N-methyl pyrrolidine adalah suatu senyawa organik spesifik yang ada di dalam tembakau. Nikotin itu sendiri jika dapat menyebabkan efek ketagihan dan juga sebagai rangsangan yang sifatnya psikologis pada penggunanya. 6 7 Selain itu juga terdapat senyawa karbohidrat pada tembakau. Senyawa karbohidrat yang di maksud yaitu seperti pati, pektin, selulosa, dan gula. Namun selama proses pembuatan dari tembakau menjadi rokok, senyawa karbohidrat seperti pati pektin, dan selulosa akan mengalami perombakan menjadi gula. 5

2.1.6. Rokok

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas. Sedangkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri, rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, danatau dihisap termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana rustica, Jenis tembakau Gula total Nikotin Virginia FC 12-25 1,5-3,5 Virginia rajangan 5-20 1,0-2,5 Temanggung 0,5-7 3,0-8,0 Madura 10-15 1,0-3,5 Weleri 1-11 1,0-3,0 Cerutu - 0,9-2,68 Lumajang VO 0,75-1,75 0,5-0,7