sekali mendorong anak menjadi orang yang percaya pada diri sendiri. Hal itu membuat anak takut, merasa tidak dibutuhkan dan merasa tidak mampu bila jauh dari
rumah.
54
Kondisi ekonomi ini bukan hanya mempengaruhi perkembangannya, tetapi juga akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Kesulitan dan kekurangan-kekurangan
di bidang ekonomi akan mempengaruhi penampilan dan cara-cara ia berinteraksi dengan lingkungannya. Walaupun demikian, hal itu dapat dilihat pula karena adanya
faktor-faktor umum dalam situasi keluarga yang dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan atau yang memberikan pengaruh yang menghambat perkembangan
sosial seseorang. Oleh karena itu standar ekonomi keluarga merupakan faktor utama untuk menentukan sejauh mana keperluan tanggung jawab keluarga yang patut untuk
dipenuhi.
55
Dari beberapa uraian di atas penulis mengambil ksimpulan bahwa yang dimaksud kemiskinan ialah objek pribadi seseorang yang belum dapat memenuhi
kebutuhan sepenuhnya, karena dalam memenuhi kebutuhan pokok, untuk makan misalnya, mereka harus berjuang keras agar kebutuhan itu terpenuhi. Dengan
demikian kebutuhan pokok lainnya seperti kebutuhan sekolah misalnya, belum dapat terpenuhuhi karena kondisi ekonomi keluaga yang serba kekurangan.
4. Fungsi Ekonomi Keluarga
Ekonomi keluarga mempunyai beberapa fungsi. J. Dwi Narwoko menyatakan bahwa fungsi ekonomi keluarga ialah:
a. Sebagai sistem hubungan kerja, dalam hal ini suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam bekerja. Jadi hubungan
suami istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman kerja yang banyak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama.
54
Danny I Yatim Purwanto, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan Sosial- Psikologis, kata pengantar oleh Fuad Hasan, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet III, hlm.129-130.
55
Muhammad Najatullah Sidiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, tererjemahan dari Anas Sidik, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet I, Hal.25.
b. Sebagai penentuan status, perubahan ini biasanya melalui perkawinan. Hak- hak istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu, dan lain
sebagainya.
56
Sedangkan Astrid S. Susanto menyatakan bahwa fungsi ekonomi keluarga ialah: a. Sebagai pelaku ekonomi dalam keluarga baik produsen, distributor maupun
konsumen. b. Dengan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya hal ini dapat membuka
kesempatan menempuh pendidikan setingi-tingginya, dengan demikian ekonomi keluarga berfungsi untuk meningkatkan martabat manusia dan
sebagai pembangun stratifikasi sosial.
57
c. Sebagai penentu intelgensi anak dan anggota keluarga lainnya.
5. Kerangka Pikir
Keluarga bukan hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Semua hal yang berhubungan
dengan pendidikan tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan psikologis anak-anaknya. Sebut saja apabila orang tua malas untuk mengajarkan
anaknya ke arah untuk masa depan, maka otomatis anaknyapun akan ikut malas apalagi jika tidak didukung oleh kondsi lingkungan yang baik. Kondisi faktor
psikologis ini akan dihadapkan oleh beberapa hal yang akan menghambat seseorang dalam berprestasi. Beberapa aspek seperti rendah diri, tidak berprinsip, faktor
lingkungan yang kurang mendukung keluarga, sekolah dan masyarakat, dan kurangnya waktu dalam belajar yang selanjutnya akan menular pada
perkembangangan psikologisnya. Dalam mengantisipasi adanya hal yang akan menghambat perkembangan
psikologis ini perlu adanya pembentukan motivasi belajar yang tinggi. Baik dari segi
56
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto ed..., hlm.235-236.
57
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial, Jakarta: Binacipta, 1977, hlm.110-111.
intrinsik dalam diri siswa maupun ekstrinsiknya luar diri siswa. Motivasi belajar ini harus diarahkan pada anak sedini mungkin agar seuatu hal yang negatif bisa
dihindarkan. Tentu saja orang tualah yang pertama dan yang utama dalam mengajarkan kepada anaknya bagaimana supaya ia dapat menyongsong masa depan
agar kelak suatu saat nanti ia tidak menjadi anak yang akan merugikan dirinya sendiri Rendahnya ekonomi keluarga merupakan faktor yang dapat menghambat
motivasi belajar siswa. Dengan perbedaan ekonomi antara anak dari kalangan ekonomi kelas atas akan sangat berbeda dengan ekonomi anak dari kalangan kelas
bawah. Itu karena mempunyai banyak perbedaan antara dari dua kalangan tersebut. Kalangan dari ekonomi kelas atas lebih ditunjang dengan keuangan yang cukup dan
didukung oleh adanya sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sedangkan dari kalangan ekonomi kalangan kelas bawah lebih didominasi oleh kesibukan orang tua
mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup mereka. Sehingga anak kurang mendapat perhatian serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak dari
kalangan ini kurang memadai. Tapi faktor ini tidak selamanya benar, bisa jadi walaupun anak itu berasal dari kalangan ekonomi kelas atas para orangtua ini tidak
peduli terhadap perkembangan psikologis anaknya. Karena mereka terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya, sehingga pengasuhan anak lebih ditanggung
jawabkan kepada pembantunya dan mereka lebih sedikit memberikan kasih sayangnya kepada anak tersebut.
Semua itu memerlukan penanganan dari beberapa pihak yang bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi muda untuk masa depan. Oleh karena itu dalam
pencanangan rencana generasi ke depan perlu adanya sebuah bimbingan, baik yang bersifat akademik seperti: Mengikuti pendidikan, mengadakan pelatihan, dukungan
orangtua yang konsekuen, dukungan guru serta dukungan masyarakat dan lain-lain. Maupun yang bersifat non akademik seperti: Bimbingan agama, memberikan nasihat,
memberikan suri tauladan yang baik, memberikan hukuman, memberikan reward serta memberikan apresiasi.
Dari uraian di atas jalaslah bahwa input dalam pengaruh faktor psikologis diproses melalui output terhadap pembentukan motivasi belajar siswa yang tinggi.
setelah output diproses dalam pelaksanaannya, maka diseleksi oleh sebagai hasil dari rendahnya tingkat ekonomi orang tua siswa yang dilandasi adanya gap terhadap
hambatan-hambatan yang mempengaruhi lemahnya motivasi belajar dan
pemrosessannya perlu memunculkan strategi, baik yang bersifat akademik maupun non akademik.
6. Pengajuan Hipotesis