29
C. Penelitian Terdahulu
Tabel. 2.1 Matriks Referensi Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Judul Variabel
Metode Hasil
1 Harunurrasyid Yovi
Noveriza PENGARUH
TINGKAT BUNGA
SBI TERHADAP
TINGKAT INFLASI DI INDONESIA 1. Suku bunga SBI
Analisis kualitatif deskriptif
analisis kuantitatif
Positif 2. Inflasi
2 Nairobi
FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN INFLASI DI BANDAR LAMPUNG
1.. Biaya transportasi Inflasi lebih
dominan dipengaruhi oleh
konsumsi masyarakat, IHK
Kota Jakarta, biaya
transportasi, dan uang kuasi di
Lampung 2. Pengeluaran pemerintah
3. Konsumsi masyarakat 4. IHK Kota Jakarta
5. Pajak retribusi daerah 6. Kredit perbankan
Analisis regresi komponen utama
7. Uang kuasi di Lampung 8. Kurs RupiahDollar
9. Upah riil 10. Tingkat bunga deposito
11. Inflasi 3
Etty Puji Lestari PENGARUH VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP PERMINTAAN UANG M1 INDONESIA, 1. Nilai tukar Rupiah
Analisis VAR, Dynamis OLS,
dan ADL ECM Positif
ESTIMASI DATA NON STASIONER 2. Permintaan uang M1
4 Ferry Andrianus
Amelia Niko ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFLASI DI INDONESIA PERIODE 1997 :3 - 2005:2
1. Tin gkat suku bunga deposito Suku bunga dan
nilai tukar berpengaruh
positif terhadap inflasi
2. Jumlah uang beredar 3. PDB
OLS dan Partial Adjusment Model
4. Nilai tukar 5. Tin gkat inflasi
5 Enny Sri Hartati
DAMPAK PERGERAKAN NILAI TUKAR TERHADAP INFLASI EXCHANGE RATE PASS THROUGH
DI INDONESIA 1.Nilai tukar
VAR Positif
2. Inflasi 6
Didi Nuryadin
REAL EFFECTIVE EXCHANGE RATE DETERMINATION IN INDONESIA:
A BEHAVIORAL
EQUILIBRIUM EXCHANGE
RATE APPROACH
1. Real effective exchange rate Real effective
exchange rate, net foreign
asset, term of trade, and total
tradeGDP were correctly
signed,plausible magnitude and
statistically significant
2. Net foreign asset 3. Term of trade
Johansen method VECM
4. Total tradeGDP 5. Pri vate consumption
6. Government consumption 7
Adji Pratikto Andy Susilo Lukito Budi
THE IMPACT OF EXCHANGE RATE UNCERTAINTY ON INDONESIAN EXPORTS:
BEFORE AND DURING THE PERIOD OF CRISIS 1. Developing country category
Linear Regression
Estimation Negative
2. Industrial country category
30 Pada penelitian yang dilakukan oleh Harunurrasyid dan Yovi Noveriza
yang berjudul “Pengaruh Tingkat Bunga SBI Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia” menunjukkan bahwa selama periode 1988-2003 variabel tingkat bunga
SBI berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Bila dilihat dari periode sebelum krisis 1988-1996 dan sesudah krisis
moneter 1998-2003, maka terdapat beda hasil perhitungan di antara kedua periode tersebut. Sebelum krisis, variabel tingkat bunga SBI berpengaruh secara
negatif, namun tidak signifikan. Sebaliknya, pada masa setelah krisis variabel tersebut berpengaruh secara positif dan signifikan.
Melihat fenomena yang terjadi, sebaiknya kebijakan Bank Indonesia harus lebih antisipatif dengan melihat gejala-gejala yang akan timbul sebelum terjadinya
inflasi. Dengan keluarnya UU No. 23 Tahun 1999 telah memberikan gerak yang lebih besar bagi Bank Indonesia untuk mensukseskan single objektif yaitu
memelihara kestabilan nilai Rupiah. Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang memasukkan variabel-variabel lain terutama kebijakan fiskal yang dikeluarkan
pemerintah. Harunurrasyid Yovi Noveriza, 2005: 13. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nairobi yang berjudul “Faktor-faktor
Utama yang Mempengaruhi Pergerakkan Inflasi di Kota Bandar Lampung” di dapat tiga kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan besarnya angka koefisien regresi, tekanan inflasi di daerah Lampung lebih dominan dipengaruhi oleh faktor-faktor non moneter
dibandingkan faktor moneter. Faktor moneter yang paling dominan tersebut adalah pengeluaran konsumsi masyarakat, inflasi daerah Jakarta,
31 dan biaya transportasi. Faktor moneter yang paling dominan adalah faktor
peningkatan dalam jumlah uang beredar. 2. Faktor non moneter yang lain yang dapat meningkatkan laju inflasi namun
kurang dominan adalah pengeluaran pemerintah, pajak dan retribusi daerah, dan kenaikan upah. Di sisi lain faktor moneter yang berpengaruh
namun tidak dominan adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan dan tingkat kurs Rupiah terhadap Dollar USA.
3. Faktor besarnya tingkat bunga deposito dan faktor musiman periode akhir tahun berpengaruh deflatoir terhadap laju inflasi daerah. Nairobi, 2006:
18. Pada penelitian yang dilakukan oleh Etty Puji Lestari yang berjudul
“Pengaruh Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Terhadap Permintaan Uang M1 Indonesia, Estimasi Data Non Stasioner” dapat dilihat bahwa terdapat adanya
kondisi non stasioneritas pada data time series yang digunakan dalam penelitian. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakstabilan kondisi perekonomian di
Indonesia. Hasil estimasi jangka panjang dengan VAR menunjukkan masing- masing variabel dipengaruhi oleh variabel itu sendiri yang konsisten pada satu
kuartal sebelumnya. Adanya volatilitas nilai tukar Rupiah sangat mempengaruhi permintaan
uang M1 Indonesia. Salah satu solusi yang banyak disarankan adalah agar Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan strategi dengan target nilai kurs.
Strategi ini dipandang efektif sebagai upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah. Bank Sentral dibutuhkan untuk mempertahankan nilai tukar yang tetap
32 agar mata uang dari negara yang banyak melakukan perdagangan baskets of
trading partner currencies terjaga tingkat kestabilannya. Etty Puji Lestari, 2005: 11.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fery Andrianus dan Amelia Niko yang berjudul “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia
Periode 1997:3 – 2005:2” didapat bahwa penggunaan suku bunga saat ini sebagai sasaran operasional sebaiknya disertai dengan penelitian-penelitian lebih lanjut
mengenai penghitungan tingkat suku bunga netral di Indonesia mengingat pengaruhnya yang signifikan dalam jangka panjang terhadap inflasi. Laju inflasi
yang juga dipengaruhi oleh nilai tukar exchange rate dalam jangka pendek menyebabkan pemerintah dan otoritas moneter harus berupaya menjaga kestabilan
nilai tukar yang tidak over valued ataupun under valued agar tercapai kestabilan ekonomi. Fery Andrianus Amelia Niko, 2006: 11.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Enny Sri Hartati yang berjudul “Dampak Pergerakan Nilai Tukar Terhadap Inflasi Exchange Rate Pass
Through di Indonesia” didapatkan dampak lintasan kurs terhadap tingkat inflasi atau exchange rate pass through dapat melalui dua jalur, yaitu jalur langsung
direct pass through dan jalur tidak langsung indirect pass through. Jalur langsung adalah melalui perubahan harga barang-barang impor yang langsung
mempengaruhi harga barang-barang yang dikonsumsi konsumen, dan melalui perubahan harga impor barang-barang antara dan barang modal. Sementara jalur
tidak langsung melalui perubahan net ekspor yang akan mempengaruhi demand dan supply produksi output gap di dalam negeri. Enny Sri Hartati, 2004: 29.
33 Sesuai dari hasil perhitungan diketahui bahwa pengaruh fluktuasi nilai
tukar terhadap inflasi baru terasa dalam jangka panjang. Dengan demikian, dalam jangka pendek kebijakan moneter terutama harus ditujukan untuk mengendalikan
shock itu sendiri. Kebijakan yang efektif untuk mengendalikan laju inflasi dalam jangka pendek adalah dengan menyerap kelebihan likuiditas perekonomian agar
dapat mengurangi kemungkinan digunakannya likuiditas untuk kegiatan yang bersifat spekulatif, baik melalui pengurangan jumlah uang beredar maupun
kenaikan tingkat suku bunga. Namun penerapan kebijakan moneter yang ketat dalam kondisi ketidakstabilan nilai tukar, justru berakibat dilematis terhadap
pertumbuhan sektor riil sehingga justru menimbulkan dampak inflasi melalui output gap. Oleh karena itu, dalam jangka panjang, kebijakan pengetatan
likuiditas harus segera dilonggarkan kembali, dan kebijakan moneter lebih fokus pada pengendalian faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi Rupiah. Enny Sri
Hartati, 2004: 31. Pada penelitian yang dilakukan oleh Didi Nuryadin yang berjudul “Real
Effective Exchange Rate Determination in Indonesia: a Behavioral Equilibrium Exchange Rate Approach” didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa beberapa
variabel seperti net foreign asset, term of trade, dan ratio total trade to GDP adalah signifikan. Akan tetapi, variabel government dan private consumption
tidak signifikan secara statistik. Pada tahun 1997 nilai tukar mengalami under valued.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Adji Pratikto Andy Susilo Lukito Budi yang berjudul “The Impact of Exchange Rate Uncertainty on Indonesian
34 Exports: Before and During The Period of Crisis ” didapatkan hasil analisis
sebagai berikut: 1. Untuk kategori negara berkembang, hasilnya menunjukkan bahwa
variabel-variabel world
demand benar-benar
signifikan untuk
persamaannya. 2. Untuk kategori negara industri, import demand rate dari negara-negara
sampel tidak dipengaruhi oleh krisis, atau dengan kata lain, uncertanty of exchange rate tidak dipengaruhi oleh permintaan.
3. Model ini gagal menjelaskan dampak dari nilai tukar terhadap ekspor Indonesia, untuk kedua kategori tersebut.
D. Kerangka Pemikiran