18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Wakaf Secara Umum
Kata “Wakaf” atau “Waqf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata “Waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau tetap
berdiri”. Kata “Waqafa-Yaqifu-Waqfan” artinya dengan “Habasa-Yahbisu-Tahbisan.”
21
Kata al-Waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian Artinya:
ﻑﻗﻭﻠﺍ ﻰﻨﻌﻤﺒ
ﺱﻴﺒﺤﺘﻠﺍ ﻝﻴﺒﺴﺘﻠﺍﻭ
Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahmilikkan Definisi wakaf yang dibuat oleh para ahli fiqih pada umumnya memasukan
syarat-syarat wakaf sesuai dengan madzhab yang dianutnya. Al-Manawi misalnya mendefinisikan wakaf sebagaimana berikut: “menahan harta benda yang dimiliki dan
menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan keabadiaannya yang berasal dari para dermawan atau pihak umum selain dari harta maksiat
semata- mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT”.
22
21
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2006, h. 1.
22
Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif Jakarta: Khalifa, 2007, h. 340.
19 Sedangkan Al-
Kabisi dalam kitab Anis Al‟Fuqaha mendefinisikan wakaf sebagaimana berikut: “menyedahkan manfaatnya kepada orang-orang miskin dengan
tetap menjaga keutuhan bendanya ”.
23
Berdasarkan definisi tersebut ditemukan bahwa Al-Munawi yang bermazhab Syafi‟i dalam definisinya mempertegas makna keabadian sebagaimana mazhab
Hanafi yang mempertegas makna “masih berlanjut kepemilikan waqif”. Namun Al- Kabasi mengemukakan definisi alternatif dan mengatakan bahwa wakaf yaitu
menahan harta yang secara hukum menjadi milik Allah SWT. Sementara menurut pendapat Mazhab Maliki, sebagaimana disampaikan oleh
Al-Kattab dalam kitabnya Al-jalil menyebutkan definisi Ibnu Arafah dan mengatakan bahwa wakaf adalah: “memberikan manfaat sesuatu ketika sesuatu itu ada dan
bersifat lazim dalam kepemilikan pemberinya sekalipun harta bersifat simbolis.
24
Jika kita perhatikan definisi di atas, maka akan tampak bahwa setiap definisi itu mencantumkan syarat yang ditetapkan oleh madzhabnya masing-masing. Pengikut
madzhab Maliki misalnya menyebutkan bahwa wakaf itu tetap menjadi milik waqif dan adanya syarat tertentu ketika benda itu ada untuk memperjelas arti penahanan
manfaat wakaf dan diperbolehkannya batasan waktu wakaf. Sedangkan pengikut madzhab Syafi‟i menekankan pada kalimat “ terlepas dari campur tangan wakif dan
tetap menjaga keutuhan wakaf untuk menjelaskan bahwa yang boleh diwakafkan
23
Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif Jakarta: Khalifa, 2007, h. 47.
24
Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif Jakarta: Khalifa, 2007, h. 48.
20 adalah harta benda dan tidak termasuk manfaat barang serta bergantinya
kepemilikan wakaf yang secara hokum menjadi milik Allah SWT.
25
Adapun pengikut madzhab Hanafi mengatakan bahwa wakaf tetap menjadi milik waqif untuk menjelaskan bahwa wakaf tidak bersifat harus dan
diperbolehkannya waqif untuk mencabut wakaf kembali. Disini Abdul Hadi tidak mengomentari definisi Al-Muqanna karena tidak menyebutkan syarat-syarat yang ada
pada madzhab Hambali.
26
Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas materi benda al-
„ain untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya. Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam
memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut:
Menurut Hanafiyah, mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda al-
„ain milik waqif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahawa
kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan waqif itu sendiri. Dengan pengertian, waqif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya,
manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk aset hartanya.
25
Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif, Jakarta: Khalifa, 2007, h. 48.
21 Menurut Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu
harta yang dimiliki walaupun pemilikannya dengan cara sewa untuk diberikan kepada orang yang berhak dengan satu akad shighat dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan keinginan waqif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf kepada orang atau tempat yang berhak saja.
Menurut Syafi„iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa
memberi manfaat serta kekal materi bendanya al- „ain dengan cara memutuskan hak
pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus
harta yang kekal materi bendanya al- „ain dengan pengertian bahwa harta yang tidak
mudah rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara terus menerus.
Menurut Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan asal harta tanah dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. Itu
menurut para ulama ahli fiqih. Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan perbuatan hukum waqif untuk memisahkan danatau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan
kesejahteraan umum menurut syariah.
27
27
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Jakarta: Iman, 2009, h. 8.
22 Dengan demikian yang dimaksud wakaf adalah suatu hal kebajikan sosial
berupa sedekah jariyah yang kepemilikannya tetap, yang dirasakan manfaat dari pemanfaatan benda tersebut atau kepemilikan tersebut yang diberikan kepada mauquf
„alaih. Wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran
syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan
manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
B. Wakaf Uang