Pembatasan dan Perumusan Masalah Review Studi Terdahulu Metode Penelitian Latar Belakang Masalah

x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH iii LEMBAR PERNYATAAN iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI x BAB I : PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

6 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 7

D. Review Studi Terdahulu

7 E. Kerangka Teori 9

F. Metode Penelitian

12 G. Sistematika Penulisan 16

BAB II : LANDASAAN TEORI TENTANG WAKAF UANG 18

A. Tinjauan Wakaf Secara Umum

18 B. Wakaf Uang 22 C. Nazhir 39 D. Sertifikat Wakaf Tunai 40

E. Pengertian Sistem

41 F. Penghimpunan Dana Fundraising 43 xi

BAB III : PROFIL DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA

51 A. Dompet Dhuafa Republika 51 1. Sejarah Pendirian 50 2. Struktur Organisasi 55 3. Visi, Misi dan Strategi 56 B. Badan Wakaf Indonesia 64 1. Sejarah Pendirian 57 2. Struktur Organisasi 62 3. Visi, Misi dan Strategi 66

BAB IV : ANALISIS PERBANDINGAN PENGHIMPUNAN DANA WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN

WAKAF INDONESIA 69 A. Mekanisme fundraising wakaf uang 69 1. Dompet Dhuafa Republika 69 2. Badan Wakaf Indonesia 79 B. Peluang dan Tantangan Fundraising Wakaf uang 89 1. Dompet Dhuafa Republika 89 2. BadanWakaf Indonesia 91

BAB V : PENUTUP

94 A. Kesimpulan 94 B. Saran 95 DAFTAR PUSTAKA 97 LAMPIRAN 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wakaf telah dikenal dan dilaksanakan umat Islam sejak lama. Tetapi selama ini kebanyakan umat Islam, khususnya di Indonesia, memahami wakaf hanya sebatas pemberian berbentuk barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Karena itu, wakaf di Indonesia pada umumnya digunakan untuk membangun masjid, musholla, kuburan, pondok pesantren, rumah yatim piatu, dan madrasah. Pemanfaatan benda wakaf masih berkisar pada hal-hal bersifat fisik, sehingga tidak memberikan dampak ekonomi secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Wakaf belum banyak dieksplorasi semaksimal mungkin, padahal wakaf sangat potensial sebagai salah satu instrumen untuk pemberdayaan ekonomi umat Islam. Karena itu, institusi wakaf menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Apalagi wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus, walau yang memberi wakaf telah meninggal dunia. 1 Wakaf merupakan salah satu instrumen ekonomi yang sangat potensial untuk menopang kesejahteraan masyarakat banyak. Namun, sampai saat ini, peran wakaf belum dirasakan manfaatnya oleh kepentingan umum. 1 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005, h. 39. 2 Jika melihat data Kementrian Agama RI, sebenarnya kesadaran umat Islam di Indonesia untuk memberikan tanah wakaf cukup tinggi, berdasarkan data Kementerian Agama RI tahun 2010, jumlah tanah wakaf di Indonesia sebanyak 3.312.883.317,83 meter persegi 3,3 miliar m² dan tersebar di 454,635 lokasi di perkotaan dan perdesaan. 2 Namun karena wakaf masih berorientasi pembangunan fisik yang tidak produktif, maka tanah seluas itu tidak memberikan perubahan ekonomi yang lebih baik kepada masyarakat. Padahal, jika tanah seluas itu dikelola secara produktif, maka berpotensi menjadi instrumen yang positif bagi upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Ternyata, sebagian besar aset wakaf tidak produktif, karena belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu adanya paradigma baru dan terobosan untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia. Salah satunya adalah melalui wakaf uang. Ide untuk mengimplementasikan wakaf uang baru muncul kembali pada abad 15 Hijriyah. Hal itu ditandai dengan munculnya tindakan operasional wakaf uang yang diimplementasikan oleh Social Investment Bank Limited SIBL di Bangladesh yang dipelopori oleh M.A.Mannan. Di Indonesia, gagasan untuk mengimplementasikan wakaf uang , mulai populer setelah sejumlah ekonomi syariah Indonesia mempelajari SIBL tersebut. Pada tahun 2002, Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa dibolehkannya wakaf uang pada tanggal 11 Mei 2002, sehingga masyarakat lebih tertarik dengan adanya wakaf 2 Rahmat Hidayat, Alumni PhD Ekonomi Islam Universitas Kebangsaan Malaysia dan bekerja di Kementerian Perumahan Rakyat RI, “ Tanah Wakaf Untuk Rakyat”, artikel diakses pada tanggal 27 Februari 2011 http:ekonomiislami.wordpress.com20110227tanah-wakaf-untuk-rakyat. 3 uang karena besaran nominal untuk berwakaf dapat menyesuaikan kemampuan waqif. Dalam kondisi keterpurukan ekonomi seperti yang tengah dialami Indonesia saat ini, alangkah baiknya bila kita mempertimbangkan pengembangan instrumen wakaf ini. Pengelolaan dan pengembangan harta wakaf yang ada di Indonesia memerlukan komitmen bersama antara pemerintah, ulama, dan masyarakat. Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Tentang Wakaf Uang sebagai berikut : 3 1. Wakaf Uang Cash WakafWaqf al-Nuqud adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. 2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. 3. Wakaf uang hukumnya jawaz boleh 4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar i 5. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Namun karena implementasi wakaf uang tersebut memerlukan regulasi, maka muncullah keinginan untuk membuat regulasi yang berupa peraturan perundang- undangan. Sehingga, pada tahun 2004 lahirlah Undang-Undang Nomor 41 Tahun 3 Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI tentang wakaf uang. 4 2004 Tentang Wakaf dan kemudian pada tahun 2006 menyusul disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaannya. Wakaf uang merupakan salah satu usaha yang tengah dikembangkan dalam rangka meningkatkan peran wakaf dalam bidang ekonomi, karena wakaf uang memiliki kekuatan yang bersifat umum dimana setiap orang dapat menyumbangkan harta tanpa batas-batas tertentu. Model wakaf uang sangat tepat memberikan jawaban yang menjanjikan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dan membantu mengatasi krisis ekonomi Indonesia kontemporer. Wakaf uang harus mendapat perhatian lebih untuk membiayai berbagai proyek sosial malalui pemberdayaan sebagai salah satu upaya agar penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan produktif. 4 Sejak disahkannya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, maka dasar hukum wakaf uang bertambah semakin kuat. Dalam Undang-Undang tersebut juga mengamanatkan bahwa untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan wakaf pemerintah akan membentuk lembaga independen yang disebut Badan Wakaf Indonesia. 5 Untuk itu upaya-upaya pengembangan wakaf terus dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, LSM maupun lembaga-lembaga kenazhiran seperti Dompet Dhuafa Republika dengan menerbitkan Sertifikat Wakaf Tunai SWT dan Sertifikat Wakaf Investasi SWI, 4 Achmad Junaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif Jakarta: Mitra Abadi Press, h. 78-79. 5 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005, h. 48. 5 dan lain-lain. 6 Lembaga nirlaba berbeda dari lembaga lainnya terutama karena tujuannya bukan untuk mencari keuntungan pribadi namun lebih pada upaya memberi manfaat bagi orang lain. Umumnya lembaga akan mencantumkan misi organisasi yang menjelaskan secara spesifik kontribusi apa yang akan diberikan, apakah mendukung peningkatan pendidikan, kesehatan, lingkungan, lapangan kerja, kesadaran hukum, hak asasi manusia dan sebagainya. Program yang akan dijalankan memerlukan dana. Kegiatan menghimpun dana dan sumber lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut. 7 Penghimpunan dana fundraising merupakan kegiatan yang sangat penting bagi lembaga atau organisasi sosial dalam upaya mendukung jalannya program dan menjalankan roda operasional lembaga atau organisasi sosial tersebut dapat mencapai maksud dan tujuan yang telah digariskan. Kegiatan penghimpunan dana fundraising di awali dari sumber dana yang jelas yang mempunyai target sumber dana yang potensial dan terjadwalkan dalam proses pencapaiannya. Lembaga nirlaba baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta memiliki sistem penghimpunan yang berbeda-beda, karena suatu lembaga mempunyai perbedaan misi. 6 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005, h. 6-7. 7 Hendra Sutisna, Fundraising Database Jakarta: Piramedia, 2006, h. 1. 6 Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana Praktek Penghimpunan Dana FundraisingWakaf Uang, sehingga penulis tertarik mengambil judul : ” PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN DANA FUNDRAISING WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang lingkup sistem penghimpunan dana fundraising wakaf uang Pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana mekanisme penghimpunan dana fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia? b. Apa peluang dan tantangan fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia? 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian