41
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. QS. Al-Nisa:
29
Penerima uang yang berasal dari tindak pidana pencucian uang wajib mengembalikannya kepada negara. Uang tersebut kemudian dimanfaatkan untuk
kemaslahatan umum. Penerima hasil pencucian uang tidak perlu dihukum jika sudah mengembalikan hasil itu kepada negara. Hal ini dinilai wajar, karena
penerima belum tentu berperan sebagai pelaku kejahatan asal yang kemudian hasilnya diputar dalam proses pencucian uang.
C. Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Pasif
Pada ranah hukum pidana Islam, permasalahan kejahatan Money Laundering ini dapat dikategorikan ke dalam Fiqih Jinayat. Jinayat dalam istilah
hukum sering disebut delik atau tindak pidana. Secara etimologi, Jinayah merupakan bentuk verbal noun mashdar dari kata jana yang berarti berbuat dosa
atau salah, sedangkan jinayah diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah. Secara terminologi kata jinayat mempunyai beberapa pengertian, bahwa jinayat
adalah perbuatan yang dilarang oleh syara‟ baik perbuatan itu mengenai jiwa,
42
harta benda, atau lainnya.
41
Dalam Islam sangatlah dikenal perkataan Umar tentang pembuktian “Pembuktian itu diwajibkan bagi yang penggugat, dan
sumpah diwajibkan bagi pihak yang meolak pengakuan” sedangkan yang dimaksud dengan pembuktian didalam al Q
ur‟an, Sunnah dan perkataan para sahabat adalah sebutan bagi segala sesuatu yang dapat menjelaskan kebenaran.
42
Sedangkan menurut kalangan Hanafiyah penetapan pada jarimah t a‟zir
menurut mereka yaitu: Pengakuan, bukti, pengetahuan hakim, saksi-saksi baik laki-laki
maupun perempuan,
saksi ahli,
ketetapan-ketetapan hakim
Yurisprudensi.
43
Sedangkan yang menarik dalam sejarah Islam tentang pembuktian yang terjadi pada masa Rasullulah S.A.W dimana ada dua orang yang berpekara
menghadap nabi dan salah satunya menguasai perbantahan dan yang lain tidak menguasai, maka nabi memenangkan yang pandai itu. Dan berkatalah yang kalah
“ Ya Rasullulah, demi dia yang tidak ada Tuhan selain dia, sayalah yang sebenarnya berhak.” Dan lalu Rasullulah mengulangi lagi pemeriksaan, dan
kembali memenangkan si pandai. Tapi orang itu mengulangi kembali kalimat tadi, dan karena itu Rasullulah mengulangi sekali lagi, lalu beliau berkata “Barang
siapa mengambil bagian harta seorang muslim dengan kepandaian perbantahannya, ia mengambil satu potongan api.” Tiba-tiba berkatalah si pandai
“ Ya Rasullulah barang ini hak dia.” Maka sahut Rasullulah “Barang siapa
41
http:syariahpublication.com20100827pembuktian-terbalik-dalam-perspektif-syariat- islamdiakses
18 Juni 2014
42
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993, cet. Ke-5 h. 6.
43
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa-Abdillatuh, Cet. IV, Damaskus: Dar-al-Fikr, 2004, J. VII,. H. 5604.
43
mengambil bagian, dengan perbantahannya, dan mendapatkan hak orang lain, hendaklah ia menyiapkan tempatnya sendiri di neraka.”
44
Menurut penulis dimana dalam tindak pidana pencucian uang pasif dapat menggunakan pembuktian terbalik dimana seorang tersangka tindak pidana
pencucian uang pasif sudah dianggap bersalah, sehingga ia harus membuktikan bahwa harta yang dimilikinya bukan dari hasil tindak pidana pencucian uang.
Seperti yang sudah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dalam pasal 77 dan 78 ayat 1 dan 2. Dalam pasal tersebut diatur ketentuan bahwa
terdakwa harus mampu membuktikan asal-usul dana yang dimiliki, namun melalui penetapan hakim. Di pasal 77 dan 78 itu dikatakan bahwa terdakwa harus
bisa membuktikan asal usul dana yang dimiliki, sedangkan pasal 78 mekanismenya adalah hakim yang memerintahkan terdakwa untuk membuktikan
itu. Penerapan pembuktian terbalik ini tidak bisa diterapkan dalam kasus korupsi murni. Melainkan pada kasus korupsi yang memiliki unsur pidana pencucian
uang. Jadi ini terkait dengan masalah tindak pidana pencucian uang, kalau semata-mata hanya masalah korupsi, kita tidak bisa menerapkan metode
pembuktian terbalik, kita baru bisa menerapkan pembuktian terbalik apabila dakwaannya adalah pencucian uang.
45
44
Syu‟bah Asa, Dalam Cahaya Al-Qur‟an, Tafsir Ayat-ayat Sosial Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, h. 403.
45
Lilik Mulyadi, Asas Pembalikan Badan Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia Pasca Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi,
Bandung: PT Alumni, 2008