Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
masih memiliki hubungan keluarga, meskipun tidak menutup kemungkinan juga orang yang belum dikenal sebelumnya.
Fenomena yang sekarang timbul adalah bukan masyarakat umum yang acuh tehadap peraturan-peraturan yang dibuat, tetapi para pejabat yang
seharusnya menjadi contoh justru menjadi “Suri Tauladan” yang tidak baik. Pelanggaran-pelanggaran hukum terjadi di masyarakat akhir-akhir ini mengenai
masalah perbuatan pidana. Dari data yang ada bahwa pelanggaran pidana yang banyak dilakukan oleh masyarakat mengalami persentasi yang cukup
mengejutkan kasus seperti pencurian, penculikan, pembunuhan, pemerkosaan, dan tindak pidana lainnya. Dari pelanggaran pidana tersebut, tentunya pemerintah
tidak bisa tinggal diam saja, karena hal ini menyangkut masalah keamanan dan ketentraman masyarakat. Hal ini adalah salah satu tugas dan kewajiban negara
dalam melindungi setiap individu yang ingin mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan ini. Negara perlu memfasilitasi warganya untuk
mendapatkan sebuah kenyamanan yang layak. Pemerintah dalam menangani pelanggaran-pelanggaran pidana yang ada
seharusnya mencari solusi atau jalan keluar agar bagaimana pelanggaran- pelanggaran pidana yang dilakukan tidak mengalami kenaikan. Dan itu perlu ada
prioritas yang mana yang didahulukan. Salah satu prioritas yang menjadi agenda Pemerintah saat ini adalah pencegahan dan pengawasan tindak pidana pencucian
uang. Akhir-akhir ini, istilah pencucian uang atau money laundering, sudah begitu populer di sebagai masyarakat kita.
5
Financial Action Task Force on Money Laundering FATF merumuskan bahwa money laundering adalah proses menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul hasil kejahatan. Proses tersebut untuk kepentingan penghilang jejak sehingga memungkinkan pelakunya menikmati keuntungan-keuntungan itu dengan tanpa
mengungkap sumber perolehan. Penjualan senjata secara ilegal, penyeludupan, dan kegiatan kejahatan terorganisasi, contohnya perdagangan obat dan prostitusi,
dapat menghasilkan jumlah uang yang banyak. Penggelapan, perdagangan orang dalam insider trading, penyuapan, dan bentuk penyalahgunaan komputer dapat
juga menghasilkan keuntungan yang besar dan menimbulkan dorongan untuk menghalalkan legitimize hasil yang diperoleh melalui money laundering.
5
Diakui atau tidak bahwa dalam pemberantasan tindak pidana selama ini menghadapi kendala baik teknis maupun non teknis. Pendekatan dalam
pemberantasan tindak pidana-tindak pidana selama ini lebih menitikberatkan bagaimana menjerat pelaku tindak pidana dengan mengidentifikasi perbuatan
pidana yang dilakukan. Sejak April 2002 telah diperkenalkan sistem penegakkan hukum yang
relatif baru sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan persoalan diatas bukan hanya karena metode yag digunakan berbeda dengan penegakan hukum
secara konvensional tetapi juga memberikan kemudahan dalam penanganan perkaranya. Sistem yang dimaksud adalah rezim anti pencucian uang, di mana
5
M. Arief Amrullah, Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering, Malang: Bayumedia, 2004, h.9
6
pengungkapan tindak pidana dan pelaku tindak pidana lebih difokuskan pada penelusuran aliran danauang haram follow the money trial atau transaksi
keuangan. Pendekatan ini tidak terlepas dari suatu pendapat bahwa hasil kejahatan
proceeds of crime merupakan “life blood of the crime”. Artinya merupakan
darah yang menghidupi tindak kejahatan sekaligus titik lemah dari rantai kejahatan yang paling mudah dideteksi. Upaya memotong rantai kejahatan ini
selain relatif mudah dilakukan juga akan meghilangkan motivasi pelaku untuk melakukan kejahatan karena tujuan pelaku kejahatan untuk menikmati hasil
kejahatannya terhalangi atau sulit dilakukan. Dari uraian diatas penulis sangat tertarik untuk membahas masalah tindak
pidana pencucian uang, yaitu dengan mengadakan pengkajian dalam bentuk skripsi yang berjudul:
“SANKSI PIDANA PELAKU PASIF TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN UU
NOMO R 8 TAHUN 2010”