Pengertian Hukum Pidana TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

16 pidana. Berdasarkan prinsip ini, maka hukum pidana Islam dapat didefinisikan sebagai hukum yang mengatur persoalan tindak pidana jarimah dan sanksi pidana „uqubah. Jarimah berasal dari kata رج yang sinonimnya عطقو سك artinya: berusaha dan bekerja. Hanya saja pengertian usaha di sini khusus untuk usaha yang tidak baik atau usaha yang dibenci oleh manusia. 12 Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu definisi yang jelas, bahwa jarimah itu adalah ْيقتْس ْا ّْيرَط او ْدعْاو ِّحْ ٌف خ وه ِ ك تْرا Melakukan setiap perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, keadilan, dan jalan yang lurus agama. Dari keterangan ini jelaslah bahwa jarimah menurut arti bahasa adalah melakukan perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang dipandang tidak baik, dibenci oleh manusia karena bertentangan dengan keadilan, kebenaran, dan jalan yang lurus agama. 13 Perbuatan yang dilarang ٌ ارْوطْخ adakalanya berupa mengerjakan perbutan yang dilarang dan adakalanya meninggalkan perbuatan yang diperintahkan. Sedangkan lafaz syar‟iyah ٌ َيعْرش dalam definisi tersebut mengandung pengertian, bahwa suatu perbuatan baru dianggap sebagai jarimah apabila perbuatan itu dilarang oleh syara‟ dan diancam dengan hukuman. Dengan 12 Muhammad Abu Zahra, Al Jarimah wa Al „Uqubah fi Al Fiqh Al Islamy, Maktabah Al Angelo Al Mishriyah: Kairo h.22 13 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika: Jakarta,September 2004, cet-pertama, h. 9. 17 demikian apabila perbuatan itu tidak ada larangannya dalam syara‟ maka perbuatan tersebut hukumnya mubah, sesuai dengan kaidah yang berbunyi: Pada dasarnya semua perkara dibolehkan, sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya. 14 Jika pengelompokan hukum-hukum Islam sebagaimana dikemukakan di atas diamati, nyatalah bahwa hukum pidana itu termasuk bagian dari hukum Islam syariat Islam yang dipelajari dalam ilmu fiqih Fiqih Jinayah. Jadi dengan demikian bisa dikatakan di sini bahwa hukum pidana Islam itu adalah hukum Islam yang berkaitan dengan masalah pidana, atau dengan kata lain hukum pidana Islam adalah hukum yang berkaitan dengan tindak pidana dan sanksinya menurut syariat Islam. Membicarakan tujuan hukum pidana Islam tidak dapat dilepaskan dari membicarakan tujuan syariah Islam secara umum, karena hukum pidana Islam merupakan bagian dari syariat Islam. Syariat Islam ketika menetapkan hukum- hukum dalam masalah kepidanaan mempunyai tujuan umum, yaitu mendatangkan maslahat kepada umat dan menghindarkan mereka dari mara bahaya. Syariah Islam secara umum bertujuan untuk mengamankan lima hal-hal mendasar dalam kehidupan umat manusia. Lima hal itu adalah aspek agama, aspek akal, aspek jiwa, aspek harta benda, dan keturunan. Lima hal ini merupakan perkara yang sangat fundamental dalam pandangan Islam bagi umat manusia. 14 Jalaluddin Asy Syuthi, Al Asybah wa An Nazhair, Dar Al Fikr, tanpa tahun, h. 43. 18 Kelima hal ini dikenal dengan istilah lima perkara pokok dharuriyah al- khamsah. Kepentingan terhadap lima hal inilah yang ingin dilindungi oleh syariah Islam. 15 Adapun mengenai karakteristik hukum pidana Islam, pada dasarnya sama dengan karakteristik syariat Islam itu sendiri. Hal ini disebabkan karena ia merupakan bagian dari syariat Islam seperti telah disebutkan di atas. Berikut ini dijelaskan beberapa karakteristik hukum pidana Islam yang merupakan keunggulan jika dibandingkan dengan hukum pidana buatan manusia. 1. Buatan Tuhan God made law as opposed to man made law. Maksudnya, hukum pidana Islam itu ciptaan Allah, sedang hukum pidana lainnya itu adalah buatan manusia. Karena diciptakan oleh Allah, maka hukum Islam bersifat sempurna dari segi pengaturannya. 16 2. Berakar pada keimanan seseorang rooted in one‟s belief. Hukum pidana Islam itu berakar pada iman atau keyakinan seseorang. Artinya, orang yang beriman itu meyakini hukum pidana Islam sebagai bagian dari syariat Islam yang diturunkan oleh Allah. Hal ini membuat mereka patuh dan tunduk terhadapnya. Kepatuhan tersebut lahir dari kesadaran imani. Dengan demikian kesadaran hukum yang terbangun dalam diri anggota masyarakat adalah kesadaran sejati, bukan kesadaran artifisial. 17 15 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 19 16 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 24 17 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 25 19 3. Menyediakan sanksi dunia dan akhirat provides sanction both here and hereafter. Hukum pidana Islam itu, karena berdasarkan syariat Islam, maka hukuman yang dikenakan kepada pelaku kejahatan adalah di dunia dan akhirat. Jika seseorang itu mencuri, lalu dijatuhi hukuman di dunia ini sesuai dengan syariat Islam, maka ia tetap akan mendapatkan balasannya di akhirat selagi ia tidak bertaubat. Sedangkan dalam hukum positif tidak ada pembahasan mengenai hukuman di akhirat, karena ia hanya mengatur masalah pidana dan sanksinya di dunia saja. 18 4. Antisipasi anticipative as opposed to responsive. Maksudnya, hukum pidana Islam itu telah mengantisipasi segala perbuatan mukallaf orang Islam yang dibebani dengan beban agama terutama yang berkenaan dengan tindak pidana. Dengan perkataan lain, hukum Islam telah menyediakan norma-norma terkait dengan masalah tindak pidana yang dapat memenuhi kebutuhan hukum masa mendatang. Oleh karena itu tidak heran jika segala bentuk jarimah tindak pidana yang ada pada saat turunnya wahyu hingga hari kiamat itu dapat ditentukan hukumannya serta ditetapkan hukumannya, yakni melalui apa yang dikenal dengan ijtihad. Jika dibandingkan dengan hukum positif, maka hukum positif hanya menetapkan sesuatu itu sebagai perbuatan tindak pidana setelah peristiwa kejahatan terjadi, 18 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 26 20 dengan kata lain hukum tersebut dibuat dalam rangka merespon fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat. 19 5. Mengatur perbuatan jasmani dan perbuatan hati governs both physical and heart act. Hukum pidana Islam mengatur baik perbuatan fisik maupun perbuatan hati, perbuatan lahir maupun perbuatan batin. Islam melarang sikap-sikap batin tertentu yang dianggap buruk dan membahayakan seperti iri, dengki, dendam, dan takabur. Pelarangan ini merupakan langkah perventif terjadinya kejahatan. 20 6. Memperhatikan aspek moral concern with ethics. Hukum pidana Islam sangat memperhatikan dan memelihara akhlak masyarakat. Ini karena ia berdiri tegak di atas landasan agama. Zina diharamkan meskipun dilakukan atas dasar suka sama suka. Arak dilarang walaupun tidak membuat mabuk. Pornografi dan pornoaksi diharamkan karena merusak akhlak masyarakat, meskipun sebagian orang berdalih mengatas-namakannya dengan HAM dan seni. 21 7. Komprehensif comprehensive as opposed to partial. Hukum pidana Islam memiliki keunggulan karena ia bersifat komprehensif, dan bukan parsial. Artinya, pengaturan hukum pidana Islam itu mencakup 19 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 27 20 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 28 21 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 29 21 seluruh aktivitas kehidupan manusia. Segala aktivitas yang melanggar hukum telah ditetapkan beserta sanksinya di dunia maupun di Akhirat. Sedangkan dalam hukum positif, hukum pidana yang berlaku hanya menghukumi sebagian aktivitas, dan itupun berubah-ubah, hari ini suatu perbuatan dianggap tindak pidana, esok hal itu sudah dianggap bukan. 22 Dari penjelasan diatas penulis mendapat penjelasan bahwa ada perbedaan dan persamaan antara hukum pidana positif dan hukum pidana Islam. Dimana menurut penulis hukum pidana Islam lebih berkekuatan dan lebih banyak memberikan efek jera kepada para pelaku kejahatan agar tidak kembali melakukan kejahatan. Karena hukum pidana Islam tidak hanya memberikan hukuman kepada manusia dengan negara, manusia dengan manusia tetapi juga manusia dengan Tuhannya. Penulis berpendapat demikian karena melihat penjelasan diatas. Bukan berarti hukum pidana positif tidak memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan. Tetapi menurut penulis efek jera yang diberikan oleh hukum pidana Islam lebih kuat di banding hukum pidana positif.

B. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010. Sebelum mengemukakan pengertian money laundering atau pencucian uang, terlebih dahulu, dikemukakan perkembangan kejahatan dan kaitannya dengan kejahatan pencucian uang sebagai salah satu jenis kejahatan yang 22 H. Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, Yogyakarta: LabHukum FHUMY, 2008 , h. 30 22 mendunia. Dewasa ini kejahatan meningkat dalam berbagai bidang, baik dari segi intensitas maupun kecanggihannya. Demikian juga dengan ancamannya terhadap keamanan dunia. Akibatnya, kejahatan tersebut dapat menghambat kemajuan suatu negara, baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun budaya. Mengingat, kejahatan itu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat, wajar ada satu ungkapan: kejahatan itu tua dalam usia, tapi muda dalam berita. Artinya, sejak dulu hingga kini, orang selalu membicarakan kejahatan, mulai dari yang sederhana kejahatan biasa sampai yang sulit pembuktiannya. Bahkan, dalam sejarahnya, kejahatan sudah ada sejak Nabi Adam AS. Kejahatan merupakan sebuah istilah yang sudah lazim dan populer dikalangan masyarakat Indonesia atau crime bagi orang Inggris. Tetapi, jika ditanyakan; apakah sebenarnya yang dimaksud kejahatan? Orang mulai berpikir dan atau bahkan balik bertanya. Menurut Hoefnagels 1972: 72, kejahatan merupakan suatu pengertian yang relatif. Banyak pengertian yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial yang berasal dari bahasa sehari-hari tidak memberikan gambaran yang jelas tentang kejahatan, tetapi hanya merupakan suatu ekspresi dalam melihat perbuatan tertentu. 23 Sampai saat ini, tidak atau belum ada definisi yang universal dan komprehensif mengenai apa yang di maksud dengan tindak pidana pencucian uang atau money laundering. Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini menggarisbawahi, 23 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, November 2011, cetakan kedua, h. 17 23 dewasa ini istilah money laundering sudah lazim digunakan untuk menggambarkan usaha-usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum untung melegalisasi uang “kotor”, yang di peroleh dari hasil tindak pidana Sjahdeini: 2004. 24 Ada beberapa pengertian dari money laundering dari berbagai sumber. Money laundering, menurut Sarah N. Welling 1992: “Money laundering is the process by wich one conceals the existence, illegal source, or illegal application of income, and then disguises that income to make it appear lagitimate”. Pencucian uang adalah proses di mana seseorang menyembunyikan keberadaan sumber pendapatan ilegal atau aplikasi pendapatan ilegal dan kemudian menyamarkan sumber pendapatan tersebut agar terlihat seperti sesuai dengan aturan atau hukum yang berlaku. Dalam definisi David Fraser 1992: “Money laundering is quite simply the process through which “dirty” money proceeds of crime, is whased through “clean” or legitimate sources and enterprises s o that the “bad guys” may more safely enjoy their ill‟gotten gains”. Pencucian uang kurang lebih adalah proses dimana uang “kotor” hasil tindak pidana dicuci menjadi “bersih” atau uang kotor yang dibersihkan 24 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, November 2011, cetakan kedua, h.18 24 melalui suatu sumber hukum dan perusahaan yan g legal sehingga „para penjahat‟ dapat dengan aman menikmati hasil jerih payah tindak pidana mereka. 25 Apapun definisinya, pada hakikatnya pencucian uang menunjukan pada upaya pelaku untuk mengurangi ataupun menghilangkan risiko ditangkap ataupun uang yang dimilikinya disita sehingga tujuan akhir dari kegiatan ilegal itu yakni memperoleh keuntungan, mengeluarkan serta mengkonsumsi uang tersebut dapat terlaksana, tanpa terjerat oleh aturan hukum yang berlaku. Dengan demikian menyimpan uang hasil kegiatan ilegal adalah sama dengan mencuci uang tersebut, walaupun si pelaku tindak pidana sendiri hanya menyimpan uang tersebut dan tidak mengeluarkan uang tersebut karena belum “dicuci”. 26 Secara sederhana aktivitas pencucian uang dapat dilakukan melalui perbuatan memindahkan, menggunakan, atau melakukan perbuatan lainnya terhadap hasil dari suatu tindak pidana, baik itu pelakunya organized crime maupun individu yang melakukan tindak pidana korupsi, perdagangan obat narkotika dan tindak pidana lainnya dengan maksud menyembunyikan atau menaburkan asal-usul uang tersebut sehingga dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang halal. 25 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, November 2011, cetakan kedua, h. 18 26 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, November 2011, cetakan kedua, h.19

Dokumen yang terkait

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Perpajakan Melalui Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

1 69 151

Pemalsuan Surat Dalam Perkawinan Dihubungkan Dengan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Dan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

0 30 80

Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Jo. Undang-Undang Nomor 25...

0 19 3

Analisa Hukum Terhadap Penerapan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi Sebagai Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dan Tindak Pidana Pencucian Uang Dihubungkan Dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Penc

0 0 8

Implementasi Tindak Pidana Asal dalam Tindak Pidana Pencucian Uang yang Dikwalifikasikan sebagai Tindak Pidana Lanjutan (Follow Up Crime) dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.

0 0 1

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UU NO 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG.

0 1 118

BAB II UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG A. Sejarah Terjadinya Pencucian Uang - Identifikasi Transaksi Keuangan Mencur

0 0 44

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERPAJAKAN MELALUI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

0 0 14

STRUKTURISASI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

0 0 57

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang JURNAL ILMIAH

0 0 35