Manfaat Penelitian Prevalensi tuberkulosis pada diabetes mellitus tipe 2 di RSU KOTA Tangerang Selatan 2013

2.1.2. Diagnosis DM tipe 2

Dalam mendiagnosis DM tipe 2 didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah. Untuk mendiagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Menurut PERKENI DM dapat didiagnosis dengan membagi menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Sedangakan gejala yang tidak khas DM antara lain lemas, kesemutan, gatal, luka yang sulit sembuh mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita. Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui car pada tabel dibawah ini:

2.1.3. Patofisiologi DM Tipe 2

DM yang paling banyak terjadi adalah DM tipe 2, yang ditandai dengan gangguan sekresi insulin ataupun gangguan kerja isulin resistensi insulin pada organ target, terutama hati dan otot. Pada awal saat terjadi resistensi insulin belum menyebabkan DM secara klinis karena sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan tersebut dan glukosa darah masih dalam keadaan normal atau baru terjadi sedikit peningkatan glukosa darah. Ketika DM secara klinis telah tampak ini merupakan tanda bahwa sel beta pankreas tidak mampu lagi untuk mengkompensasinya sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. 4 Otot merupakan pengguna glukosa yang paling banyak sehingga resistensi insulin mengakibatkan kegagalan glukosa oleh otot. Awalnya hiperglikemia terjadi pada fase setelah makan saat oto gagal melakukan ambilan glukosa dengan optimal. Kemudian pada fase berikutnya dimana sekresi insulin semakin menurun, sehingga menyebabkan produksi glukosa hati yang berlebihan dan mengakibatkan peningkatan glukosa darah pada saat puasa. Hiperglikemia ini memperberat gangguan sekresi insulin yang sudah ada dan disebut fenomena glukotoksisitas. 4 Selain pada otot, resistensi insulin juga terjadi pada jaringan adiposa sehingga merangsang lipolisis dan meningkatkan asam lemak bebas. Keadaan ini juga dapat mengakibatkan proses gangguan ambilan glukosa oleh sel otot dan mengganggu sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Fenomena ini disebut dengan lipotoksisitas. 4 Gambar 2.1. diambil dari : http:www.medscape.orgviewarticle536351 Oleh karena itu dengan mengetahui kelainan dasar yang terjadi pada DM tipe 2 sangatlah penting agar dapat memilih intervensi yang tepat. Adapun kelainan dasar tersebut adalah :  Resistensi insulin pada jaringan lemak, otot dan hati  Peningkatan produksi glukosa oleh hati  Kekurangan seksresi insulin oleh sel beta pankreas. 4

2.1.4. Penatalaksanaan DM

Penangan diabetes melitus dengan pendekatan non-farmakologi, yaitu berupa pemberian edukasi, perencanaan terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih atau obesitas. Bila pengendalian DM dengan cara non-farmakologi belum tercapai, maka kita dapat memberikan intervensi berupa pemberian terapi farmakologi disamping tetap melakukan pengaturan pola makan dan aktifitas fisik yang sesuai. 4