Analaisis Bivariat Hasil 1. Analisis Univariat

Tabel 4.8. Karakteristik Pendidikan Penderita TB Pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 Kelompok Pendidikan TB p- Value Positif Negatif Jumlah n Presentase Jumlah n Presentase SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 4 7 4 6,2 25 43,8 25 25 77 210 26 7,4 22,8 62 7,8 0,203 Total 16 100 338 100 Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-Square, didapatkan p-value 0,203, sehingga kesimpulannya adalah tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB pada DM tipe 2, bermakna jika nilai p-Value 0,05.

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini dari 16 pasien TB pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 diumpai jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki, hal ini sesuai dengan studi yang telah dilakukan di RSUD H. Adam Malik Medan pada tahun 2007, dimana didapatkan prevalensi penderita TB paru pada DM lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 6034 63:36,2. 21 Begitu juga sesuai dengan data Riskesdas 2007 bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB daripada perempuan. 22 Sebuah penelitian yg lain juga menjelaskan hal yang serupa, seperti yang dilakukan oleh Erwin dkk di Balai Kesehatan Masyarakat Semarang pada tahun 2010 dijumpai mayoritas penderita TB adalah laki-laki 56,2. 23 Dari hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB, karena ada faktor-faktor lain yang menyebabkan seseorang untuk terkena TB seperti paparan langsung dengan penderita TB, lingkungan yang tidak bersih, rumah yang kurang sehat dll. Usia non-geriatri lebih banyak dibandingkan pasien geriatri, dengan perbandingan 13:3, hal ini sama dengan yang telah diteliti oleh Claudia Caroline Doblera dkk pada tahun 2001-2006 dimana dari 6276 pasien TB pada DM didapatkan usia non-geriatri sebanyak 21. 24 Hal ini juga sama dengan penelitian yang telah dilakukan di RSUD H. Adam Malik Medan. 21 Akan tetapi dari hasil analisis bivariat tidak ditemukan hubungan usia dengan kejadian TB, hal yang serupa juga yang pernah diteliti oleh Aris Setiono di Semarang pada tahun 2011 bahwa usia tidak ada hubungannya dengan kejadian TB. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori bahwa semakin tua usia seseorang maka sistem imunitas akan menurun sehingga mempengaruhi seseorang untuk terkena TB. 25 Pekerjaan penderita TB pada DM tipe 2 yang paling banyak adalah pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 6 orang 37,5, Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ullah dkk dirumah sakit Peshawar, dimana didapatkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih tinggi yaitu 36 dari 100 pasien. 21 Hal ini berbeda dengan data riskesdas 2007, karena yang paling banyak menderita TB adalah yang tidak bekerja. 26 Pekerjaan memiliki peranan penting dalam terpaparnya seseorang terhadap suatu penyakit termasuk TB. 22 dimana seseorang yang bekerja di lingkungan yang buruk akan mempermudah untuk terinfeksi TB seperti sopir, buruh, tukang becak dan lain-lain dibandingkan dengan orang yang bekerja di daerah perkantoran. 27 Berdasarkan yang diteliti oleh Dwi Purnomo Sidhi yang menyebabkan seseorang terkena TB adalah minimnya penghasilan seseorang, penghasilan yang rendah ini menyebabkan kondisi kepadatan penduduk, buruknya lingkungan, masalah kurang gizi dan rendahnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. 24 Hal tersebut didukung oleh data dan informasi kinerja pembangunan RI tahun 2004-2012 yang menunjukkan bahwa provinsi banten masih memiliki warga miskin 653 ribu orang. 28 Pendidikan penderita TB pada DM tipe 2 yang paling banyak adalah SMA berjumlah 7 orang 43,8, sedangkan SMP dan perguruan tinggi memiliki risiko yang sama untuk menderita TB yaitu masing-masing SMP berjumlah 4 orang 25 dan perguruan tinggi berjumlah 4 orang 25. Hasil yang serupa juga yang diteliti oleh Ely Juli Suryani Nasution di di RSUD H. Adam Malik Medan, dimana dari 94 pasien TB pada DM didapatkan 54,3 pendidikannya adalah SMA. 29 Berdasarkan penelitian Misnadiarly dan Sunarno pada tahun 2007 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan risiko seseorang untuk terinfeksi TB. 26 Hal ini sesuai dengan data dari Riskesdas 2007 yang menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang menderita TB adalah yang berpendidikan rendah. 30 Tingkat pendidikan pada umumnya berhubungan dengan pengetahuan dan kesadaran dalam perilaku hidup sehat, dimana jika pola hidup seseorang tidak sehat seperti merokok, lingkungan yang kotor dll dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena TB. 31

4.3. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini saya menggunakan deskriptif kategorik, dengan demikian saya menganalisa penyakit yang ada dalam suatu populasi tertentu, adapun cara pengambilan sampelnya adalah dengan melihat rekam medik. Variabel dalam penelitian dirasa kurang mengingat banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian TB pada DM tipe 2, seperti kebiasan merokok, lingkungan yang kurang bersih dan sebagainya. BAB. V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan diatas maka saya dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : a Prevalensi penderita TB pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 adalah 4,5 b Penderita TB paru pada DM tipe 2 didapatkan lebih banyak pasien laki- laki 56,2, pada usia non-geriatri 8,2, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 37,5 dan rata-rata yang menderita TB pada DM tipe 2 adalah SMA 43,8 c Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pendidikan dengan kejadian TB pada DM tipe 2.

5.2. SARAN

1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 dengan metode dan sampel yang lebih baik. 2. Perlu metode pemeriksaan yang lebih tepat dalam mendiagnosis TB pada DM terutama DM tipe 2, sehingga dapat menyaring kasus yang lebih banyak lagi. 3. Perlu penelitian menggunakan data primer agar mendapatkan data yang lebih baik dan menngetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.