Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kesadaran tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Masyarakat di Kelurahan Tembung Tahun 2013

(1)

 

HU

DIA

UBUNGA

ABETES M

DIAB

DI K

AN MEM

MELLIT

ETES ME

KELURAH

CHAI

F

UNIV

MILIKI RI

TUS TIPE

ELLITUS

HAN TEM

KARYA

IRUNNIS

1

FAKULTA

VERSITA

IWAYAT

E 2 DENG

S TIPE 2

MBUNG

A TULIS I

Oleh:

SA FITRI

100100184

AS KEDO

AS SUMAT

MEDAN

2013

T KELUA

GAN KES

PADA M

MEDAN

ILMIAH

I MARPA

4

OKTERA

TERA UT

N

ARGA ME

ADARAN

MASYARA

TAHUN

AUNG

AN

TARA

ENDERIT

N TENTA

AKAT

2013

TA

ANG


(2)

HU

DIA

UBUNGA

ABETES M

DIAB

DI K

Diaju

AN MEM

MELLIT

ETES ME

KELURAH

ukan Seba

K

CHAI

UNIV

MILIKI RI

TUS TIPE

ELLITUS

HAN TEM

KARYA

agai Salah

Kelulusan

IRUNNIS

1

FAKULT

VERSITA

IWAYAT

E 2 DENG

S TIPE 2

MBUNG

A TULIS I

h Satu Sya

Sarjana K

Oleh:

SA FITRI

100100184

TAS KED

AS SUMAT

MEDAN

2013

T KELUA

GAN KES

PADA M

MEDAN

ILMIAH

arat Untu

Kedokter

I MARPA

4

DOKTER

TERA UT

N

ARGA ME

ADARAN

MASYARA

TAHUN

uk Memp

an

AUNG

RAN

TARA

ENDERIT

N TENTA

AKAT

2013

eroleh

TA

ANG


(3)

 

Judul: Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kesadaran tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Masyarakat di Kelurahan Tembung Tahun 2013

Nama: Chairunnisa Fitri Marpaung

NIM: 100100184

Pembimbing Penguji I

(Dr.dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD) (dr. Nurfida Khairina Arrasyid M.Kes)

Penguji II

(Nenni Dwi Aprianti, SP, M.Si)

Medan, Januari 2014

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit tidak menular dan multifaktorial yang prevalensinya terus meningkat. Indonesia adalah negara urutan keempat penderita DM terbanyak di dunia. Kesadaran masyarakat tentang DM tipe 2 sangat dibutuhkan untuk dapat membantu mencegah penyakit ini. Kesadaran tersebut terutama harus dimiliki pada orang yang memiliki faktor risiko, serperti riwayat keluarga menderita DM.

Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat hubungan memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dengan kesadaran tentang DM tipe 2. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional pada masyarakat di Kelurahan Tembung, Medan Tembung, Sumatera Utara, Indonesia pada Juli -September 2013. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kemudian disebar kepada seratus responden (menggunakan

cluster sampling) yang memenuhi kriteria inklusi-esklusi untuk menilai kesadaran

tentang DM tipe 2 berdasarkan pengetahuan mereka tentang penyakit tersebut. Uji statistik menggunakan uji chi-square.

Dari seratus responden, sebanyak 56 orang (56%) sadar tentang DM tipe 2. Rata-rata pengetahuan tentang definisi dan pengetahuan umum, faktor risiko, gejala klinis, komplikasi, pencegahan dan penatalaksanaan berurut 60,25%, 70,25%, 60,75%, 61,67%, 74%, dan 36,5%. Riwayat keluarga menderita DM tipe 2 secara statistik berhubungan dengan kesadaran tentang DM tipe 2 (79%/46%,

p= 0,003). Namun, pengaruh tingkat pendidikan, ekonomi dan usia secara statistik tidak berhubungan dengan kesadaran tersebut (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuktikan ada hubungan memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dengan kesadaran tentang DM tipe 2.


(5)

 

ABSTRACT

Type 2 Diabetes Mellitus (DM) is a non-communicable and multifactorial disease that its prevalence continues to increase. Indonesia is the fourth largest country with diabetes. Public awareness about type 2 DM are needed to help prevent the disease. Awareness is important especially in people who have risk factors, such as family history.

The aim of this study was to prove the relationship family history of type 2 DM with awareness of type 2 DM. This research was conducted with cross-sectional method at the community of Kelurahan Tembung, North Sumatera, Indonesia in July-September 2013. The data was collect using questionnaire that had been tested for validity and reliability. The questionnaire alloted to a hundred respondents (cluster sampling) who suit to the inclusion-exclusion criteria to assess awareness about type 2 DM based on their knowledge of the disease. Statistical test used chi-square test.

Out of the one hundred respondents, 56 people (56%) are aware of the type 2 DM. Average knowledge of definitions and general knowledge, risk factors, clinical symptoms, complications, prevention and management of type 2 DM sequentially 60.25%, 70.25%, 60.75%, 61.67%, 74%, and 36.5% . Family history of type 2 DM were statistically associated with awareness about type 2 DM (79% / 46%, p= 0.003). However, educational level, economic status and age were not statistically associated with the awareness (p>0.05). Based on the results, association of family history of type 2 DM with awareness of type 2 DM was proved.

Keywords: Type 2 DM. Risk Factor, Awareness, Knowledge


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai dengan terselesaikannya laporan hasil. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing saya menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes, dan Ibu Nenni Dwi Apriyanti Lubis, SP, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran yang sangat berarti dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Medica Carita Foundation, yang telah memberikan beasiswa untuk penelitian

ini, dana yang diberikan sangat bermanfaat.

5. Seluruh responden di Kelurahan Tembung yang terlibat dalam penelitian ini yang telah memperbolehkan penulis melakukan penelitian dan bersikap kooperatif.

6. Staf di Kantor Kelurahan Tembung yang telah membantu saya dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Abdul Karal Marpaung dan Ibunda Alm.

Remsi Panjaitan, untuk segenap doa dan cinta yang tak pernah padam, semoga Allah mengizinkan kita berkumpul di Surga-Nya.


(7)

 

8. Seluruh saudara dan ipar, dr. Johny Marpaung, Mked(OG), Sp.OG, Leli Laila Fithri, SP, Ridwan Marpaung, Siti Zuraidah Rangkuti, Evi Revina Marpaung, SP, Rahmad, Risfan Marpaung, SE, Agnes Jonathan, SE, Roy Rinaldi Marpaung, dan seluruh keponakan saya untuk untaian dukungan dan doa yang terus mengalir.

9. Teman-teman satu perjuangan Maya Rona Sari, Fitra Aina Hidayat, Amarwati Khairina Putri, Hasni Hayati, Kiki Rawitri, dan adik-adik Minaluyun, Suci Asrika Ayu, dan Siti Hawani, yang sudah mau berlelah-lelah membantu mengumpulkan data serta Egi Erigo Perangin-angin, teman satu pembimbing yang sudah banyak membantu.

10. Rekan-rekan di PHBI FK USU dan SCORE PEMA FK USU yang sudah banyak memberikan masukan dan kritikan pada karya tulis ini.

11. Serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2014

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... DAFTAR SINGKATAN ...

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. Bagi Responden Penelitian ... 4

1.4.2. Bagi Lembaga Kesehatan Setempat ... 5

1.4.3. Bagi peneliti ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Diabetes Mellitus ... 6

2.1.1. Definisi ... 6

2.1.2. Klasifikasi dan Etiologi ... 6

2.1.3. Faktor Risiko ... 8

ii iii iv v vii x xi xii xiii xiv


(9)

 

2.1.4. Patogenesis ... 12

2.1.5. Patofisiologi ... 13

2.1.6. Diagnosis ... 15

2.1.7. Komplikasi ... 16

2.1.8. Pencegahan ... 16

2.1.9. Pentalaksanaan DM tipe 2 ... 18

2.2. Pengetahuan ... 19

2.3. Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita DM tipe 2 dengan Kesadaran tentang DM tipe 2 ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26

3.2. Definisi Operasional... 26

3.1. Hipotesis ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Desain Penelitian ... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1. Populasi ... 28

4.3.2. Sampel ... 28

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Metode Analisis Data ... 32

Bab 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1. Hasil Penelitian ... 34

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 34

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 35

5.1.3.1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang


(10)

Diabetes Mellitus tipe 2 ... 35

5.1.3.2. Kesadaran Responden tentang Diabetes Mellitus tipe 2 ... 38

5.1.3.3. Prevalensi Responden yang Memiliki Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus tipe 2 ... 38

5.1.3.4 Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan Kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2……..39

5.1.3.5. Kesadaran Responden tentang Diabete Mellitus tipe 2 Berdasarkan Tingkat Ekonomi, Pendidikan dan Usia ... 40

5.2. Pembahasan ... 41

Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(11)

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka konsep Penelitian………28


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Etiologis DM………... 14

3.1. Definisi Operasional Penelitian………. 16

4.1. Penyajian Hasil Pengumpulan Data………... 28

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner……….. 33

5.1. Distribusi Karakteristik Responden………... 37

5.2. Distribusi Jawaban Responden tentang Diabetes Mellitus tipe 2………... 39

5.3. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang DM tipe 2……... 41

5.4. Kesadaran Responden Tentang DM tipe 2……… 42

5.5. Distribusi Frekuensi Prevalensi Responden yang Memiliki riwayat keluarga Menderita DM tipe 2………. 42

5.6. Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita DM tipe 2 dengan Kesadaran tentang DM tipe 2………. 43

5.7. Kesadaran Responden tentang Diabetes Mellitus tipe 2 Berdasarkan Tingkat Ekonomi , Pendidikan dan Usia…….. 44


(13)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup………. 54

2. Data Induk Responden……… 55

3. Hasil Output Data Penelitian……… 59

4. Rincian Biaya Penelitian……….. 65

5. Surat Izin Penelitian………. 66

6. Surat Persetujuan Komisi Etik………. 67

7. Lembar Konsultasi Proposal dan Hasil Penelitian………….. 68

8 Lembar Penjelasan Kepada Responden………... 70

9 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent)………... 71

10 Kuesioner Penelitian……… 72


(14)

DAFTAR SINGKATAN

ADA American Diabetes Association

AIR Acute Insulin Secretion Response

ATP Adenosin Tri Posfat

DKA Diabetic Ketoasidosis

DM Diabetes Mellitus

DPV-IV Dipeptidyl peptidase IV

DQA DQ alpha

DQB DQ beta

FPG Fasting Plasma Glucose

GDPT Glukosa Darah Puasa Terganggu

GLUT Glucose Transporter

HbA1C Hemoglobin A1C

HDL High Density Lipoprotein

HHS Hyperglicemic Hyperosmolar State

HLA Human Leucocyte Antigen

HNF Hepatocyte Nuclear Factor

IA-2 Insulinoma Antigen-2

IDDM Insulin Dependent Diabetes Mellitus

IFG Impaired Fasting Glucose

IGT Impaired Glucose Tolerance

IRS Insulin Receptor Substrate

IPF-1 Insulin Promotor Factor-1

KGD Kadar Gula Darah

MODY Maturity Onset Diabetes of the Young

NIDDM Non Independent Insulin Diabetes Mellitus

OHO Obat Hipoglikemik Oral

PERKENI Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PI-3K Phosphatidylinositol-3’-Kinase RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar


(15)

 

PT Perguruan Tinggi

PNS Pegawai Negeri Sipil

SD Sekolah Dasar

SMA Sekolah Menengah Atas

SMP Sekolah Menengah Pertama

SPSS Statistic Package for Social Science

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization


(16)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit tidak menular dan multifaktorial yang prevalensinya terus meningkat. Indonesia adalah negara urutan keempat penderita DM terbanyak di dunia. Kesadaran masyarakat tentang DM tipe 2 sangat dibutuhkan untuk dapat membantu mencegah penyakit ini. Kesadaran tersebut terutama harus dimiliki pada orang yang memiliki faktor risiko, serperti riwayat keluarga menderita DM.

Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat hubungan memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dengan kesadaran tentang DM tipe 2. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional pada masyarakat di Kelurahan Tembung, Medan Tembung, Sumatera Utara, Indonesia pada Juli -September 2013. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kemudian disebar kepada seratus responden (menggunakan

cluster sampling) yang memenuhi kriteria inklusi-esklusi untuk menilai kesadaran

tentang DM tipe 2 berdasarkan pengetahuan mereka tentang penyakit tersebut. Uji statistik menggunakan uji chi-square.

Dari seratus responden, sebanyak 56 orang (56%) sadar tentang DM tipe 2. Rata-rata pengetahuan tentang definisi dan pengetahuan umum, faktor risiko, gejala klinis, komplikasi, pencegahan dan penatalaksanaan berurut 60,25%, 70,25%, 60,75%, 61,67%, 74%, dan 36,5%. Riwayat keluarga menderita DM tipe 2 secara statistik berhubungan dengan kesadaran tentang DM tipe 2 (79%/46%,

p= 0,003). Namun, pengaruh tingkat pendidikan, ekonomi dan usia secara statistik tidak berhubungan dengan kesadaran tersebut (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuktikan ada hubungan memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dengan kesadaran tentang DM tipe 2.


(17)

 

ABSTRACT

Type 2 Diabetes Mellitus (DM) is a non-communicable and multifactorial disease that its prevalence continues to increase. Indonesia is the fourth largest country with diabetes. Public awareness about type 2 DM are needed to help prevent the disease. Awareness is important especially in people who have risk factors, such as family history.

The aim of this study was to prove the relationship family history of type 2 DM with awareness of type 2 DM. This research was conducted with cross-sectional method at the community of Kelurahan Tembung, North Sumatera, Indonesia in July-September 2013. The data was collect using questionnaire that had been tested for validity and reliability. The questionnaire alloted to a hundred respondents (cluster sampling) who suit to the inclusion-exclusion criteria to assess awareness about type 2 DM based on their knowledge of the disease. Statistical test used chi-square test.

Out of the one hundred respondents, 56 people (56%) are aware of the type 2 DM. Average knowledge of definitions and general knowledge, risk factors, clinical symptoms, complications, prevention and management of type 2 DM sequentially 60.25%, 70.25%, 60.75%, 61.67%, 74%, and 36.5% . Family history of type 2 DM were statistically associated with awareness about type 2 DM (79% / 46%, p= 0.003). However, educational level, economic status and age were not statistically associated with the awareness (p>0.05). Based on the results, association of family history of type 2 DM with awareness of type 2 DM was proved.

Keywords: Type 2 DM. Risk Factor, Awareness, Knowledge


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik yang prevalensinya sangat tinggi di dunia selama lebih dari dua dekade (Singh, et al., 2012). Angka kejadian DM cenderung meningkat setiap tahun . Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) DM telah diderita oleh sedikitnya 171 juta orang di dunia dan menyebabkan kematian sebanyak 3,2 juta jiwa. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2030 akan ada peningkatan jumlah penderita diabetes sebesar 70% di negara maju dan 42% di negara berkembang. Jadi, sekitar 17 tahun mendatang diestimasikan sekitar 366 juta orang di dunia akan menderita DM (Biswas, 2006).

Wild, et al. (2004) dalam suatu penelitian tentang prevalensi global DM, melaporkan bahwa sepuluh besar negara dengan prevalensi DM tertinggi pada tahun 2000 adalah India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Bangladesh. India, Cina dan Amerika Serikat tetap menjadi top-three negara dengan prevalensi DM tertinggi di dunia sejak tahun 1995 dan diprediksi pada tahun 2030 akan tetap berada pada posisi yang sama. Indonesia, Bangladesh, Brazil, Jepang, dan Pakistan diprediksikan bahwa pada tahun 2030 juga akan tetap berada di sepuluh besar. Sementara posisi Rusia dan Italia akan digantikan oleh Filipina dan Mesir untuk tahun 2030.

Angka kejadian DM tidak hanya tinggi di negara maju tetapi juga negara berkembang, seperti Indonesia (Biswas, 2006). Bahkan, WHO memprediksi pada abad ke-21 negara berkembang akan menanggung beban berat atas epidemi DM karena lebih dari 70% pasien DM terdapat di negara berkembang (Singh, et al., 2012). Seperti dipaparkan sebelumnya, Indonesia merupakan negara keempat dengan prevalensi DM tertinggi di dunia. Jumlah masyarakat Indonesia yang menderita DM pada tahun 2000 adalah sebesar 8,4 juta dan diestimasikan pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 21, 3 juta jiwa (Wild, et al., 2004). Di negara berkembang DM paling banyak terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun, dimana


(19)

   

pada usia ini seseorang berada pada puncak produktifitas sehingga akan berdampak negatif terhadap negara (Mohan, et al., 2005).

Di Indonesia, jumlah penyandang DM sangat besar. Dengan prevalensi DM sebesar 14,7 % di daerah urban dan 7,2% di daearah rural, maka diperkirakan bahwa pada tahun 2003 jumlah masyarakat Indonesia yang menderita DM sebesar 12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. “Hasil penelitian pada rentang tahun 1980-2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam. Sebagai contoh, pada penelitian di Jakarta (daerah urban), prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 naik menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan meroket lagi menjadi 12,8% pada tahun 2001” (PERKENI, 2011). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan adanya gejala adalah sebesar 1,1 %. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur lebih dari lima belas tahun di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7 % (Depkes, 2008).

Di Kota Medan, angka kejadian DM tercatat tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, pada tahun 2011 sampai tahun 2012 terdapat 375 pasien rawat inap dengan diagnosis DM. Sedangkan untuk rawat jalan pada bulan Januari sampai Desember 2012 terdapat 7023 kunjungan pasien yang menderita DM.

Peningkatan prevalensi DM tipe 2 jauh lebih cepat dibanding DM tipe lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan angka obesitas dan penurunan aktivitas fisik yang sangat berpengaruh dalam proses terjadinya DM tipe 2 (Power, 2005). Pola hidup masyarakat yang cenderung berubah serta adanya urbanisasi merupakan penyebab penting masalah ini (PERKENI, 2011).

Terjadinya DM tipe 2 dapat dipengaruhi oleh adanya berbagai faktor risiko. Menurut American Diabetes Association (ADA, 2007), faktor risiko tersebut antara lain adanya riwayat keluarga yang menderita diabetes, obesitas, minimnya aktivitas fisik, ras, riwayat mengalami diabetes gestasional atau melahirkan bayi lebih dari empat kg, hipertensi, kadar kolesterol HDL kurang dari 35 mg/ dl atau kadar trigliserida lebih dari 250 mg/dl, sindrom ovarium polikistis,


(20)

dan adanya riwayat penyakit pembuluh darah (Powers, 2010).

Faktor risiko memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko ini berhubungan dengan lingkungan, proses metabolisme dan genetik (Thejaswini, et al., 2012). Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko dua sampai empat kali lebih besar untuk menderita DM dibanding yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM (Baptiste-Roberts, et al., 2007).

Dalam pencegahan DM tipe 2, sebisa mungkin faktor risiko harus diminimalkan pada seseorang. Minimalisasi ini dapat dilakukan dengan cara mengendalikan faktor risiko yang bisa dimodifikasi melalui gaya hidup yang sehat. Pengendalian tersebut seperti mengontrol berat badan dan rutin berolahraga. Pengendalian ini akan dilakukan jika seseorang memiliki kesadaran tentang DM tipe 2 (Wee, 2002).

Salah satu penelitian potong lintang pada ras Afrika dan Amerika oleh Baptiste-Roberts, et al. menunjukkan bahwa riwayat keluarga menderita DM berhubungan dengan tingkat kesadaran terhadap faktor risiko DM. Kesadaran itu ditunjukkan dengan perilaku rutin mengonsumsi buah-buahan dan sayur lebih banyak setiap hari, serta rutin melakukan skrining penyakit DM (Baptiste-Roberts, et al., 2007). Pada penelitian lain di Pakistan oleh Osman, et al. ditemukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap DM masih sangat rendah. Namun, pada masyarakat yang memiliki riwayat keluarga menderita DM tingkat kesadarannya terhadap DM lebih tinggi dengan persentasi sebesar 65% . Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM kesadarannya hanya sebesar 32% dengan p < 0.001 (Ulvi, et al., 2009). Tetapi, penelitian oleh Ayiesah et al. (2010) memiliki riwayat keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran tentang DM tipe 2.

Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, peneliti belum banyak menemukan hasil penelitian tentang hubungan adanya faktor risiko memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dengan kesadaran tentang DM tipe 2. Selain itu, pada penelitian-penelitian sebelumnya masih ditemukan hasil yang berbeda untuk hubungan tersebut. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan


(21)

   

penelitian ini agar dapat mengetahui apakah memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 berpengaruh terhadap tingkat kesadaran orang tersebut tentang DM tipe 2.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2 pada masyarakat di Kelurahan Tembung pada tahun 2013?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2 pada masyarakat di Kelurahan Tembung pada tahun 2013.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui kesadaran masyarakat Kelurahan Tembung tentang penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan tingkat ekonomi.

2. Mengetahui kesadaran masyarakat Kelurahan Tembung tentang penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan tingkat pendidikan.

3. Mengetahui kesadaran masyarakat Kelurahan Tembung tentang penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan usia.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Subjek Penelitian

1. Pengetahuan atau informasi tentang hubungan memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan peningkatan risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar upaya pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2.


(22)

1.4.2. Bagi Lembaga Kesehatan Setempat

1. Sebagai bahan evaluasi terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan.

2. Menambah dasar ilmiah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat tentang Diabetes Mellitus tipe 2, sehingga berguna sebagai dasar upaya pencegahan terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 pada masyarakat yang memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

1.4.3. Bagi Peneliti

1. Kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dalam bentuk melakukan penelitian secara mandiri.

2. Memenuhi tugas mata kuliah Community Research Program sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(23)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

2.1.1. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Hiperglikemia tersebut berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. (ADA, 2012). World Health

Organization (WHO) merumuskan bahwa DM merupakan suatu kumpulan

problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat sejumlah defisiensi insulin absolut atau relatif serta gangguan fungsi insulin (Purnamasari, 2009).

2.1.2. Klasifikasi dan Etiologi

DM diklasifikasikan berdasarkan patogenesis yang mengakibatkan terjadinya keadaaan hiperglikemia dan klasifikasi ini juga digunakan untuk penatalaksanaan (Powers, 2005). DM secara garis besar dikelompokkan menjadi empat, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain dan DM gestasional.

DM tipe 1 terjadi oleh karena adanya mekanisme autoimun terhadap sel beta pankreas yang mengakibatkan terjadinya destruksi sel tersebut. Proses destruksi ini akhirnya menurunkan produksi insulin hingga bahkan hampir tidak ada insulin yang diproduksi (Powers, 2005). DM tipe 1 sering juga disebut sebagai diabetes bergantung insulin, Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) karena untuk mampu bertahan hidup penderitanya memerlukan insulin (Purnamasari, 2009) . DM tipe 1 merupakan 5-10% dari keseluruhan kasus DM (ADA, 2012).

DM tipe 2 terjadi oleh karena adanya sekelompok campuran kelainan dengan karakteristik resistensi insulin, kegagalan sekresi insulin, dan peningkatan pembentukan glukosa darah. Adanya kelainan genetik dan metabolik pada


(24)

mekanisme kerja insulin atau proses sekresinya menjadi penyebab terjadinya hiperglikemia pada DM tipe 2 (Powers, 2005). DM tipe 2 juga sering disebut sebagai Non Independent insulin Diabetes Mellitus (NIDDM), karena penderita DM tipe 2 tidak bergantung insulin untuk dapat bertahan hidup (Purnamasari, 2009). DM tipe 2 terdiri dari 90-95 % kasus DM (ADA, 2012). Istilah IDDM dan NIDDM sekarang sudah jarang digunakan. Istilah DM tipe 1 dan DM tipe 2 masih lebih sering digunakan walaupun sesungguhnya kedua istilah ini tidak memiliki arti khusus, seperti implikasi etiopatogenik (Purnamasari, 2009).

DM tipe lain memasukkan jenis DM dengan etiologi berikut ini : adanya kelainan genetik spesifik pada proses sekresi atau mekanisme kerja insulin, kelainan metabolik yang mengakibatkan gagalnya sekresi insulin, kelainan mitokondria dan adanya kegagalan toleransi glukosa atau Impaired Glucose

Tolerance (IGT) . Adanya mutasi pada reseptor insulin menyebabkan terjadinya

sekelompok gangguan yang ditandai oleh resistensi insulin berat (Powers, 2010). DM tipe lain merupakan jenis DM yng sering ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang dimana biasanya disebabkan oleh malnutrisi yang bersamaan dengan defisiensi protein ( Suyono, 2009).

DM gestasional adalah DM yang berkembang saat kehamilan. Resistensi insulin berhubungan dengan perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama kehamilan dan adanya peningkatan kebutuhan insulin mungkin menyebabkan terjadinya IGT (Powers, 2010) .

Berdasarkan American Diabetes Association (ADA, 2012), klasifikasi etiologis DM adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Klasifikasi Etiologis DM

I. Diabetes Mellitus tipe 1 ( destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)

A. Melalui proses imunologik B. Idiopatik

II. Diabetes Mellitus tipe 2 ( bervariasi mulai dari predominan resistensi insuln disertai defisiensi insulin relatif sampai predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)

III. Diabetes mellitus tipe lain A. Defek genetik fungsi sel beta


(25)

   

2. Kromosom 7, glukokinase (MODY2) 3. Kromosom 20, HNF-4α (MODY1)

4. Kromosom 13, Insulin Promotor Factor-1 (IPF-1; MODY4) 5. Kromosom 17, HNF 1 (MODY5)

6. Kromosom 2, NeuroD1 (MODY6) 7. DNA mitokondria

8. lainnya

B. Defek genetik kerja insulin : resstensi insulin tipe A,

leprechaunism, sindrom Rabson-Medenhall, diabetes lipoatrofik,

lainnya

C. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasia, fibrosis kistik, hemokromositoma, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya

D. Endokrinopati : akromegali, sindrom Cushing, glukagonoma, feokromositoma, hipertiroidisme, somatostationoma, aldosteronoma, lainnya.

E. Induksi oleh obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxide, agonis adrenergik, tiazid, dilantin, interferon- , lainnya

F. Infeksi : rubella kongenital, Cytomegalovirus, lainnya

G. Imunologi (jarang terjadi) : sindrom Stiff-man, antibodi anti reseptor insulin, lainnya

H. Sindrom genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindom turner, sindrom Wolfram, ataksia Friedreich, kore Huntington, distropi misotonik, porfiria, sindrom Prader-Willi, lainnya

IV. Diabetes mellitus gestasional Sumber : care.diabetesjournals.org

2.1.3. Faktor Risiko

Faktor risiko merupakan faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Istilah mempengaruhi disini memiliki makna menimbulkan risiko lebih besar pada individu untuk terjadinya suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Faktor risiko ini mungkin dalam tahap dugaan, perkiraan atau memang sudah dibuktikan kebenarannya ( Pratiknya, 2011).

Faktor risiko DM tipe 2, dapat dibagi menjadi faktor risko yang dapat dimodifikasi, seperti riwayat keluarga, ras, jenis kelamin, dan usia serta yang tidak dapat dimodifikasi seperti obesitas, glukosa darah yang tinggi, hipertensi, metabolisme lemak yang abnormal, inflamasi dan hiperkoagulasi, kurangnya aktivitas fisik dan merokok.


(26)

2.1.3.1. Riwayat Keluarga Menderita DM tipe 2

Risiko terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali pada individu yang memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 (Bennet, et al., 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfiyah (2010), ditemukan bahwa riwayat keluarga menderita DM tipe 2 memang memiliki hubungan dengan terjadinya DM tipe 2. Individu dengan riwayat salah satu orang tua menderita DM tipe 2 akan meningkat risikonya untuk mengalami DM tipe 2 sebesar 40%, sedangkan jika kedua orang tua menderita DM tipe 2, risiko tersebut akan meningkat menjadi 70%. Menariknya, risiko lebih tinggi jika ibu yang menderita penyakit ini. Selain itu, pada kembar monozigot ditemukan terjadinya DM tipe 2 sebesar 70% sedangkan pada kembar dizigot sebesar 20%-30% (Ahlqvist, 2011).

Seseorang yang menderita suatu penyakit kompleks kemungkinan memiliki beberapa faktor genetik yang mengakibatkannya menderita penyakit tersebut yang juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penyakit-penyakit kompleks ini biasanya sulit dipelajari secara genetis karena memiliki banyak variabel (Taylor, 2006).

Perbedaan besar prevalensi antar kelompok etnis ditemukan dan tampaknya hal ini memang tergantung pada faktor genetik. Di Swedia, imigran dari Timur Tengah memiliki peningkatan risiko sebesar 2-3 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan penduduk asli Swedia. Imigran dari Timur Tengah tersebut juga memiliki bentuk DM tipe 2 yang sedikit berbeda dibanding penduduk asli Swedia berdasarkan onset awal dan konsentrasi C-peptida yang lebih rendah (Cho, 2011). Sebuah penelitian kasus-kontrol tanpa matching oleh Wicaksono (2011) di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi, Semarang, diperoleh hasil bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM mempunyai risiko terkena DM tipe 2 sebesar 42 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM dan secara statistik hasil ini bermakna ( p=0,000) (Wicaksono, 2011).

Integrasi genotif dan ekspresi dapat membantu menemukan gen yang terkait dalam suatu penyakit namun kewaspadaan tetap diperlukan karena ada beberapa peluang untuk terjadi kesalahan serta adanya variasi dalam suatu teknik pemeriksaan.


(27)

   

Banyak hal telah dilakukan di bidang genetika untuk mencoba untuk menemukan asal-usul genetik DM tipe 2.

Pada tahun 1996, sebuah genom yang secara signifikan berhubungan dengan DM tipe 2 ditemukan di kromosom 2q37 dalam data gabungan 330-Meksiko ASP Amerika dari Starr County, Texas. Lokus ini telah ditunjuk pada DM tipe 1. Selanjutnya pada populasi dari Botnia di Western Finland, sejumlah kecil silsilah keluarga yang terpilih dengan tingkat insulin yang tinggi setelah tes toleransi glukosa oral, menunjukkan bukti yang signifikan adanya hubungan DM tipe 2 pada kromosom 12q, dan lokus ini ditunjuk untuk DM tipe 2.

Tak satu pun dari penelitian yang dilaporkan tersebut menunjukkan tingkat signifikansi untuk setiap linkage. Atas dasar itu, tidak ada hubungan jelas yang dapat dibuktikan antara setiap lokus tertentu dengan DM tipe 2. Kaitan pada sejumlah gen telah dilaporkan oleh beberapa penulis, yang mana tidak dapat ditemukan oleh peneliti lain pada populasi yang berbeda. Bahkan ketika sebuah linkage telah ditemukan pada kromosom yang sama oleh lebih dari satu peneliti namun sering berada di tempat yang berbeda pada kromosom tersebut. Hanya pada kromosom 1q21-24 ditemukan adanya hubungan dengan DM tipe 2 meskipun lemah, tetapi telah ditemukan oleh penelitian yang sama pada populasi yang berbeda. Kemungkinan mutasi pada kromosom 1 ini adalah mutasi yang sudah lama terjadi pada manusia. Mutasi pada kromosom 1q ditambah dengan mutasi lain serta perubahan gaya hidup yang cenderung kebarat-baratan berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Taylor, 2006).

2.1.3.2.Obesitas

Obesitas adalah keadaan penyerta yang sangat sering bersamaaan dengan DM tipe 2. Banyak penelitian menunjukkan obesitas merupakan prediktor kuat perkembangan penyakit ini. Pada individu yang tidak mengalami obesitas, insidensinya rendah sekalipun pada masyarakat Pima India yang memiliki risiko DM tipe 2 sangat tinggi. Hubngan antara obesitas dan DM tipe 2 bervariasi dengan berbagai faktor risiko laiinya (Benett, et al., 2005).


(28)

2.1.3.3.Hipertensi

Penelitian oleh Aksu et al. (2006) menemukan hubungan antara hipertensi dan DM yang tidak tergantung pada faktor-faktor risiko lain. Orang dengan hipertensi memiliki prevalensi DM yang lebih tinggi dan mereka mengalami 3,2 kali lebih sering insiden DM ketika dievaluasi dengan faktor-faktor risiko lainnya. Berbagai survei juga menemukan hubungan antara diabetes dan hipertensi. WHO merekomendasikan skrining untuk diabetes pada individu dengan hipertensi.

2.1.3.4.Minimnya Aktivitas Fisik

Banyak penelitian membuktikan kurangnya aktivitas fisik memiliki peran penting dalam terjadinya DM tipe 2. Beberapa penelitian juga menunjukkan bukti untuk hal ini. Aktivitas fisik atau olahraga dapat menurunkan risiko terjadinya DM pada individu yang mengalami kegagalan toleransi glukosa atau Impaired Glucose

Tollerance (IGT) (Benett, et al.,2005). Laporan terbaru ahli bedah tentang aktivitas

fisik dan kesehatan menggarisbawahi peran penting aktivitas fisik dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk melakukan aktifitas fisik yang tidak terlalu berat tiga puluh menit per hari. Dalam konteks diabetes hal ini semakin memperjelas bahwa terjadinya peningkatan kejadian DM tipe 2 disebabkan oleh karena kurangnya aktivitas fisik serta meningkatnya angka obesitas (ADA, 2004).

2.1.3.5.Faktor Risiko Lainnya

Selain yang tealah disebutkan di atas, factor risiko DM tipe 2 adala sebagai berikut.

1. Faktor Sebelumnya diidentifikasi IFG (Impaires Fasting Glucose) atau IGT (Impaired Glucose Tolerance).

2. Riwayat melahirkan bayi >4 kg atau mengalami diabetes gestasional.

3. Tingkat kolesterol HDL <35 mg/dl atau kadar trigliserida >250 mg/dl. 4. Sindrom ovarium pilikistik atau Akantosis nigrikans.


(29)

   

2.1.4. Patogenesis

DM tipe 1 terjadi karena adanya interaksi antara genetik, lingkungan dan faktor imunologi yang mendasari terjadinya destruksi pada sel beta pankreas. Hal ini akhirnya menyebabkan defisiensi insulin. Pada DM tipe 1, hampir semua pasien terbukti mengalami mekanisme autoimun pada pulau langerhans pankreas (powers, 2006). Marker sistem imun pada destruksi sel beta ini terdiri dari autoantibodi sel pulau langerhans, autoantibodi insulin, autoantibodi GAD65 serta autoantibodi tirosin posfatase IA-2 dan IA-2 beta. Satu atau lebih dari autoantibodi tersebut ditemukan pada 85-90% saat kondisi hiperglikemia puasa terdeteksi. DM tipe 1 juga berkaitan erat dengan HLA yang tersambung dengan gen DQA dan DQB . dan juga dipengaruhi oleh gen DRB (ADA, 2012).

Pada DM tipe 1 proses destruksi sel beta bervariasi, dapat timbul cepat (saat anak-anak dan remaja) yang merupakan paling umum terjadi, namun juga dapat terjadi lambat (saat dewasa) (ADA, 2012). Mekanisme autoimun pada DM tipe 1 dapat dipicu oleh adanya infeksi atau stimulus lingkungan lain seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Sel beta dapat mulai berkurang jumlahnya dan sekresi insulin menurun secara progresif meskipun kadar gula darah masih dapat dipertahankan. Hal ini terjadi karena gambaran diabetes tidak akan terlihat sampai sebanyak 80% dari sel beta dihancurkan. Namun, pada saat kebutuhan insulin meningkat (masa puberitas dan infeksi), serta proses destruksi yang terus-menerus berlanjut mengakibatkan jumlah insulin semakin sedikit dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehingga gejala DM akan semakin nyata (Powers, 2006).

DM tipe 2 dapat terjadi oleh berbagai penyebab , walaupun etiologi pastinya belum diketahui (ADA, 2012). Resistensi insulin dan abnormalitas sekresi insulin adalah penyebab umum DM tipe. Meskipun masih diperdebatkan, namun banyak penelitian mendukung bahwa resistensi insulin mendahului terjadinya gangguan sekresi dan gejala DM akan muncul setelah sekresi insulin tersebut tidak adekuat.

Terjadinya DM tipe 2 seperti sebelumnya telah dipaparkan berkaitan kuat dengan masalah genetik, yang sampai saat ini kelainan tersebut belum


(30)

teridentifikasi. Namun dipastikan bahwa penyakit ini poligenik dan multifaktor. Ada beragam masalah genetik yang diduga berperan serta faktor-faktor lingkungan (nutrisi dan aktivitas fisik) yang mendukung munculnya gejala DM tipe 2 (Powers, 2006).

2.1.5. Patofisiologi

DM tipe 2 ditandai oleh adanya kegagalan sekresi insulin, resistensi insulin, peningkatan produksi glukosa oleh hati, dan metabolisme lemak yang abnormal. Obesitas, terutama yang jenis viseral atau sentral sangat sering ditemukan pada DM tipe 2. Pada tahap awal dari gangguan, toleransi glukosa masih mendekati normal, meskipun telah terdapat resistensi insulin. Hal ini terjadi karena sel beta pankreas meningkatkan sekresi insulin yang akhirnya dapat menimbulkan hiperinsulinemia. Namun, resistensi insulin yang terus-menerus terjadi akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan pankreas untuk mempertahankan status hiperinsulinemia ini. Pada saat inilah IGT akhirnya muncul yang ditandai oleh peningkatan glukosa pos prandial. Sekresi insulin yang semakin lama semakin berkurang, dan ditambah lagi oleh adanya peningkatan produksi glukosa oleh hati yang mengakibatkan keadaan hiperglikemia semakin nyata dan pada akhirnya terjadilah kegagalan sel beta pankreas.

2.1.5.1.Resistensi Insulin

Adalah penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target (khususnya otot, hati dan lemak). Hal ini paling menonjol pada gambaran klinis DM tipe 2 yang disebabkan oleh kombinasi dari genetik dan obesitas. Resistensi insulin adalah relatif, tapi karena jumlah insulin yang beredar lebih banyak dari biasanya akhirnya dapat menormalkan kadar glukosa plasma. Namun lama-kelamaan, produksi insulin semakin berkurang dan ditambah adanya resitensi insulin akhirnya mengakibatkan kegagalan penggunaan glukosa oleh jaringan-jaringan yang bergantung insulin serta akan terjadi peningkatan produksi glukosa oleh hati. Hal inilah yang megakibatkan keadaan hiperglikemia. Mekanisme yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin masih belum dapat


(31)

   

dijelaskan. Jumlah reseptor insulin dan dan aktifitas tirosin kinase memang berkurang, tetapi perubahan ini merupakan akibat dari keadaan hiperinsulinemia dan bukan merupakan kelainan awal. Untuk itu, kelainan pada pos reseptor insulin dalam mengatur fosforilasi dan defosforilasi kemungkinan memainkan peranan penting (Powers, 2010).

2.1.5.2.Kegagalan Sekresi Insulin

Sekresi insulin berhubungan dengan sensitifitasnya. Pada DM tipe 2, mulanya sekresi insulin meningkat sebagai respon terhadap resistensi insulin untuk mempertahankan glukosa normal. Pada awalnya, kelain sekresi insulin berada pada tingkat sedang dan secara selektif melibatkan sekresi insulin oleh stimulasi glukosa. Penyebab terjadinya pengurangan dari banyaknya sekresi insulin pada DM tipe 2 masih belum jelas. Diperkirakan bahwa ada kelainan pada gen kedua – resistensi insulin – yang akhirnya mengakibatkan kegagalan sel beta pankreas. Konsisi metabolisme pada pasien DM tipe 2 seperti hiperglikemia (toksisitas glukosa), semakin berefek buruk terhadap pulau langerhans pankreas dan semakin memperparah kondisi hiperglikemia. Massa sel beta pankreas lama kelamaan akan berkurang pada pasien DM tipe 2 jangka panjang. (Powers, 2010).

2.1.5.3.Peningkatan Produksi Glukosa dan Lemak oleh Hati

Pada DM tipe 2, resistensi insulin megakibatkan kegagalan penghambatan proses glukoneogenesis oleh hati, yang mana menghasilkan terjadinya hiperglikemia puasa dan penurunan penyim panan glikogen oleh hati pada saat pos prandial. Peningkatan produksi glukosa terjadi pada awal diabetes, yaitu saat sudah terdapat sekresi insulin yang abnormal dan resistensi insulin pada otot rangka. Sebagai akibat dari resistensi insulin pada jaringan lemak , asam lemak bebas dikeluarkan dari jaringan lemak dan mengakibatkan peningkatan sintesis lemak pada sel-sel hati (Powers, 2010).

2.1.6. Diagnosis


(32)

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti berikut ini.

1. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal,mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita (PERKENI, 2011).

Diagnosis DM menurut ADA (2012) dapat ditegakkan melalui salah satu cara berikut ini.

1. HbA1c ≥6,5%. Tes ini harus dilakukan di laboratorium yang menggunakan metode bersertifikat serta sudah distandarisasi.

2. Glukosa plasma puasa (Fasting Plasma Glucose = FPG) ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/l). Puasa didefinisikan sebagai tidak adanya asupan kalori selama minimal 8 jam.

3. Glukosa plasma 2 jam ≥ 200 mg/dl (11.1mmol/l) selama tes toleransi glukosa oral (TTGO). Tes harus dilakukan seperti yang dijelaskan oleh WHO yaitu menggunakan glukosa dengan beban 75 g dilarutkan dalam air.

4. Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia, plasma acak glukosa ≥200 mg/dl (11,1 mmol/l).

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).

2. GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL (PERKENI, 2011).


(33)

   

2.1.7.1. Komplikasi Akut

Diabetic Ketoacidosis (DKA) dan Hyperglicemic Hyperosmolar State

(HHS) adalah komplikasi akut DM. DKA lebih sering terjadi pada DM tipe 1, namun juga dapat ditemukan pada penderita DM tipe 1 yang tidak memiliki gejala imunologi . HHS lebih sering ditemukan pada DM tipe 2. Kedua kelainan ini berhubungan dengan defisiensi insulin relatif atau absolut, penurunan volume, serta ketidakseimbangan asam-basa.

2.1.7.2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik pada DM mempengaruhi banyak sistem organ dan bertanggung jawab terhadap tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit. Komplikasi kronik dapat dibagi menjadi komplikasi mikrovaskular, makrovaskular dan lainnya. Komplikasi mikrovaskular meliputi retinopati, edema makula, neuropati, dan nefropati. Komplikasi makrovaskular yaitu, penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan penyakit serebrovaskular. Komplikasi lain yang juga dapat disebabkan oleh DM tipe 2 adalah penyakit gastrointestinal (gastroparesis, diare), penyakit genitourinary (uropati, disfungsi seksual), penyakit kulit, infeksi katarak, glukoma, penyakit periodontis (Powers, 2010).

2.1.8. Pencegahan

Menurut PERKENI (2011), pencegahan DM tipe 2 terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

2.1.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer terdiri dari tindakan penyuluhan serta pengelolaan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat terutama yang memiliki risiko tinggi dan mengalami intoleransi glukosa. Materi penyuluhan antara lain sebagai berikut. 1. Program penurunan berat badan

Jika seseorang mempunyai risiko diabetes dan berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko terjadinya DM tipe 2. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan 5-10 % dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2.


(34)

2. Diet sehat

Diet sehat meliputi:

1. Dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko. 2. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.

3. Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan. Mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut.

3. Latihan jasmani

1. Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL.

2. Latihan jasmani yang dianjurkan, yaikerjakan sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70% denyut jantung maksimal), atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobic berat (mencapai denyutjantung>70% maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 x aktivitas/minggu.

4. Menghentikan merokok

Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan kardiovaskular. Meskipun merokok tidak berkaitan secara langsung dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe2.

2.1.8.2. Pencegahan sekunder

Ditujukan pada orang yang sudah positif menderita DM (terutama pasien baru) sebagai upaya penghambatan terjadinya penyulit penyakit. Penyulit penyakit yang paling sering adalah masalah kardiovaskular. Pencegahan dilakukan dengan cara pemberian pengobatan serta deteksi dini terhadap penyulit tersebut.


(35)

   

Peran penyuluhan sangat besar terhadap suksesnya pencegahan di tahap ini karena berpengaruh terhadap kepatuhan pasien kepada program pengobatan.

2.1.8.3. Pencegahan tersier

Ditujukan kepada pasien DM yang sudah menderita penyulit penyakit dalam upaya untuk melakukan penghambatan terhadap terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi dilakukan secepat mungkin untuk mencegah kecatatan tersebut menetap.

2.1.9. Penatalaksanaan DM tipe 2

Penyakit DM tipe 2 adalah penyakit seumur hidup (Yunir dan Soebardi, 2009) . Oleh karena itu, terapi pada penyakit ini tentu dilakukan seumur hidup pula untuk menjaga agar KGD tetap stabil sehingga pasien dapat terhindar dari komplikasi. Penatalaksanaan DM tipe 2 meliputi terapi non farmakologis dan farmakologis.

2.1.9.1. Non Farmakologis

Terapi ini berupa edukasi kepada pasien untuk melakukan perubahan pola hidup. Perubahan tersebut dilakukan dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani. Terapi gizi medis dilksanakan dengan pengaturan pola makan pada pasien dibates yang berdasar pada status gizi serta kebutuhan individual. Latihan jasmani yang dapat dilakukan seperti jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda, dan sepak bola (perkeni 2011, Yunir dan Soebardi, 2009).

2.1.9.2. Farmakologis

Terapi farnakologis dilakukan jika pengendalian glikemia masih gagal setelah dilakukan perubahan pola hidup (Soegondo, 2009). Terapi farmakologis dilakukan dengan dua cara, yaitu obat hioglikemik oral serta suntikan.

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


(36)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi lima golongan, yaitu: pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue), seperti, sulfonilurea dan glinid, peningkat sensitivitas terhadap insulin, seperti metformin dan tiazolidindion, penghambat glukoneogenesis (metformin), penghambat absorpsi glukosa, penghambat glukosidase alfa, dan DPP-IV inhibitor.

2. Suntikan

Suntikan yang diberikan pada pasien diabetes ada dua jenis, yaitu, insulin dan analog inkretin. Keduanya berfungsi untuk menurunkan KGD. Insulin bekerja dengan menekan produksi glukosa hati serta menstimulasi pemanfaatan glukosa. Analog inkretin meningkatkan sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon (PERKENI, 2011).

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang dapat terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu hal. Penginderaan yang paling sering digunakan untuk memperoleh pengetahuan adalah penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan telah terbukti memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku seseorang. Dalam sebuah penelitian telah dibuktikan bahwa sebelum seseorang mengadopsi sebuah perilaku baru, orang tersebut harus melalui beberapa tahapan sebagai berikut.

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dengan pengertian

mengetahui stimulus terlebih dahulu.

2. Interest, artinya orang mulai tertarik terhadap suatu stimulus.

3. Evaluation, artinya seseorang mulai mempertimbangkan stimulus tersebut

apakah bermanfaat bagi dirinya atau tidak.

4. Trial, yatu seseorang sudah mulai melakukan perilaku baru yang dianngapnya

bermanfaat.

5. Adoption, yaitu seeorang sudah berperilaku baru sesuai dengan


(37)

   

Pada penelitian selanjutnya dibuktikan bahwa perubahan perilaku tidaklah harus melalui tahapan seperti itu. Namun, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Misalnya, ibu-ibu yang mengikuti program keluarga berencana (KB) karena diperintahkan oleh pemerintah. Perilaku mereka mengikuti program KB ini tidak akan bertahan lama dan mereka akan berhenti dari program setelah tidak diperintahkan lagi karena tidak didasari oleh pengetahuan tentang manfaat KB.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan sebagai berikut.

1. Tahu (Know).

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat suatu materi yang telah diajarkan sebelumnya. Pada tingkat pengetahuan ini seseorang dapat mengingat kembali (recall) hal-hal spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dan diukur dengan kata kerja seperti menguraikan, menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan utuk dapat menjelaskan dan menginterpretasikan sesuatu yang diketahui secara benar. Kepahaman dapat dinilai dari kemampuannya dalam menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan , dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (application).

Aplikasi adalah kemampuan meggunakan pengetahuan yang dimiliki dari proses belajar pada situasi yang nyata. Aplikasi tersebut diwujudkan seperti dengan cara menggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dan situasi yang lain.

4. Analisis (analysis).


(38)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang mana masih testruktur dalam suatu organisasi dan masih berkaitan satu sama lain. Kemampuan dalam menganalisis dapat diukur dengan penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis).

Sintesis merujuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Hal ini dapat dilakukan dengan pengungkapkan dengan kalimat lain atau mampu menyusun rumus baru dari rumus-rumus yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation).

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi ataupun objek tertentu. Penilaian ini dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan memakai kriteria-kriteria-kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan dapat diukur dengan cara wawancara atau pengisian kuesioner yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang telah dipaparkan (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pengetahuan dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

a. Baik : Hasil presentase 76%-100% b. Cukup : Hasil presentase 56%-75%

c. Kurang : Hasil presentase kurang dari 56% (Wawan A, 2010 dalam Rahadian, 2012).

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut. 1. Pendidikan.


(39)

   

Pendidikan adalah proses bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepda orang lain tentang sesuatu hal sehingga orang lain tersebut dapat memahami hal tertentu. Tidak dapat disangkal lagi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut dalam menerima informasi. Semakin mudah seseorang menerima informasi maka akan semakin mudah pula orang tersebut dalam memahami dan akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Mubarak, 2007).

2. Pengalaman.

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Seseorang yang memiliki pengalaman yang kurang baik tentang suatu hal akan cenderung berusaha melupakan dan sebaliknya jika ia memiliki pengalaman yang menyenangkan maka orang tersebut akan cenderung mengingat hal tersebut (Mubarak, 2007).

3. Intelegensia.

Intelegensia adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir sehingga memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Tingkat intelegensia seseorang mempengaruhi kemampuannya dalam menerima suatu informasi. Orang yang memiliki intelegensia tinggi maka akan lebih mudah menerima informasi (Wawan A, 2010 dalam Rahadian, 2012)

4. Usia.

Usia adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap perubahan aspek fisik dan psikologis seseorang. Perubahan aspek fisik meliputi perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada aspek psikologis, usia berpengaruh terhadap kematangan dan kedewasaan seseorang .

5. Pekerjaan.

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengetahuan dan pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2007).

6. Faktor Lingkungan.


(40)

Faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu dimana berpengaruh terhadap perkembangan dan perilaku seseorang. Faktor lingkungan dapat berkaitan dengan keadaan di sekitar daerah tempat tinggalnya (Wawan A, 2010 dalam Rahadian 2012). Tempat tinggal merupakan tempat menetap sehari-hari. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut (Notoatmodjo, 2003 dalam Rahadian 2012)

7. Tingkat ekonomi.

Tingkat ekonomi akan mempengaruhi tingkah laku. Individu dengan status tingkat ekonomi yang baik umumnya memiliki sikap yang lebih positif terhadap kesehatan daripada individu yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Faktor ekonomi berhubungan dengan kesempatan untuk mendapatkan informasi (Wawan A, 2010 dan Kosnodiharjo, 1988 dalam Rahadian 2012). Beberapa cara yang dapat digunakan dalam menghitung tingkat ekonomi, salah satunya dengan menggunakan model tingkat konsumsi, model kesejahteraan keluarga, upah minimum kabupaten/ kota (UMK) dan sebagainya (Cahyat, 2004 dalam Rahadian, 2012).

8. Media massa.

Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan penyuluhan kesehatan dapat memberikan informasi yang dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan pengetahuan. Semakin banyak informasi mengenai suatu penyakit maka pengetahuannya mengenai penyakit tersebut pun akan meningkat (Wawan A, 2007 dan Notoadmojo, 2010 dalam Rahadian, 2012) .

2.3 Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita DM tipe 2 dengan Kesadaran tentang DM tipe 2

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, pengetahuan merupakan faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku seseorang. Tahapan yang paling dasar ketika seseorang dalam memperoleh pengetahuan adalah kesadaran


(41)

   

suatu hal (Notoatmojo, 2007). Kesadaran tentang DM tipe 2 merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap individu mengingat perilaku pencegahan terhadap penyakit ini akan dilakukan jika individu tersebut memiliki pengetahuan yang cukup tentang DM tipe 2 (Wee, 2002).

Kesadaran seseorang tentang suatu penyakit kronik seperti diabetes akan meningkat satu level jika ada keluarga yang menderita penyakit tersebut (Al-sarayra, 2012). Hal ini terjadi oleh karena berkembangnya rasa kerentanan akan menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh keluarganya, serta terdapat persepsi bahwa penyakit tersebut akan diwarisi olehnya. Persepsi ini akan cenderung meningkat karena individu yang memiliki keluarga dengan penyakit tersebut menyaksikan sendiri penderitaan yang dialami oleh keluarganya yang sedang sakit (Walter, 2004).

Beberapa penelitian tentang tingkat kesadaran akan penyakit DM menunjukkan bahwa kesadaran tentang DM lebih tinggi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga menderita DM. Pada penelitian oleh Al-sarayra et al. (2012) ditemukan bahwa dari seluruh responden pada penelitian tersebut yang memiliki riwayat keluarga DM, 65% sadar akan DM. Pada penelitian lain oleh Osman et al didapati adanya hubungan memiliki riwayat keluarga menderita DM dengan kesadaran tentang DM. Pada penelitian tersebut, dari 98 responden yang memiliki riwayat keluarga menderita DM, 65% diantaranya sadar tentang DM, sedangkan dari 202 responden yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM, yang sadar akan DM hanya sebesar 32% dengan p < 0.001.

Hubungan adanya riwayat keluarga dengan kesadaran tentang DM juga dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh McManus et al. (2006) dimana pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa responden yang memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih sering melakukan pemeriksaan gula darah ke dokter dibanding responden yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Al-Shafaee, et al. (2008) yang melaporkan bahwa tingginya pengetahuan tentang DM berhubungan dengan tingkat ekonomi, pendidikan serta adanya riwayat keluarga menderita DM pada responden. Namun, pada penelitian Ayiesah, et al. (2010) di Malaysia, ditemukan hasil yang berbeda


(42)

dimana dilaporkan bahwa memiliki riwayat keluarga menderita DM, jenis kelamin dan ras pada responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kesadaran tentang DM (p > 0,05).


(43)

26

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Variabel Luar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur Riwayat

keluarga menderita DM tipe 2

Riwayat responden memiliki keluarga keturunan yaitu: kakek, nenek, ayah, ibu dan saudara kandung menderita DM tipe 2 yang diagnosisnya dite-gakkan oleh dokter baik yang masih hidup ataupun sudah meninggal. Kue-sioner Pengi-sian kuesi-oner oleh res-ponden

Ada/Tidak ada riwayat keluarga menderita DM tipe 2 Nominal Tingkat Pendidikan Tingkat Ekonomi Usia

Ada Riwayat Keluarga Menderita Diabetes

Mellitus Tipe 2

Tidak Ada Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Sadar Tentang Diabetes Mellitus

Tidak Sadar Tentang Diabetes Mellitus

Sadar Tentang Diabetes Mellitus

Tidak Sadar Tentang Diabetes Mellitus


(44)

3.3.Hipotesis

1. H0 : Tidak ada hubungan memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2.

2. H1: Ada hubungan memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2.

Kesadaran tentang DM tipe 2

Tingkat pengetahuan responden tentang penyakit DM tipe 2

Kue-sioner Pengi-sian kuesi-oner oleh res-ponden 1.Sadar:Tingkat

pengetahuan cukup sampai baik (persentase jawaban benar pada kuesioner ≥ 56%)

2.Tidak sadar: Tingkat pengetahuan kurang (persentase jawaban benar pada kuesioner < 56%).

Nominal

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti responden Kue-sioner Pengi-sian kuesi-oner oleh res-ponden 1. SD 2. SMP 3. SMA

4. Perguruan Tinggi

Ordinal

Tingkat Ekonomi

Jumlah pendapatan kepala keluargayang diperoleh dalam satu bulan Kue-sioner Pengi-sian kuesi-oner oleh res-ponden

Tingkat ekonomi dihitung dari pendapatan kepala keluarga :

1.Tinggi (di atas Upah Minimal Regional Sumatera Utara) : >Rp 1.650.000,00 2.Rendah (di bawah Upah Minimal Regional Sumatera Utara) :

< Rp 1.650.000,00

Nominal

Usia Umur individu mulai saat dilahirkan hingga saat berulang tahun. Kue-sioner Pengi-sian kuesi-oner oleh res-ponden

1. ≤20 2.21-30 3.31-40


(45)

28

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional (potong lintang) dan akan dianalisa secara analitik, yaitu untuk mencari hubungan memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kota Medan pada bulan Juli sampai September tahun 2013. Lokasi ini dipilih karena merupakan wilayah yang dapat dijangkau oleh peneliti serta pada saat dilakukan survei awal ditemukan banyak individu yang memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Melllitus tipe 2. Selain itu, berdasarkan informasi dari pihak kelurahan, di kelurahan tersebut belum pernah dilakukan penelitian terkait dengan kesadaran masayarakat tentang Diabetes Mellitus tipe 2.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kota Medan yang berusia >18 tahun.

4.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan.


(46)

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kriteria Inklusi

a. Usia 18 sampai 40 tahun.

b. Telah tinggal di wilayah tersebut >6 bulan. 2. Kriteria Eksklusi

a. Menderita DM tipe 2. b. Tidak mampu membaca.

c. Tidak menyetujui informed concent.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode cluster

sampling, yaitu penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam

populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah (Sastroasmoro, 2002). Lokasi pada pelitian ini, yaitu Kelurahan Tembung terdiri dari beberapa lingkungan, lingkungan I, II, III, IV,V dan VI. Peneliti memilih secara acak tiga lingkungan, yang terpilih adalah lingkungan II, III, dan V. Dari ketiga lingkungan tersebut, peneliti mengambil sampel secara acak lagi sebanyak 33-34 kepala keluarga. Di setiap rumah dari kepala keluarga yang terpilih peneliti hanya mengambil satu orang responden penelitian. Besar sampel minimum yang diperlukan dihitung dengan rumus :

(Zα Po.Qo + Z Pa.Qa )2

n =

(Pa – Po) 2 Keterangan :

n = besar sampel minimum

Po = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (dari pustaka): 0,65 (Ulvi, et al., 2009)

Pa = proporsi berdasarkan clinical judgment : 0,5 Qo = (1-Po) : 0,5

Qa = (1-Pa) : 0,35


(47)

   

Zα = deviat baku normal untuk α:1,6

= power penelitian (ditetapkan oleh peneliti) : 0,02 (Power=80%) Z = deviat baku normal untuk : 0,842 (Sastroasmoro, 2002).

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

[Zα Po Qo + Z Pa Qa ]2

n =

[Pa – Po]2

[1,96 0,65. 0,35 + 0,842 0,5. 0,5 ]2 n =

[ 0,5-0,65]2 = 81,4

Dari hasil penghitungan perkiraan besar sampel di atas maka maka besar sampel minimal yang diperlukan adalah 81,4 dibulatkan menjadi 81 orang. Pada penelitian ini saya mengambil sampel sebanyak 100 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang langsung diterima dari setiap sampel penelitian, meliputi ada atau tidaknya memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2. Data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pengisian kuesioner yang diisi oleh responden penelitian.

Adapun isi dari kuesioner tersebut adalah sejumlah pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan tentang data demografik responden serta pertanyaan tentang Diabetes Mellitus tipe 2 mulai dari pengetahuan umum, faktor risiko, gejala klinis, komplikasi, pencegahan serta penatalaksanaan. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang berupa pernyataan dan responden diminta untuk memilih apakah pernyataan tersebut benar atau salah.


(48)

Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum penelitian dilakukan. Uji validitas dilakukan dengan cara uji validitas isi (content) dan uji validitas konstrak (construct). Uji validitas isi dilakukan oleh ahli, yaitu yang kompeten pada bidang DM tipe 2 untuk menilai kecocokan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tersebut untuk digunakan mengukur pengetahuan tentang DM tipe 2. Terdapat 38 pernyataan yang lulus validasi isi oleh ahli.

Uji validitas konstrak dilakukan dengan menggunakan program Statistic

Package for Social Sciences (SPSS) setelah sebelumnya kuesioner disebar kepada

dua puluh responden yang sama karakteristiknya dengan populasi pada penelitian ini dan dipilih secara acak diluar populasi penelitian. Setiap butir pertanyaan yang dinyatakan valid digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang Diabetes Mellitus tipe 2. Setelah dilakukan validasi isi ternyata dari 38 pertanyaan hanya 22 yang valid dan akhirnya digunakan sebagai alat ukur untuk menilai pengetahuan tentang DM tipe 2 pada penelitian ini.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS, yaitu

alpha cronbach. Kuesioner ini ternyata reliabel karena nilai alpha cronbach yang


(49)

   

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

4.5. Metode Analisis Data

Data yang terkumpul dari kuesioner ditabulasi untuk diolah lebih lanjut dengan menggunakan program SPSS 17.

Data dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk table 2x2 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Penyajian Hasil Pengumpulan Data

Sadar Tidak Sadar Memiliki Riwayat a b keluarga menderita DM tipe 2

Tidak Memiliki Riwayat c d keluarga menderita DM tipe 2

Nomor Pertanyaan

Total Pearson correlation

Status Alpha Status

1 0,776 Valid 0,903 Reliabel

2 0,640 Valid Reliabel

3 0,701 Valid Reliabel

4 0,817 Valid Reliabel

5 0,789 Valid Reliabel

6 0,701 Valid Reliabel

7 0,640 Valid Reliabel

8 0,457 Valid Reliabel

9 0,457 Valid Reliabel

10 0,605 Valid Reliabel

11 0,640 Valid Reliabel

12 0,789 Valid Reliabel

13 0,583 Valid Reliabel

14 0,704 Valid Reliabel

15 0,503 Valid Reliabel

16 0,503 Valid Reliabel

17 0,817 Valid Reliabel

18 0,789 Valid Reliabel

19 0,701 Valid Reliabel

20 0,525 Valid Reliabel

21 0,568 Valid Reliabel

22 0,611 Valid Reliabel


(50)

Rasio prevalens (RP) dihitung dengan menggunakan rumus berikut : RP = a/(a+b) : c/(c+d)

a/ (a+b) = proporsi keluarga pasien yang memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dan memiliki kesadaran terhadap penyakit DM tipe 2

c/(c+d) = proporsi keluarga pasien yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 tetapi memiliki kesadaran terhadap penyakit DM tipe 2 Interpretasi Hasil :

1. Bila nilai RP = 1 berarti memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 tidak ada pengaruhnya terhadap kesadaran tentang penyakit DM tipe 2. 2. Bila nilai RP > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,

berarti memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 ada pengaruhnya terhadap kesadaran tentang penyakit DM tipe 2.

3. Bila nilai RP < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 justru menurunkan kesadaran tentang penyakit DM tipe 2.

4. Bila nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut mungkin nilai prevalensnya =1, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 merupakan faktor yang meningkatkan atau menurunkan kesada ran tentang DM tipe 2 (Sastroasmoro, 2002).

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan (α) sebesar 5% untuk melihat ada atau tidak hubungan memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dengan tingkat kesadaran mencegah DM tipe 2. Uji Chi Square dipilih karena variabel indpenden dan dependen bersifat kategorial. Hubungan tersebut akan dinilai bermakna secara statistik apabila nilai p < 0,05 (Sastoasmoro, 2002).


(51)

34

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Tembung adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kelurahan Tembung memiliki jumlah penduduk sebanyak ±13.700 jiwa dengan sebaran tingkat ekonomi, profesi, dan usia yang bervariasi. Kelurahan Tembung memiliki enam lingkungan yaitu lingkungan I, II, III, IV, V dan VI yang masing-masing terdiri dari kurang lebih tiga ratus kepala keluarga. Sarana kesehatan yang dimiliki adalah satu puskesmas, enam posyandu, delapan praktik dokter, dan lima rumah bersalin. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, responden yang diambil sebanyak 100 orang. Karakteristik responden yang diamati meliputi : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan pekerjaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden

Karaktristik N %

Jenis Kelamin

Laki-laki 30 30

Perempuan 70 70

Usia (tahun)

≤20 15 15

21-30 41 41

31-40 44 44


(52)

Karaktristik N % Tingkat

Pendidikan

SD 6 6

SMP 17 17

SMA 36 36

PT 41 41

Tingkat Ekonomi

Rendah 40 40

Tinggi 60 60

Pekerjaan

Buruh 5 5

PNS 7 7

Wiraswasta 27 27

Mahasiswa 20 20

IRT 25 25

Pengangguran 16 16

Dari tabel 5.1. diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 70 orang (70%) Kelompok usia responden yang terbanyak adalah 31-40 tahun sebanyak 44 orang (44%), Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat bahwa pendidikan terakhir responden paling banyak adalah PT yaitu sebanyak 41 orang (41%). Untuk tingkat ekonomi, responden yang paling banyak dengan tingkat ekonomi tinggi yaitu sebanyak 60 orang (60%). Berdasarkan jenis pekerjaan, responden yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 27 orang (27%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Diabetes Mellitus tipe 2 Data lengkap distribusi jawaban responden pada kuesioner pengetahuan tentang Diabetes Mellitus tipe 2 dapat dilihat pada tabel berikut :


(53)

   

Tabel 5.2. Distribusi Jawaban Responden tentang Diabetes Mellitus tipe 2

No Pernyataan

Jawaban Responden Benar

n (%)

Salah n (%) Definisi dan Pengetahuan Umum (x=60,25%)

1 Penyakit DM tipe 2 sering juga disebut dengan sakit gula.

97(97) 3(3) 2 Seseorang dikatakan menderita DM tipe 2 jika

gula darah saat tidak berpuasa >126 mg/dl

26(26) 74(74) 3 DM tipe 2 dapat dialami sejak anak-anak. 43(43) 57(57) 4 Penyakit DM tipe 2 dapat diobati sampai

sembuh.

36(36) 64(64) 5 Penyakit DM tipe 2 adalah penyakit menular. 69(69) 31(31) 6 Terjadinya kenaikan gula darah pada penderita

DM tipe 2 disebabkan oleh menurunnya hormon insulin di darah.

65(65) 35(35)

Faktor Risiko ( x= 70,25%)

7 Kegemukan adalah salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya penyakit DM tipe 2

79(79) 21(21) 8 Keturunan atau yang memiliki hubungan darah

dengan penderita DM tipe 2 risikonya untuk menderita penyakit DM Tipe 2 lebih besar.

82(82) 18(18)

9 Sering memakan makanan tinggi gula membuat seseorang lebih berisiko menderita DM tipe 2.

85(85) 15(15) 10 Pernah melahirkan bayi lebih dari 4 kg berisiko

menderita DM tipe 2.

35 (35) 65(65)

Gejala Klinis (x=60,75%)

11 Rasa haus yang berlebihan sering dialami oleh penderita DM tipe 2.

74(74) 26(26) 12 Orang yang sedang menderita DM tipe 2 sering

merasa lapar .

63(63) 37(37) 13 Penderita DM tipe 2 menjadi jarang buang air

kecil.

47(47) 53(53) 14 Penderita DM tipe 2 mengalami penambahan

berat badan.

59(59) 41(41)

Komplikasi (61,67%)

15 Infeksi pada kaki (luka tidak cepat sembuh) dapat disebabkan oleh penyakit DM tipe 2.

85(85) 15(15) 16 Penyakit DM tipe 2 tidak berhubungan dengan

penyakit jantung.

49(49) 51(51) 17 Penyakit Diabetes mellitus tipe 2 dapat

menyebabkan gagal ginjal.

51(51) 49(49)

Pencegahan (x=74%)

18 Berolah raga ringan selama 30-45 menit 3-4 kali 89(89) 11(11)


(54)

No Pernyataan

Jawaban Responden Benar

n (%)

Salah n (%)

seminggu dapat mencegah penyakit DM tipe 2. 19 Makanan yang tinggi vitamin dan kolesterol

harus sering dimakan agar terhindar dari penyakit DMtipe 2

49(49) 51(51)

20 Untuk mencegah DM tipe 2 diperlukan pemeriksaan kadar gula darah oleh tenaga kesehatan secara berkala dan teratur.

84(84) 16(16)

Penatalaksanaan (x=36,5%)

21 Penderita DM tipe 2 membutuhkan asupan karbohidrat yang lebih banyak dibanding ketika ia masih sehat.

50(50) 50(50)

22 Penderita DM tipe 2 sudah membutuhkan suntikan insulin jika kadar gula darahnya 126 mg/dl.

23(23) 77(77)

x = Rata-rata pengetahuan

Pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa rata-rata pengetahuan responden tentang DM tipe 2 yang paling tinggi adalah pada pencegahan DM tipe 2, yaitu sebanyak 70,25%. Sementara rata-rata pengetahuan yang paling rendah adalah tentang penatalaksanaan yaitu hanya sebanyak 36,5% .

Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner, tingkat pengetahuan responden tentang Diabetes Mellitus tipe 2 dapat dibagi dalam tiga tingkatan. Jumlah responden dalam tiap tingkatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang DM tipe 2

Pengetahuan tentang DM tipe 2

n %

Baik 17 17 Sedang 39 44 Kurang 44 39


(55)

   

Pada tabel 5.7. terlihat bahwa responden paling banyak berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 44 orang (44%).

5.1.3.2. Kesadaran Responden tentang Diabetes Mellitus tipe 2

Berdasarkan tingkat pengetahuannya, responden kemudian dikategorikan pada kelompok yang sadar atau tidak sadar tentang Diabetes Mellitus tipe 2. Jumlah responden pada masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4. Kesadaran Responden Tentang DM tipe 2

Kesadaran tentang DM tipe 2

n %

Sadar 56 56

Tidak Sadar 44 44

Jumlah 100 100

Pada tabel 5.4. terlihat bahwa responden yang memiliki kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2 sebanyak 56 orang (56%), dan yang tidak sadar sebanyak 44 orang (44%) .

5.1.3.3 Prevalensi Responden yang Memiliki Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus tipe 2

Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan yang tidak memiliki riwayat tersebut.


(1)

(2)

LEMBAR PENJELASAN Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Chairunnisa Fitri M, saat ini sedang menjalani program pendidikan Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya melakukan penelitian berjudul “ Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2 pada Masyarakat di Kelurahan Tembung Tahun 2013”.

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita di dunia. Indonesia adalah negara ke-4 tertinggi jumlah penderita Diabetes mellitus. Di Medan angka kejadian penyakit ini juga tercatat tinggi. Untuk itu, penyakit ini harus dicegah sedini mungkin agar masyarakat dapat terhindar dari berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan penyakit ini terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama kesehatan. Pencegahan tersebut akan dilakukan jika seseorang memiliki kesadaran tentang penyakit Diabetes mellitus tipe 2.

Pada penelitian ini saya memohon kepada Anda agar mau mengisi kuesioner yang akan saya berikan. Saya akan mengukur kesadaran Anda tentang Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan jawaban yang Anda isi pada kuesioner tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian sosial, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada Anda. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan apapun. Hasil pemeriksaan dan jawaban tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain dan akan tetap saya rahasiakan.

Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka Anda dapat menghubungi saya, Chairunnisa Fitri M (085276004357).

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, ………..2013

Hormat Saya,


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian:

Hubungan Memiliki Riwayat Keluarga Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kesadaran tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Masyarakat di Kelurahan Tembung Tahun 2013

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ………

Umur : ………

Alamat : ………

menyatakan bersedia / tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini, pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, ………2013

Peneliti Yang membuat Pernyataan

(Chairunnisa Fitri M) (………)


(4)

No….. K / D

KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG

DIABETES MELLITUS TIPE 2

Nama : Umur : Alamat :

1. Pendidikan terakhir (pilih salah 1)

( ) Tidak sekolah ( ) SMP ( ) Perguruan tinggi ( ) SD ( ) SMA

2. Pekerjaan (pilih salah 1) ( ) PNS ( ) Buruh

( ) Wiraswasta ( ) lainnya, sebutkan…… 3. Usia (pilih salah 1)

( ) Kurang dari 20 tahun ( ) 21-30 tahun

( ) 31-40 tahun

4. Pendapatan per bulan (pilih salah 1) ( ) Kurang dari Rp 1.650.000,00 ( ) Lebih dari Rp 1.650.000,00


(5)

5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/ memiliki riwayat keluarga/keturunan menderita Diabetes Mellitus tipe 2 (kencing manis/ sakit gula) ( ) Ya

( ) Tidak

Jika Ya, siapa? (boleh pilih lebih dari 1) ( ) Kakek ( ) Nenek

( ) Ayah ( ) Ibu ( ) Kakak ( ) Adik Lainnya…….

A. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2

Pilihlah jawaban “Benar” atau “Salah” berdasarkan pernyataan di bawah ini!

No Pernyataan Benar Salah

1. Penyakit Diabetes Melllitus tipe 2 sering juga disebut dengan sakit gula .

2. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus tipe 2 jika gula darah saat tidak berpuasa lebih dari 126 mg/dl.

3. Diabetes Mellitus tipe 2 dapat dialami sejak

anak-anak.

4. Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dapat diobati sampai sembuh.

5. Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit menular.

6. Terjadinnya kenaikan gula darah pada

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan oleh menurunnya hormon insulin di darah. 7. Kegemukan adalah salah satu faktor yang

menimbulkan terjadinya penyakit Diabetes mellitus tipe 2

8. Keturunan atau yang memiliki hubungan darah dengan penderita Diabetes Mellitus tipe 2


(6)

mellitus Tipe 2 lebih besar.

9. Sering memakan makanan tinggi gula membuat seseorang lebih berisiko menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

10. Pernah melahirkan bayi lebih dari 4 kg berisiko menderita Diabetes mellitus tipe 2. 11. Rasa haus yang berlebihan sering dialami oleh

penderita Diabetes Mellitus tipe 2. 12. Orang yang sedang menderita Diabetes

Mellitus tipe 2 sering merasa lapar . 13. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 menjadi

jarang buang air kecil.

14. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 mengalami penambahan berat badan.

15. Infeksi pada kaki (luka tidak cepat sembuh) dapat disebabkan oleh penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.

16. Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 tidak berhubungan dengan penyakit jantung 17. Penyakit Diabetes mellitus tipe 2 dapat

menyebabkan gagal ginjal.

18. Berolah raga ringan selama 30-45 menit 3-4 kali seminggu dapat mencegah penyakit Diabetes mellitus tipe 2.

19. Makanan yang tinggi vitamin dan kolesterol harus sering dimakan agar terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus tipe 2

20. Untuk mencegah Diabetes mellitus tipe 2 diperlukan pemeriksaan kadar gula darah oleh tenaga kesehatan secara berkala dan teratur. 21. Penderita Diabetes mellitus tipe 2

membutuhkan asupan karbohidrat yang lebih banyak dibanding ketika ia masih sehat. 22. Penderita Diabetes mellitus tipe 2 sudah

membutuhkan suntikan insulin jika kadar gula darahnya 126 mg/dl.

TERIMA KASIH!!! 