27
Tabel 3.1 Penyebaran Sampel di Setiap Desa
NO Desa
Jumlah Rumah tangga
Jumlah Sampel
1 Rura Julu Toruan
12 0,211
2 Rura Julu Dolok
10 0,176
3 Simanungkalit
508 8,933
4 Hutauruk
829 14,58
5 Situmeang Habinsaran
639 11,24
6 Situmeang Hasundutan
367 6,43
7 Lobu Singkam
604 10,62
8 Pagar batu
836 14,7
9 Sipahutar
415 7,297
10 Hutaraja
399 7,016
11 Tapian Nauli
185 3,253
12 Hutaraja Hasundutan
292 5,134
13 Hutaraja Simanungkalit
202 3,552
14 Hutauruk Hasundutan
289 5,082
Jumlah 5.587
98,24 Sumber: Badan Pusat Statistik 2013
3.7. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah data primer, dimana data ini diperoleh melalui penelitian langsung melalui kuesioner yang
diberikan kepada objek penelitian yakni masyarakat Kecamatan Sipoholon. Adapun data sekunder yang saya gunakan dalam kajian penelitian ialah saya
peroleh melalui instansi resmi yang dipublikasikan. Adapun instansi tersebut adalah BPS Badan Pusat Statistik dan Kecamatan Sipoholon Kabupaten
Tapanuli Utara. 3.8.
Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui;
1. Kuesioner
Merupakan daftar pertanyaan yang penulis ajukan, terkait dengan penelitian.
28
2. Wawancara
Merupakan teknik pengambilan informasi dan data dengan mengajukan pertanyaan dengan wawancara langsung antara penulis dengan responden.
Dan hasil informasi yang diperoleh, diterima langsung oleh peneliti. 3.
Instansi dan Lembaga Terkait Data yang diperoleh melalui dokumen instansi- instansi atau kelembagaan
yang menyajikan data seperti yang diperlukan dalam kajian penelitian ini. Adapun instansi yang turut membantu dalam penyediaan data penelitian ini
adalah Badan Pusat Statistik BPS.
3.9. Teknik Analisis
Analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama adalah menggunakan metode Koefisien Gini Gini Ratio, untuk menghitung
tingkat ketimpangan pendapatan. Rumus angka Gini Ratio Indeks Gini adalah sebagai berikut:
k
Pi Qi + Qi – 1
G = 1 -
∑
i-1
10.000
Keterangan: G
= Gini Ratio Pi
= Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i Qi
= Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i Qi - 1
= Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i - 1 k
= Banyaknya kelas pendapatan
Ide dasar perhitungan koefisien Gini sebenarnya berasal dari upaya pengukuran luas suatu kurva yang menggambarkan distribusi pendapatan
29
untuk seluruh kelompok pendapatan. Kurva tersebut dinamakan kurva Lorenz yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi
dari suatu variable tertentu misalnya pendapatan dengan distribusi uniform seragam yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Guna membentuk
koefisien Gini, grafik persentase kumulatif penduduk dari termiskin hingga terkaya digambar pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran
pendapatan digambar pada sumbu vertikal Gambar 3.1.
D
B C
Sumber: Todaro dan Smith 2006
Gambar 3.1 Kurva Lorenz
Pada Gambar 3.1, besarnya ketimpangan digambarkan sebagai daerah yang diarsir. Sedangkan Koefisien Gini atau Gini Ratio adalah rasio
perbandingan antara luas bidang A yang diarsir tersebut dengan luas segitiga BCD. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa bila pendapatan
didistribusikan secara merata dengan sempurna, maka semua titik akan terletak pada garis diagonal. Artinya, daerah yang diarsir akan bernilai nol
30
karena daerah tersebut sama dengan garis diagonalnya. Dengan demikian angka koefisiennya sama dengan nol. Sebaliknya, bila hanya satu pihak saja
yang menerima seluruh pendapatan, maka luas daerah yang diarsir akan sama dengan luas segitiga, sehingga Koefisien Gini bernilai satu. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa suatu distribusi pendapatan dikatakan makin merata bila nilai Koefisien Gini mendekati nol 0, sedangkan makin tidak
merata suatu distribusi pendapatan maka nilai Koefisien Gini-nya makin mendekati satu. Adapun kriteria klasifikasi penggunaan indeks Gini Gini Ratio
menurut H.T. Oshima dalam Suseno 1990 adalah sebagai berikut: a.
Bila koefisien Gini lebih kecil dari 0,30 : Ketimpangan rendah ringan b.
Bila koefisien Gini berkisar antara 0,31 – 0,40 : Ketimpangan sedang c.
Bila koefisien Gini lebih besar dari 0,40 : Ketimpangan tinggi Untuk menjawab rumusan masalah kedua adalah dengan menggunakan
indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2005. Adapun indikatornya yaitu:
31
Tabel 3.2 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan
Badan Pusat Statistik Tahun 2005 No.
Indikator Kesejahteraan
Kriteria Skor
1 Pendapatan
Tinggi Rp 10.000.000 3
Sedang Rp 5.000.000 - Rp 10.000.000
2 Rendah Rp 5.000.000
1 2
Konsumsi atau pengeluaran rumah
tangga Tinggi Rp 5.000.000
3 Sedang Rp 1.000.001 - Rp
5.000.000 2
Rendah Rp 1.000.000 1
3 Keadaan tempat tinggal
Permanen 11-15 3
Semi permanen 6 -10 2
Non permanen 1 - 5 1
4 Fasilitas tempat tinggal
Lengkap 34 - 44 3
Cukup 23 - 33 2
Kurang 12 - 22 1
5 Kesehatan anggota
keluarga Bagus 25
3 Cukup 25 - 50
2 Kurang 50
1 6
Kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan Mudah 16 - 20
3 Cukup 11 - 15
2 Sulit 6 - 10
1 7
Kemudahan memasukkan anak
kejenjang pendidikan Mudah 7 - 9
3 Cukup 5 - 6
2 Sulit 3 - 4
1 8
Kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi Mudah 7 - 9
3 Cukup 5 - 6
2 Sulit 3 - 4
1
Sumber: BPS 2005
Kriteria untuk masing-masing klasifikasi sebagai berikut: Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24
Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14-19 Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13
32
BAB IV PEMBAHASAN