Pengertian Jinayah dan Jarimah

BAB III PIDANA DAN TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Jinayah dan Jarimah

Dalam kaidah hukum Islam, pengertian pidana termuat dalam Fiqh Jinayah . Di dalamnya terhimpun pembahasan semua jenis pelanggaran atau kejahatan manusia berbagai sasaran yang menyangkut badan, jiwa, harta benda, kehormatan, nama baik, Negara, tatanan hidup dan lingkungan hudup. Di sinilah letaknya agama Islam sangat menghomati dan mengakui keberadaan manusia dengan menimbang segala kelebihan maupun kekurangannya. Dalam mempelajari fiqh jinayah, ada istilah penting yang terlebih dulu harus dipahami sebelum menggali materi selanjutnya. Pertama adalah jinayah dan kedua mengenai jarimah. Kedua istilah ini secara etimologis mempunyai arti dan arah yang sama. Selain itu, istilah yang satu menjadi murodif sinonim bagi istilah lainnya. Singkat kata, keduanya bermakna tunggal. Meski begitu, keduanya berbeda dalam penerapannya. Dengan demikian, kita patut memperhatikan dan memahami agar penggunaannya tidak keliru. Abdu Qodir Audah dalam kitabnya At-Tasyri Al-jinai Al-Islami Muqoronan Bilqonun Al-wad’i menjelaskan arti kata jinayah sebagai berukut: 52 52 . Abdul Qodir Audah, At- Tasyri Al-jinai Al-Islami Muqoronan Bilqonun Al-wad’i, kairo mesir, 1968, Juz 1 h. 67 ﻥ + , - Artinya: “jinayah menurut bahasa merupakan nama bagi suatu perbuatan jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah nama bagi suatu pebuatan yang diharamkan syara’, baik perbuatan itu mengenai jiwa, atau sebagainya .” Pengertian jarimah secara harfiah sama halnya dengan pengertian jinayah . Pada dasarnya, kata jarimah mengandung arti perbuatan buruk, jelek atau dosa. Maka jarimah adalah: 53 . 0 1ﺏ 3 4 ﺝ6 7ﺕ Artinya: “larangan –larangan syara yang apabila dikerjakan diancam Allah SWT. Dengan hukuman Had atau Ta’zir. ” Dalam hukum pidana Islam, apa yang mendorong untuk menganggap sesuatu sebagai jarimah ialah kerena perbuatan itu dapat merugikan tata aturan masyarakat, atau kepercayaan-kepercayaannya, atau merugikan kehidupan anggota-anggota masyarakat bendanya atau nama baiknya atau perasaan- perasaannya atau ketimbang lain yang harus dihormati dan dipelihara. Adapun unsur-unsur umum dari pada tindak pidana dalam hukum Islam, dibagi menjadi tiga yaitu: 54 1. Hendaknya ada nash yang mengancam tindak pidana yang dapat menghukuminya rukun syar’i. Dalam perundang-undangan kita istilah ini disebut juga dengan unsur formil. 53 . Ibid, h. 66 54 . Juhaya S Praja dan Ahmad Syihabuddin, Delik Agama Dalam Hukum Islam, bandung: Penerbit Angkasa, 1993, Cet. Ke-2. h. 81. Adanya nash yang melarang perbuatan dan mengancam hukuman terhadapnya sesuai dengan kaidah ushul fiqh: 55 9 9 : ﺕ 1 ; ﺏ Artinya: “Pada dasarnya status hukum segala sesuatu itu diperbolehkan sampai ada dalil petunjuk yang menunjukan keharamannya .” =ﻥ ﺏ ﺏ; ﺝ Artinya: “Tidak ada jarimah dan tidak ada hukuman tanpa adanya nash aturan ” 2. Melakukan pebuatan perbuatan yang diancam dengan pidana, baik dengan melakukan pebuatan atau tidak melakukan pebuatan rukun madi. Dalam perundang-undangan kita unsur ini disebut dengan unsur materil. 3. Hendaknya pelaku tindak pidana kejahatan itu mukallaf atau bertnggung jawab atas tindakan pidana itu. rukun adabi. Dalam perundang-undangan kita disebut dengan unsur moril. Unsur-unsur tersebut adalah unsur yang sama dan berlaku bagi setiap macam jarimah tindak pidana atau delik. Di samping itu, terdapat unsur kasus yang hanya ada pada jarimah tertentu dan tidak tedapat pada jarimah yang lain. Unsur kasus ini merupakan spesifikasi pada setiap jarimah dan tentu saja tidak akan ditemukan pada jarimah lain. Sebagai contoh, memindahkan mengambil harta benda orang lain hanya ada pada jarimah pencurian atau menghilangkan nyawa orang lain dalam kasus pembunuhan. 56 55 . Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000, Cet. Ke-1 h. 52. 56 . Ibid, h. 53.

B. Macam-Macam dan Jenis-Jenis Jarimah