Pencemaran Nama Baik Dan Sanksinya Menurut Hukum Positif

selama belum ada system yang baik dan benar sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia, kiranya dipertahankan system seperti ini. 40

D. Pencemaran Nama Baik Dan Sanksinya Menurut Hukum Positif

Di Amerika dan di Ingris dikenal istilah “defarmation” dari kata kerja to defame yang artinya Menghina, menista to defame bisa diartikan merusak atau menodai reputasi seseorang ataupun sekelompok orang dengan cara-cara yang tidak baik seperti pernyataan yang tidak berdasarkan fakta. 41 Menurut frase bahasa Inggris, pencemaran nama baik diartikan sebagai defamation, slander, libel yang dalam bahasa Indonesia Indonesian translation diterjemahkan menjadi pencemaran nama baik, fitnah lisan, fitnah tertulis. 42 Dalam pebuatan defarmation, suatu pernyataan dipermasalahkan karena di pernyataan itu telah mengakibatkan tercemarnya atau ternodanya nama baik seseorang. Masalah libel sebenarnya mempunyai sejarah ribuan tahun, tepatnya pada kerjaan romawi. Tatkala itu dikenal dalam bahasa latin yang disebut libelli famosi yang berarti publikasi yang bersifat menghina dengan tujuan merusak pribadi seseorang. Pada awal era republik Roma, penguasa membuat suatu peraturan perundang-undangan yang disebut “Twelve Table”. Dengan undang-undang ini, 40 . Wirdjono Prodjodikoro, Op. Cit, h. 163. 41 . Tjipta Lesmana, Pencemaran Nama Baik Dan Kebebasan Pers Antara Indonesia dan Amerika, Jakarta: Rika Pres, 2005, h.27. 42 . http:www.jdih.bpk.go.idinformasihukumPncemaranNama.pdf siapa saja yang terbukti membuat tulisan yang bersifat menghina dapat dikenakan hukuman sangat berat ketentuan ini, menurut sejarawan kenamaan Romawi, Tacitus, tidak dijalankan lagi pada tahun-tahun akhir republik Roma.baru masa kekaisaran Agustus 63 SM, peradilan terhadap pelaku libelli famosi dilakksanakan lagi. 43 Setelah mendapatkan bisikan dan sejumlah pembantu dekatnya tentang adanya undang-undang anti penghinaan, Kaisar Agustus segera memerintahkan supaya semua barang cetakan yang bersifat menghina dibakar dan sebagian pengarangnya diadili. Salah satu ketentuan dalam undang-undang tersebut, menyatakan pengarang Libellus FamosiI harus dikutuk intestabillis. Hukuman mati bukan saja dikenal kepada pembuatnya, tapi juga mereka yang terbukti telah menyimpannya, atau mereka yang tidak segera memusnahkannya setelah mendapatkannya. 44 Raja-raja yang berkuasa di Eropa, khususnya Jerman, setelah kerajaan Romawi runtuh, juga mengikuti tradisi kaisar Romawi, yaitu menjatuhkan hukuman keras terhadap mereka yang tidak percaya pada Tuhan, atau menganjurkan pandangan yang bertentangan dengan pendapat penguasa, atau menghasut rakyat untuk memberontak. Raja Konstantinus Agung, misalnya, mengeluarkan titah yang melarang beredarnya tulisan tulisan Porphiry dan Anus. Raja Accadius memerangi buku-buku Eunomian tahun 398 dan Raja 43 . Tjipta Lesmana, Pencemaran Nama Baik…, OP. Cit, h. 27. 44 . Ibid, OP. Cit, h. 27 Theodosius memberangus kaum Nestorian tahun 435. Raja Justinian malah memimpin langsung gerakan penghancuran atas karya-karya tulisan yang bernada menghina terhadap kekuasaan. Para paus di Roma juga bertindak sama. Mereka mengklaim mempunyai kewenangan untuk mengawasi publikasi yang berisikan ajaran agama Kristen. Kewenangan itu malah menambah ke universitas- universitas. Paus Leo I membakar buku-buku Manichaean tahun 446 Semua itu terkait dengan isu penghinaan dan fitnah. Artinya, buku-buku itu tulisan yang dilarang, kemudian dimusnahkan, dinilai oleh penguasa berisikan ajaran-ajaran sesat yang meracuni penduduk. 45 Sedangkan di Indonesia istilahlah pencemaran nama baik menurut KUHP “menyerang kehormatan orang lain” istilah ini baru muncul sekitar pertengahan tahun 70-an. Jika kita simak rekaman delik-delik pers yang terjadi pada dekade tahun 50-an, misalnya , istilah yang paling sering dipakai adalah”menghina”, disusul dengan istilah “memfitnah”. Misalnya, Menteri tenaga kerja dan pekerjaan umum pada pemerintahan RIS Republik Indonesia Serikat, Ir H. Loah, pernah menggugat Ny. Fuhri Mierop Pemimpi redaksi Nieve Courant di Surabaya. 46 Menteri menggugat suatu berita yang dipublikasi di Koran yang dianggap menghina martabatnya. Pengadilan Surabaya mengabulkan gugatan Ir. 45 . Ibid, h. 28. 46 . I. N. Soebagio, Sejarah Pers Di Indonesia, Jakarta: Dewan Pers, 1977, h. 17. Laoh. Ny. Mierop dinyatakan terbukti bersalah melanggar pasal 171 ayat 2 KUHP dan dihukum denda sebesar Rp. 200,- subsider kurungan badan 3 minggu. Pasal 171 ayat 2 KUHP dicabut pada tahun 1946, diganti dengan UU no. 1 tahun 1946 yang dalam pasal XIV berbunyi: Barang siapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita atau pembertahuan itu adalah bohong, dihukum penjara selama 3 tahun. Di Banjarmasin, pada triwulan ketiga 1953, para anggota redaksi dua surat kabar ditangkap karena artikel-artikel yang dianggap menghina para pejabat setempat. 47 Asnawi Musa, pemimpin redaksi Tekad dipenjara selama beberapa hari, sementara menunggu sidang pengadilan. Pemimpin redaksi yang lain, A. Djohansjah dari Tugas, dikenai hukuman kerja keras bersama para narapidana biasa. Namun, Djohansjah kemudian dibebaskan setelah timbul protes dari kalangan pers. Baru-baru ini kasus pencemaran nama baik yang dilakukan oleh dua anggota ICW Indonesia Corruption Watch yakni Lilian Deta Arta Sari dan Emerson Yuntho yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Badan Reserse Kriminal Bareskrim Mabes Polri. Keduanya dituduh melakukan pencemaran nama baik terhadap pejabat negara Kejaksaan Agung. Kasus itu bermula saat peringatan Hari 47 . Edward Cecil Smith, Sejarah Pembredelan Pers Di Indonesia, Jakarta: Graditi Pers, 1990, h. 140-141. Antikorupsi sedunia tanggal 9 Desember 2008. Kejaksaan Agung mengklaim telah menyelamatkan uang negara sebesar Rp. 8 triliun dan 18 juta dolar Amerika Serikat dari berbagai kasus korupsi di seluruh Indonesia dalam rentang waktu 2004-2008. Berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan BPK, ICW merilis data tandingan bahwa uang yang diselamatkan instansi kejaksaan hanya Rp. 382,67 juta, sedangkan sisa dari jumlah yang diklaim Kejaksaan belum dikembalikan ke kas negara. Oleh karena itu, KP2KKN Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme bersama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM antikorupsi di Jateng yang tergabung dalam Cintai Indonesia Cintai KPK Jawa Tengah meminta agar Kapolri segera mengeluarkan surat penghentian penyidikan perkara SP3 atas kasus tersebut. Jika mengacu pada Pasal 311 KUHP Tentang Pencemaran Nama Baik, tidak bisa dikenakan dalam kasus ini, sebab unsur dalam pasal tersebut mengacu pada Pasal 310 KUHP. Di mana unsur Pasal 310, 311-316 KUHP hanya bisa dikenakan terhadap seseorang atau individu bukan institusi atau organisasi. 48 Dan pada akhirnya kasus tersebut ditutup. Delik penghinaan, secara khusus, diatur dalam Bab XVI kitab undang- undang hukum pidana KUHP yang terdiri atas dua pasal, yakni Pasal 310 sampai Pasal 312. Tindak kejahatan “penghinaan”, menurut R. Soesilo adalah 48 .http:www.republika.co.idberita82319Penetapan_Tersangka_Anggota_ICW_ Pengalihan_ Isu “menyerang kehormatan nama baik seseorang”. Akibatnya , yang diserang merasa malu “kehormatan” yang diserang hanya mengenai kehormatan tentang nama baik, bukan “kehormatan dalam lapangan seksual” atau kehormatan yang dicemarkan karena tersinggung anggota kemaluannya dalam lingkungan nafsu birahi kelamin. Perbuatan yang menyinggung kehormatan seseorang dalam bidang seksual tidak termasuk dalam kejahatan “penghinaan”, akan tetapi masuk pada kejahatan “kesopanan” atau kejahatan “kesusilaan” yang diatur dalam Pasal 281 sampai Pasal 303 KUHP. 49 Soesilo membagi kejahatan penghinaan dalam 6 kategori: 1. Menista Dengan lisan Pasal 310: Barang siapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista, dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 4.500,- 2. Menista dengan tulisan Pasal 310: a. Kalau hal ini dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukkan di tempat umum atau ditempelkan, maka yang berbuat itu dihukum karena menista dengan tulisan dengan hukuman penjara selama- 49 . R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya, Bogor: poleteia, 1990, h.225 lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,- b. Tidak termasuk menista atau menista dengan tulisan, jika ternyata bahwa si pembuat melakukan hal itu untuk kepentingan umum atau lantaran terpaksa perlu untuk mempertahankan dirinya sendiri KUHP 134 s, 142 s, 207,311 s, 319 s, 483, 488 3. Memfitnah Pasal 311: a. Barang siapa melakukan kejahatan menista atau menista dengan tulisan, dalam hal ini diizinkan untuk membuktikan tuduhannya itu, jika ia tiada dapat membuktikan dan tuduhan itu dilakukannya sedang diketahuinya tidak benar, dihukum karena salah memfitnah dengan hukuman selama- lamanya empat tahun. b. Dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak yang tersebut dalam Pasal 35 No.1-3 KUHP 312 s, 316, 319, 488. 4. Penghinaan ringan Pasal315: Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tiada bersifat menista atau menista dengan tulisan, yang dilakukan seseorang baik di tempat umum dengan lisan, atau dengan tulisan, maupun di hadapan orang itu sendiri dengan lisan atau dengan perbuatan, begitu pun dengan tulisan yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, dihukum karena penghinaan ringan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat bulan dua minggu atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4500,- KUHP 134 s, 142 s, 310, 316, 319, 488 5. Mengadu dengan memfitnah Pasal 317: a. Barang siapa dengan sengaja memasukkan atau menyuruh menuliskan surat pengaduan atas pemberitaan yang palsu kepada pembesar negeri tentang seseorang sehingga kehormatan atau nama baik orang itu jadi tersinggung, maka dihukum karena mengadu dengan memfitnah, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. b. Dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak yang tersebut dalam Pasal 35, No. 1-3 KUHP 72 220, 310, 488. 6. Menyuruh dengan memfitnah Pasal 318: a. Barang siapa dengan sengaja dengan melakukan suatu perbuatan, menyebabkan orang lain dengan palsu tersangka melakukan suatu perbuatan yang dapat dihukum, maka dihukum karena tuduhan memfitnah dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. b. Dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak yang tersebut pada Pasal 35 No 1-3 KUHP 319, 488. 50 Unsur-unsur kejahatan menista seperti diatur di dalam Pasal 310 ayat 1 adalah: 1. Menuduh seseorang. 2. Melakukan perbuatan tertentu. 50 . Ibid , h. 226-227. 3. Dengan maksud. 4. Tuduhan itu tersiar untuk diketahui banyak orang. Sedangkan unsur-unsur kejahatan menghina seperti diatur dalam Pasal 310 ayat 2 dua adalah semua unsur yang terdapat pada tindak kejahatan menista ditambah satu unsur lagi, yaitu “tuduhan itu diketahuinya tidak Benar” Artinya , ada kesengajaan menista. 51 Dari yang telah diuraikan, penulis lebih sepakat bahwa salah satu kunci perbuatan mencemarkan nama baik adalah reputation. Menghina atau merusak, menodai reputasi, atau nama baik atau nama baik seseorang atau sekelompok orang dengan tidak Fair seperti menyebarluaskan pernyataan yang tidak berdasarkan fakta. Yang ada dalam masyarakat terhadap seseorang reputasi atau nama baik lebih banyak berbicara tentang karakter atau kepribadian seseorang. Maka jika kepribadian seseorang yang positif dihadapkan dengan stigma buruk, ia akan merasa malu dan tersinggung. Reputasi seseorang bisa baik bisa buruk, yang menentukan baik-buruknya reputasi seseorang adalah masyarakat. Maka setelah nama baik seseorang tercemar si pembuat dikenai hukuman pidana yang tertera dalam KUHP BAB XVI Tentang Penghinaan. 51 . Ibid, h.229.

BAB III PIDANA DAN TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM ISLAM