28
6. Menjalin Silaturahmi Antara Dua Keluarga
Dengan perkawinan, di antaranya dapat menumbuhkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan
memperkuat hubungan kemasyarakatan yang oleh Islam direstui, ditopang dan ditunjang.
D. Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah terdiri dari dua kata, yaitu kata keluarga dan sakinah. Keluarga dalam istilah fiqih disebut usrah atau qirabah yang telah menjadi bahasa
Indonesia yakni kerabat
14
. Dalam kamus bahasa Indonesia keluarga adalah sanak saudara
15
. Sementara dalam buku membina keluarga sakinah, keluarga adalah masyarakat terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami istri sebagai
sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Jadi, setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan suami istri, baik mempunyai anak atau tidak
mempunyai anak
16
. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Sakinah adalah damai, tempat yang aman dan damai
17
.
14
Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, Jakarta: Departemen Agama, 19841985, Jilid II, Cet Ke-2, h. 156.
15
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, Jakarta: Pustaka Amani, 1996, h. 73.
16
Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 Propinsi DKI Jakarta 2005, Membina Keluarga Sakinah, Jakarta: 1991, h. 4.
17
Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, h. 851.
29
Sakinah secara etimologi adalah ketenangan, kedamaian, dari akar kata akan menjadi tenang, damai, merdeka, hening, tinggal. Dalam Islam kata sakinah
menandakan ketenangan dan kedamaian secara khusus, yakni kedamaian dari Allah, yang berada dalam Qalbu. Sakinah adalah kedamaian, ketentraman,
ketenangan dan kebahagiaan. Secara terminologi, keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang dan
tenteram, rukun, damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan harmonis, di antara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang
18
. Keluarga sakinah menurut Islam adalah keluarga yang mendapatkan
limpahan rahmat dan berkat dari Allah, menjadi dambaan dan idaman setiap insan sejak merencanakan pernikahan serta merupakan tujuan utama dari pernikahan itu
sendiri
19
. Keluarga sakinah adalah keluarga yang di bina atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan
selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai- nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
20
.
18
Hasan Basri, Keluarga Sakinah “membina Keluarga Sakinah”, Jakarta: Pustaka Antara,
1996, cet Ke-4, h. 16.
19
Ibid.
20
Departemen Agama RI, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, Jakarta: Departemen Agama RI Dirjen Bimas Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah,
2005, h. 49.
30
Keluarga Sakinah Menurut Undang-Undang yaitu Bab I Pasal 1 Ayat 11 dari Undang Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka kita akan mengetahui bahwa keluarga yang sejahtera keluarga sakinah itu adalah keluarga yang tidak hanya
tercukupi kebutuhan materiilnya, tetapi juga harus didasarkan pada perkawinan yang sah, tercukupi kebutuhan spirituilnya, memiliki hubungan yang harmonis
antar anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat sekitarnya, dengan lingkungannya dan sebagainya
21
. Selain itu, keluarga sakinah tidak akan berjalan mulus tanpa adanya
mawaddah warrahmah. Oleh Karena itu, mawaddah adalah cinta mencintai antara suami istri yang mendatanhkan komitmen kedua belah pihak dengan nyaman dan
aman tanpa peduli pihak luar
22
. Crite ria “mawaddah” dalam Islam menghendaki
adanya kecintaan lahir batin ruuhan wa jasadan agar suasana pernikahan hakiki dapat dicapai dengan baik dan benar. Apabila suasana “mawaddah” mampu
diwujudkan dan dikondisikan, maka anak yang dihasilkan pun merupakan belahan jiwa mereka berdua dan kelak menjadi pengikat erat nan kuat bagi
keduanya. Sedangkan rahmah adalah kasih sayang antara keduanya sejak ikrar akad
nikah hingga ajal menjemput keduanya. Apabila rasa cinta memiliki terminal
21
www.kulonprogokab.go.id...MEWUJUDKAN20KELUARGA_20SEJAHTERA_DAL
AM_PERSPEKTIF_ISLAM_2.pdf .
22
Ahmad Sudirman abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya, Jakarta: PT Prima Heza Lestari, 2006, Cet ke-1, h. 52.
31
pemberhentian, maka kasih sayang sebagai rasa dan karsa cinta tidaklah demikian. “Rahmah” merupakan karunia agung dari kreasi Zat Maha Agung,
yang diberikan kepada para makhluk-Nya yang benar-benar mengharapkan. Berdasarkan pengertian yang dirumuskan oleh BP4, maka dapat diuraikan
bahwa ciri-ciri keluarga sakinah itu adalah: 1.
Keluarga di bina atas perkawinan yang sah, 2.
Keluarga mampu memenuhi hajat hidup baik secara materil maupun spiritual dengan layak,
3. Keluarga mampu menciptakan suasana cinta kasih dan kasih sayang antara
sesama anggota, 4.
Keluarga mampu menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, amal saleh dan akhlaqul karimah,
5. Keluarga mampu mendidik anak dan remaja minimal sampai dengan sekolah
menengah umum, 6.
Kehidupan sosial ekonomi keluarga mampu mencapai tingkat yang memadai sesuai dengan ukuran masyarakat yang maju dan mandiri.
Di dalam Modul Pelatihan Motivator Keluarga sakinah, ada beberapa kriteria keluarga sakinah
23
: 1.
Keluarga Pra Sakinah yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan
23
Departemen Agama RI, Op-Cit, h. 32.
32
material basic need secara minimal, seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, papan, dan pangan.
2. Keluarga Sakinah I yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah
dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti
kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarga, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya.
3. Keluarga sakinah II yaitu keluarga yang di bangun atas perkawinan yang sah
dan di samping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan
keagamaan dalam keluarga, dan telah mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta
mengembangkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dan akhlaqul karimah, infaq, wakaf, amal jariyah, menabung dan sebagainya.
4. Keluarga sakinah III yaitu keluarga-keluarga yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketakwaan, sosial, psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
5. Keluarga Sakinah III plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketakwaan, dan akhlaqul karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis dan pengembangannya serta dapat menjadi suri
tauladan bagi lingkungannya.
33
E. Pembentukan Keluarga Sakinah