Rukun dan Syarat Perkawinan

20 Islam menganjurkan orang berkeluarga karena dari segi batin orang dapat mencapainya melalui berkeluarga yang baik, seperti dinyatakan dalam satu sabda Nabi SAW. riwayat Iman Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas: “Hai para pemuda, barangsiapa yang telah sanggup diantara kamu untuk kawin, maka kawinlah, karena sesungguhnya kawin itu dapat mengurangi pandangan yang liar dan lebih menjaga kehormatan .”

B. Rukun dan Syarat Perkawinan

Jumhur Ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas 7 : 1. Adanya Calon Suami dan Istri yang Akan Melakukan Pernikahan Sudah menjadi sunnatullah bahwa semua makhluk dijadikan oleh Allah SWT di muka bumi dengan berpasang-pasangan termasuk manusia. Sebagaimana firman Allah SWT :        51 49 “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah ”. Q.S. Al-Az-Zariyat51 : 49 2. Adanya Wali dari Pihak Calon Pengantin Wanita Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkannya. Keterangan ini dapat dilihat dalam sebuah hadis Nabi SAW. yang berbunyi sebagai berikut: 7 Slamet abidin dan H. Aminuddin, Op-Cit, cet ke-1, hal 64-68. 21 “Barang siapa di antara perempuan menikah tanpa seizin wanitanya, maka pernikahannya batal .” H.R. Empat ahli hadis, kecuali Nasa’i Dalam hadis lain Nabi SAW juga bersabda: “Janganlah seorang perempuan menikahkan perempuan lainnya, dan janganlah seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri .” H.R. Ibnu Majah dan Darutqutni 3. Adanya Dua Orang Saksi Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila ada dua orang menyaksikan akad nikah tersebut. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Nikah itu tidak sah, melainkan dengan wali dan dua orang saksi.” H.R. Ahmad 4. Sighat Akad Nikah Yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin. Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat 8 : Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu: - Wali dari pihak perempuan, - Mahar mas kawin, - Calon pengantin laki-laki, 8 Abd. Rahman Ghazaly, Op-Cit, cet ke-1, h 47-49. 22 - Calon pengantin perempuan, - Sighat akad nikah. Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu: a. Calon pengantin laki-laki, b. Calon pengantin perempuan, c. Wali, d. Dua orang saksi, e. Sighat akad nikah. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun nikah hanya ijab dan qabul saja yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki. Sedangkan menurut segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat, yaitu: a. Sighat ijab dan qabul b. Calon pengantin perempuan, c. Calon pengantin laki-laki, d. Wali dari pihak calon pengantin perempuan. Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat, karena calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan digabung menjadi satu rukun, seperti terlihat di bawah ini. Rukun perkawinan: 1. Dua orang yang melakukan akad perkawinan, yakni mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. 2. Adanya wali. 23 3. Adanya dua orang saksi. 4. Dilakukan dengan sighat tertentu. Selain rukun-rukun di atas, suatu perkawinan juga harus memenuhi persyaratan tertentu. Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya pernikahan. Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka sahlah perkawinan dan menimbulkan kewajiban dan hak sebagai suami istri. Pada garis besarnya, syarat sah perkawinan itu ada dua, yaitu 9 : 1. Laki-laki dan perempuannya sah untuk di kawini. Artinya kedua calon pengantin adalah orang yang bukan haram dikawini,baik karena haram untuk sementara atau selamanya. 2. Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi. Dalam masalah syarat pernikahan ini terdapat beberapa pendapat di antara para mazhab fikih, yaitu sebagai berikut: a. Ulama Hanafiyah, mengatakan bahwa sebagian syarat-syarat pernikahan berhubungan dengan sighat, dan sebagian lagi berhubungan dengan akad, serta sebagian lainnya berkaitan dengan saksi. 1 Sighat, yaitu ibarat dari ijab dan Kabul, dengan syarat sebagai berikut: a Menggunakan lafal tertentu, baik dengan lafal sarih maupun dengan lafal kinayah. b Ijab dan Kabul, dengan syarat yang dilakukan dalam satu majelis. c Sighat didengar oleh orang-orang yang menyaksikannya. 9 Slamet Abidin dan Aminuddin, Op-cit, h. 61. 24 d Antara ijab dan Kabul tidak berbeda maksud dan tujuannya. e Lafal sighat tidak disebutkan untuk waktu tertentu. 2 Akad, dapat dilaksanakan dengan syarat apabila kedua calon pengantin berakal, baligh dan merdeka. 3 Saksi, harus terdiri dari dua orang. Maka tidak sah apabila akad nikahnya hanya disaksikan oleh satu orang. Dan tidak disyaratkan keduanya harus laki-laki dan dua orang perempuan. Namun demikian apabila saksi terdiri dari dua orang perempuan, maka nikahnya tidak sah. Adapun syarat-syarat saksi sebagai berikut: a. Berakal, bukan orang gila. b. Baligh, bukan anak-anak. c. Merdeka, bukan budak. d. Islam. e. Kedua orang saksi itu mendengar. b. As-syafi’i berpendapat bahwa, syarat-syarat perkawinan itu ada yang berhubungan dengan sighat, ada juga yang berhubungan dengan wali, serta ada yang berhubungan dengan kedua calon pengantin, dan ada lagi yang berhubungan dengan saksi. 25

C. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan