Gambaran Umum tentang BP4

39

BAB III EKSISTENSI BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN

DAN PELESTARIAN PERKAWINAN BP4

A. Gambaran Umum tentang BP4

1. Pengertian dan Sejarah Singkat Berdirinya BP4 Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau yang biasa disingkat dengan sebutan BP4 adalah merupakan organisasi semi resmi yang bernaung di bawah Departemen Agama yang bergerak dalam bidang konsultasi hukum atau pemberian nasihat perkawinan, perselisihan dan perceraian 1 . Atau dapat juga diartikan sebagai badan yang bertindak sebagai konsultan perkawinan dan perceraian mengenai nikah, talak, dan rujuk. BP4 sebagai badan yang memusatkan perhatian dan kegiatannya pada pembinaan keluarga mempunyai kedudukan yang sangat penting terutama dalam situasi masyarakat kita, di mana pergeseran nilai daripada norma-norma yang ada semakin merata. Sebab pergeseran nilai daripada norma-norma itu lebih terlihat dalam kehidupan masyarakat pada umumnya dan dalam kehidupan para remaja atau generasi muda pada khususnya. Apabila orang tua kurang menyadari gejala ini dan tidak berusaha menyelami kehidupan para remaja atau anak-anaknya, maka pergeseran nilai ini akan menjadi perbenturan 1 Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara LPKN, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Golo Riwu, 1997, h. 88. 40 nilai yang mewujudkan apa yang disebut dengan generation gap. Dan dalam keadaan yang seperti ini, secara eksistensi keluarga menghadapi sebuah bencana yang suatu saat bisa mengancam kerukunan rumah tangga 2 . Kelahiran BP4 dalam bidang konsultasi perkawinan dan keluarga adalah sebagai perwujudan daripada rasa tanggung jawab untuk mengatasi konflik atau perselisihan dan perceraian dalam upaya mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Beranjak dari sebuah rasa keprihatinan yang timbul karena tingginya angka perceraian di Indonesia, yang pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1954 dari data statistik perkawinan di seluruh Indonesia mencapai 60-80 rata-rata 1300-1400 kasus perceraian perhari, bahkan angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka pernikahan yang terjadi pada waktu itu. Maka, almarhum Bpk. H. M. Nasaruddin Latif mencetuskan dan memasyarakatkan keberadaan BP4 pada tanggal 4 April 1954 di Jakarta bersama dengan Seksi Penasihatan Perkawinan SPP pada Kantor Urusan Agama se-Kotapraja Jakarta Raya. Kemudian, pada tanggal 3 Oktober 1954 almarhum Bpk. Abdur Rauf Hamidy atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Arharta juga membentuk organisasi yang bergerak dalam bidang yang sama yaitu dengan nama Badan Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perkawinan BP4. 2 Departemen Agama RI, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, Jakarta: Departemen Agama, 2001, h. 54. 41 Permasalahan yang dominan dan urgen penyelesaiannya adalah angka talak perceraian yang luar biasa tingginya dalam kompulasi kasus lokal maupun secara statistika nasional. Kondisi yang rawan bagi masa depan bangsa itu berulang-ulang kali digubris oleh Bapak Nasaruddin Latif dalam pidato-pidato dan tulisan-tulisannya, yang menurutnya apabila diadakan pemilihan juara mengenai tentang tingginya angka perceraian di seluruh dunia, Indonesia kalau tidak “menggondol” juara satu, sekurang-kurangnya akan mendapat nomor dua. Akibat labilnya perkawinan dan perceraian yang sewenang-wenang, maka kaum wanita atau janda yang banyak menderita dan banyak anak-anak yang akan terlantar. Sehingga tidak hanya merusak sendi- sendi kehidupan kemasyarakatan, bahkan juga akan meruntuhkan akhlak dan kepribadian serta meluasnya kemaksiatan. Adanya Undang-Undang Perkawinan sekalipun, belum cukup menjamin 100 keteguhan perkawinan dan keharmonisan keluarga. Pada tahun 1956 atas prakarsa dari H. S. M. Nasaruddin Latif diselenggarakan musyawarah yang diikuti oleh wakil-wakil dari 21 organisasi wanita yang sebagian besar tergabung dalam KOWANI, di mana secara bulat menyepakati Seksi Penasihatan Perkawinan dikembangkan menjadi “Panitia Penasi hatan Perkawinan dan Penyelesaian Perkawinan” atau yang disingkat dengan P5 yang diketuai oleh Ny. SR Poedjotomo dan H.S. M. Nasaruddin Latif sebagai penasihat. Wadah baru ini berstatus sebagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang usaha mengurangi perceraian dan 42 mempertinggi nilai perkawinan. Gerak langkah P5 kemudian meluas sampai ke daerah-daerah di luar Jakarta, seperti Malang, Surabaya Kediri, Lampung, dan Kalimantan. Daerah-daerah tersebut dikunjungi oleh H. S. M. Nasaruddin Latif dalam rangka memasyarakatkan P5 dan membentuk cabang setempat. Sedangkan pada tahun 1958 bersama Ibu Hj. Alfiyah Muhadi, Ibu KH. Anwar Musaddad dan Ibu Hj. Samawi di Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah berdiri Badan Kesejahteraan Rumah Tangga BKRT. Kemudian, dikukuhkanlah kepengurusan yang permanen yang diketuai oleh Kepala Kantor Urusan Agama KUA Daerah Istimewa Yogyakarta, Bapak KH. Farid Ma’ruf. Sedangkan di kabupaten dibentuk juga Balai BKRT yang langsung diketuai oleh kepala KUA kabupaten. Bagi aparat Departemen Agama pada waktu itu, pembentukan lembaga tersebut memang merupakan kebutuhan mendesak dalam upaya mengatasi banyaknya problematika perkawinan dan rumah tangga yang terjadi di daerah-daerah di Indonesia. Sedangkan dalam skala luas, lembaga ini cukup menunjang misi Departemen Agama dalam upaya pembinaan keluarga dan kehidupan beragama. Berdua dengan Arharta yang juga membentuk cabang Badan Penasihatan Perkawinan di beberapa kota lainnya, H. S. M. Nasaruddin Latif membina dan mengembangkan peran dan profesi penasihatan perkawinan marriage counseling di Indonesia. Sampai saatnya, dalam pertemuan pengurus Badan Penasihatan Perkawinan Tingkat 1 se-Jawa yang dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati gagasan peleburan organisasi- 43 organisasi penasihatan perkawinan yang bersifat lokal itu menjadi badan nasional yang diberi nama Badan Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian atau disingkat menjadi BP4. Kesepakatan tersebut, setelah dibahas dalam konferensi Dinas Departemen Agama ke VII yang berlangsung pada tanggal 25-30 Januari 1960, di Cipayung, Bogor, kemudian dikukuhkan melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 85 Tahun 1961, dengan demikian BP4 resmi terbentuk secara nasional dengan berpusat di Jakarta dan mempunyai cabang- cabang di seluruh Indonesia. Pembentukan BP4, menurut Dra. Zubaidah Muchtar, sedikitnya didorong oleh tiga hal. Yakni tingginya angka perceraian, banyaknya perkawinan di bawah umur, dan praktek poligami yang tidak sehat. Pada tahun 1950-an, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, angka perceraian pernah mencapai 50-60 persen dan itu didorong oleh adanya perlakuan semena-mena terhadap wanita. Akibatnya, banyak anak-anak yang menjadi korban, dan tidak sedikit istri yang tidak menentu nasibnya karena para suami sering meninggalkan istri dan anak-anaknya begitu saja tanpa pesan dan kesan. Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu yang terus berputar, dari sejak berdirinya BP4 telah terasa perannya yang begitu sangat berarti bagi “dunia” perkawinan dan yang lebih penting lagi yaitu salah satu usahanya dalam memperjuangkan lahirnya sebuah Undang-undang yang mengatur tentang masalah perkawinan. Akan tetapi, pada saat itu sebagian besar 44 penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam belum ada undang- undang yang mengatur tentang hukum perkawinan mereka. Hal ini lah yang mendorong diadakannya kongres perempuan Indonesia pada tahun 1968 yang membahas tentang keburukan-keburukan yang terjadi dalam perkawinan umat Islam, pembahasan tersebut terjadi bukan dikarenakan tidak adanya peraturan dalam Islam tentang masalah perkawinan, akan tetapi lebih dikarenakan banyak orang yang tidak mentaati “rambu-rambu” dalam perkawinan disebabkan tidak adanya aturan atau undang-undang perkawinan yang memberikan sanksi atau hukuman terhadap orang yang melanggar. Maka setelah melalui perjalanan panjang sejak tahun 1962 di mana BP4 mendesak pemerintah agar segera membuat dan mengesahkan undang- undang tentang perkawinan, pada tanggal 2 Januari 1974 keluarlah Undang- undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Walaupun dalam rancangan undang-undang tersebut yang diajukan ke DPR ada beberapa hal yang bertentangan dengan agama Islam, tetapi keberadaan undang-undang ini sangat membantu dan mendukung berlakunya hukum perkawinan umat Islam. Dengan keluarnya Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ini, maka tercapailah cita-cita BP4. Terlebih dengan dicantumkannya pasal 39 ayat 1 yang menetapkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan. Berdasarkan ketentuan tersebut, terbukti angka perceraian menurun secara drastis. Angka perceraian yang pada tahun 1975 masih sekitar 25 maka tahun 1976 menurun menjadi 45 10,29. Bertolak dari ketentuan tersebut, BP4 tidak lagi bertugas menyelesaikan perceraian dan hanya tugasnya hanya semata-mata memberikan penasihatan. Oleh karena itu, maka berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 30 tahun 1977, BP4 berubah namanya menjadi Badan Penasihat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian BP4 dan dinyatakan sebagai satu-satunya badan semi penunjang sebagian tugas Departemen Agama di bidang penasihatan perkawinan, perselisihan rumah tangga dan perceraian. 2. Tujuan Berdirinya BP4 Secara formil tujuan daripada dibentuknya BP4 dirumuskan untuk mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya tatanan rumah tangga yang sejahtera dan bahagia menurut tuntunan Islam. Sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar BP4 pasal 5, yang menyebutkan bahwa tujuan BP4 adalah mempertinggi mutu perkawinan guna terwujudnya rumah tangga atau keluarga yang sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, dan sejahtera baik material maupun spiritual. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka BP4 melakukan beberapa usaha-usaha sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar BP4 pada pasal 4 dan 5, BP4 mempunyai pokok-pokok upaya dan usaha sebagai berikut 3 : 3 BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Nasional Keluarga Sakinah, Jakarta: BP4 Pusat, 2001, h. 94-95. 46 a. Memberikan bimbingan dan penasihatan dan penerangan mengenai nikah, talak cerai dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok. b. Memberikan bimbingan dan penyuluhan Agama, UU Perkawinan, Hukum Munakahat, UU Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam KHI, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hukum keluarga dan adat istiadat Ahwal Syakhsiyah. c. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga. d. Bekerja sama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri. e. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur, dan media elektronik yang dianggap perlu. f. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga. g. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan dan pengalaman nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah dalam rangka membina Keluarga Sakinah. h. Berperan serta aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk membina Keluarga Sakinah. i. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga. 47 j. Upaya dan usaha lain yang dipandang perlu dan bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Kemudian dari usaha-usaha tersebut di atas, BP4 telah menjabarkannya dalam beberapa kegiatan, di antaranya adalah sebagai berikut 4 : a. Membentuk Korps Penasihatan Perkawinan BP4 di semua tingkatan Pusat, Propinsi, KabupatenKota dan Kecamatan b. Menyelenggarakan penataran bagi anggota korps penasihatan perkawinan BP4 c. Memberikan penasihatan perkawinan bagi calon pengantin d. Memberikan buku-buku tentang membina keluarga bahagia sejahtera e. Memberikan penasihatan bagi pasangan yang mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama f. Memberikan majalah nasihat perkawinan dan keluarga sekarang diubah menjadi perkawinan dan keluarga yang disebarkan di seluruh Indonesia g. Membuka biro penasihatan dan konsultasi keluarga di tingkat pusat dan propinsi h. Menyelenggarakan pendidikan kerumahtanggaan bagi remaja usia nikah i. Membuka penasihatan perkawinan melalui hot line telepon j. Menyelenggarakan pemilihan ibu teladan tiap tiga bulan sekali pada tiap tingkatan 4 Zamhari Hasan, “Peranan BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian”, Makalah Loka Karya, Jakarta: BP4 Pusat,1997, h. 3. 48 k. Menyelenggarakan seminar, loka karya, dan sebagainya yang ada relevansinya dengan upaya pembinaan keluarga bahagia dan sejahtera l. Membuka biro konsultasi jodoh. Dr. H. Ali Akbar mengatakan, bahwa usaha BP4 yang paling berat adalah dalam hal mencegah terjadinya perceraian, menyelesaikan percekcokan, dan pertikaian rumah tangga yang sangat banyak ragamnya, baik yang disebabkan oleh faktor kepribadian yang ada dalam diri manusia itu sendiri atau faktor-faktor lain yang tentu saja akan sangat mempengaruhi keharmonisan dalam rumah tangga 5 . Sedangkan, menurut M. Fuad Nasar, usaha yang harus yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melalui perbaikan dan pembinaan yang mesti ditempuh secara pragmatis dan juga melalui tahap-tahap kerja keras yang berkonsen, berorientasi dan berkesinambungan 6 . 3. Tugas dan Wewenang BP4 BP4 lahir sebagai suatu gerak usaha untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta yang diridhoi oleh Allah SWT. Masyarakat adil dan makmur berarti masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. 5 Ali Akbar, “Meningkatkan Usaha BP4 Dalam Penasehatan”, Problematika Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan dan Keluarga, Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga, Jakarta: BP4 Pusat, 1996, edisi Januari No283, h. 17. 6 M. Fuad Nasar, “Peranan BP4 Dalam Pembinaan Keluarga”, Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga , Jakarta: BP4 Pusat, 1996, edisi Januari No. 283, h. 8. 49 Maka BP4 yang bertujuan mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya rumah tangga yang bahagia menurut ajaran Islam adalah tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta sejalan dengan rencana pembangunan materiil dan spiritual yang harus kita laksanakan. Dalam Anggaran Dasar BP4 disebutkan bahwa organisasi ini bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan guna terwujudnya rumah tangga atau keluarga yang sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, dan sejahtera baik materil dan spiritual. Selanjutnya, di dalam diktum pertimbangan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1977 dinyatakan kembali bahwa: “ Untuk kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaan dipandang perlu menegaskan pengakuan BP4 dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1961, begitu pula pembinaan badan tersebut sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasihatan perkawinan dan pengurangan perceraian dalam rangka menunjang tugas Departemen Agama di bidang bimbingan Masyarakat Islam serta memberikan penyuluhan agama bagi masyarakat sehingga terbentuk keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah” 7 . 7 Ahmad Abdulgani Abdullah, Himpunan Peraturan Peradilan Agama, Jakarta: Intermasa,1991, h. 519. 50 Jika dilihat dari tugas dan fungsinya, penasihatan yang dilakukan oleh BP4 tersebut telah banyak diadakan baik melalui penasihatan secara langsung dalam penataran terhadap para pasangan calon pengantin yang hendak melangsungkan akad nikah maupun melalui media BP4 lainnya. Selain itu, BP4 bertugas juga untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan kepada masyarakat. Penerangan agama yang dilakukan oleh BP4 juga akan sangat berjasa bila secara sederhana setiap masyarakat, setidak- tidaknya agar yang berkepentingan mengerti isi pokok daripada Undang- Undang Perkawinan serta peraturan pelaksanaannya 8 . Dalam kaitannya dengan tugas dan wewenang BP4 ini, Mustoha lebih lanjut mengatakan bahwa upaya penurunan angka perceraian dan meningkatkan mutu Keluarga Sakinah adalah merupakan sebagian tugas dan wewenang BP4. Secara historis tugas tersebut setidaknya telah melekat pada BP4 sejak tahun 1960-an yaitu dengan dikeluarkannya Surat Menteri Agama Nomor 65 Tahun 1961 9 . Secara rinci, tugas dan wewenang daripada BP4 dapat dijabarkan sebagai berikut: 8 Arso sostroatmojo dan A. Wasir Aulawi, Hukum Perkawinan Di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 44. 9 Mustoha, “kerjasama Badan Penasehatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian Dengan Peradilan Agama”, Makalah Loka Karya, Jakarta: BP4 Pusat,1997, h. 2. 51 a. Memberikan bimbingan, nasihat dan pelayanan kepada masyarakat mengenai kehidupan keagamaan rumah tangga yang ideal dalam kehidupan bermasyarakat. b. Memberikan penataran kepada calon pengantin yang hendak melangsungkan akad nikah dengan materi-materi undang-undang perkawinan, ibadah dan muamalah, munakahat, hukum perkawinan, imunisasi, konsep keluarga berencana, dan kesehatan dan lain-lain sebagainya. c. Memberi nasehat kepada suami istri yang datang untuk berkonsultasi, melaporkan adanya perselisihan atau permasalahan dalam rumah tangganya sehingga tercipta keadaan yang diinginkan, yaitu keluarga bahagia dan sejahtera terhindar dari perceraian. Dari apa yang penulis paparkan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya tugas dan wewenang yang diemban oleh BP4 ini adalah untuk menyukseskan perkawinan di Indonesia sehingga terjalin dengan harmonis serta berjalan lestari dengan memberikan penerangan tentang hukum munakahat dan penerangan tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk NTCR dan juga berupaya untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah pada setiap masyarakat.dan itu semua, dalam upaya mewujudkan tatanan keluarga atau rumah tangga yang bahagia sejahtera bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah dalam hal ini BP4 semata. Akan tetapi, hal tersebut juga merupakan beban yang harus kita pikul bersama-sama untuk mewujudkannya. 52

B. Profil BP4 Kecamatan Kemayoran