47
operasionalisasi lembaga pemerintah setempat. Apabila faktor sosial ekonomi masyarakat diabaikan dengan hanya melihat pada aspek formalitas dan legalitas,
maka pembangunan yang akan terwujud adalah pembanguna yang statis bukan pembangunan yang dinamis yang melibatkan masyarakat.
Untuk mengetahui komposisi penduduk desa Billa berdasarkan mata pencaharian, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel III Komposisi Penduduk Desa Billa
Menurut Mata Pencaharian Pokok No
Mata Pencaharia Jumlah
1 Petani
579 2
Buruh Tani -
3 Pegawai Negeri PNS
10 4
Pegawai Swasta -
5 Pedagang
- 6
Peternak -
7 Pertukangan
-
Jumlah 589
Sumber: Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014.
Desa Billa sebagai suatu wilayah yang sedang berkembang, seperti pada umumnya wilayah-wilayah lain di Indonesia yang sedang berkembang, namun
adat istiadat seperti yang diketahui sebagai ”way ol life”, yaitu cara kehidupan masyarakat yang merupakan hasil dari kekuatan atau yang diletakan orang tanpa
disadari dan cara hidup itu sebagai cara intensif yang berkembang dari pengalaman untuk mencapai suatu bentuk berakhir daripada penyesuaian
48
maksimal ke arah kepentingan yang diwariskan oleh tradisi tanpa adanya perubahan yang rasional.
Sistem berpikir tradisional itu sangat terikat oleh pola-pola tertentu, sehingga masyarakat desa Billa terkadang sukar menerima ide-ide baru yang lebih
berguna bagi masyarakat modern. Sistem berpikir ini statis irasional, sehingga sikap mental masyarakatnya tertutup untuk bergerak dan berkembang, karena
mereka masih tetap dan memegang sistem budaya lama yang diwariskan oleh nenek moyangnya.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian konsep-konsep abstrak yang ada pada sebagian masyarakat desa Billa atau yang dikenal dengan masyarakat
Atoni, mengenai apa yang baik dan mana yang buruk, mana yang penting dan mana yang bersifat remeh. Sikap budaya lama inilah yang menyebabkan sikap
mental masyarakat tertutup dan pasif.
C. Kondisi Pendidikan
Pembangunan sektor pendidikan merupakan pembangunan yang sangat vital dan mendesak untuk diwujudkan, sebab melalui sektor ini akan lahir
pemimpin-pemimpin bangsa yang memiliki kemampuan profesional, yang diharapkan sebagai pelopor pembangunan kultur pelayanan terhadap masyarakat.
Hingga saat ini, perhatian masyarakat desa Billa terhadap pentingnya peningkatan ilmu pendidikan dirasakan sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari
pengadaan sarana dan prasarana. Sarana pendidikan yang tersedia di wilayah desa
49
Billa barulah sebatas Pendidikan Dasar, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Menegah Terbuka dari luas wilayah yang ada.
Warga masyarakat bersama dengan aparat pemerintah, berusaha untuk mendirikanenam buah sarana pendidikan diantaranya adalah 3 buah TK, 2 buah
sekolah Dasar dan 1 buah Sekolah Menengah Terbuka SMP terbuka.Dari enam lembaga pendidikan tersebut di atas, diantaranya salah satu yang berada di bawah
naungan Departemen Pendidikan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu SD Inpres Billa sedangkan lembaga pendidikan lainnya merupakan lembaga
pendidikan swasta.
50
Angkatan sekolah di daerah desa Billa sangat kecil padahal anak usia sekolah banyak sekali, tetapi karena kesadaran warga terhadap pendidikan tidak
ada, maka kenyataan seperti di atas, dibiarkan berlanjut. Hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi pemerintah dalam memberantas buta aksara, warga lebih
cenderung mendidik putra-putrinya untuk mewarisi tata cara hidup mereka. Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di lembaga
pendidikan formal relatif lebih kecil, karena mereka lebih memilih untuk mendidik putra-putrinya pada lembaga adat agar bisa mengetahui tentang tata
cara upacara adat istiadat.
51
50
Ishak Nitiono, S. Sos, Profil Desa Billa, 2014
51
Wawancara penulis dengan Wabang, Guru Pendidikan Agama Islam di SD Inpres Billa pada tanggal 1 Februari 2014
50
Pendidikan non-formal adalah pendidikan TPQ yang dilaksanakan setiap hari, setelah magrib sampai setelah Isya di masjid Al-ikhlas Billa, dan pendidikan
non-formal selalu di bombing oleh ustat danorang tua itu sendiri Selain itu juga ada pendidikan non-formal Adat yang diberikan oleh para
tokoh adat adalah tidak lain agar kelak putra-putri mereka dapat mengetahui tentang asal-usul masing-masing. Sehingga di dalam bertindak diharapkan tidak
salah kaprah. Masyarakat desa Billa akan merasa terhina bila terdapat putra- putrinya tidak mengenal adat istiadatnya.
Oleh sebab itu, bagi mereka yang sudah tidak mengenal terhadap asal-usul klennya merupakan suatu pengkhianatan terhadap leluhurnya, dan ia bersama
dengan keturunannya akan mendapatkan laknat dari ruh-ruh nenek moyang berupa gangguan makhluk halus sepanjang hidupnya sampai nyawa mereaka
direnggrut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh seorang ketua adat di desa tersebut
yang oleh warga, beliau sebagai pusat informasi adat istiadat tentang asal-usul tiap klen yang mendiami desa Billa. Berikut adalah kutipan hasil percakapannya
dengan penulis pada tanggal 2 Maret 2014. “Hai atone metomaaiskam inaskolantia bale me inahinmanlali’nakaf man
lail ana aplenat mais in kanahinaf uab adat in maskan beteaf hanekfa la uabadat la’na, mais maiskam hai anah kanaskol ai kanekfa plenat mais inahin uab adat
masan betem in esnek la uab adat natuin uab adat la’na maupa ma kaul ta uabat sanat naopabkit”.
Artinya:
“Kami masyarakat suku Atoni bagi anak kami sekolah sampai di manapundan ia sebagai seorang pejabat pemerintah, namun ia tidak mengerti
tentang adat, maka ia tidak akan dipilih menjadi pemimpin Natoni adat
51
tersebut, tetapi apabila anak kami tidak sekolah atau tidak sebgai pejabat pemerintah namun ia mengerti tentang adat maka ia akan dipilih sebagai
pemimpin jubir adat karna adat itu sangat penting sebab jika salah maka akan dikenakan hukuman atau denda”.
52
Dari kutipan pembicaraan tokoh adat masyarakat desa Billa di atas, dapat dipahami bahwa kemajuan ilmu pendidikan dan tekhnologi yang telah dicapai
oleh pakar-pakar ilmuwan dunia, ternyata tidak mampu untuk memalingkan masyarakat suku Atoni dari kebiasaan yang telah lama mereka warisi dari
leluhurnya. Dan ini juga merupakan penyebab tersendiri keterbelakangan pembangunan pendidikan di wilayah desa Billa. Untuk mengetahui komposisi
pendududk desa Billa berdasarkan tingkat pendidikan maka lihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV Komposisi Penduduk Desa Billa Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
1 Belum sekolah
145 2
Tidak tamat SDButa aksara 704
3 Tamat SDsederajat
827 4
Tamat SMPsederajat 82
5 Tamat SMAsederajat
59 6
Tamat Perguruan Tinggi 8
Jumlah 1.825
Sumber : Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014
52
Wawancara penulis dengan Tokoh Masyarakat, Karim Nitiono pada tanggal 29 Februari 2014