Pengelompokan Curah Hujan METODOLOGI PENELITIAN

Di Sumatera Utara terdapat ± 300 stasiun dan pos pengamat curah hujan. Namun dari hasil penyeleksian data baik kualitas dan kuantitasnya maka diambil 43 stasiun dan pos hujan, yang mana diharapkan dari masing-masing stasiun dan pos hujan tersebut dapat mewakili daerahnya masing-masing. Lokasi titik pengamatan curah hujan terpilih dapat dilihat pada Lampiran B.

3.2. Pengelompokan Curah Hujan

Teknik analisis pengelompokan yang digunakan adalah mengelompokkan pos pengamatan hujan yang mempunyai kesamaan pola curah hujan bulanan ke dalam sub- sub kelompok. Curah hujan bulanan dari sub-sub kelompok yang terbentuk mempunyai pola yang sama. Berdasarkan analisis eksplorasi terhadap curah hujan bulanan menunjukkan bahwa ada korelasi antara curah hujan bulanan dengan bulanan lainnya. Sehingga jika digunakan data curah hujan bulanan untuk pembentukan kelompok maka hasilnya kurang optimum. Untuk mengatasi hal tersebut, maka haruslah dicari suatu sifat baru atau perubah baru yang tidak mempunyai korelasi satu sama lain. Teknik membentuk peubah baru yang diperoleh dari data curah hujan dasarian adalah analisis komponen utama AKU. Misalkan peubah curah hujan dasarian adalah Y 1 , Y 2 ,……Y 36 dimana Y i dan Y j saling berkorelasi maka sifat baru tersebut adalah komponen utama Z 1 , Z 2 ,……Z 36 dimana Z i dan Z j tidak berkorelasi atau r zi,zj =0. Secara matematis fungsi Z dapat dituliskan sebagai berikut : Z i = fY i ,...................................3.1 Komponen utama merupakan fungsi dari peubah asal. Selanjutnya komponen yang digunakan hanya beberapa komponen utama yang memberikan sumbangan keragaman Universitas Sumatera Utara lebih besar dari 80. Proses analisis komponen utama digunakan paket program Minitab 13 Haryoko,U. 2007. Pengelompokan data curah hujan dikelompokkan dengan menggunakan metode cluster. Dalam metode tersebut komponen utama dari seluruh stasiun disusun dalam bentuk matriks sebagai berikut : Tabel 3.1. Matriks komponen utama Stasiun Data dalam satuan bulanan 1 2 3 4 ………………………n 1 Z 11 z 12 z 13 z 14 ………………………z 1n 2 Z 21 z 22 z 23 z 24 …………………………z 2n . . . . . . . . K Z k1 z k2 z k3 z k4 ………………………….z kn Selanjutnya dipandang tiap baris menyatakan vektor dalam ruang n, maka selisih dua vektor menyatakan beda nilai komponen utama dari kedua stasiun yang bersangkutan. Beda tersebut dinyatakan dalam bentuk: 2 1 1 2 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = ∑ = n i jk ik ij Z Z d ..........................................3.2 dimana : d ij : jarak euclid antara stasiun ke i dengan stasiun ke j z i : sifat dari stasiun ke i z j : sifat dari stasiun ke j k : sifat yang menjadi perhatian n : banyaknya sifat Universitas Sumatera Utara Untuk menentukan jarak antar sub-sub kelompok digunakan dengan jarak terjauh atau disebut dengan complete linkage dengan notasi : d G1G2 = max [d ij ]......................3.3 i ∈G 1 , j ∈G ............................................................... 3.4 Penggabungan antar stasiun atau sub-kelompok stasiun dilakukan dengan menggabungkan stasiun dengan stasiun lain yang mempunyai jarak euclid terkecil sehingga pada langkah pertama penggabungan akan terdapat n-1 kelompok. Penggabungan ini dilakukan terus sampai didapat satu kelompok besar yang berisi seluruh stasiun. Diagram yang menunjukkan pengelompokan ini tergambar dalam dendogram Haryoko,U. 2007.

3.3. Tempat Penelitaian