Isolat Fungi KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolat Fungi

Dari hasil isolasi diperoleh sebanyak 42 isolat fungi dari tanah Bangka dan TWA Sibolangit. Sebelas isolat tidak digunakan karena tidak berpotensi menghambat fungi patogen tanaman dan hanya memiliki miselia sterilia sehingga tidak dapat diketahui genus dan identifikasinya. Sebanyak 31 isolat yang digunakan, termasuk ke dalam 9 genus. Genus fungi tersebut adalah Penicillium, Aspergillus, Fusarium, Curvularia, Rhizomucor, Paecilomyces, Moniliella, Eupenicillium, dan Trichoderma. Terdapat 4 isolat yang tidak teridentifikasi yaitu sp. 1, sp. 2, sp. 3, dan sp. 4. Dari tanah Bangka dan TWA Sibolangit ditemukan isolat fungi yang bervariasi. Berdasarkan hasil isolasi pada lokasi Bangka didapatkan 15 isolat yang terdiri dari 6 genus yaitu Penicillium, Aspergillus, Fusarium, Eupenicillium, Paecilomyces, Moniliella, dan 2 isolat yang tidak teridentifikasi yaitu sp. 1 dan sp. 2. Sedangkan pada lokasi TWA Sibolangit didapatkan 16 isolat yang terdiri dari 5 genus yaitu Penicillium, Aspergillus, Rhizomucor, Trichoderma, Curcularia, dan 2 isolat yang tidak teridentifikasi yaitu sp. 3 dan sp. 4. Terdapat genus yang sama yang ditemukan pada setiap lokasi, seperti Penicillium dan Aspergillus. Tetapi Penicillium dan Aspergillus yang ditemukan sebenarnya terdiri dari beberapa spesies yang berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari karakterisasinya berupa warna koloni, tekstur permukaan koloni, diameter koloni dan bentuk konidia lampiran A. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang terdapat pada lokasi mendukung untuk pertumbuhan genus tersebut, sepertu suhu udara, suhu tanah, kelembapan tanah, pH tanah, dan ketersediaan nutrisi. Jumlah spesies fungi pada saat isolasi, menunjukkan bahwa Penicillium merupakan jenis yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 11 spesies 35,48 dari 31 spesies yang ditemukan. Diikuti oleh Aspergillus 8 spesies 25,81, Trichoderma 2 spesies 6,54 dan yang paling sedikit jumlahnya adalah Fusarium, Eupenicillium, Paecilomyces, Moniliella, Curvularia, sp. 1, sp. 2, sp. 3 dan sp. 4 masing-masing berjumlah 1 dengan persentase sebesar 3,23 Tabel 4.1.1. Tabel 4.1.1 Jumlah Isolat Fungi yang Diisolasi dari Tanah Bangka dan TWA Sibolangit Genus Jumlah Spesies Persentase Penicillium 11 35.48 Aspergillus 8 25.81 Trichoderma 2 6.54 Fusarium 1 3.23 Curvularia 1 3.23 Rhizomucor 1 3.23 Paecilomyces 1 3.23 Moniliella 1 3.23 Eupenicillium 1 3.23 sp1. 1 3.23 sp2. 1 3.23 sp3. 1 3.23 sp4. 1 3.23 Jumlah Total 31 Frekuensi kehadiran genus fungi pada setiap lokasi dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1.1 berikut ini: Gambar 4.1.1 Histogram Frekuensi kehadiran genus fungi di Bangka dan TWA Sibolangit Berdasarkan histogram diatas diketahui bahwa Aspergillus dan Penicillium merupakan genus yang ditemukan pada kedua lokasi. Terdapat 6 jenis Penicillium yang berhasil diisolasi dari tanah Bangka, dan 5 jenis dari tanah TWA Sibolangit. Sedangkan sebanyak 3 jenis Aspergillus berhasil diisolasi dari tanah Bangka dan 5 dari tanah TWA Sibolangit. Fusarium, Eupenicillium, Paecilomyces, Moniliella, dan 2 isolat yang tidak teridentifikasi yaitu sp. 1 dan sp. 2 berhasil diisolasi dari tanah Bangka, masing-masing hanya 1 spesies. Genus Trichoderma ditemukan sebanyak 2 spesies pada lokasi TWA Sibolangit, sedangkan Curvulria, Rhizomucor, sp. 3 dan sp. 4. berhasil diisolasi dengan jumlah masing-masing hanya 1 spesies. Aspergillus dan Penicillium memiliki tingkat persentase yang lebih tinggi dibandingkan persentase genus lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua genus fungi ini merupakan fungi yang bersifat kosmopolitan, sehingga mikroorganisme ini umum ditemukan. Menurut Ilyas 2007, adanya dominansi marga-marga fungi tersebut diantaranya karena taksa fungi-fungi tersebut memiliki sebaran kosmopolit, dapat menghasilkan spora vegetatif konidia dalam jumlah besar, dan tergolong kapang yang tumbuh cepat sehingga dalam media isolasi dapat dengan mudah tumbuh dan mengalahkan pertumbuhan taksa kapang lainnya. Menurut Domsch et al 1993, Penicillium spp. adalah spesies yang tersebar luas di seluruh dunia, hampir pada semua jenis tanah. Dwidjoseputro 1978 menyatakan bahwa Aspergillus terdapat di mana-mana, baik di daerah kutub maupun di daerah tropik, dan hampir pada setiap substrat. Variasi beberapa koloni Aspergillus dan Penicillium dapat dilihat pada Gambar 4.1.2. Penicillium dan Aspergillus ditemukan pada kedua lokasi dalam jumlah yang cukup besar. Menurut Suwandi 1989, populasi fungi dipengaruhi banyak faktor antara lain oleh zat organik, anorganik, pH, kelembaban, aerasi, temperatur, musim dan komposisi vegetasi. Komposisi vegetasi sangat mempengaruhi populasi misalnya di Gambar 4.1.2 Variasi beberapa koloni dari genus Penicillium dan Aspergillus umur 7 hari yang diisolasi dari tanah Bangka dan TWA Sibolangit a. Pencillium paxilli b. Penicillium sp1. c. Penicillium sp3. d. Penicillium sp4. e. Penicillium sp8. f. Aspergillus sp1. g. Aspergillus sp3. h. Aspergillus sp4. i. Aspergillus sp5. a d b e f c h g i daerah yang ditanami gandum fungi yang menonjol adalah Aspergillus, sedangkan Penicilium paling banyak di daerah yang ditanami jagung. Dari isolasi yang dilakukan ditemukan sebanyak 11 jenis Penicillium memiliki karakteristik berbeda yaitu Penicillium paxilli, Penicillium citreonigrum, Penicillium sp.1, Penicillium sp. 2, Penicillium sp. 3, Penicillium sp. 4, Penicillium sp. 5, Penicillium sp. 6, Penicillium sp. 7, Penicillium sp. 8, dan Penicillium sp. 9. Wibowo 2008 menyatakan bahwa variasi yang muncul dapat dilihat dari perbedaan warna koloni atas maupun pada bagian bawah, bentuk konidia dan tekstur permukaan. Menurut Gilman 1971, genus Penicillium memiliki hifa vegetatif yang menjalar, bersekat, dan bercabang. Konidiofor tegak lurus, biasanya tidak memiliki percabangan, bersekat, dan pada bagian apeks memiliki vertisilia yang muncul dari percabangan primer yang tegak lurus, dan masing-masing memiliki vertisilia sekunder metula dan terkadang memiliki percabangan tersier fialid. Konidia berbentuk globose, bulat telur oval atau elips, halus ataupun kasar. Penicillium merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam bidang medis karena kemampuannya dalam menghasilkan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan mikroorganiame patogen Wibowo, 2008. Affandi 2000 menyatakan bahwa fungi tanah seperti Aspergillus, Trichoderma, dan Penicillium berperan penting dalam menguraikan selulosa dan hemiselulosa. Aspergillus merupakan genus terbanyak kedua yang berhasil diisolasi yaitu sebanyak 8 spesies. Masing-masing jenisnya adalah Aspergillus candidus, Aspergillus sp. 1, Aspergillus sp. 2, Aspergillus sp. 3, Aspergillus sp. 4, Aspergillus sp. 5, Aspergillus sp 6, Aspergillus sp. 7, dan Aspergillus sp. 8. Kedelapan spesies ini dapat dibedakan dari ciri karakterisasinya Lampiran A. Menurut Permana Kusmiati 2007, ciri-ciri dari Aspergilus antara lain memiliki hifa septat, miselia bercabang terdapat dibawah permukaan merupakan hifa vegetatif, sedangkan yang muncul di atas permukaan umumnya hifa fertil, koloni kompak konidiofora septap atau non septap, muncul dari foot cell sel miselium yang membengkak dan berdinding tebal, sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna, konidia membentuk rantai yang berwarna hijau coklat atau hitam dan beberapa spesies tumbuh pada suhu 37 o C atau lebih. Genus fungi lain yang ditemukan di lokasi Bangka dan TWA Sibolangit adalah Curvularia, Trichoderma, Fusarium, Penicillium, Aspergillus, Rhizomucor, Eupenicillium, Moniliella, dan Paecilomyces Gambar 4.1.3. Gambar 4.1.3 Genus fungi umur 14 hari pada media PDA Potato Dextrose Agar a. Curvularia b. Trichoderma c. Fusarium d. Penicillium e. Aspergillus f. Rhizomucor g. Eupenicillium h. Moniliella i. Paecilomyces a b d e c f i h g Trichoderma ditemukan pada lokasi TWA Sibolangit sebanyak 2 spesies yaitu adalah Trichoderma harzianum dan Trichoderma sp. 1 yang memiliki karakteristik berbeda. T. harzianum memiliki ciri-ciri Koloni berwarna hijau keputihan, dasar koloni berwarna krem, diameter koloni mencapai 41,6 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan kasar, konidiofor bercabang berbentuk piramida, fialid tampak langsing pada ujung konidiofor, konidia berbentuk semibulat hingga oval. Sedangkan Trichoderma sp. memiliki ciri-ciri koloni berwarna putih, dasar koloni berwarna krem, diameter koloni mencapai 24 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, konidiofor muncul dari permukaan hifa bercabang 3, konidia berbentuk oval hingga bulat. Menurut Ganjdar et al 1999, koloni T. harzianum mencapai diameter 5 cm dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin kemudian putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Trichoderma spp. dapat ditemui hampir di semua jenis tanah dan pada berbagai habitat Harman, 2003. Spesies ini kosmopolit, dan dapat diisolasi dari tanah, biji-bijian, kertas, tekstil, rhizosfer kentang, gandum, rumput, jerami, serta kayu Gandjar et al., 1999. Rhizomucor dan Curvularia ditemukan di tanah TWA Sibolangit, masing-masing berjumlah 1 spesies. Rhizomucor yang ditemukan memiliki ciri koloni berwarna putih, dasar koloni berwarna kuning, diameter koloni mencapai 85 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, sporangiofor tumbuh dari permukaan hifa, sporangia berbentuk bulat dan kolumela berbentuk bulat. Curvularia yang diisolasi memiliki ciri koloni berwarna abu-abu kehitaman, dasar koloni berwarna coklat kehitaman, diameter koloni mencapai 34 mm dalam waktu 4 hari, konidiofor berbentuk tunggal dan memiliki sekat yang jelas terlihat, konidia lurus atau membengkok berbentuk geniculate dan bersekat. Menurut Ayunasari 2009 ciri mikroskopik Curvularia adalah konidiofor berbentuk tunggal atau berkelompok, tampak sederhana, lurus atau membengkok, umunya geniculate, berwarna coklat dan kearah apeks memucat. Spesies ini banyak ditemukan di daerah tropis, dan mudah diisolasi dari tanah, udara, serasah, daun palem, serta tanah gurun Gandjar et al., 1999. Eupenicillium, Paecilomyces, dan Moniliella adalah spesies yang jumlahnya paling sedikit ditemukan pada lokasi Bangka. Ketiga genus ini masing-masing ditemukan sebanyak 1 spesies. Eupenicillium yang diisolasi memiliki ciri koloni berwarna hijau keputihan, dasar koloni berwarna krem, diameter koloni mencapai 47 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan kasar, konidiofor tidak bercabang dan berdinding halus, fialid berbentuk seperti tabung berjumlah 3-4, konidia berbentuk bulat dan tersusun memanjang. Warna koloni pada Paecilomyces hijau kekuningan, dasar koloni berwarna kuning, diameter koloni mencapai 41 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, konidiofor berdinding halus, fialid berkerumun dan membawa konidia yang tersusun seperti rantai yang tidak beraturan, konidia berbentuk elips. Moniliella memiliki karakteristik warna koloni putih, dasar koloni berwarna merah, diameter koloni mencapai 18,6 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, konidiofor tunggal dan berdinding halus, konidia berbentuk bulat. Menurut Permana Kusmiati 2007 Paecilomyces sp. adalah jamur yang tersebar di alam, di tanah, tanaman busuk dan bahan pangan. Secara makroskopik pada media PDA koloni tampak berbubuk, berwarna coklat muda sampai kuning muda. Pada mikroskop terlihat hifa transparan dan bersepta. Konidiofor bercabang tunggal atau ganda terletak verticillate. Fialid ditemukan tunggal atau dalam kumpulan dengan basis silindris atau elips sedangkan pada bagian ujung menyempit membentuk semacam leher memanjang. Konidia terdapat sebagai rantai panjang divergen, uniselullar berbentuk semi bulat elips atau fusiform berdinding halus, berwarna hialin atau transparan. Dalam penelitian ini, dari hasil isolasi diperoleh 4 isolat yang tidak berhasil diketahui genusnya, masing-masing adalah sp. 1, sp. 2, sp. 3, dan sp. 4 Gambar 4.1.4. Keempat spesies ini dapat dibedakan berdasarkan karakterisasinya Lampiran A. sp. 1 memiliki ciri koloni berwarna coklat muda, dasar koloni berwarna coklat tua, diameter koloni mencapai 7,5 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, hifa aseptat, bercabang dan tidak memiliki konidia. sp. 2 memiliki ciri-ciri koloni berwarna putih, dasar koloni berwarna putih, diameter koloni mencapai 32,6 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, hifa septat, tidak bercabang dan terlihat seperti ruas bambu berbuku buku, tidak memiliki konidia. sp. 3 memiliki karakterisasi koloni berwarna putih, dasar koloni berwarna krem kekuningan, diameter koloni mencapai 16 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, hifa bercabang dan tidak memiliki sekat serta berdinding halus. Sedangkan sp. 4 memiliki karakterisasi koloni berwarna coklat muda, dasar koloni berwarna coklat muda, diameter koloni mencapai 18 mm dalam waktu 4 hari, tekstur permukaan halus, hifa bercabang, aseptat dan tidak memiliki konidia. Gambar 4.1.4 Empat jenis isolat yang tidak diketahui genusnya a sp. 1 b sp. 2 c sp. 3 dan d sp. 4 pada media PDA umur 7 hari Adanya spesies fungi yang tidak berhasil diidentifikasi karena spesies tersebut tidak membentuk spora, yang dibentuk hanyalah miselia sterilia. Proses pembentukan spora berkaitan dengan media untuk identifikasi yang digunakan. Media identifikasi fungi bervariasi untuk setiap kelompoknya. Pada dasarnya media tersebut berfungsi untuk merangsang fungi membentuk spora. Berdasarkan pengamatan spora tersebut fungi dapat diidentifikasi sampai tingkat marga Ilyas et al., 2006.

4.2 Kemampuan Antagonis Isolat Fungi terhadap Fungi Patogen Tanaman