Pengamatan Mikroskopik Hifa Abnormal Fungi Patogen Tanaman d. b. Kesimpulan

Dari Tabel 4.2.1 dapat diketahui sebanyak 12 isolat Bangka dan 11 isolat Sibolangit yang berpotensi untuk menghambat pertumbuhan fungi patogen tanaman baik G. boninense atau F. oxysporum. Menurut Bakri 2009, isolat fungi tersebut memiliki kemampuan antagonistik yang ditandai dengan adanya penghambatan miselium fungi patogen tanaman dan pada akhirnya pertumbuhan hifa menipis, mengering dan mengalami abnormalitas Gambar 4.3.1. Passoth Scunner 2003 menyatakan bahwa mekanisme penghambatan agen hayati dalam menekan pertumbuhan patogen adalah melalui mekanisme mikoparasitisme. Proses mikoparasitik terdiri atas empat tahap yaitu pertumbuhan kemotropis, pengenalan rekognisi, pelekatan dan pelilitan, dan lisis Susanto et al., 2002.

4.3 Pengamatan Mikroskopik Hifa Abnormal Fungi Patogen Tanaman

Dari pengamatan mikroskopik yang dilakukan, dapat dilihat bahwa hifa G. boninense dan F. oxysporum mengalami abnormalitas. Hal ini terjadi karena adanya interaksi dari isolat dengan G. boninense dan F. oxysporum. Abnormalitas yang terjadi yaitu berupa hifa mengalami lisis, hifa mengalami pembengkakan, dan hifa menggulung Gambar 4.3.1. Gambar 4.3.1 a. Hifa normal G. boninense b. Hifa G. boninense menggulung c. Hifa G. boninense mengalami lisis d. Hifa normal F. oxysporum e. Hifa F. oxysporum mengalami pembengkakan f. Hifa F. oxysporum mengalami lisis perbesaran 400x. a.

e. d.

c. b.

f. Dari Gambar 4.3.1 dapat dilihat perubahan hifa G. boninense dan F. oxysporum yang terjadi akibat interaksi antara isolat fungi dengan G. boninense dan F. oxysporum. Adanya aktivitas antagonisme yang kuat dari isolat fungi terhadap G. boninense dan F. oxysporum dengan mekanisme hiperparasitisme dan antibiotik sehingga efektif menghambat pertumbuhan jamur patogen tanaman dengan mendegradasi dinding selnya. Hifa fungi patogen mengalami lisis, pembengkakan, dan menggulung. Lisis pada hifa menunjukkan bahwa isolat fungi mampu menghidrolisis dinding sel G. boninense dan F. oxysporum Simbolon, 2008. Hifa fungi patogen yang mengalami pembengkakan dan menggulung diduga sebagai mekanisme pertahanan dari patogen terhadap serangan isolat.

4.4 Uji Antibiotik Ekstrak Metanol Fungi Terhadap G. boninense dan F. oxysporum

Berdasarkan hasil uji antibiotik, didapatkan 4 spesies yang memiliki kemampuan paling baik dalam menghambat pertumbuhan fungi patogen tanaman. spesies tersebut adalah Penicillium sp. 1, Penicillium sp. 2, Penicillium sp. 8 dan Aspergillus sp. 6. Hasil uji antibiotik ekstrak metanol keempat fungi tersebut dengan pembanding ketokonazol 20 setelah masa inkubasi 3 hari menunjukkan bahwa masing-masing ekstrak metanol dari keempat fungi memiliki daya hambat terhadap G. boninense dan F. oxysporum Gambar 4.4.1. Gambar 4.4.1 Daya hambat ekstrak metanol a kontrol terhadap F. oxysporum b kontrol terhadap G. boninense c uji ekstrak metanol Penicillium sp. 1 terhadap G. boninense d uji ekstrak metanol Penicillium sp. 8 terhadap F. oxysporum pada media PDYA dengan masa inkubasi 3 hari K = Ketokonazol 20, DM = DMSO DM K 60 100 80 40 80 60 40 100 DM K a b c d Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penghambatan oleh ekstrak metanol fungi terhadap fungi patogen yang ditandai dengan adanya zona hambat yang terbentuk. Koloni G. boninense mengalami penghambatan pertumbuhan di sekitar cakram yang berisi ekstrak metanol fungi yang mengakibatkan koloni G. boninense bentuknya tidak bulat lagi seperti bentuk normal Gambar 2.2.2. Penghambatan pertumbuhan juga terjadi pada koloni F. oxysporum di sekitar cakram yang berisi ekstrak metanol fungi yang mengakibatkan bentuk koloni F. oxysporum berbentuk segi empat. Zona hambat yang dibentuk fungi Penicillium sp. 1 terhadap G. boninense untuk setiap konsentrasi lebih besar dibandingkan ketiga fungi lain. Sedangkan zona hambat yang dibentuk fungi Penicillium sp. 8 terhadap F. oxysporum untuk setiap konsentrasi lebih besar dibandingkan ketiga fungi lain. Zona hambat yang dibentuk oleh ketokonazol ternyata tidak lebih besar dibandingkan dengan zona hambat dari Penicillium sp. 1 dan Penicillium sp. 8. Besarnya daya hambat dari keempat fungi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.1. Tabel 4.4.1 Besar zona hambat mm yang dibentuk oleh masing-masing ekstrak metanol fungi, ketokonazol dan DMSO sebagai kontrol Jenis Konsentrasi Fungi G. boninense

F. oxysporum Panjang hifa

normal mm Panjang hifa terhambat mm zona hambat mm Panjang hifa normal mm Panjang hifa terhambat mm zona hambat mm Penicillium sp1. 40 38,75 26 12,75 22,62 25,5 60 22,5 16,25 23,5 80 21,7 17,05 22 0,62 100 21 17,75 19 3,62 Penicillium sp2. 40 40 34,5 5,5 30,5 32 60 33 7 32 80 31 9 32 100 27 13 28 2,5 Penicillium sp8. 40 39 35,5 3,5 24,25 21,5 2,75 60 33 6 20 4,25 80 29 10 18 6,25 100 27 12 16,5 7,75 Aspergillus sp 6. 40 28,37 26 2,37 27,5 23 4,5 60 24,5 3,87 23 4,5 80 23,5 4,87 20 7,5 100 21 7,37 20 7,5 Ketokonazol 20 42,5 32 10,5 18,75 13 5,75 DMSO 10 42,5 18,8 Hasil uji antibiotik ekstrak metanol fungi menunjukkan bahwa pada konsentrasi 40 ekstrak fungi ternyata sudah dapat menghambat pertumbuhan G. boninense dan F. oxysporum. Zona hambat yang dibentuk ketokonazol terhadap G. boninese lebih kecil jika dibandingkan dengan ekstrak metanol Penicillium sp. 1, dan terhadap F. oxysporum lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak metanol Penicillium sp. 8. Zona hambat terbesar terhadap G. boninense, ditunjukkan oleh ekstrak Penicillium sp. 1 100 yaitu sebesar 17,75 mm, sedangkan yang terkecil ditunjukkan oleh Aspergillus sp. 6 40 yaitu sebesar 2,37 mm, dan zona hambat terbesar terhadap F. oxysporum ditunjukkan oleh ekstrak Penicillium sp. 8 100 yaitu sebesar 7,75 mm, sedangkan yang terkecil ditunjukkan oleh Penicillium sp. 1 80 yaitu sebesar 0,62 mm. Hal ini mungkin disebabkan karena Penicillium sp. 1 dan Penicillium sp. 8 lebih memiliki mekanisme antifungi dan jenis metabolit sekunder yang dikandung oleh ekstrak metanol Penicillium sp. 1 dan Penicillium sp. 8 lebih mampu menghambat hifa G. boninese dan F. oxysporum dibandingkan dengan ekstrak fungi lain. Menurut Cappucino Sherman 1996, faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya zona hambat berupa kemampuan difusi bahan antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan mikroba yang diuji, jumlah mikroba yang diujikan, kecepatan tumbuh mikroba uji, dan tingkat sensitifitas mikroba terhadap bahan antimikroba. Mikroorganisme P. chrysogenum dapat menghasilkan antibiotik penisilin. Mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif serta beberapa jamur Sri et al., 2000. Selain Penicillium, genus Aspergillus, Chephalosporium, Chaetomium, Fusarium dan Trichoderma juga menghasilkan antibiotik Suwandi, 1989. Senyawa antibiotik merupakan salah satu produk metabolit sekunder. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi pembentukan metabolit sekunder, yaitu: keterbatasan nutrisi yang tersedia di tempat tumbuh suatu fungi, penambahan senyawa induksi dan penurunan kecepatan pertumbuhan Demain, 1998. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang penapisan fungi penghasil antibiotik dari tanah Bangka dan TWA Sibolangit serta potensinya dalam menghambat beberapa fungi patogen tanaman dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Diperoleh sebanyak 16 spesies fungi dari tanah Bangka dan 15 spesies fungi dari tanah TWA Sibolangit. 2. Sebanyak 14 spesies dari tiap lokasi memiliki potensi menghambat pertumbuhan G. boninense dan F. oxysporum, dan tidak ada yang berpotensi menghambat P. citrinum. 3. Penicillium sp. 1, Penicillium sp. 2, Penicillium sp. 8 dan Aspergillus sp. 6 merupakan isolat yang memiliki kemampuan menghambat paling baik. 4. Keempat isolat ini selanjutanya di ekstrak dengan menggunakan metanol. Uji antagonis ekstrak metanol menunjukkan bahwa ekstrak metanol Penicillium sp. 1 100 memiliki zona hambat paling besar dalam menghambat pertumbuhan G. boninense yaitu sebesar 17,75 mm, dan ekstrak metanol Penicillium sp. 8 100 memiliki zona hambat paling besar dalam menghambat pertumbuhan F. oxysporum yaitu sebesar 7,75 mm. 5. Zona hambat yang dibentuk oleh Penicillium sp. 1 dan Penicillium sp. 8 lebih besar dibandingkan dengan zona hambat yang dibentuk oleh ketokonazol sebagai kontrol. 6. Pada pengamatan hifa abnormal, interaksi antara isolat dengan fungi patogen tanaman mengakibatkan hifa G. boninense dan F. oxysporum mengalami abnornalitas, seperti hifa menggulung, hifa mengalami pembengkakan dan hifa lisis.

5.2 Saran