Tabel 4.4.1 Besar zona hambat mm yang dibentuk oleh masing-masing ekstrak metanol fungi, ketokonazol dan DMSO sebagai kontrol
Jenis Konsentrasi
Fungi G. boninense
F. oxysporum Panjang hifa
normal mm Panjang hifa
terhambat mm zona hambat
mm Panjang hifa
normal mm Panjang hifa
terhambat mm zona hambat mm
Penicillium sp1. 40
38,75 26
12,75 22,62
25,5 60
22,5 16,25
23,5 80
21,7 17,05
22
0,62
100 21
17,75 19
3,62 Penicillium sp2.
40 40
34,5 5,5
30,5 32
60 33
7 32
80 31
9 32
100 27
13 28
2,5 Penicillium sp8.
40 39
35,5 3,5
24,25 21,5
2,75 60
33 6
20 4,25
80 29
10 18
6,25 100
27 12
16,5 7,75
Aspergillus sp 6. 40
28,37 26
2,37 27,5
23 4,5
60 24,5
3,87 23
4,5 80
23,5 4,87
20 7,5
100 21
7,37 20
7,5 Ketokonazol
20
42,5 32
10,5 18,75
13 5,75
DMSO
10
42,5 18,8
Hasil uji antibiotik ekstrak metanol fungi menunjukkan bahwa pada konsentrasi 40 ekstrak fungi ternyata sudah dapat menghambat pertumbuhan G. boninense dan F.
oxysporum. Zona hambat yang dibentuk ketokonazol terhadap G. boninese lebih kecil jika dibandingkan dengan ekstrak metanol Penicillium sp. 1, dan terhadap F. oxysporum
lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak metanol Penicillium sp. 8. Zona hambat terbesar terhadap G. boninense, ditunjukkan oleh ekstrak Penicillium sp. 1 100 yaitu sebesar
17,75 mm, sedangkan yang terkecil ditunjukkan oleh Aspergillus sp. 6 40 yaitu sebesar 2,37 mm, dan zona hambat terbesar terhadap F. oxysporum ditunjukkan oleh ekstrak
Penicillium sp. 8 100 yaitu sebesar 7,75 mm, sedangkan yang terkecil ditunjukkan oleh Penicillium sp. 1 80 yaitu sebesar 0,62 mm. Hal ini mungkin disebabkan karena
Penicillium sp. 1 dan Penicillium sp. 8 lebih memiliki mekanisme antifungi dan jenis metabolit sekunder yang dikandung oleh ekstrak metanol Penicillium sp. 1 dan
Penicillium sp. 8 lebih mampu menghambat hifa G. boninese dan F. oxysporum dibandingkan dengan ekstrak fungi lain. Menurut Cappucino Sherman 1996, faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya zona hambat berupa kemampuan difusi bahan antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan mikroba yang diuji, jumlah mikroba
yang diujikan, kecepatan tumbuh mikroba uji, dan tingkat sensitifitas mikroba terhadap bahan antimikroba.
Mikroorganisme P. chrysogenum dapat menghasilkan antibiotik penisilin. Mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas terhadap bakteri Gram positif
dan Gram negatif serta beberapa jamur Sri et al., 2000. Selain Penicillium, genus Aspergillus, Chephalosporium, Chaetomium, Fusarium dan Trichoderma juga
menghasilkan antibiotik Suwandi, 1989. Senyawa antibiotik merupakan salah satu produk metabolit sekunder. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi pembentukan
metabolit sekunder, yaitu: keterbatasan nutrisi yang tersedia di tempat tumbuh suatu fungi, penambahan senyawa induksi dan penurunan kecepatan pertumbuhan Demain,
1998.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan