BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya KBBI, 2005. Pengalaman dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan. Hai ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dilakukan di masa lalu Notoadmodjo,
2010. Ada tiga aspek mendasar pengalaman manusia yang harus diperhatikan yaitu :
1apa yang mereka lakukan, 2apa yang mereka ketehui, 3benda – benda apa saja yang mereka buat dan gunakan dalam kehidupan mereka. Data pengalaman individu ialah bahan
keterangan mengenai apa yang dialami individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian Bungin, 2012.
B. Premenstrual Syndrome
1. Pengertian Premenstrual Syndrome Premenstrual syndrome merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada
wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi Suryono Sejati.
Premenstrual syndrome adalah berbagai gejala fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan perubahan hormonal karena siklus menstruasi Proverawati
Misaroh.
Universitas Sumatera Utara
2. Penyebab Premenstrual Syndrome Penyebab terjadinya premenstrual syndrome belum diketahui secara pasti. Namun
penyebab yang paling sering ditemukan berhubungan dengan faktor – faktor sosial, budaya, biologis dan masalah psikis emosional. Selain itu, premenstrual syndrome sering
berhubungan dengan naik turunnya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus haid Anurogo Wulandari, 2011.
Penyebab dari premenstrual syndrome antara lain: a.
Penyebab Hormonal Hormon – hormon steroid seks estrogen dan progesteron bukan sebagai penyebab
munculnya premenstrual syndrome, namun fluktuasi kadar sepanjang siklus haidlah sebagai pemicu Suparman, 2012.
Selain itu menurut Saryono dan Sejati 2009 terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron yakni kadar hormon estrogen sangat berlebih
dan melampaui batas normal sedangkan kadar progesteron menurun. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan genetik pada sensivitas reseptor dan sistem
pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Selain faktor hormonal, premenstrual syndrome berhubungan dengan gangguan perasaan
faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita. b.
Faktor Genetik Premenstrual syndrome lebih rentan diderita oleh wanita dengan riwayat
premenstrual syndrome seperti pada anggota keluarga lainnya seperti ibu kandung atau saudara kandung Suparman, 2010. Selain itu pada kembaran satu telur
monozigot insidensi premenstrual syndrome dua kali lebih tinggi daripada kembar dua telur Saryono Sejati, 2009.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berkontribusi terhadap premenstrual syndrome antara lain kepribadian dan dukungan orang – orang terdekat. Individu akan rentan beradaptasi
dengan premenstrual syndrome dan tidak mudah menerima saran dan terapi Elvira, 2010. Menurut penelitian Siregar 2012 terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat stres dengan premenstrual syndrome. Faktor stres sangat besar pegaruhnya terhadap premenstrual syndrome. Gejala – gejala premenstrual
syndrome akan semakin menghebat jika seorang wanita terus – menerus mengalami tekanan Saryono dan Sejati, 2009.
d. Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup dalam diri wanita terhadap pengaturan pola makan juga memegang peranan penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat
berperan terhadap gejala – gejala premenstrual syndrome. Makanan terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi cairan, dan membut tubuh bengkak. Terlalu
banyak mengkonsumsi minuman beralkohol dan minuman–minuman berkafein dapat mengganggu suasana hati dan melemahkan tenaga. Rendahnya kadar vitamin
dan mineral dapat menyebabkan gejala – gejala dari premenstrual syndrome semakin memburuk Saryono Sejati, 2009
Hasil penelitian premenstrual syndrome pada dua dekade terakhir menyimpulkan bahwa etiologi premenstrual syndrome sebenarnya tidak tunggal, melainkan merupakan
suatu interaksi yang sangat kompleks Suparman, 2012.
Universitas Sumatera Utara
3. Gejala Klinis Gejala – gejala yang muncul satu atau dua minggu sebelum periode haid dan
mereda dalam waktu satu minggu sejak kemunculannya. Gejala ini cukup berat sehingga dapat mengganggu kehidupan keseharian Datta, 2011.
Berbagai kepustaaan telah mendokumentasi lebih dari 150 gejala fisik, psikis, dan perilaku yang dapat dirangkum dalam premenstrual syndrome, namun keluhan – keluhan
yang paling sering dan sangat dikeluhkan sebagian besar penderitanya menurut Suparman 2012 diantaranya :
a. Keluhan dan atau gejala fisik: nyeri kepala, nyeri dan pembengkakan payudara,
nyeri punggung, nyeri sendi dan otot, mual, perut kembung, peningkatan berat badan, maupun berbagai derajat edema ekstremitas
b. Keluhan psikis: depresi, kecemasan, kelelahan atau merasa kehilangan tenaga,
kebingungan, menjadi pelupa, perasaan mudah tersinggung, kemarahan yang muncul tanpa provokasi yang adekuat, sering menangis, kehilangan daya
konsentrasi, dan merasa kehilangan harga diri c.
Gangguan perilaku: perasaan lelah, insomnia, berkurangnya hasrat seksual, keinginan berlebihan makan minum sesuatu, serta penarikan diri secara sosial.
Menurut Elvira 2010 tanda - tanda premenstrual syndrome amatlah banyak lebih kurang terdapat 200 gejala namun yang paling menonjol terdiri atas 3 tiga gejala, yaitu
mudah tersinggung irritable, tegang dan merasa tidak nyaman atau tidak bahagia dysphoria. Adapun gejala – gejala premenstrual syndrome mencakup :
a. Gejala fisik terdiri atas : 1payudara membengkak dan terasa nyeri, 2perut
membengkak dan menggembung, serta mengalami sembelit atau diare, 3nyeri kepala dan migren, 4membengkaknya tangan dan kaki, 5bertambahnya berat
Universitas Sumatera Utara
badan, 6otot menjadi kaku dan nyeri, 7 sendi – sendi kaku dan nyeri, 8mual dan muntah
b. Gejala emosi dan perilaku : 1depresi, 2cemas dan serangan panik, 3sulit tidur, 4
perubahan minat dan gairah seksual, 5mudah tersinggung, 6bermusuhan dan marah yang meledak – ledak, 7meningkatnya selera makan terhadap makanan –
makanan tertentu terutama garam dan gula, 8meningkat dan menurunnya mood. 9sulit konsentrasi, 10merasa lemah dan lelah.
4. Tipe premenstrual syndrome Dalam Saryono Sejati 2009 terdapat beberapa macam tipe dan gejala
premenstrual syndrome. Dr. Guy E. Abraham , ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi premenstrual syndrome menurut gejalanya
yakni premenstrual syndrome tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan premenstrual syndrome termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60 , premenstrual
syndrome tipe C sebanyak 40 , dan premenstrual syndrome tipe D sebanyak 20 . Kadang – kadang seorang wanita mengalami kombinasi gejala, misalnya tipe A dan D
secara bersamaan, dan setiap tipe memiliki gejalanya sendiri – sendiri. Tipe – tipe premenstrual syndrome antara lain:
a. Premenstrual Syndrome Tipe A
Premenstrual syndrome tipe A anxiety ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, rasa tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi
ringan sampai sedang saat belum mendapat menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen terlalu
tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan
pada penderita premenstrual syndrome bisa jadi kekurangan vitamin B dan
Universitas Sumatera Utara
magnesium. Penderita premenstrual syndrome A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
b. Premenstrual Syndrome Tipe H
Premenstrual syndrome tipe H hyperhydration memiliki gejala edema pembengkakan, perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan
dan kaki, peningkatan berat badan sebelum menstruasi. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe premenstrual syndrome lain. Pembengkakan itu
terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel ekstrasel karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika
untuk mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membantu
minum sehari – hari. c.
Premenstrual Syndrome Tipe C Premenstrual syndrome tipe C craving ditandai dengan rasa lapar ingin
mengkonsumsi makanan yang manis – manis biasanya coklat dan karbohidrat sederhana biasanya gula. Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap
gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang pingsan. Hipoglikemia timbul karena
pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan,
tidak terpenuhinya asam lemak esensial omega 6 atau kurangnya magnesium. d.
Premenstrual Syndrome Tipe D Premenstrual syndrom tipe D depression ditandai dengan gejala rasa depresi,
ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata – kata verbalisasi, bahkan kadang – kadang muncul rasa ingin bunuh diri
Universitas Sumatera Utara
atau mencoba bunuh diri. Biasanya premenstrual syndrome tipe D berlangsung bersamaan dengan premenstrual syndrome tipe A, hanya sekitar 3 dari seluruh
tipe premenstrual syndrome benar – benar murni tipe D. Premenstrual syndrome tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen,
dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteronnya. Kombinasi premenstrual syndrome tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino, tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekuranagan magnesium dan vitamin B
terutama B6. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan premenstrual syndrome tipe
D yang bersamaan dengan tipe A. 5. Faktor Risiko Premenstrual Syndrome
Wanita – wanita yang berisiko tinggi terkena atau mengalami premenstrual syndrome antara lain :
a. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga sangat mempengaruhi seorang wanita terkena premenstrual syndrome. Beberapa penelitian menemukan bahwa kejadian premenstrual
syndrome adalah dua kali lebih tinggi antar kembar identik dibandingkan dengan kembar dua telur Saryono Sejati, 2009. Premenstrual syndrome lebih rentan
diderita oleh wanita dengan riwayat premenstrual syndrome pada anggota keluarga lainnya Suparman, 2010.
b. Stres
Premenstrual syndrome lebih rentan dialami oleh populasi wanita yang mengalami stres Suparman, 2010. Faktor stres akan memperberat gangguan premenstrual
syndrome. Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang dalam menyelesaikan
Universitas Sumatera Utara
masalah Saryono Sejati, 2009. Menurut penelitian Siregar 2012 terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres terhadap premenstrual syndrome.
c. Diet
Faktor kebiasaan makanan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala premenstrual
syndrome. Kekurangn zat – zat gizi seperti vitamin B terutama B6, vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, serta asam lemak linoleat Saryono
Sejati, 2009. d.
Olahraga Menurut penelitian Nashruna, Maryatun dan Wulandari 2012 terdapat hubungan
antara aktivitas fisik seperti olahraga terhadap kejadian premenstrual syndrome yang menunjukkan wanita yang rutin melakukan olahraga jumlah yang mengalami
premenstrual syndrome lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang tidak rutin melakukan olahraga. Kurangnya olahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya premenstrual syndrome. Hal ini menunjukan bahwa olahraga memiliki hubungan dengan premenstrual syndrome.
e. Obesitas
Menurut Puspitoran et, al 2007 dalam hasil penelitian milik Nasruha menyatakan bahwa kadar serotonin di otak yang berperan dalam timbulnya premenstrual
syndrome akan menurun bila indeks massa tubuh semakin tinggi sehingga muncul gejala premenstrual syndrome. Hasil penelitian Nasruha, Maryam dan Wulandari
2012 menyebutkan bahwa wanita dengan obesitas lebih banyak mengalami premenstrual syndrome daripada wanita yang tidak obesitas.
Universitas Sumatera Utara
6. Penatalaksaaan Premenstrual Syndrome Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani premenstrual syndrome
antara lain : a.
Terapi obat 1
Menggunakan Analgesik Pengobatan premenstrual syndrome dapat menggunakan analgesik obat
penghilang rasa sakit dan bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi nyeri, dan gejala sedang lainnya serta bersifat sementara Elvira, 2010.
Analgesik yang digunakan biasanya asam mefenamat dengan dosis 500 mg diberikan 3 kali sehari Saryono dan Sejati, 2009.
2 Menggunakan Anti Depresi
Obat anti depresi seperti selective seretonin reuptake inhibitor SSRIs dapat digunakan sertiap hari selama 14 hari sebelum menstruasi. SSRIs membantu
mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi otak
neurotransmiter, misalnya serotonin. Selain itu anti depresi non SSRI juga dapat digunakan untuk pengobatan premenstrual syndrome Elvira, 2010. Efek
samping dari SSRIs yaitu sulit tidur, mengantuk, lelah, sakit kepala, gemetar, gugup dan disfungsi seksual. Anti depresi yang digunakan dengan dosis yang
paling rendah karena dapat memperkecil efek samping , seperti fluoxetine dengan dosis 20 – 60 mg per hari Saryono dan Sejati, 2009.
3 Vitamin B6
Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir pembetukan neurotransmiter, yang akan mempengaruhi sistem endokrin otak agar menjadi
lebih baik Elvira, 2010. Dosis yang diberikan sebanyak 50 – 100 mg per hari Suparman, 2012.
Universitas Sumatera Utara
4 Menggunakan Kontrasepsi Oral
Pil KB kombinasi estrogen dan progesteron bisa membantu mengurangi naik turun kadar estrogen dan progesteron Saryono dan Sejati, 2009. Menurut
Graham dan Sherwin 1992 dalam Suparman 2012 menyatakan bahwa pil KB kombinasi yang mengandung etinil estradiol 35 µg dan nerotrindon 0,5 mg
dan 1 mg mampu mengurangi nyeri dan pembengkakan payudara. 5
Diuretik Obat ini bisa meningkatkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sodium dan
air dalam urine, sehingga jumlah cairan dalam tubuh berkurang. Obat diuretika semacam spironolakton digunakan untuk mengurangi penahanan cairan dan
perut kembung Saryono dan Sejati, 2009. Menurut Vellacott 1987 dan Wang 1995 dalam Suparman 2012 untuk mengurangi keluhan retensi cairan
diberikan spironolakton dosis 100 mg per hari. b.
Psikoterapi Psikoterapi merupakan suatu pengobatan yan diberikan dengan cara – cara
psikologik. Untuk premenstrual syndrome dapat diberikan berupa terapi relaksasi, terapi kognitif perilaku dan psikoterapi dinamik Elvira, 2010
Terapi relaksasi dapat mengurangi tekanan dan gejala – gejala pada wanita yang mengalami premenstrual syndrome Saryono dan Sejati, 2009. Prinsipnya adalah
melatih pernapasan menarik napas dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya dengan lambat pula, mengendurkan seluruh otot tubuh dan mensugestikan pikiran
ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai Elvira, 2010 Terapi kognitif dilakukan dengan mengajarkan penderita premenstrual syndrome
untuk menganalisis pola pemikiran yang negatif dan cara memandang berbagai peristiwa dalam kehidupan secara lebih adaktif Suparman, 2012 Pada psikoterapi
Universitas Sumatera Utara
dinamik, individu diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan hanya sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya
individu lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih bamyak mendengar, kecuali pada individu yang benar – benar pendiam, maka dokter yang akan lebih
aktif. Terapi ini memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan atau bahkan bertahun- tahun. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan
dokternya, serta kesabaran kedua belah pihak Elvira, 2010. c.
Perubahan Gaya Hidup 1
Olahraga Upayakan olahraga aerobik selama 30 menit selama 4-6 kali seminggu. Hal ini
akan meningkatkan kesehatan seorang perempuan secara umum, kesehatan jantung dan pembuluh darahnya, otot-otot, serta membantu meredakan
ketegangan saraf dan kecemasanya. Selain itu olahraga dapat mengurangi penimbunan cairan dan berat badan serta dapat meningkatkan rasa percaya diri
Elvira, 2010. Olahraga yang dapat dilakukan antara lain jalan sehat, berlari, bersepeda, atau berenang Saryono dan Sejati, 2009.
2 Modifikasi Diet
Lakukan juga modifikasi pada pola makan dengan langkah- langkah sebagai berikut : a kurangi kafein untuk membantu mengurangi rasa tertekan, mudah
tersinggung dan gelisah. Untuk hal ini upayakan mengkonsumsi makanan alami yang sehat, b kurangi konsumsi garam untuk mengurangi kembung bukan
hanya garam yang ada dalam makanan sehari – hari, namun juga pada makananan kemasan, c konsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan
serat yang terdapat dalam makanan seperti roti gandum, pasta, sereal, buah dan sayur, d sertakan sumber protein pada tiap menu makanan, e konsumsi
Universitas Sumatera Utara
makanan yang kaya vitamin dan mineral atau konsumsi suplemen vitamin dan mineral, f kurangi konsumsi gula dan lemak dalam diet untuk membantu
meningkatkan energi dan menstabilkan mood, g kuranagi atau hentikan konsumsi alkohol Elvira, 2010.
7. Upaya Preventif Menurut Saryono dan Sejati 2009 usaha preventif dari premenstrual syndrome
antara lain : a. Modifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup sehari – hari perlu diatur untuk meminimalkan gejala yang timbul akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein dan dan
berhenti merokok merupakan alternatif yang baik untuk dilakukan. Memperbanyak waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi stres berperan juga
dalam terapi premenstrual syndrome. Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang
terdekat ,baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari, apabila pasangan atau teman dapat mengerti dan
mengenali penyebab dari kondisi ketidakstabilan wanita tersebut, sehingga memilih waktu lain untuk mendiskusikan masalah yang kontrofersial tersebut. Grup
konseling dengan psikiater juga dapat diterapkan. b.
Pola Diet Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita premenstrual syndrome
bervariasi pada setiap wanita., dan karena wanita yang mengalami premenstrual syndrome dapat memiliki kondisi utama lain seperti hipoglikemia dan tekanan
Universitas Sumatera Utara
darah tinggi, pengaturan dan penilaian khusus perlu diprioritaskan untuk membuat suatu rekomendasi makanan.
Penurunan asupan gula, garam, dan karbohidrat nasi, kentang, roti dapat mencegah edema bengkak pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein
kopi, teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia sulit tidur. Sodium sudah direkomendasikan untuk mengurangi
bengkak, cairan otak , dan perut kembung. Pembatasan kafein direkomendasikan oleh karena asosiasi antara kafein dan sifat lekas marah dan kesulitan untuk tidur.
Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa
untuk energi. Ada suatu teori yaitu gejala umum premenstrual syndrome seperti peningkatan untuk mengkonsumsi karbohidrat disebabkan karena kadar serotonin
yang rendah. Teori ini adalah saat kadar serotonin rendah, otak mengirim sinyal ke seluruh tubuh untuk makan karbohidrat, dimana untuk merangsang produksi
serotonin dari yang alami dengan asam amino building block. Pada kasus ini wanita ingin mengetahui mengapa nafsu makan mereka menjadi tidak sangat terkontrol
dan semangat hilang selama premenstrual syndrome, semua faktor sekuat kekuatan senyawa kimia otak dan produksi hormon mempengaruhi tingkah laku dan nafsu
makan secara psikis. Pola makan yang teratur dan mengurangi komposisi lemak dapat menjaga berat badan . Karena berat badan yang berlebih dapat meningkatkan
risiko menderita premenstrual syndrome. Vitamin B6 dengan dosis tidak lebih 100 mg per hari dapat memperbaiki gejala –
gejala premenstrual syndrome secara menyeluruh. Suplemen vitamin E adalah suatu perawatan yang dikenal untuk mastalgia. Vitamin E untuk perawatan
potensial premenstrual syndrome dikarenakan efek antioksidannya berpotensi
Universitas Sumatera Utara
sangat menguntungkan. Kalsium Karbonat disuatu dosis dari 1200 mg per hari selama tiga siklus menstruasi menimbulkan perbaikan gejala pada wanita – wanita
dengan premenstrual syndrome dalam mengurangi pembengkakan. Magnesium dengan dosis tidak lebih dari 400 mg per hari sangat membantu dalam mengurangi
cairan dan bengkak. Untuk mengurangi terjadinya penumpukan cairan, sebisa mungkin mengurangi
konsumsi garam dalam makanan. Garam bisa menyerap air dan hal ini dapat meningkatkan pembengkakan.
c. Olahraga
Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Olahraga seperti berenang dan berjalan kaki. Tarikan nafas dalam dan relaksasi juga bisa meringankan rasa
tidak nyaman. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang
terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
Agar aktivitas tetap berjalan meskipun dalam kondisi premenstrual syndrome maka hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan keluhan adalah : a Hindari kafein
yang terdapat pada berbagai minuman ringan dan hindari alkohol yang berlebihan. bLakukan pola diet yang sehat rendah garam, lemak, tinggi protein, dan vitamin serta
mineral. Perbanyak karbohidrat kompleks, sayur – sayuran dan buah – buahan. c Terapi farmakologi untuk mengatasi rasa nyeri yang luar biasa. d Lakukan senam aerobik secara
teratur. e Usahakan tidur yang cukup, gunakan jadwal secara teratur.
Universitas Sumatera Utara
C. Penelitian Kualitatif Fenomenologi