Perbandingan Metode Ceramah dengan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV Pada Mata Kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II DI AKBID
KHOLISATUR RAHMI BINJAI TAHUN 2014
GITA ANGGRAINI NIM : 135102018
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(2)
(3)
Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 ABSTRAK
Gita Anggraini
Latar belakang : paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah pendidik memberi pengetahuan secara pasif kepada mahasiswa. Kondisi pembelajaran yang demikian masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Suatu inovasi pembelajaran telah berkembang dan salah satu inovasi pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan pembelajaran metode talking stick. Penerapan metode pembelajararan talking stick diharapkan lebih dapat meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa dibandingkan dengan penerapan metode pembelajaran secara konvensional. Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014.
Metodologi : desain penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest
control group design. Sampel penelitian 92 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependent dan t-independent.
Hasil : hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi talking
stick nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi talking stick = 74,24 diperoleh nilai p =
0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi talking
stick . Pada kelompok kontrol sebelum diberi ceramah nilai hasil belajar = 51,57 dan
setelah diberi ceramah = 62,65 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara
talking stick dengan ceramah (nilai p = 0,001).
Kesimpulan : penelitian membuktikan bahwa adanya perbedaan antara metode ceramah & talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb II. Diharapkan supaya para dosen menerapkan metode talking stick sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
.
(4)
(5)
Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa
semester IV pada mata kuliah askeb II di akademi kebidanan kholisatur rahmi binjai tahun 2014 .
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara
3. dr. Hemma Yulfi, DAP&E M. Med.ED selaku dosen pembimbing dalam
penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya tulis Ilmiah ini
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Jitasari Tarigan Sibero, SST, S.Pd, M.Kes, selaku direktris Akademi Kholisatur Rahmi Binjai yang telah memberi izin untuk melkukan penelitian.
(6)
semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
6. Seluruh teman – teman D-IV Bidan pendidik USU yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga proposal karya tulis ilmiah ini selesai. 7. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah
Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.
Medan, Juli 2014
Penulis
(Gita Anggraini)
(7)
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
1. Tujuan Umum ... 4
2. Tujuan Khusus ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Bagi Dosen ... 5
2. Bagi Pendidikan ... 5
3. Bagi Peneliti Sendiri ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar ... 6
1. Pengertian Metode Ceramah ... 7
a. Kelebihan Metode Ceramah ... 7
b. Kelemahan Metode Ceramah ... 7
c. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah ... 6
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 10
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 10
3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 11
4. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif ... 11
C. Pengertian Metode Talking Stick ... 12
1. Kelebihan Metode Talking Stick………... 12
(8)
1. Defenisi Belajar ... 14
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 12
3. Proses Belajar Orang Dewasa ... 15
4. Hasil Belajar ... 16
5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar ... 16
6. Penilaian Hasil Belajar ... 15
7. Batas Minimal Hasil Belajar ... 18
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19
E. Kajian tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III & IV ... 21
A. Kala III 1. Fisiologi Kala III ... 21
2. Tanda-Tanda Klinis Pelepasan Plasenta…….. ... 21
3. Teknik Pengecekan Plasenta……… ... 21
4. Manajeman Aktif Kala III………. ... 21
B. Kala IV……… ... 24
1. Defenisi Kala IV……….. ... 24
2. Fisiologi Kala IV………. ... 24
3. Pemantauan dan penanganan kala IV ... 27
4. Tindakan yang tidak bermanfaat pada kala IV ... 27
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 29
B. Defenisi Operasional ... 30
C. Hipotesis ... 30
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi dan Sampel ... 33
C. Tempat Penelitian ... 34
D. Waktu Penelitian ... 34
E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 34
(9)
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 36
I. Analisis Data ... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 40
1.Analisis Univariat ... 40
2.Analisis Bivariat ... 43
B.Pembahasan ... 46
1.Interprestasi dan diskusi hasil ... 46
2.Keterbatasan Penelitian ... 52
3.Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 54
B.Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
(10)
Tabel 2.1 Ingatan Terhadap Pembelajaran Dikaitkan Denganjenis Presentasi..13 Tabel 2.2 Tabel Batas Minimal Hasil Belajar……….18 Tabel 5.1Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Awal (Pre Test)
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2013…………41
Tabel 5.2 Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Nilai Post Test Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014……….42
Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Ceramah Pada Kelompok Kontrol di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014………43
Tabel 5.4 Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Talking Stick Pada Kelompok Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014……….44 Tabel 5.7 Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Kelompok Kontrol dan Intervensi Pada Mata Kuliah Askkeb II Sesudah Dilakukan Metode Ceramah dan Talking
(11)
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya……. 14
Skema 2 : Kerangka Konsep………. 21
Skema 3 : Desain Penelitian……….. 25
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 3 : Lembar CVI Lampran 4 : Lembar Kuesioner
Lampiran 5 : Lembar Observasi Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian
Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Pelaksanaan Penelitian Lampiran 9 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 10 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup
(13)
Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 ABSTRAK
Gita Anggraini
Latar belakang : paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah pendidik memberi pengetahuan secara pasif kepada mahasiswa. Kondisi pembelajaran yang demikian masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Suatu inovasi pembelajaran telah berkembang dan salah satu inovasi pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan pembelajaran metode talking stick. Penerapan metode pembelajararan talking stick diharapkan lebih dapat meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa dibandingkan dengan penerapan metode pembelajaran secara konvensional. Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014.
Metodologi : desain penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest
control group design. Sampel penelitian 92 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependent dan t-independent.
Hasil : hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi talking
stick nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi talking stick = 74,24 diperoleh nilai p =
0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi talking
stick . Pada kelompok kontrol sebelum diberi ceramah nilai hasil belajar = 51,57 dan
setelah diberi ceramah = 62,65 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara
talking stick dengan ceramah (nilai p = 0,001).
Kesimpulan : penelitian membuktikan bahwa adanya perbedaan antara metode ceramah & talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb II. Diharapkan supaya para dosen menerapkan metode talking stick sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
.
(14)
BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satunya adalah sektor pendidikan. Posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun (Rosyada, 2007). Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam hal proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, anak di paksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya sehingga anak didik ketika lulus sekolah mereka pintar secara teoritis, namun mereka tidak mampu untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh tersebut (Sanjaya, 2011).
Pendidikan yang seharusnya mampu menanamkan kemandirian kerja keras dan kreativitas peserta didik agar dapat berhasil dan berguna dalam masyarakat, malah menghasilkan peserta didik yang bermental benalu, yakni lulusan pendidik formal hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan formal semata. Hal ini
(15)
dilatarbelakangi sistem pendidikan kita yang top down (dari atas ke bawah)
menganggap bahwa pendidikan sebagai proses pemindahan ilmu dari dosen kepada mahasiswa. Kognitif mahasiswa dipandang sebagai safe deposit box, yakni
pengetahuan dianggap berasal dari dosen dan ditransfer kepada mahasiswa. Dalam arti lain mahasiswa hanya menampung apa yang disampaikan dosen (Elmubarok, 2009).
Disamping keteladanan sebagai dosen yang utama pengajaran diuniversitas perlu juga menggunakan metode pembelajaran yang menyentuh emosi dan keterlibatan para mahasiswa seperti permainan, stimulasi dan imajinasi. Dosen hendaknya menjadi fasilitator bagi peserta didiknya, sehingga timbul kebutuhan dari
dirinya untuk memperoleh keterampilan dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya (Elmubarok, 2009).
Pembelajaran aktif mengkoordinasikan agar mahasiswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukan selama pembelajaran. Konsep pembelajaran aktif berkembang setelah sejumlah institusi melakukan riset tentang lamanya ingatan mahasiswa terhadap materi pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel Maine (1954), Amerika Serikat
menunjukkan bahwa dalam kelompok berbasis dosen (teacher centered learning)
mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual dan bahkan demonstrasi oleh dosen, mahasiswa hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30% (Warsono & Haryanto, 2012). Universitas sebagai suatu tempat pendidikan seharusnya mengajarkan pembelajaran cooperative
learning melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada
(16)
terstruktur dan menjadikan mahasiswa sebagai sumber belajar bagi teman lainnya (Wena, 2011).
Menurutt hasil penelitian wirahana (2012) menunjukkan bahwa penggunan model cooperative learning type talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 65,28% (cukup aktif) meningkat pada siklus II menjadi 85,41% (sangat aktif), dengan peningkatan sebesar (20,13%). Sementara itu nilai rata-rata kinerja guru pada siklus I yaitu 68,21 (cukup baik) meningkat pada siklus II menjadi 87,5 (sangat baik). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53,06 kemudian meningkat menjadi 85,28 pada akhir siklus II.
Dalam konteks ini kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu jigsaw, number head together, group investigation,
student teams achievement division dan metode pendukung pengembangan
pembelajaran kooperatif seperti talking stick, snowball drilling, everyone is teacher
here dan lain sebagainya. Dalam hal ini peneliti mengambil pembelajaran talking
stick yang bertujuan lebih efektif dan bermakna. Karena dengan pembelajaran talking
stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam hal ini
peserta didik harus mampu mengerti makna belajar, manfaat belajaran, dan bagaimana para peserta didik mampu mencapai proses pembelajaran dengan baik. Seyogyanya diharapkan kepada peserta didik selain terdapat peningkatan hasil belajar secara kognitif dan afektif, juga terdapat nilai-nila yang bisa diaplikasikan atau diterapkann pesrta didik kedalam kehidupan sehari-hari.
(17)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil
belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014”
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa
semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014”
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II
b. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II dengan metode ceramah
c. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II dengan metode talking stick
d. Untuk membandingkan hasil belajar dengan metode ceramah dan talking
(18)
D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Memberikan bekal peneliti, sebagai calon dosen untuk lebih meningkatkan dan memanfaatkan macam-macam metode pembelajaran secara efektif.
2. Bagi Dosen
Menambah informasi dosen mengenai seberapa jauh perbedaan metode ceramah dengan metode talking stick terhadap hasil belajar.
3. Bagi Pendidikan
Sebagai masukan kepada institusi dalam mengambil kebijakan terkait alternativ penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas institusi
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dengan teori dan pengalaman yang dimiliki, dimana digunakan guru untuk mempersiapakan program pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usaha yang dilakukan dosen adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang turut ikut mengambil bagian dalam pencapaian keberhasilan kegiatan belajar mengajar (Zain & Djamarah, 2010).
Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari dosen kepada mahasiswa. Pendapat Smith mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill). Dari
pendapat diatas disimpulkan bahwa mengajar adalah proses penyampaian informasi yang disampaikan dosen untuk menanamkan pengetahuan atau keterampilan yang intinya mengarah pada timbulnya keinginan belajar pada mahasiswa (Sanjaya, 2011).
Agar proses belajar dalam kelas lebih efektif maka dosen harus mampu mengelola proses belajar mengajar dengan baik. Kemampuan dosen dalam mengelola proses belajar mengajar yaitu kemampuan dalam merencanakan pengajaran, kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar dan kemampuan mengevaluasi menilai hasil pengajaran (Sudjana, 2009).
Dalam menyusun rencana pengajaran salah satu unsur yang penting yang harus diperhatikan oleh dosen adalah pemilihan metode pengajaran. Metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh dosen berdasarkan
(20)
pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenis bercorak khas dan semuanya berguna untuk mencapai tujuan pengajaran (Sanjaya, 2011).
Metode-metode mengajar banyak jenisnya dan seorang dosen harusnya mampu memanfaatkan metode yang ada untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran sehingga mahasiswa lebih tertarik dan mau mengeksplor lagi kemampuan yang dimiliki. Metode-metode tersebut antara lain : metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode tanya jawab, metode simulasi, metode problem solving, metode eksperimen, metode proyek. Beberapa metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif seperti salah satu contohnya adalah metode pembelajaran talking stick (Sanjaya, 2011).
1. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok mahasiswa. (Djamarah & Zain, 2010). Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut
a. Kelebihan
Metode ceramah merupakan metode yang mudah dan murah untuk dilakukan, dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas dan dapat diikuti oleh jumlah mahasiswa yang besar (Djamarah dan Zain, 2010).
b. Kelemahan
Materi yang dapat dikuasai mahasiswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang akan dikuasai dosen, mudah menjadi variabelisme (pengertian kata-kata), bila selalu digunakan dan terlalu lama menjadi membosankan, melalui
(21)
ceramah sangat sulit sekali untuk mengetahui apakah seluruh mahasiswa sudah mengerti apa yang telah dijelaskan atau belum, dan menyebabkan mahasiswa menjadi pasif (Djamarah & Zain, 2010)
Sebagaimana yang dikemukakan Sanjaya (2011) ada dua langkah dalam menerapkan metode ceramah yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan pada tahap pelaksaan ada tiga langkah yang harus dilakukan yaitu pembukaan, penyajian dan mengakhiri dan menutup ceramah.
B.Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Aktif Sebagai Induk Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif secara sederhana didefenisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan mahasiiswa untuk melakukan sesuatu dan berfikir tentang sesuatu yang sedang dilakukannya.
Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel, Maine (1954),
Ameriks Serikat menunjukkan bahwa sekelompok berbasis dosen (teacher centered
learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual
dan bahkan demonstrasi oleh dosen,mahasiswa hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30%. Dalam pembelajaran diskusi yang tidak didominasi oleh dosen mahasiswa dapat mengingat sebnyak 50%. Jika para mahasiswa diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing something) mereka dapat
(22)
teaching) menyebabkan mereka mampu mengingat sebanyak 90% materi (Warsono
& Hariyanto, 2012).
Gambar 2.1 Piramida Belajar Para Mahasiswa
Sumber. National Training Libraries, Bethel, 1954 (Warsono & Hariyanto, 2012). Dalam hubungannya dengan hal tearsebut di atas, Edger Dale (1969) memaparkan hasil temuan penelitiannya, antara lain seperti tertera pada tabel 2.1 berikut ini.
Presentasi
Kemampuan Mengingat Setelah 3 Jam Setelah 3 Hari
Ceramah 25% 10-20%
Tertulis (membaca) 72% 10%
Visual dan verbal (pengajaran memakai ilustrasi) 80% 65%
Partisipatori (bermain peran, studi kasus, praktik) 90% 70% Sumber dale, 1969
Tabel 2.1 Ingatan terhadap pembelajaran dikaitkan dengan jenis presentasi (Warsono & Hariyanto, 2012).
(23)
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi mahasiswa bukan hanya dosen dan buku ajar, tetapi juga sesama mahsisiswa. Menurut Lie pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, disamping dosen dan sumber belajar yang lainnya (Wena, 2011).
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Sanjaya (2011) meliputi prinsip ketergantungan positif (positif interdependendance),
tanggung jawab perseorangan (individual accountability, interaksi tatap muka (face
to facae promotion interaction, dan partisipasi & komunikasi (participation
communication)
Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) dalam
pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok.
Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
(24)
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.
Partisipasi dan komunikasi (participation Communication) pembelajaran kooperatif melatih mahasiswa untuk dapat mampu berpatisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan masyarakat.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran meliputi penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian dan pengakuan tim (Sanjaya, 2011).
5. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan dan keterbatasan sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut.
a. Keunggulan
Melalui pembelajaran kooperatif mahasiswa tidak terlalu menggantungkan pada dosen, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari mahasiswa yang lain. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik (Sanjaya, 2011). Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menguji ide dan pemahamnnya sendiri, menerima umpan balik.Melalui
(25)
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. Interaksi Selma kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir (Sanjaya, 2011).
b. Keterbatasan
Untuk memahami dan mengerti filosofi pembeljaran kooperatif memang butuh waktu. Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk mahasiswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual (Sanjaya, 2011).
C. Pengertian Metode Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
mengemukakan pendapat (Rokhani 2012). Talking Stick sebagaimana dimaksudkan
penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu mahasiswa kepada mahasiswa yang lainnya pada saat dosen selesai menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat dosen selesai mengajukan pertanyaan, maka mahasiswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua mahasiswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan
(26)
yang diajukan guru. Talking stick termasuk salah satu metode pendukung
pengembangan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini dilakukan dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari dosen setelah mahasiswa mempelajari materi pokoknya (Suprijono, 2009).
Langkah-langkah metode Talking Stick berdasarkan Suprijono (2009), yaitu
pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan dosen mengenai
materi pokok yang akan dipelajari, mahasiswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut, dosen mempersiapakan pertanyaan-pertanyaan yang akan di ajukan kepada mahasiswa, selanjutnya dosen meminta kepada mahasiswa menutup bukunya, dosen mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah seorang mahasiswa secara acak ataupun bergilir, mahasiswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari dosen, setelah mahasiswa menjawab pertanyaan, kemudian mahasiswa tersebut memberikan tongkat tersebut kepada teman lainnya secara acak, mahasiswa yang mendapat tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen, demikian seterusnya sampai semua pertanyaan terjawab, ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya seyogyanya diiringi musik,
langkah terakhir dari metode talking stick adalah dosen menyimpulkan tentang
materi yang dipelajari. Kemudian evaluasi dan penutup.
Metode talking stick mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya
sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut. a. Kelebihan
Mahasiswa lebih dapat memahami materi karena diawali dari penjelasan seorang dosen, mahasiswa lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan kesempatan untuk mempelajarinya kembali melalui buku, daya ingat lebih baik
(27)
sebab ia akan ditanya kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya, mahasiswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai peningkat daya tarik mahasiswa mengikuti pelajaran tersebut, pelajaran akan tuntas sebab pada bagian akhir akan diberikan kesimpulan oleh dosen (Istarani, 2012).
b. Kelemahan
Membuat peserta didik minder jika dosen tidak dapat memberikan dorongan untuk berani mengemukakan pendapat karena siswa belum terbiasa untuk berbicara di depan umum (Rokhani, 2012).
D. Belajar
1. Defenisi Belajar
Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi (Riyanto, 2010).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input),
proses, dan keluaran (output). Persoalan proses adalah mekanisme atau proses
terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar. Dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri kemampuan baruu atau perubahan baru pada diri subyek belajar (Notoatmodjo, 2007). Proses kebiatan belajar tersebut dapat digambarkan pada bagan dibawah ini.
(28)
Proses belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Metode Alat-alat Bantu
Input Output
(Subyek Belajar) (Hasil Belajar)
Fasilitas Belajar Bahan Belajar
Skema 2.1. Proses Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
J. Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ke dalam empat kelompok besar, yakni faktor materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual subyek belajar. Faktor yang pertama, materi ikut menentukan proses dan hasil belajar. Faktor yang kedua adalah lingkungan yang dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor yang ketiga, instrumental, yang terdiri dari alat peraga, dan perangkat lunak seperti kurikuklum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator belajar serta metode belajar mengajar (Notoatmodjo, 2007).
3. Proses Belajar pada Orang Dewasa
Menurut UNESCO, pendidikan orang dewasa, apapun isi, tingkatan dan metodenya, baik formal maupun tidak, merupakan lanjutan atau pengganti pendidikan di sekolah ataupun universitas. Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Perubahan perilaku di dalam proses pendidikan orang dewasa pada umumnya lebih sulit daripada perubahan perilaku di dalam pendidikan anak. Hal ini dapat dipahami karena orang dewasa
(29)
sudah mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu yang mungkin sudah mereka miliki bertahun-tahun. Jadi pengetahuan, sikap, dan perilaku baru yang belum mereka yakini tersebut menjadi sulit diterima. Untuk itu diperlukan usaha-usaha tersendiri agar subyek belajar meyakini pentingnya pengetahuan, sikap, dan perilaku tersebut bagi kehidupan mereka. Dengan kata lain, pendidikan orang dewasa dapat efektif menghasilkan perubahan perilaku apabila isi dan cara yang dirasakan oleh suybyek belajar. Salah satu pesan-pesan pendidikan tersebut dipahami oleh orang dewasa dan dapat memberikan dampak mengajar yang tepat (Notoatmodjo, 2007).
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berupa informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang, strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengmengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut (Sudjana, 2009).
5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan oleh Benjamin S. Bloom (dalam Sudiyono, 2007) mengungkapkan bahwa sasaran dalam evaluasi hasil belajar mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor (keterampilan).
(30)
Ranah kognitif adalh ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir yaitu pengetahuan (knowledge),
jenjang ini merupakan jenjang terendah dalam ranah kognitif. Jenjang kedua adalah pemahaman (comprehension). Jenjang ketiga adalah aplikasi (application). Jenjang
keempat adalah analisis (analysis). Jenjang kelima adalah sintesis (synthesis) dan
jenjang keenam adalah evaluasi (evaluation). Jenjang ini merupakan jenjang tertinggi
dalam ranah kognitif.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila telah memiliki kognitif pada tingkat tinggi. Cirri-ciri peserta didik akan terlihat dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif memiliki lima jenjang yaitu receiving atau attending (menerima atau
memperihatinkan), responding (menanggapi), valuting (menilai atau menghargai),
organization (mengatur atau mengorganisasikan) dan characterization by a value or
value complex (karakterisasi dengan seseatu nilai atau nilai yang nilai).
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan lanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil belajar kognirif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
6. Penilaian Hasil Belajar
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya,
(31)
Djamarah (2006) menggolongkan tes hasil belajar menjadi tes formatif, tes subsumatif dan tes sumatif.
Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil formatif dimanfaatkan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar bahan pengajaran dalam waktu tertentu.
Tes subsumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hasil tes subsumatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nili rapor.
Tes sumatif dilakukan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester dan satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarap keberhasilan belajar peserta didik dalam satu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai
ukuran mutu institusi.
7. Batas Minimal Hasil Belajar
Menentukan batas minimum keberhasilan belajar merupakan upaya untuk menentukan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Norma-norma pengukuran tersebut adalah norma skala angka dari 0 sampai 10 dan norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk
(32)
skala 0-100 adalah 55 atau 60. Selain norma skala angka, pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan melalui simbol huruf-hutuf dengan kriteria A, B, C, D dan E. Simbol huruf-huruf dapat dipandang sebagai simbol angka-angka (Syah, 2006).
Angka Huruf Predikat
> 80 A Sangat Baik
75-79 B Baik
60-74 C Cukup
55-59 D Kurang
< 54 E Gagal
Table 2.2 Tabel Batas Minimal Hasil Belajar (Akademi Kebidanan Kholisaturrahmi).
8. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Djamarah (2006) mengemukakan bahwa tinggi atau rendahnya hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, bahan dan alat evaluasi, dan suasana evaluasi.
Tujuan adalah pedoman atau sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Jika suatu tujuan tercapai maka keberhasilan pengajaran juga akan tercapai. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dan secara langsung guru akan mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumah ilmu pengetahuan kepada anak didik. Setiap guru memiliki kepribadian sesuai dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Kepribadian tersebut dapat mempengaruhi pola kepemimpinan dalam melaksanakan tugas mengajar. Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kompetensi
(33)
dosen dibidang pendidikan dan pengajaran. Aspek-aspek inilah yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak didik.
Anak didik merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Kepribadian, intelektual dan biologis setiap anak didik berbeda-beda. Perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Banyak sedikitnya jumlah anak didik dalam satu kelas akan mempengaruhi keberhasilan belajar. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik. Pendekatan mengajar yang dilakukan oleh guru akan mempengaruhi kegiatan dan hail belajar mengajar yang berlainan. Strategi dan metode pembelajaran sangat menentukan kualitas hasil belajar mengajar.
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Masing-masing alat evaluasi mempunyai keuntungan dan kekurangan. Alat evaluasi terhadap hasil belajar berupa tes objektif dalam bentuk pilihan berganda dan alat tes dalam bentu esaay Validitas dan reliabilitas data dari alat evaluasi dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar. Suasana evaluasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan didalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas sehingga mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan.
(34)
E. Kajian tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III dan IV a. Kala III
1. Fisiologi Kala III
Kala tiga persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai berakhir dengan lahirnya plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata-rata antara 5 sampai 10 menit, akan tetapi normal kala tiga 30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih lama dari 30 menit (Varneyet al, 2004).
Kala tiga persalinan terdiri dari dua fase berurutan : (1) pelepasan plasenta dan (2) pengeluaran plasenta. Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi, yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran bayi. Cara pelepasan plasenta ada dua macam yaitu secara schultz dan secara ducan (Varneyet al, 2004).
2. Tanda-Tanda Klinis Pelepasan Plasenta
Tetesan atau opancaran kecil darah yang mendadak, pemanjangan tali pusat yang terlihat pada introitus vagina, perubahan bentuk uterus dari discoid ke bentuk globular perubahan ini disebabkan oleh kontraksi uterus dan perubahan dalam posisi uterus (Varneyet al, 2004).
3. Teknik pengecekan pelepasan plasenta
Selain mengamati tanda-tanda klinis di atas, bidan dapat juga melakukan perasat untuk mengecek pelepasan plasenta. Tiga perasat yang dapat dilakukan adalah perasat kustner, strassman dan klien (Sulistyawati & Heny, 2010).
3. Manajemen Aktif Kala III
Syarat : janin tunggal/memastikan tidak ada lagi janin di uterus, tujuan manajemen aktif kala tiga membuat kontraksi uterus efektif.
(35)
a) Keuntungan
Lama kala tiga lebih singkat, jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan post partum & menurunkan kejadian retensio plasenta.
b) Manajemen aktif kala III
Pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri c) Tindakan yang keliru dalam melaksanakan manajemen aktif kala III
Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir, mengeluarkan plasenta, padahal plasenta belum semuanya lepas, kurang kompeten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta, rutinitas kateterisasi & tidak sabar menunggu saat terlepasnya plasenta (Sumarah et al, 2009).
a) Kesalahan tindakan manajemen aktif kala III
Terjadinya inversio uteri, pada saat melakukan penegangan tali pusat terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik, tali pusat terputus, terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum lepas & syok (Sumarah et al, 2009).
b)Pemeriksaan plasenta
Selaput ketuban utuh atau tidak, plasenta: ukuran plasenta bagian maternal dan fetal, tali pusa: jumlah arteri dan vena (Sumarah et al, 2009).
c) Pemantauan Kala III
Perdarahan, kontraksi uterus, robekan jalan lahir/laserasi, rupture perineum, tanda vital, personal hygiene (Sumarah et al, 2009)
(36)
Daftar gejala dan kemungkinan diagnosis pada abnormalitas kala III
No Gejala Gejala Penyerta Kemungkinan Dx
1 Uterus tidak berkontraksi perdarahan segera/ primer plasenta lengkap
Syok Atonia uteri
2 Perdarahan segera/primer darah segar mengalir uterus kontraksi baik plasenta lengkap
Pucat lemah menggigil
Robekan jalan lahir
3 Placenta belum lahir setelah 30 menit perdarahan segera kontraksi uterus baik
Tali pusat putus inversion uterus perdarahan lanjut
Retensio plasenta
4 Plasenta /sebagian lengkap selaput tidak lengkap ada pembekuan darah perdarahan segera
Uterus berkontraksi tetapi TFU tidak turun
Sisa plasenta
5 Uterus tidak teraba lumen vagina terisi masa tampak tali pusat perdarahan segera nyeri
Syok neurogenik pucat
Inversio uteri
6 Perdarahan segera (intra abdomen/vagina) nyeri perut berat
Syok nyeri tekan nadi cepat
Rupture uteri
7 Sub involusio uteri nyeri tekan perut bawah,perdarahan lebih 24 jam, tidak teratur, terus berbau
Anemia Perdarahan terlambat
endometritis, infeksi/tidak, sisa plasenta
(37)
b. Kala IV 1. Defenisi
Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai ± 2 jam setelah plasentah lahir. Kala ini dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini sering timbul perdarahan. Dua jam setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, yaitu si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Dalam kala IV ini petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi (Hidayat & Sujiyatini, 2010).
2. Fisiologi Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dengan lahirnya plasenta dan berakhir satu jam kemudian. Pada kenyataan disebut periode satu jam post partum. Walaupun persalinan secara teknis telah berakhir jam pertama post partum sering berhubungan dengan kala IV. Hsl itu disebabkan oleh masa kritis wanita yang diawali dengan pengambilan kondisi dari tekanan masa persalinan, dia harus berada dalam pengawasan yang ketat oeh bidan dan karena bidan akan menghabiskan waktu tersebut dengan melakukan aktivitas yang secara langsung berhubungan dengan priode intrapartum, meliputi:
a. Evaluasi uterus
b. Inspeksi dan evaluasi plasenta, selaput dan tali pusat c. Menjahit luka episiotomy dan laserasi bila ada
(38)
Dalam kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan oleh bidan bidan karena ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensif disebabkan perdarahan atonia uteri masih mengancam sebagai tambahan, tanda-tanda vital manifestasi psikologi lainnya dievaluasi sebagai indikator pemulihan dan stress persalinan. Melalui periode tersebut, aktivitas yang paling pokok adalah perubahan peran, hubungan keluarga akan dibentuk selama jam tersebut, bayi berada pada tiap-tiap “taking in” pada saat ini sangat penting bagi proses bonding, dan sekaligus inisiasi menyusui dini (Hidayat & Sujiyatini, 2010).
Komponen dasar untuk kala IV termasuk informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi dan manajemen kebidanan ibu pada bayi baru lahir dan proses bonding ibu dan anak.
a. Involusi uterus
Setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus. Setelah itu tinggi fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama, saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Sampai minggu ke enam normal uterus kembali ke bentuknya ketika tidak hamil, yaitu organ kecil berbentuk buah pir yang terdapat dalam pelvik.
b. Servik, vagina perineum
Servik, vagina dan perineum yang dilihat pertama kali adalah perlukaan, yang kedua adalah luka memar. Setelah plasenta lahir, segera lihat bagian serviks apakah mengangu, tebal dan lembek mungkin terjadi edema. Lihat bagian servik, vagina dan perineum kemungkinan adanya laserasi.
(39)
c. Episiotomi
Bidan melakukan inspeksi, tanda-tanda infeksi dan bukti-bukti penyembuhan tergantung pada letak dan kedalaman insisi.
d. Lokea
Lokea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Terdiri dari darah, sel-sel tua, dan bakteri. Lokea pertama kemerahan dan mungkin mengandung bekuan. Warna lokaea biasanya digambarkan dengan bahasa latin rubra untuk merah segar, serosa untuk serum kecoklatan, dan alba untuk kuning keputihan. Lokea biasanya berhenti 2 minggu setelah post partum
e. Vital sign
Tekanan darah, nadi, respirasi harus stabil seperti pada tahap sebelum bersalin 1 jam post partum. Monitor tekanan darah dan nadi penting selama kala IV untuk mendeteksi adanya syok yang diakibatkan oleh adanya kehilangan darah. Pemeriksaan suhu harus cermat diamana suhu tubuh diperiksa satu kali selam kala IV.
f. Menggigil
Tidak semua ibu pasca persalinan akan menggil. Jika timbul rasa dingin kemudian ibu menggigil masih dipertimbangkan dalam batas-batas normal bila tidak disertai infeksi. Menggigil paling banyak dikarenakan ketegangan syaraf serta energy yang terkuras selama persalinan.
g. Sistem gastrointestinal
Rasa mual muntah akan menghilang. Pertama ibu akan merasa haus dan lapar hal ini disebabkan karena proses persalinan yang memerlukan banyak energi
(40)
h. Sistem renal
i. Air seni yang tertahan menyebabkan kantong kemih lebih membesar. Kondisi ini terjadi karena trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada urehra selama persalinan. Dalam 2 jam post partum ibu harus sudah BAK, jika ibu belum bias BAK maka lakukan kateterisasi.
j. Perawatan hemoroid
Hemoroid pada post partumsangat wajar, hal ini disebabkan tekanan oleh kepala bayi dan upaya meneran ibu pada saat persalinan. Ada beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini seperti duduklah dalam air hangat atau air dingin, hindari duduk terlalu lama, ibu harus banyak minum dan makanan berserat dan bidan mungkin bias menggunakan salep nupericanial ointetment. 3. Pemantauan dan penanganan kala IV
Karena terjadi perubahan fisiologis, maka pemantauan dan penanganan yang dilakukan oleh tenaga medis adalah pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput ketuban setelah kelahiran plasenta, memperhatikan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan perineum, dan pemantauan keadaan umum ibu (Hidayat & Sujiyatini, 2010).
4. Tindakan yang tidak bermanfaat atau membahayakan pada persalinan Kala IV
Tindakan Deskripsi Keterangan
Tampon vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak menghentikan perdarahannya. Seorang ibu sapat terus mengalami perdarahan dengan tampon di dalam vagina. Hal ini bahkan merupakan sumber terjadinya infeksi.
(41)
Gurita atau sejenisnya Selama dua jam pertama segera setelah pasca persalinan, adanya gurita akan menyulitkan petugas pada saat memerikasa fundus apakah berkontraksi dengan baik
Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga dalam 2 jam pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan waktu yang baik bagi ibu dan bayi saling berhubungan. Berikan kesempatan bagi keduanya untuk pemberian ASI. Menduduki sesuatu yang
panas
Duduk diatas bara yang panas dapat menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah ibu dan menambah perdarahan. Juga dapamenyebabkan dehidrasi
(42)
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah gambaran sederhana (ringkas) dan jelas dan menunjukkan jenis serta hubungan antara variabel yang diteliti dari variabel lainnya yang terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah metode ceramah dan metode talking stick sedangkan variabel dependennya
adalah hasil belajar topik “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III dan IV”.
Variabel Independen Variable Dependen
Skema 3.1
Kerangka konsep perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil
belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
B. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II
di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 Metode ceramah
Hasil belajar pada topik Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin kala III
dan IV Metode talking
(43)
C. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1. Metode
ceramah
Metode pembelajaran yang hanya berpusat pada dosen saja dan komunikasi hanya bersifat satu arah saja.
Lembaran observasi
Observasi - Dilakukan - Tidak dilakukan
Nominal
2. Metode talking stick
Metode pembelajaran yang berpusat pada dosen dan mahasiswa yang menciptakan suasa belajar aktif dengan bantuan sitck sebagai alat penunjuk giliran yang digilirkan kepada mahasiswa.
Lembaran observasi
Observasi - Dilakukan - Tidak dilakukan
Nominal
3. Hasil belajar Hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala III dan IV setelah dilakukan perlakuan dengan metode ceramah & talking stick Kuesioner Menghitung jawaban yang benar dari setiap responden.
A (Sangat Baik) = >80
B (Baik) = 75-79 C (Cukup) = 60-74
D(Kurang) = 55-59
E (Gagal) = <54
(44)
BAB IV
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Pendekatan
penelitian ini dengan menggunakan pretest posttest control group design. Penelitian
ini melibatkan dua kelas yang diberikan perlakuan berbeda, pada kelas intervensi digunakan metode talking stick dan pada kelas kontrol digunakan metode ceramah.
Sabelum melakukan pembelajaran, peneliti memberikan pre-test kepada kelas
kontrol dan intervensi, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi dan
pos-test akan diberikan setelah 3 hari dilakukan pembelajaran yang berbeda pada kedua
kelas.
Pertemuan
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pre-Test Perlakuan Post-Test Pre-Test Perlakuan Post-Test
I O1 - - O1 - -
II - X O2 - X O2
III - X O2 - X O2
Keterangan:
X : Metode ceramah & talking stick
O1: Tes awal kelas intervensi dan kelas kontrol
O2 : Tes akhir kelas intervensi dan kelas kontrol
(45)
Desain penelitian dapat dilihat pada gambar berikut
Post test
Analisis data
Kesimpulan Populasi
Sampel
Pre test
Kelas kontrol Kelas
intervensi
metode ceramah
metode talking stick
(46)
B.Populasi dan Sampel 1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014 yang berjumlah 205 mahasiswa dan terdiri dari 4 kelas (A,B,C, dan D).
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu
pengamilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2007). Sampel dibagi dalam 2 (dua) kelas sama besar yaitu kelas A sebagai kelas kontrol dan kelas C sebagai kelas intervensi sehingga tiap kelas beranggotakan 46 mahasiswa. Pengambilan sampel sebanyak 92 responden pada kelas A dan C oleh peneliti karena dianggap cukup untuk mewakili kategori karateristik yang diharapkan didalam sampel dan menghindari apabila banyak responden yang dapat dijadikan sampel keluar dari syarat kategori yang diinginkan.
Adapun penetapan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria inklusi :
- Mahasiswa semester IV Akbid Kholisatur Rahmi
- Mahasiswa Mahasiswa semester IV dengan jumlah kehadiran > 80% Sampel dengan kriteria eksklusi yaitu :
- Mahasiswa yang jarang datang kekampus/jarang masuk kuliah - Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian dilakukan - Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden
(47)
C.Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi, dengan pertimbangan jumlah sampel memadai, dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga mempermudah proses penelitian, dan belum pernah dilakukan penelitian serupa pada Akbid tersebut.
D.Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada 12 April sampai dengan 24 April tahun 2014
E.Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi. Dalam hal ini peneliti melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden
berhak untuk menolak dan mengundurkan diri untuk diteliti. Responden juga diberi kebebasan dari tindakan yang dilakukan serta mendapat keadilan atas tindakan dan tanpa adanya deskriminasi dari penelitian. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
(48)
F.Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan dalam metode pengumpulan data adalah kuesioner melaui soal tes tertulis. Untuk memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini, peneliti memberikan test awal (pre-test) sebelum dilakukan intervensi dan test akhir
(post-test) setelah dilakukan intervensi dalam bentuk kuesioner. Kuesioner yang
dibagikan adalah lembar soal yang terdiri dari 30 butir soal bentuk pilihan berganda dengan empat kemungkinan jawaban waktu yang disediakan adalah 45 menit.
G.Validitas dan Reabilitas
1. Uji validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menguji sah/valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengungkapkan (mengukur) apa yang akan diukur (Machfoedz, 2009). Rentang koefisien antara 0,00 sampai 1,00, dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan kriteria ke validitan yang lebih besar. Suatu instrument penelitian dikatakan valid jika koefiseien validitasnya 0,7 atau lebih. Uji validitas dilakukan secara content validity oleh dosen yang ahli di bidang kebidanan ibu Evi Era
Liesmayani SST,M.keb dengan skor CVI (Content Validity Index) 0,9
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Kuesioner dikatakan reliable jika dapat memberikan hasil relative sama pada saat dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang berlainan pada waktu yang berbeda atau memberikan hasil yang tetap atau paling sedikit berbeda amat sedikit (Machfoedz, 2009). Pengujian reliabilitas data diolah dengan menggunakan Program
(49)
komputer dengan mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Nilai nilai
item untuk setiap butir pertanyaan bernilai 1 untuk jawaban benar dan bernilai 0 untuk jawaban salah dengan jumlah soal sebanyak 30 butir untuk materi kala III 15 butir dan untuk materi kala IV 15 butir. Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 20 orang mahasiswi Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat yang sesuai dengan kriteria responden dan penelitian dengan koefisien r Alpha (0,810) dan r tabel (0,361). Ketentuannya adalah r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliable.
H.Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin penelitian dari Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan telah mendapat izin dari Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai. Setelah itu, salah satu dosen kebidanan di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi memberikan daftar nama mahasiswa beserta absenya. Peneliti bertemu dengan responden yang sesuai dengan kriteria sampel pada penelitian dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.
Setelah itu, peneliti memeberikan lembar pertanyaan persetujuan responden dan apabila responden menyetujui maka peneliti akan membagikan kuesioner pada responden dan kemudian menjelaskan cara pengisian. Data yang telah diisi responden diambil saat itu juga oleh peneliti. Di dalam penelitian ini peneliti berfungsi sebagai observer yaitu untuk melihat dosen pada saat mengajar, dan tingkah laku mahasiswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pada pengumpulan data dilakukan tahapan identifikasi kemampuan mahasiswa secara kognitif yang dilakukana pre test dan post test terhadap setiap metode pembelajaran, dimana soal
(50)
pre test dan post test berbentuk pilihan berganda dan soal antara pre test dan post test
yang akan diberikan kepada kelompok kontrol dan intervensi sama.
Memberikan pre test pada kelompok kontrol dan intervensi untuk mengukur
rata-rata kemampuan kognitif mahasiswa sebelum diberi perlakuan untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan pada kala III dan kala IV. Selanjutnya dosen memberikan perlakuan pada kelompok kontrol dan intervensi dengan mengajar menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol dan talking stick pada
kelompok intervensi dengan topik Kala III dalm waktu yang bersamaan. Dimana pada kelompok intervensi mahasiswa diajarkan dengan metode talking stick, pada
saat dosen memberikan pertanyaan kepada mahasiswa kemudian stick bergulir dari
mahasiswa satu ke mahasiswa yang lain seyogyanya diiringi musik. Setelah 3 hari diberikan metode ceramah dan talking stick mahasiswa diberikan post test pada
kelompok kontrol dan intervensi untuk mengetahui rata-rata kemampun kognitif setelah diberi perlakun dengan topik pembelajaran Kala III.
Pada pertemuan selanjutnya mahasiswa diajarkan kembali dengan metode ceramah dan talking stick pada kelompok kontrol dan intervensi dengan topik
pembelajaran Kala IV dan setelah 3 hari diberikan topik pembelajaran kala IV diberikan post test kembali mengenai topik kala IV. Semua data yang telah
terkumpul diklaasifikasikan sesuai dengan kategori masing-masing dan data setiap responden diklasifikasikan melalui kode-kode tertentu, semua data yang telah berbentuk kode dimasukkan ke dalam tabel dan di entry ke dalam komputer agar
memudahkan dalam menganalisa data, menentukan selisih nilai pada kelompok kontrol dan intervensi pada nilai pre test dan post test dengan uji statistik yang sesuai
untuk menentukan apakah perbedaan hasil belajar dari kelompok kontrol dan intervensi signifikan atau tidak signifikan.
(51)
I. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan
teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni
pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.
Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program komputer, yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Univariat
Data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar deviasinya yakni hasil
belajar dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan talking stick melalui
statistik deskriptif. Hasil data dibuat dalam bentuk tabel. 2. Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji perbedaan hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan talking stick. Dalam
menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji
t-dependen yaitu uji statistik Paired sample t-test untuk mengukur hasil belajar
sebelum dan sesudah dilakukan metode pembelajaran ceramah dan talking stick pada
kelompok intervensi dan kontrol, dan diperoleh mean perbedaan sebelum dengan sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol. Sedangkan uji t-independen
digunakan untuk membandingkan hasil belajar setelah di lakukan metode pembelajaran ceramah dan talking stick pada kelompok intervensi dan kelompok
(52)
kontrol. Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila nilai p value < 0,05
maka H0 di tolak dan Ha diterima menyatakan adanya perbedaan. Apabila nilai p
value >0,05 maka H0 gagal ditolak menyatakan tidak adanya perbedaan. Dengan
sebelumnya melihat persamaan varian antara kelompok intervensi dan kontrol mealalui uji Levene test.
(53)
BAB V
HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang perbandingan metode ceramah dan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata
kuliah asuhan kebidanan II (persalinan) di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai pada bulan April 2014. Data dalam penelitian ini adalah data skor kemampuan kognitif mahasiswa pada materi persalinan. Jumlah responden terdiri dari 92 orang. Responden terbagi atas dua kelompok yaitu 46 orang kelompok kontrol (kelas A) dan 46 orang kelompok intervensi (kelas C).
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data hasil belajar mahasiswa yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, modus dan standar deviasi pada kelompok kontrol dan intervensi.
a. Data nilai kemampuan awal (pre test) mahasiswa
Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kemampuan awal mahasiswa pada kelompok kontrol 51,57 dengan standart deviasi 10,173 sedangkan nilai minimum 26 dan maximum adalah 80 dan confidence interval (CI) 95% adalah 48,54-54,59. Dan
hasil penelitian pada kelompok intervensi yakni rata-rata kemampuan awal mahasiswa 49,13 dengan standart deviasi 14,730 sedangkan nilai minimum 20 dan maximum 86 dan confidence interval (CI) 95% adalah 44,76- 53,50. Hasil tersebut
(54)
Tabel 5.1
Hasil Belajar Mahasiswa berdasarkan Kemampuan Awal (Pre Test) Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
No Variabel Mean
Median SD Min-Mak 95 % CI
1 Kelompok Kontrol
51,57
53,00 10,173 26-80 48,54-54,59 2 Kelompok Intervensi
49,13
50,00 14,730 20-86 44,76-53,50
b. Data hasil belajar mahasiswa berdasarkan kemampuan akhir (pos test)
Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kemampuan akhir mahasiswa pada kelompok kontrol 62,65 dengan standart deviasi 10,522 sedangkan nilai minimum 40 dan maximum adalah 80 dan confidence interval (CI) 95% adalah 59,53-65,78. Dan
hasil penelitian pada kelompok intervensi yakni rata-rata kemampuan akhir mahasiswa 74,24 dengan standart deviasi 9,464 sedangkan nilai minimum 46 dan maximum 90 dan confidence interval (CI) 95% adalah 71,43- 77,05. Hasil tersebut
dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2
Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Nilai Post Test Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
No Variabel Mean
Median SD Min-Mak 95 % CI
1 Kelompok Kontrol
62,65
63,00 10,522 40-80 59,53-65,78 2 Kelompok Intervensi
74,24
(55)
2. Analisis Bivariat
Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji t-dependen Paired T-Test yaitu mengukur hasil belajar sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi sedangkan t-independen membandingkan hasil belajar setelah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi.
a. Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Ceramah Pada Kelompok Kontrol
Hasil penelitian diperoleh rata-rata penilaian hasil belajar mahasiswa pre test
sebelum dilakukan metode ceramah pada kelompok kontrol adalah 51,57 dengan standar deviasi 10,173. Pada penilaian hasil belajar post test sesudah dilakukan
metode ceramah adalah 62,65 dengan standar deviasi 10,522 . Terlihat perbedaan nilai mean pre test dan post test adalah 11,09 dengan standar deviasi 10,832. Hasil
uji statistik didapatkan nilai p=0,001 pada nilai alpha 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pre test
sebelum dilakukan metode ceramah dengan post test sesudah dilakukan metode
ceramah pada mata kuliah Askeb II. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini
Tabel 5.3
Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Ceramah Pada Kelompok
Kontrol di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
Variabel Mean Beda
Mean
SD SE 95 % CI P value n
Hasil Belajar - Pre Test - Post Test
51,57 62,65
11,09 10,173 10,522
1,500 1,551
48,5454,59 59,53-65,78
0,001 46
(56)
b. Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi (Metode Talking Stick)Pada Kelompok Intervensi
Hasil penelitian diperoleh rata-rata penilaian hasil belajar mahasiswa pre test
sebelum dilakukan metode talking stick pada kelompok intervensi adalah 49,13
dengan standar deviasi 14,730. Pada penilaian hasil belajar post test sesudah
dilakukan metode talking stick adalah 74,24 dengan standar deviasi 9,464. Terlihat
perbedaan nilai mean pre test dan post test adalah 25,11 dengan standar deviasi
17,191. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,001 pada nilai alpha 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pre test sebelum dilakukan metode talking stick dengan post test sesudah
dilakukan metode talking stick pada mata kuliah Askeb II. Hasil tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4
Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Kelompok Intervensi Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Talking Stick
di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
Variabel Mean Beda
Mean
SD SE 95 % CI P value n
Hasil Belajar - Pre Test - Post Test
49,13 74,24
25,11 14,730 9,464
2,172 1,395
44,76-53,50 71,43-77,05
0,001 46
c. Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Sesudah Dilakukan Metode Ceramah dan Talking Stick Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Rata-rata hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb II di kelompok kontrol adalah 62,65 dengan standar deviasi 10,522. Sedangkan hasil belajar mahasiswa pada kelompok intervensi adalah 74,24 dengan standar deviasi 9,464. Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,001 pada nilai alpa 0,05 maka Ha
(57)
diterima Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan antara metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada asuhan kebidanan II (persalinan). Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini
Tabel 5.5
Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Kelompok Kontrol dan Intervensi Pada Mata Kuliah Askkeb II Sesudah Dilakukan Metode Ceramah dan
Talking Stick di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
Variabel Mean SD SE 95 % CI P value n
Metode Pembelajaran - Ceramah -Talking Stick
62,65 74,24
10,522 9,464
2,172 1,395
59,53-65,78 71,43-77,05
0,001 46
B. Pembahasan
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
Berdasarkan rata-rata kemampuan awal (pre test) keseluruhan mahasiswa
kelompok kontrol 51,57 dan rata-rata kemampuan awal (pre test) keseluruhan
mahasiswa kelompok intervensi sebanyak 49,13. Dan rata-rata kemampuan akhir (post test) keseluruhan mahasiswa kelompok kontrol 62,65 dan rata-rata kemampuan
akhir (post test) keseluruhan mahasiswa kelompok intervensi 74,24.
Adanya perbedaan kemampuan awal dan kemampuan akhir dari kedua kelompok disebabkan oleh adanya perbedaan setiap mahasiswa dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangan setiap mahasiswa. Dengan adanya penilaian tentang kemampuan awal ini akan membantu dosen memahami prinsip-prinsip perkembangan mahasiswa dan dapat merencanakan kegiatan yang sesuai,
(58)
bagaimana mendorong dan mendukung pembelajaran mereka (Danim, 2010). Setiap mahasiswa mempunyai kemampuan belajar yang berlainan kemampuan awal individu adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh mahasiswa sebelum ia mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal (entry behavior) ini
menggambarkan kesiapan mahasiswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh dosen (Mukhtar ,2009)
Berdasarkan tabel 5.3 menyatakan bahwa hasil belajar mahasiswa sesudah (post test) diajarkan dengan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan dengan
sebelum (pre test) diajarkan dengan metode ceramah.. Adanya perbedaan tersebut
dapat ditunjukkan dengan nilai (62,65>51,57) dengan beda mean sebesar 11,09 yang berarti nilai rata-rata hasil belajar sesudah menerima pembelajaran menggunakan metode ceramah lebih baik.
Adanya perbedaaan yang lebih baik antara nilai pre test dan post test pada
kelompok kontrol dikarenakan pada pembelajaran ceramah, tetapi perbedaan nilainya tidak terlalu signifikan hal ini mungkin disebabkan karena pada kelompok kontrol mahasiswa lebih banyak mendengar penjelasan dosen tanpa memahami konsep yang disampaikan oleh dosen. Kelas menjadi monoton karena dosen mendominasi kegiatan belajar mengajar sedangkan mahasiswa pasif, dengan tenang mencoba memahami penjelasan dosen, sehingga mahasiswa menjadi bosan dan mengantuk. Dan terlihat bahwa pada presentasi dosen dengan power point (menggunakan metode
ceramah), awalnya para mahasiswa mampu mengingat bahan ajar dengan baik, namun setelah 3 hari akan merosot tajam sampai akhirnya 20% saja materi atau bahan ajar yang dapat diingat oleh mahasiswa.
Namun demikian metode cerama memiliki keunggulan diantaranya metode yang mudah dan murah untuk dilakukan, dapat menyajikan materi pelajaran yang
(59)
luas, dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas dan dapat diikuti oleh jumlah mahasiswa yang besar (Djamarah & Zain, 2010)
Berdasarkan tabel 5.4 menyatakan bahwa hasil belajar mahasiswa sesudah (post test) diajarkan dengan metode talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan
sebelum (pre test) diajarkan metode talking stick. Diperoleh rata-rata nilai pre test
sebesar 49,13 dan nilai post test sebesar 74,24 dengan beda mean sebesar 25,11.
Rata-rata hasil belajar post test diberi metode talking stick lebih baik dibandingkan
sebelum diberi pengajaran dengan metode talking stick pada kelompok intervensi.
Berdasarkan perhitungan bahwa hasil belajar mahasiswa lebih tinggi sesudah diberi pengajaran dengan metode talking stick.
Adanya perbedaan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan sebelum diberi pengajaran dikarenakan metode talking stick lebih mengutamakan pada keaktifan
mahasiswa dalam belajar. Selain itu mahasiswa lebih dapat memahami materi karena diawali dari penjelasan seorang dosen, mahasiswa lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan kesempatan untuk mempelajarinya kembali melalui buku, daya ingat lebih baik sebab ia akan ditanya kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya, mahasiswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai peningkat daya tarik mahasiswa mengikuti pelajaran tersebut. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Marya (2011) yang meyimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa sesudah menggunakan metode talking stick lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan
metode talking stick.
Konsep pembelajaran aktif berkembang setelah sejumlah institusi melakukan riset tentang lamanya ingatan mahasiswa terhadap materi pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dipergunakan. Dimana ingatan mahasiswa dalam proses
(60)
pembelajaran dikaitkan dengan jenis presentasi yang dilakukan oleh dosen. Mahasiswa mampu mengingat 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% daari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dilakukan. Metode pembelajaran yang bersifat pembelajaran berbasis dosen seperti ceramah mahasiswa akan mengingat bahan ajar setelah 3 jam 25% dan setelah 3 hari mengalami penurunan menjadi 10-25%. Jika pengajaran mahasiswa memakai ilustrasi setelah 3 jam meningkat 80% dan setelah 3 hari akan menurun menjaadi 65% dan dengan mahasiswa diberi kesempatan belajar berpartispatori (bermain, perran, studi kasus dan praktik) maka setelah 3 jam kemampuan untuk mengingat bahan ajar meningkat menjadi 90% dan setelah 3 hari akan menurun menjadi 70%.
Pada tabel 5.5 terlihat perbedaan rata-rata nilai hasil belajar antara metode ceramah dan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb
II). Perbedaan tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata post test pada
kelompok intervensi (74,24) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (62,65) sehingga menunjukkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan metode talking stick lebih baik dibandingkan metode ceramah. Tetapi peningkatan hasil
belajar pada kelompok kontrol dan intervensi tidak menghasilkan nilai yang signifikan hal ini disebabkan analisis soal dimana upaya untuk mengevaluasi kualitas soal-soal yang digunakan pada ujian dimana faktor yang mempengaruhi validitas soal adalah faktor soalnya sendiri (technical flaws), peranan dari ujian, faktor
administrasi dan skoring dan faktor jawaban mahasiswa. Kemudian dari Indeks kesukaran menentukan apakah soal mudah, sedang, atau sukar dan Indeks pembeda menentukan apakah soal benar-benar mampu membedakan antara mahasiswa
(61)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Nugroho (2012), menunjukkan bahwa rata-rata nilai post test mahasiswa kelas intervensi lebih tinggi dari pada
rata-rata nilai post test mahasiswa kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa
metode talking stick lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang
menerapkan metode konvensional terhadap hasil belajar. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Slavin (2010) yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain, metode kooperatif dalam pembelajaran menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh mahasiswa, kemampuan yang lebih baik untuk melakukan hubungan social, meningkatkan rasa percaya diri, serta mampu mengembangkan saling kepercayaan sesamanya dengan baik secara individual maupun kelompok.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Idrus (2013) yang menyatakan bahwa metode Talking Stick lebih efektif dari pada penggunaan metode
konvensional (ceramah) untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Penelitian Wiratama (2013) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah diajarkan dengan metode Talking Stick dibandingkan metode konvensional
(ceramah). Sejalan dengan Herawati (2013) bahwa prestasi belajar sisiwa dengan menggunakan metode Talking Stick lebih tinggi di bandingkan dengan metode
Snowball Throwing. Akan tetapi menurut penelitin savitri (2011) Hasil belajar
mahasiswa yang diajar dengan metode kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang diajar dengan metode Talking Stick jadi metode talking stick lebih inferior dibandingan dengan metode kooperatif tipe STAD.
Tingkat keberhasilan proses mengajar yang baru saja dilaksanakan apabila 75% dari jumlah mahasiswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal bahkan maksimal, maka proses belajar
(62)
berikutnya dapat membahas pokok bahasan baru. Sedangkan apabila 75% atau lebih dari jumlah mahasiswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (dibawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial) (Djamarah & Zein, 2010)
Paradigmaa lama dalam proses pembelajaran adalah dosen memberi pengetahuan pada mahasiswa secara pasif. Dalam konteks pendididkan, paradigm lama ini juga jika seorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang ia pasti akan dapat mengajar ia tidak perlu tahu proses belajar yang tepat ia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak dosen masih menganggap paradigm lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan mahasiswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (Wena, 2011)
Kondisi pembelajaran yang demikian, masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara mengikutsertaan peserta didik secara aktif dalam kegiatan proses mengajar sebagai pendorong peserta didik aktif berpartisipasi, dengan aktifnya mahasiswa dalam pembelajaran diharapkan hasil pembelajaran dan retensi mahasiswa dapat meningkat dan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif ternyata lebih efektif dan mahasiswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi dari pada pembelajaran oleh pengajar (Wena, 2011).
2. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini peneliti masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan proses penelitian yaitu peneliti mengalami kesulitan dalam
(63)
menentukan waktu responden untuk diteliti dengan jadwal dan kegiatan selama kuliah berlangsung. Sehingga waktu yang tersedia dalam pembelajaran metode cearamah dan talking stick masih kurang dan pelaksanaaannya dilakukan diluar
jadwal pembelajaran dikampus sehingga mahasiswa terkadang tidak konsentrasi dalam pembelajaran dikelas dikarenakan sudah kelelahan. Dan karena keterbatasan waktu yang dialami peneliti sebaiknya metode talking stick dapat diujikan di institusi
kebidanan yang lain tidak hanya pada satu institusi kebidanan saja sehingga lebih menggambarkan hasil belajar mahasiswa yang lebih baik lagi.
3. Implikasi untuk asuhan kebidanan/pendidikan kebidanan
Setelah mengetahui bahwa masih banyak para pendidik yang lebih memprioritaskan metode konvensional sehingga akan berpengaruh dalam evaluasi hasil belajar mahasiswa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk para pendidik yang berada diinstitusi pendidikan agar lebih meningkatkan kesadaran dan kepeduliannya dalam mengikuti perkembangan dunia pendidikan khususnya tentang metode inovasi dalam proses pembelajaran.
(1)
(2)
(3)
(4)
Lampiran 11
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM BIDAN PENDIDIK F.kep USU
Nama Mahasiswa : Gita Anggraini Nama Pembimbing : dr. Hemma Yulfi, DAP&E M. Med.ED Nim : 135102018 Nip :197410192001122001
Judul : Perbandingan Metode Ceramah dengan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV pada Mata Kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
Tanggal Materi Anjuran/Saran Paraf
Pembimbing
12/03/2013 Konsul judul ACC judul lanjut BAB I
12/11/2013 Konsul BAB 1 Perbaikan BAB I, lanjut BAB II
22/11/2013 Konsul BAB 1 & II
Perbaikan BAB I, II, lanjut BAB III & IV
10/12/2013 Konsul BAB I, II, III, IV & Kuesioner
Perbaikan BAB I, II, III, IV & Kuesioner
12/12/2013 Konsul BAB I, II, III, IV & Kuesioner
Perbaikan BAB I, II, III, IV & Kuesioner
21/12/2013 Konsul BAB III, IV & Kuesioner
Perbaikan BAB III, IV
03/01/2014 Konsul BAB III, IV & Kuesioner
Perbaikan BAB III, IV & Kuesioner 10/01/2014 Materi Keseluruhan Proposal Persiapan sidang proposal
12/03/2014 Perbaikan hasil sidang KTI
Revisi dan lanjut untuk penelitian
(5)
25/04/2014 Konsul BAB V Revisi BAB V
02/05/2014 Konsul BAB V & Master tabel
Revisi BAB V
28/05/2014 Konsul BAB V, master tabel &hasil out put
Revisi BAB V
06/06/2014 Konsul BAB V, master tabel &hasil out put
ACC BAB V
13/06/2014 Konsul BAB VI
ACC BAB VI
20/06/2014 Konsul Abstrak Revisi Abstrak
(6)
Lampiran 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI
NAMA : Gita Anggraini
Tempat/ Tanggal Lahir : Lima Puluh 17 November 1991
Agama : Islam
Alamat : Jalan.Tamtama No.12 Binjai Kota
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN 1997 – 2003 : SD NEGERI 010202 SUMBER PADI TAHUN 2003 - 2006 : SMP BINA TARUNA MEDAN TAHUN 2003 - 2006 : SMA YADIKA 7 BOGOR
TAHUN 2007 – 2009 : D – III KEBIDANAN KHOLISATUR RAHMI BINJAI
TAHUN 2013 – 2014 : D – IV BIDAN PENDIDIK FKEP USU