Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Akbid Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

(1)

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN TANYA JAWAB TERHADAP EVALUASI HASIL BELAJAR

MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN DI

AKBID KHOLISATUR RAHMI BINJAI

DIAH EVAWANNA ANUHGERA 135102046

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Dengan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV di

Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

ABSTRAK Diah Evawanna Anuhgera

Latar belakang : Perubahan paradigma dalam mengajar akan menghasilkan suatu inovasi pembelajaran yang lebih efektif untuk menghasilkan mahasiswa yang berkualitas. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri bersama rekan sebayanya (peer

learning). Model pembelajaran berkelompok ini menuntut adanya kerjasama

kelompok sosial di dalam kelompok dan patisipasi dari tiap individu mengekspresikan kemampuannya..

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran NHT dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014.

Metodologi Penelitin : Desain penelitian quasy eksperiment dengan pretest-posttest

control group design. Sampel penelitian 90 orang. Pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependen dan t-independen.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi NHT nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi NHT = 66.51 diperoleh nilai p = 0.000, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi NHT. Pada kelompok kontrol sebelum diberi tanya jawab nilai hasil belajar = 36,09 dan setelah diberi tanya jawab = 57,28 diperoleh nilai p = 0.000, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara NHT dengan tanya jawab (nilai p = 0,003).

Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan bahwa hasil belajar mahasiswa dengan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingan model tanya jawab. Diharapkan para dosen kebidanan dapat menerapkan model pembelajaran NHT sebagai variasi pembelajaran oleh pendidik dalam mengajar mata kuliah kegawatdarutan kebidanan.

Kata Kunci : model pembelajaran NHT, tanya jawab, evaluasi hasil belajar mahasiswa


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Akbid Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai”.

Dalam menyelesaikan karya tulis ini, peneliti banyak mendapat masukan, pengarahan, bantuan dan bimbingan, baik dalam bentuk moril maupun materi, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang terhormat kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Hema Yulfi, DAP&E M.Med.ED selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Jitasari Tarigan Sibero, SST, SPd, M. Kes selaku direktris Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai yang telah memberikan izin penelitian


(5)

7. Kepada ketiga adikku tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

8. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Seluruh pihak yang turut ambil andil dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan, Januari 2014 Hormat peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Peneliti ... 5

2. Bagi Institusi ... 5

3. Bagi Pendidikan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran ... 6

2. Kriteria Model Pembelajaran ... 6

B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model PembelajaranKooperatif ... 7

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 8

C. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) 1. Pengertian Model Pembelajaran NHT ... 10


(7)

D. Model Pembelajaran Tanya Jawab

1.Pengertian Model Pembelajaran Tanya Jawab ... 15

2. Tujuan Model Pembelajaran Tanya Jawab ... 15

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tanya Jawab ... 15

4. Kelebihan Model Pembelajaran Tanya Jawab ... 16

5. Kekurangan Model Pembelajaran Tanya Jawab ... 16

E. Model Pembelajaran Orang Dewasa (POD) 1. Konsep Pembelajaran Orang Dewasa ... 17

F. Evaluasi Hasil Belajar 1. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar ... 18

2. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar ... 18

3. Klasifikasi Evaluasi Hasil Belajar ... 19

4. Penilaian Evaluasi Hasil Belajar yang Baik ... 20

5. Syarat-Syarat Evaluasi Belajar ... 21

6. Batas Minimal Hasil Belajar ... 21

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 22

G. Materi Pokok Kegawatdaruratan Kebidanan 1. Atonia Uteri ... 24

2. Retensio Plasenta ... 28

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 31

B. Hipotesis ... 31

C. Definisi Operasional ... 32

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Tempat Penelitian ... 36

D. Waktu Penelitian ... 36

E. Etika Penelitian ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

H. Pengumpulan Data ... 39

I. Analisa Data ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat ... 43

2.Analisis Bivariat ... 46

B. Pembahasan 1.Interpretasi Diskusi Hasil ... 49


(8)

3.Implikasi untuk Pendidikan Kebidanan ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ingatan pembelajaran dihubungkan dengan jenis presentasi ... 10 Tabel 2.2 Transfer pembelajaran dari instruktur kepada mahasiswa ... 11 Tabel 2.3 Batas minimal hasil belajar di Akbid Kholisatur Rahmi

Binjai ... 23 Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ... 35

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan awal (pre test) predikat nilai mahasiswa pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan pada kelompok kontrol dan intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014 ... 57 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan rerata kemampuan awal (pre

test) mahasiswa pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan pada

kelompok kontrol dan intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014 ... 59 Tabel 5.3 Hasil uji normalitas sampel dengan uji Shapiro Wilk di Akbid Kholisatur

Rahmi Binjai tahun 2014 ... 60 Tabel 5.4 Hasil uji homogenitas sampel dengan uji Levane Statictics di Akbid

Kholisatur Rahmi Tahun 2014 ... 67 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah

kegawatdaruratan kebidananan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok 9ontrol di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014 .. 78 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidananan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014 ... 79 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata

Kuliah Kegawatdaruratan Kebidananan Sesudah Dilakukan Intervensi Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 ... 83  


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep ... 31 Skema 2. Rancangan Penelitian ... 33 Skema 3. Desain Penelitian ... 34


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Lampiran 3 : Lembar Content Validity Indeks (CVI) Lampiran 4 : Lembar Kuesioner

Lampiran 5 : Lembar Observasi

Lampiran 6 : Satuan Acara Pengajaran (SAP) Pada Atonia Uteri dan Retensio Plasenta

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Lampiran 8 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 9 : Master Tabel Penelitian

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup


(12)

Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Dengan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV di

Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

ABSTRAK Diah Evawanna Anuhgera

Latar belakang : Perubahan paradigma dalam mengajar akan menghasilkan suatu inovasi pembelajaran yang lebih efektif untuk menghasilkan mahasiswa yang berkualitas. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri bersama rekan sebayanya (peer

learning). Model pembelajaran berkelompok ini menuntut adanya kerjasama

kelompok sosial di dalam kelompok dan patisipasi dari tiap individu mengekspresikan kemampuannya..

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran NHT dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014.

Metodologi Penelitin : Desain penelitian quasy eksperiment dengan pretest-posttest

control group design. Sampel penelitian 90 orang. Pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependen dan t-independen.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi NHT nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi NHT = 66.51 diperoleh nilai p = 0.000, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi NHT. Pada kelompok kontrol sebelum diberi tanya jawab nilai hasil belajar = 36,09 dan setelah diberi tanya jawab = 57,28 diperoleh nilai p = 0.000, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara NHT dengan tanya jawab (nilai p = 0,003).

Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan bahwa hasil belajar mahasiswa dengan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingan model tanya jawab. Diharapkan para dosen kebidanan dapat menerapkan model pembelajaran NHT sebagai variasi pembelajaran oleh pendidik dalam mengajar mata kuliah kegawatdarutan kebidanan.

Kata Kunci : model pembelajaran NHT, tanya jawab, evaluasi hasil belajar mahasiswa


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peran fungsional seorang dosen sebagai komponen penting dalam tenaga kependidikan sangat diperlukan guna mencapai tujuan pembelajaran. Namun, terdapat suatu persepsi umum dalam dunia pendidikan yang harus dihilangkan bahwa sudah merupakan tugas seorang dosen untuk mengajar dan menyadari mahasiswa dengan segala informasi, pengetahuan dan menganggap seorang dosen hanyalah satu-satunya pusat informasi (Warsano dan Haryanto, 2013; Lie, 2010).

Diperlukan suatu perubahan paradigma antara dosen dan mahasiswa. Dosen yang sesungguhnya hanyalah sebagai pembimbing/fasilitator bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran. Mahasiswa yang menjadi pusat pembelajaran (Students

Centred Learning), akan turut berpartisipasi menggunakan ketrampilan sosialnya

untuk memperoleh pengetahuan dan menyelesaikan tugas-tugas (Miftahul, 2011; Trianto, 2011).

Proses belajar mahasiswa antar mahasiswa atau dengan rekan sebaya (peer

learning) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh dosen. Sistem pengajaran

yang memberi kesempatan kepada anak didiknya untuk dapat bekerja sama menyelesaikan suatu pembelajaran yang terstruktur maupun bersifat pemecahan suatu masalah dengan sesama mahasiswa disebut cooperative learning, yang menuntut dosen juga sebagai fasilitator (Lie, 2010).

Dalam studi pembelajaran mahasiswa di Universitas Harvard, Amerika Serikat (Light, 1992) yang mewawancarai 570 mahasiswa pra sarjana menyatakan bahwa, para mahasiswa mencapai kesuksesannya dalam setiap pembelajaran apabila


(14)

mereka mampu mengikutserakan sesama mahasiswa lain dan para pengajar dalam area pembelajarannya (Barkley, 2012).

Salah satu inovasi dari pembelajaran kelompok (cooperative learning) yang dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran ini memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap setiap mahasiswa untuk menjawab pertanyaan dari dosen mengenai materi di dalam suatu kelompok. Semua mahasiswa dituntut aktif, bekerja sama, serta meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang dipelajarinya (Trianto, 2011).

Menurut hasil penelitian Riki dan Rahmawati (2013) tentang perbandingan model pembelajaran tipe NHT dengan Think Pair Statement (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi menerapkan dasar-dasar teknik digital di SMK Negeri 2 Lamongan. Respon siswa terhadap hasil belajar NHT adalah 86,55% dan TPS 84,21%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh thitung > ttabel dapat

dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen (NHT) lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol (TPS) (Riki, Rahmawati, 2013).

Beberapa penelitian mengenai model pembelajaran NHT yang membandingkan NHT dengan metode lainnya seperti jenis cooperative learning lainnya (Students Teams Achievement Divisions (STAD), TPS, Jingsaw) dan metode tradisional lainnya menunjukkan perbedaan pencapaian evaluasi belajar dengan menggunakan metode NHT, peserta didik memperlihatkan efek positif dibandingkan metode pembelajaran lainnya (Putra dan Rahmawati, 2013; Mansur dan Sudarman, 2013); Shoolilah, 2010; Utami, 2010).


(15)

jawab. Model tanya jawab merupakan suatu metode pembelajaran aktif yang bersifat individual. Teknik pembelajaran tanya jawab tidak memerlukan pengaturan terhadap ruang kelas atau proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tanya jawab memberikan suatu kesempatan langsung kepada dosen maupun mahasiswa untuk saling berkomunikasi (Warsono dan Haryanto, 2013).

Peneliti memilih mata kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan mengingat kompetensi dasar pada pokok bahasan tersebut mencapai aspek kognitif tingkat evaluasi yaitu dapat mengetahui, memahami dan mengimplementasikan teori dan praktek. Mata kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan merupakan mata kuliah dengan jumlah SKS paling banyak dari mata kuliah yang lain pada semester IV yaitu sebanyak 4 SKS.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) Dengan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa

Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan Di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah perbandingan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai.


(16)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui kemampuan awal (pre test) dan kemapuan akhir (post test) mahasiswa semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Tahun Akademik 2013/2014.

b) Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV kelompok kontrol sebelum dan sesudah belajar dengan menggunakan model pembelajaran tanya jawab pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun Akademik 2013/2014.

c) Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah belajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun Akademik 2013/2014.

d) Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa pada kelompok kontrol dan intervensi sesudah diberi model pembelajaran NHT dan tanya jawab pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun Akademik 2013/2014.


(17)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Dosen Kebidanan

Memberi masukan kepada dosen dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran Kegawatdaruratan Kebidanan sehingga hasil belajar mahasiswa maksimal. 2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektifitas pembelajaran dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

3. Bagi Peneliti Kebidanan

Sebagai bahan masukan dan refrensi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan model pembelajaran NHT.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.

Model pembelajaran yang baik digunakan sebagai acuan perencanaan dalam pembelajaran di kelas ataupun tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan dengan bahan ajar yang diajarkan (Trianto, 2011).

Menurut Arrend ada empat hal yang sangat berkaitan dengan model pembelajaran yaitu: a. Teori rasional yang logis yang disusun oleh para penciptanya atau pengembangnya. b. Titik pandang/landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. c. Perilaku guru yang mengajar agar model pembelajarannya dapat berlangsung baik. d. Struktur kelas yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal (Trianto, 2009).

2. Kriteria Model Pembelajaran

Kriteria model pembelajaran yang dikatakan baik, jika sesuai dengan kriteria adalah sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu : apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang


(19)

dikembangakan dapat diterapkan dan kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tetrsebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif, berkaitan dengan aspek efektifitas sebagai berikut: ahli dan praktisi berdasarkan pengalamnnnya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan secara operasional model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (Trianto, 2013).

Arends dan pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu pun model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya apabila tidak dilakukan ujicoba pada suatu mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya seleksi pada setiap model pembelajaran mana yang paling baik untuk diajarakan pada materi tertentu (Trianto, 2013).

B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif merupakan sebuah alternatif dari sesuatu yang dipercaya sebagai penekanan berlebihan terhadap kompetisi yang lazim dipraktikkan dalam pendidikan pada umumnya. Pengajar memiliki peran ganda yaitu sebagai ahli dari subjek yang diajarkan dan pemegang otoritas di dalam kelas. Menurut Scott B Watson dari School of Education, Faculty Publications and Presentation Library University dalam makalahnya yang berjudul The Essential of Cooperative Learning menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah lingkungan belajar kelas yang memungkinkan mahasiswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang heterogen dan mengerjakan tugas-tugas akademiknya (Warsono dan Haryanto, 2013).

Spencer Kegen merumuskan pembelajaran kooperatif terdiri dari teknik-teknik pembelajaran yang memerlukan saling ketergatungan positif antara pebelajar agar pembelajaran berlangsung baik. Wolkfolk (2001) mendefenisikan pembelajaran


(20)

kooperatif adalah suatu pengaturan yang memungkinkan para mahasiswa bekerja sama dan belajar bersama dan saling membantu secara interaktif utuk mencapai tujuan pembelajaran (Warsono dan Hariyanto, 2013).

Sistem pengaturan yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning (Lie, 2010).

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan belajar kooperatif yaitu menekankan pada tujuan kesuksesan pada kelompok, yang dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan dan penguasaaan materi (Slavin, 2010).

Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah mengurangi kekurangan dalam pembelajaran secara individual, mengembangkan solidaritas di kalangan mahasiswa. Diharapkan dengan pembelajaran kooperatif dapat memuculkan seorang mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yag cemerlang serta memiliki solidaritas yang tinggi (Huda, 2011).

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja secara bersama-sama dalam suatu kelompok (Lie, 2010).

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Ada delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran cooperative learning :

Pembentukan kelompok bersifat heterogen, maksudnya adalah pembentukan kelompok para mahasiswa harus terdiri dari berbagai variabel seperti jenis kelamin,


(21)

Perlu keterampilan kolaboratif, misalnya kemampuan para mahasiswa dalam berkomunikasi, memberikan alasan, beragumentasi, menjaga perasaan mahasiwa lain, dan saling bertoleransi.

Otonomi Kelompok. Mahasiswa ditutut untuk mampu mencari setiap pembelajaran dengan sendirinya tapa bergantung kepada dosen. Peranan dosen tidak bertindak lagi sebagai orang bijak di atas panggung (sage on the stage), tetapi memandu mahasiswa dari samping (guide on the side).

Interaksi stimultan. Masing-masing individu berinteraksi menuju tujuan. bersama. Partisipasi yang adil dan setara di dalam kelompok, tidak boleh hanya ada satu atau dua orang mahasiswa saja yang mendominasi.

Tangggung jawab individu. Setiap mahasiswa harus mencoba untuk belajar dan kemudian saling berbagi pengetahuannya. Ketergantungan positif, setiap mahasiswa harus berpedoman “satu untuk semua” dan “semua untuk satu” dalam mencapai pengembang potensi akademis.

Kerja sama sebagai nilai karakter. Kerja sama tidak hanya sebagai cara untuk belajar, namun kerjasama juga menjadi bagian dari isi pembelajaran dan saling memilki ketergantungan positif (Warsono dan Hariyanto, 2013).

Pada metode pembelajaran kooperatif learning berkembang sejumlah riset tentang sejumlah lamanya ingatan mahasiswa terhadap materi pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang dipergunakan. Hasil riset dari National Training

Laboratories di Bethel, Maine (1954), Amerika Serikat menunjukkan bahawa

kelompok bahwa kelompok pembelajaran berbasir guru (teacher centered learning) seperti ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual, dan demonstrasi oleh dosen mahasiswa hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30%. Dengan metode diskusi yang tidak didominisasi oleh dosen,


(22)

mahasiswa dapat mengingat 50%. Jika mahasiswa diberi kesempatan melakukan sesuatu (learning by doing), mahasiswa dapat mengingat 75%. Praktik pembelajaran dengan cara mengajar mampu mengingat sebanyak 90%, yang dapat dilihat melalui tabel 2.1 dan tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.1 Ingatan Pembelajaran Dihubungkan Dengan Jenis Presentasi

Presentasi Kemampuan Belajar

Setelah 3 jam Setelah 3 hari

Ceramah 25% 10-20%

Tertulis (membaca) 72% 10%

Visual dan verbal (pengajaran memakai ilustrasi)

80% 65%

Partisipatori (bermain peran, studi kasus, praktik)

90% 70%

Sumber : Dale, 1969 (Warsono dan Hariyanto, 2013)

Tabel 1.2 Transfer Pembelajaran dari Instruktur Kepada Mahasiswa Komponen Pelatihan Ketrampilan yang

Diperoleh

Tranfer ke Dunia Kerja

Teori 10-20% 5-10%

Demonstrasi 30-35% 5-10%

Praktik 60-70% 5-10%

Umpan Balik 70-80% 10-20%

Pelatihan 80-90% 80-90%

Sumber : Joyce dan Showers, 1981 (Warsono dan Hariyanto, 2013)

C. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) 1. Pengertian Model Pembelajaran NHT


(23)

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini dirancang dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dengan melibatkan lebih banyak lebih banyak mahasiswa di dalam metode ini, metode ini juga bertujuan untuk menggali setiap pemahaman mahasiswa terhadap isi pelajaran. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik (Trianto, 2010 ; Lie, 2010).

2. Tujuan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Menurut Muslimin (2010) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam model pembelajaran NHT yaitu: hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, dosen menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT :

Fase 1: Penomoran. Dalam fase ini, dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.


(24)

Fase 2 mahasiswa bentuk kal Fase 3 pertanyaan Fase 4: yang nom pertanyaan 2: Mengaju a. Pertanya limat tanya. 3: Berpikir n itu dan me

Menjawab mornya sesu

n untuk selu

La

kan pertany aan dapat be

.

Bersama. M eyakini tiap b. Dosen me uai mengac uruh kelas (

angkah-lan

yaan.Dosen ervariasi. P

Mahasiswa p anggota da

emanggil su cungkan tan (Lie, 2010). Gamb ngkah Mode n mengajuk Pertanyaan d

menyatuka alam timnya uatu nomor ngannya da bar 1 el Pembela kan sebuah dapat amat an pendapat a mengetahu tertentu, ke an mencoba ajaran NHT pertanyaan spesifik da t terhadap hui jawaban emudian ma a untuk m

T n kepada an dalam jawaban tim ahasiswa menjawab


(25)

4. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Menurut Ibrahim (2009) kelebihan model pembelajaran NHT : Saling Ketergantungan Positif. Dalam pembelajaran kooperatif, dosen dituntut utuk dapat menciptakan suasana belajar yang mendorong mahasiswa untuk aktif dalam bekerja melakukan sesuatu bersama-sama dan saling membutuhkan antar sesama lainnya. Hubungan saling membutuhkan antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lain disebut saling ketergantungan positif. Di dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok sadar bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.

Tanggung Jawab Perseorangan. Tanggung jawab dalam pembelajaran

cooperative learning, setiap mahasiswa akan merasa bertanggug jawab untuk

melakukan yang terbaik. Persiapan dosen dalam penyusunan tugas merupakan kunci keberhasilan dalam metode cooperative learning. Seorang dosen yang masuk ke kelas dan langsung membagi kelompok tanpa membuat sebuah persiapan bukanlah dosen yang menerapkan cooperative learning. Seorang dosen yang efektif dalam

cooperative learning harus membuat persiapan dan menyusun tugas agar

masing-masing anggota kelompok melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan. Dengan metode ini kita dapat mengetahui, mahasiswa yang tidak melaksanakan tugasnya.

Tatap Muka. Dalam setiap kelompok diberikan kesempatan yang sama untuk bertemu dan mendiskusikan setiap tugas yang diberikan. Kegiatan berdiskusi secara bersama-sama akan lebih menigkatkan hasil pemikiran dibandingkan secara individu. Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang pengalaman, sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di dalam kelompok, para anggota kelompok perlu


(26)

diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi (Warsono, 2013).

Komunikasi Antar Anggota. Keberhasilan suatu kelompok juga ditentukan oleh kesediaan setiap anggota dalam mengemukakan pendapatnya dengan berkomunikasi secara tepat. Di dalam komunikasi anatar anggota ini, setiap mahasiswa diajarkan cara berkomunikasi yang baik antar sesama kelompok, cara memberi tanggapan, memberi jawaban, dan menghargai orang lain. Proses tersebut tentunya sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para mahasiswa.

Evaluasi Proses Kelompok. Setiap dosen seharusnya menjadwalkan waktu yang tepat untuk mengevaluasi proseskerja kelompok dan hasil kerja sama agar lebih efektif. Waktu evaluasi bisa diadakan setelah beberapa waktu dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning. Format evaluasi bisa bermacam-macam sesuai tingkat pendidikan (Lie, 2010).

5. Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Mahasiswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan sehingga dosen harus bisa memfasilitasi mahasiswa dalam setiap pembelajaran dan lebih sering untuk menggunakan model pembelajaran NHT supaya mahasiswa terbiasa belajar mandiri, aktif dalam proses belajar.

Model Pembelajaran NHT ini tidak terlalu cocok untuk jumlah mahasiswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh dosen dalam praktiknya (Barkley, 2013).


(27)

D. Model Pembelajaran Tanya Jawab

1. Pengertian Model Pembelajaran Tanya Jawab

Model Pembelajaran Tanya Jawab merupakan model pembelajaran yang bersifat aktif individual dengan mengakibatkan terjadinya komunikasi secara langsung yang bersifat two way traffic antara dosen dengan dosen, atau mahasiswa sesama mahasiswa dengan dosen (Istarani, 2012).

Rostiyah N.K (2008) mengatakan bahwa untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar, seorang dosen perlu menimbulkan metode tanya jawab. Model pembelajaran tanya jawab merupakan suatu model yang memotivasi pada mahasiswa agar meningkatnya pemikiran untuk bertanya, dosen mengajukan pertanyaan sehingga mahasiswa menjawab (Istarani, 2010).

2. Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran Tanya Jawab

Penggunaaan metode tanya jawab biasanya digunakan untuk menyimpulkan/mengikhtisar pelajaran atau apa yang dibaca, dengan dibantu tanya jawab antara mahasiswa dan mencapai suatu tujuan yang baik.

Dalam tanya jawab, dosen dapat menilai mahasiswa apakah mahasiswa paham dan mengerti tentang materi yang tela disampaikan.Seorang dosen dalam metode tanya jawab juga bisa menilai apakah mahasiswa mendengarkan dengan baik atau tidak (Istarani, 2012).

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tanya Jawab

Proses yang dilakukan dengan membaca, meneliti atau diskusi. Membaca informasi dari berbagai sumber adalah salah satu teknik untuk menemukan jawaban. Sebelum pembelajaran berlangsung, dosen telah menentukan pertanyaan secara cermat dan sistematis oleh dosen. Pertanyaan yang akan diberikan dosen nantinya harus sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai setelah pembelajaran. Dan


(28)

pertanyaan yang berasal dari mahasiswa dapat dijawab dengan sederhana, singkat, dan padat.

Dosen memberikan pengajaran dikelas dan memberikan stimuli pada peserta didik untuk belajar sesungguhnya. Kunci pokok kehadiran stimuli belajar antara lain adalah pertanyaan yang diajukan dosennya. Dengan pertanyaan maka peserta didik akan segera mulai belajar sesunggguhnya (meaningful learning).

Dorongan yang menumbuhan persaingan diantara kelompok mahasiswa untuk memperoleh pujian dan nilai yang baik. Dosen dapat melemparkan pertanyaan dari mahasiswa ke mahasiswa lainnya untuk dikomentari dan diberikan penjelasan sehingga akan terbentuk proses belajar yang aktif (Sagala, 2009).

4. Kelebihan Model Pembelajaran Tanya Jawab

Kelas akan lebih hidup, karena sambutan kelas yang baik terhadap setiap pertanyaan yang diajukan dari mahasiswa dan dosen di dalam kelas. Model tanya jawab tidak membuat mahasiswa hanya mendengarkan ceramah dari dosen saja. Partisipasi mahasiswa lebih besar dan berusaha medengarkan pertanyaan dosen dengan baik dan mencoba menberikan pertayaan dengan tepat. Mahasiswa menerima pelajaran dengan aktif berpikir, tidak pasif mendengarkan saja (Istarani, 2012).

5. Kekurangan Model Pembelajaran Tanya Jawab

Kelancaran jalannya model pembelajaran tanya jawab agak terhambat dikarenakan mahasiswa yang tidak terbiasa, pasif untuk bertanya hanya mendengarkan saja dan jawaban mahasiswa belum tentu selalu benar bahkan mungkin kadang-kadang dapat menyimpang dari persoalannya. Sehingga perlu waktu lama untuk memperoleh jawaban yang benar (Istrani, 2012).


(29)

E. Model Pembelajaran Orang Dewasa (POD) 1. Konsep Model Pembelajaran Orang Dewasa

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara peserta pebelajar dengan pengajar atau instruktur dan/atau sumber belajar pada suatu lingkaran belajar untu pencapaian tujuan belajar tertentu. Pembelajaran orang dewasa

(andragogi) jelas berbeda dengan pembelajaran bagi anak-anak (pedagogi),

karakteristik peserta belajar dalam hal tujuan hidupnya, peran sosial di masyarakat, fungsi indrawi sehingga memerlukan pendekatan dan strategi yang berbeda antara orang dewasa dan anak-anak.

Pembelajaran orang dewasa sering disebut diklat (pendidikan dan pelatihan). Prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa antara lain: kebutuhan untuk mengetahui, konsep diri peserta belajar, peranan pengalaman peserta belajar, kesiapan belajar, orientasi belajar, dan motivasi.

Orang dewasa perlu mengetahui mengapa harus belajar, dimana mahasiswa dapat menemukan kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki saat ini dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki. Tugas utama dosen adalah fasilitator yang membantu mahasiswa menjadi sadar akan perlunya mengetahui dan dapat memaparkan efetifitas kinerjanya.

Secara umum orang dewasa telah memiliki konsep diri bahwa dirinya mempunyai tanggung jawab atas keputusan yang dibuatnya sendiri atas kehidupannya seperti: mengembangkan kebutuhan psikologi yang mendalam untuk diperhatikan orang lain, mampu bersikap mengatur kehidupannya sendiri, menolak dan menentang situasi ketika ada orang lain yang memaksakan kehendaknya.

Orang dewasa membawa pengalaman yang berbeda-beda setiap individu sehingga memberikan implikasi bahwa mereka aalah heterogen dari segi latar


(30)

belakang, gaya belajar, motivasi, minat, dan sasaran. Strategi pembelajaran orang dewasa mengutamakan menggali pengalaman peserta belajar melalui: diskusi kasus, simulasidan studi banding.

Penentuan waktu belajar hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan orang dewasa. Rangsangan kesiapan belajar melalui model pembelajaran orang dewasa merupakan hal yang penting untuk kesiapan belajar.

Orientasi belajar pada orang dewasa terpusat pada masakah kehidupan/tugas yang dihadapi. Orang dewasa akan termotivasi untuk mempelajari sesuatu asalkan mereka merasa bahwa sesuatu yang dipelajari tersebut dapat ditampilkan dalam konteks penyerapannya pada situasi kehidupan sebenarnya.

Motivasi orang dewasa untuk belajar, antara lain tanggap terhadap beberapa dorongan eksternal. Dorongan yang paling kuat adalah dorongan internal (keinginan untuk meningkatan kepuasan kerja, kebanggaan diri dan mutu hidup). Semua orang dewasa normal akan termotivasi dan tetap tumbuh dan berkembang .

F. Evaluasi Hasil Belajar

1. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan perimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mahasiswa (Hamalik, 2008).


(31)

2. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

Mendeskripsikan kecakapan belajar para mahasiswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui posisi kemampuan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya.

Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah para tingkah laku mahasiswa kea rah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran penting untuk mengingat perannya sebagai upaya memanusiakan manusia, sehingga mahasiswa menjadi manusia yang berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan.

Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para mahasiswa dalam hasil belajar yang dicapai hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri mahasiswa itu sendiri, tetapi dapat disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau kesalahan strategi dalam melaksanakannya.

Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak institusi kepada pihak-pihak yang berkepentinga Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua mahasiswa

3. Klasifikasi Evaluasi Hasil Belajar

Sistem Pendidikan Nasional menggunakan klasifikasi evaluasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Sudjana, 2009) yaitu :


(32)

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Ranah Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.

4.Penilaian Hasil Belajar

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, Djamarah (2006) menggolongkan tes hasil belajar menjadi tes formatif, tes subsumatif dan tes sumatif.

Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan

tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil formatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan pengajaran dalam waktu tertentu.

Tes subsumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah

diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hasil tes

subsumatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan


(33)

dua Tahun Akademik. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarap keberhasilan belajar peserta didik dalam satu periode belajar tertentu. Hasil tes

sumatif dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau

sebagai ukuran mutu institusi.

5. Syarat-Syarat Evaluasi yang Baik

Memiliki validitas artinya setiap penilaian harus benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Suatu tes dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila antara hasil tes dengan pendapat ahli hanya terdapat sedikit perbedaan.

Suatu alat evaluasi harus memiliki rehabilitas, bila menunjukkan ketetapan hasilnya. Dan apabila dilakukan pengukuran beberapa kali akan mendapat skor yang sama bila diukur dengan alat uji yang sama. Reabilitas suatu tes dikatakan tinggi bila realibilitasnya menunjukkan koefisien korelasi 1.00 sedangkan tes yang realibilitasnya rendah memiliki koefisien korelasi 0.00.

Alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang dikur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evalasi itu. Objektivitas dalam penilaian sering dilakukan dengan menggunakan: questioner, essay test, observation,

rating scale, checklist, dan alat-alat lainnya.

Suatu alat evaluasi harus efisiensi dan sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak. Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang singkat, dan hasil yang memuaskan.Memiliki manfaat bagi pembelajaran dan kepraktisan dalam suatu proses belajar (Sudjana, 2009).


(34)

6. Batas Minimal Hasil Belajar

Menentukan batas minimum keberhasilan belajar merupakan upaya untuk menentukan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Norma-norma pengukuran tersebut adalah norma skala angka dari 0 sampai 10 dan norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Selain norma skala angka, pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan melalui simbol huruf-huruf dengan kriteria A, B, C, D dan E. Simbol huruf-huruf dapat dipandang sebagai simbol angka-angka (Syah, 2010).

Tabel 2.3 Batas Minimal Hasil Belajar di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

Angka Huruf Predikat

> 80 A Sangat Baik

75-79 B Baik

60-74 C Cukup

55-59 D Kurang

< 54 E Gagal

7. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hamid (2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni : keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran dan daya tarik pembelajaran. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingat pencapaian pebelajar


(35)

tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecendrungan pebelajar untuk tetap/terus belajar.

Ada 7 indikator penting yang dapat digunakan untuk mendapatan keefektifan pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku (tingkat kesalahan kerja). Makin cermat pebelajar menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif pembelajaran. (2) Kecepatan unjuk kerja (efisiensi waktu). Makin cepat seorang pebelajar menampilkan hasil kerjanya, semakin efektif pembelajaran. (3) Kesesuaian dengan prosedur, pebelajar dikatakan efektif apabila pebelajar dapat menampilkan hasil kerja yang sesuai dengan prosedur baku yang telah ditetapkan. (4) Kuantitas hasil kerja mengacu pada banyaknya hasil kerja yang mampu ditampilkan oleh pebelajar dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan. (5) Kualitas hasil akhir apakah memuaskan atau tidak. (6) Tingkat alih belajar yaitu kemampuan pebelajar melakukan alih belajar dari apa yang telah dikuasainya ke hal lain yang serupa. (7) Tingkat retensi yaitu jumlah hasil kerja yang masih mampu ditampilkan pebelajar setelah selang beberapa periode waktu. Semakin tinggi retensi maka semain efetif pembelajaran itu.

Dalam mengukur efisiensi pembelajaran, indikator utama diacukan kepada waktu, personalia, sumber belajar yang dipakai. Efisiensi hanya dapat diukur apabila setiap pebelajar dapat belajar sesuai dengan jumlah waktu yang dibutuhkan. Jumlah personalia yang dilibatkan dalam perancangan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan juga dipakai untuk mempreskripsikan efisiensi. Penggunaaan sumber belajar lain, selain guru juga dapat dijadikan ukuran tingkat efisiensi pembelajaran, seperti: berupa ruang yang dipakai, apakah melibatkan penggunaan laboratorium, komputer, jumlah buku tes, dan penyampaian buku kerja atau sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan biaya pembelajaran.


(36)

Daya tarik sebagai hasil pembelajaran berkaitan dengan daya tarik bidang studi. Namun, daya tarik bidang studi dalam penyampaiannya banyak bergantung pada kualitas pembelajarannya. Pengukuran daya tarik pembelajaran dapat dilakukan dengan mengamati apakah pebelajar ingin terus belajar atau tidak. Kecendrungan pebelajar untuk tetap terus belajar bisa terjadi arena daya tarik bidang studi itu sendiri atau bisa juga karena kualitas pembelajarannya.

G. Materi Pokok 1. Atonia Uteri

a) Pengertian

Atonia Uteri merupakan pendarahan obstetri yang disebabkan oleh kegagalan uterus untuk berkontraksi secara memadai setelah kelahiran (Cuningham, 2013:415). Menurut JNPK-KR (2008), atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan keluarnya darah dari tempat implantasi plasenta dan menjadi tidak terkendali.

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.

b) Etiologi

Overdistensi Uterus merupakan faktor resiko yang paling sering mengakibatkan terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat disebabkan oleh kehamilan ganda, janin makrosomia, polihidramnion, abnormalitas janin, kelainan


(37)

Pimpinan kala III yang salah, dengan memijat-mijat dan mendorong uterus. Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama atau persalinan yang memerlukan tenaga yang banyak, umur yang terlalu muda dan terlalu tua, terutama apabila diberikan stimulasi pada ibu. Selain itu pengaruh obat-obatan yang dapat mengakibatkan inhibisi kontraksi seperti: anastesi yang terhalogenisasi, nitrat, obat-obatan anti inflamasi nonsteroid, magnesium sufat dan nipedipin.

Ibu dengan keadaan umum yang buruk, anemis, atau menderita penyakit yang menahun.Penyebab lain yaitu: plasenta letak rendah, partus lama (terlantar) toksin bakteri (korioamnionitis, endometritis, septikemia), hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus couvelaire pada abruptio plasenta.

c) Diagnosis Atonia Uteri

Kecuali apabila penimbunan darah intrauterine dan intravagina mungkin tidak teridentifikasi, atau pada beberapa kasus ruptur uteri dengan pendarahan intraperitoneum, diagnosis pendarahan post partum seharusnya mudah. Pembedaan sementara antara pendarahan akibat atonia uteri dan akibat laserasi ditegakkan berdasarkan kondisi uterus. Apabila pendarahan berlanjut walaupun uterus berkontraksi kuat, penyebab pendarahan kemungkinan besar adalah laserasi. Darah merah segar juga menginsyaratkan adanya laserasi. Untuk memastikan peran laserasi sebagai penyebab pendarahan, harus dilakukan inspeksi yang cermat terhadap vagina, serviks, uterus.

Kadang-kadang pendarahan disebabkan baik oleh atonia maupun trauma, terutama setelah pelahiran operatif besar. Secara umum, harus dilakukan inspeksiserviks dan vagina setelah setiap pelahiran untuk mengidentifikasi pendarahan akibat laserasi. Anestesia harus adekuat untuk mencegah rasa tidak


(38)

nyaman saat pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap rongga uterus, serviks, dan keseluruhan vagina harus dilakukan setelah ekstraksi bokong, versi podalik internal, dan pelahiran pervaginam pada wanita yang pernah menjalani seksio sesarea. Hal yang sama berlaku pada pendarahan berlebihan selama kala dua persalinan (Cunningham, 2013).

d) Pencegahan Atonia Uteri

Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah pedarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. Pemberian oksitosin pada manajemen aktif kala III dapat mengurangi resiko terjadinya pendarahan post partum lebih dari 40% dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat yang lain sebagai terapi. Selain mencegah pendarahan, kerja oksitosin didalam tubuh sangat cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah.

e) Penatalaksanaan Atonia Uteri

1. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut

masukkan secara obstetrik (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus dan ke dalam vagina ibu.

2. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh.

3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus kea rah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan ke


(39)

4. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

5) Evaluasi keberhasilan :

Jika uterus bekontraksi dan pendarahan berkurang, terus melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala empat.

Jika uterus berkontraksi tetapi pendarahan masih berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan pendarahan. Jika uterus tidak berkontraksi selama 5 menit, ajarkan keluarga untuk

melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.

6)Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rectal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.

7)Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.

8) Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.

9)Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena ini merupakan bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.


(40)

10)Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit.Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125cc/jam. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi.

2. Retensio Plasenta

a) Pengertian Retensio Plasenta

Retensio Plasenta adalah tertinggalnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi (Prawihardjo, 2008).

Retensio Plasenta adalah plasenta yang tidak dapat terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga didasari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan (Varney, 2007).

b) Etiologi Retensio Plasenta

Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab terpenting), dan Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta membranaseae, plasenta anularis) dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar terlepas karena implatasinya yang terlalu dalam seperti: plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta, plasenta inkarserata.


(41)

c) Diagnosis retensio plasenta

Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

d) Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Sikap umum bidan: melakukan pengkajian data secara sebjektif dan objektif antara lain : keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana jumlah pendarahannya, keadaan fundus uteri, mengetahui keadaan plasenta, apakah plasenta inkarserata, melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein, metode starsman, memasang infus, memberikan cairan pengganti.

Sikap khusus bidan : pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk megeluarkan atau melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri (JNPK, 2008).

Prosedur plasenta manual yaitu persiapan dengan melakukan pemasangan set dan cairan infus, menjelaskan kepada ibu prosedur dan tujuan tindakan, melakukan anastesi verbal dan anastesi rektal, menyiapkan dan menjalankan prosedur pencegahan infeksi.

Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri meliputi: memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong, menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai, secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah pusat, setelah mencapai bukaan serviks minta seorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan


(42)

tangan luar untuk menahan fundus uteri, sambil menahan fundus uteri masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta, dan bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari saling merapat).

Sebelum melepaskan plasenta dari dinding uterus, tentukan implantasi plasenta paling bawah dan setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan ke kiri sambil digerakkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

Cara mengeluarkan plasenta yaitu dengan satu tangan masih di dalam kavum uteri dan melakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal, pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta kelua (hindari terjadinya percikan darah), melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus ke arah dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plsenta di wadah yang telah disediakan. Pencegahan infeksi pasca tindakan yaitu: dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan), dan peralatan lain yang digunakan, melepaskan dan merendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.

Pemantauan pascatindakan yaitu: memeriksa kembali tanda vital ibu, mencatat kondisi ibu dan membuat laporan tindakan, menuliskan rencana


(43)

pemantauan dan asuhan lanjutan, melanjutkan pemantauan hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindahkan ke ruang rawat gabung (JNPK, 2008).


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini pada pada dasarnya kerangka perbandingan dari konsep-konsep yang diukur melalui penelitian yang akan dilakukan, yaitu menjelaskan tentang model pembelajaran NHT dengan tanya jawab terhadap hasil evaluasi belajar mahasiswa.

.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Skema 1.

Kerangka Konseptual Penelitian Perbandingan Model Pembelajaran NHT Dengan Tanya Jawab Terhadap Hasil Evaluasi Belajar

Mahasiswa Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan uraian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan hasil belajar mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Kegawatdaruratan

a. Model Pembelajaran NHT

b. Model Pembelajaran Tanya Jawab

Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV pada mata kuliah Kegawatdaruratan


(45)

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Model

Pembelajaran NHT

Model pembelajaran secara berkelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah yang diberikan oleh dosen. Untuk mengetahui pemahaman materi oleh mahasiswa, dosen menyebut salah satu nomor dari setiap kelompok untuk menjelaskan setiap pertanyaan oleh dosen dan mempresentasikan hasilnya secara individu dalam kelompoknya. Lembar Observasi Observasi 1=Dilakukan 2=Tidak Dilakukan Nominal 2. Model Pembelajaran Tanya Jawab

Model pembelajaran yang saling berinteraksi langsung antar mahasiswa dan dosen tentang

materi yang sedang dipelajari yang bersifat individual. Lembar Observasi Observasi 1=Dilakukan 2=Tidak Dilakukan Nominal 3. Evaluasi Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar mahasiswa setelah diberi pemahaman materi Kuesioner Menghitung jawaban yang benar dari setiap responden A=> 80 B= 75-79 C= 60-74 D= 55-59 E = < 54


(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen (eksperimen semu). Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pretest-posttest

only non equivalent control group design. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok,

kelompok pertama sebagai kelompok kontrol dan kelompok kedua sebagai kelompok intervensi (Sugiono, 2010).

Pada kelompok intervensi dalam proses belajar mengajar diberi perlakuan yaitu mengajarkan Kegawatdaruratan Kebidanan dengan topik Atonia Uteri dan Retensio Plasenta dengan model pembelajaran NHT, yang sebelumnya dilakukan pre

test dan sesudah pembelajaran diberi post test. Sedangkan pada kelas kontrol proses

belajar mengajar berlangsung dengan model tanya-jawab dengan materi yang sama dengan kelompok intervensi, dan diberi perlakuan dengan menggunakan pre test dan

post test. Dengan demikian rancangan penelitian pada skema 2 berikut ini:

Skema 2. Rancangan Penelitian Quasi Eksperimen (Pretest-Posttest Control Group Design)

Keterangan :

Q Pre Test

Q

1

X

n

Q

2


(47)

Analisis Data Post Test

Xt : Perlakuan model pembelajaran tanya jawab

Desain penelitian dapat dilihat pada Skema 3 berikut ini: Skema 2. Bagan Desain Penelitian

Populasi

Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre Test

Pembelajaran Tanya Jawab

Pembelajaran NHT


(48)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun Akademik 2013/2014 sebanyak 205 mahasiswa yang terdiri dari kelas A, B, C, dan D.

2. Sampel

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik non probability

sampling dengan jenis purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang

didasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria responden berdasarkan cirri tertentu (Notoadmojo, 2010). Tujuan penngambilan sampel bertujuan mendapatkan jumlah subjek yang memadai untuk mewakili kategori karakteristik sesuai yang diharapkan di dalam sampel (Murti, 2010).

Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 90 responden, yang diperoleh dari kelas B dan D. Kelas B yang terdiri dari 48 mahasiswa diambil menjadi sampel sebanyak 45 orang dan kelas D terdiri dari 53 mahasiswa diambil menjadi sampel sebanyak 45 orang . Pengambilan sampel sebanyak 90 responden di kuotakan pada kelas B dan D oleh peneliti karena dianggap cukup untuk mewakili kategori karakteristik yang diharapkan di dalam sampel dan menghindari apabila banyak responden yang dapat dijadikan sampel keluar dari syarat kategori sampel yang diinginkan.


(49)

1) Mahasiswa Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Semester IV.

2) Mengikuti pembelajaran tentang asuhan kebidanan IV (Kegawatdaruratan Kebidanan)

3) Mahasiswa yang presentasi kehadirannya > 80 % b) Kriteria Eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden.

2) Tidak hadir pada saat penelitian dilakukan. 3) Mahasiswa yang terlambat lebih dari 10 menit. C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai. Penentuan tempat penelitian ditentukan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Jumlah mahasiswa di Akbid Kholissatur Rahmi memadai untuk dijadikan sampel penelitian.

2. Adanya kemudahan pelaksanaan dan diperoleh data di lokasi penelitian

3. Di kampus tersebut belum pernah diadakan penelitian yang sama dengan permasalahan yang diteliti.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 April- 24 April 2014 Tahun Akademik 2013/2014.

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

Pertemuan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Pre Test Pembelajaran Post Test Pre Test

Pembelajaran Post Test I 12

April 2014

- - 12

April 2014 - - II 12 April 2014 16 April 2014 - 12 April 2014 16 April 2014 -


(50)

III 12 April 2014 17 April 2014 19 April 2014

- - 19 April

2014 IV 12 April 2014 21 April 2014 - 12 April 2014 21 April 2014 - V 12 April 2014 22 April 2014 24 April 2014

- - 24 April

2014

E. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku antara pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan peneliti (Notoadmojo, 2010). Adanya hubungan timbal balik antara peneliti dan yang diteliti sehingga suatu penelitian dalam pelaksanaanya harus sesuai dengan prinsip etika sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden yang bertujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2. Anonymity (tanpa nama)

Di dalam prinsip etika penelitian, peneliti akan memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian atau responden dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.


(51)

Prinsip etika yang satu ini memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam metode pengumpulan data adalah kuesioner melalui soal tes tertulis dalam bentuk pilihan berganda Kegawatdaruratan Kebidanan terhadap setiap metode pembelajaran yang telah di uji-validitas perangkat pembelajaran oleh ahli dan setiap butir soal dianalisis dengan menggunakan alpha

cronbach. Dalam pembuatan instrumen penelitian diperlukan beberapa tahap antara

lain:

Metode penyusunan soal tertulis dilakukan dengan langkah : a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan

b. Menentukan tipe soal

c. Menentukan jumlah butir soal

d. Menentukan waktu mengerjakan soal e. Membuat kisi-kisi soal

f. Membuat petunjuk pengerjaan soal, bentuk lembar kunci, kunci jawaban, dan penentu skor.

g. Menulis butir soal

h. Mengujicobakan instrumen

i. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas dan reabilitas


(52)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Dikataan valid, berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam hal ini setelah instrumen terkonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu maka akan dikosultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2010). Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan content validity yang diuji oleh Evi Era Liesmayani, SST. M. Keb dengan nilai CVI (content validity indeks) sebesar 0,9.

2. Reliabilitas

Reabilitas dapat diartikan apabila suatu instrumen bila dilakukan pengukuran beberapa kali menunjukkan hasil yang sama (Sugiono, 2010). Nilai-nilai item untuk setiap butir pertanyaan bernilai 1 untuk jawaban yang benar dan bernilai 0 untuk jawaban yang salah dengan jumlah soal sebanyak 30 butir untuk materi pembelajaran kegawatdaruratan, 15 butir mengenai atonia uteri, dan 15 butir mengenai retensio plasenta. Reabilitas pada instrument ini diujikan kepada mahasiswa Akademi Kebidanan Medistra di Lubuk Pakam semester IV sebanyak 15 orang. Pengujian reabilitas yang dipakai pada soal pilihan ganda yang terdapat pada penelitian ini adalah Alfa Cronbach dengan bantuan program komputer. Nilai Alfa Cronbach yang digunakan adalah > 0,6 maka dikatakan reliabel. Nilai koefisien

Alpha Cronbach pada kuesioner ini adalah 0,796 sehingga dinyatakan reliabel.

H. Pengumpulan Data


(53)

wali tingkat kelas B dan D untuk meminta izin dan diberi izin untuk menggunakan mahasiswanya sebagai subjek penelitian. Sebelum melakukan pre test, peneliti melakukan seleksi kepada setiap dosen dalam yang masuk ke kelas B dan D yang memakai model NHT dan tanya jawab, memilih dosen yang tepat untuk memberikan model NHT dan tanya jawab serta melatih dosen tersebut selama 2 hari menggunakan model NHT sebelum memberi pengajaran.

Peneliti menjumpai kembali wali tingkat dari kelas B dan D di Akbid Kholisatur Rahmi untuk meminta daftar nama mahasiswa beserta absennya . Peneliti bertemu dengan responden yang sesuai dengan kriteria sampel pada penelitian dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Lalu, peneliti memberikan lembar pertanyaan persetujuan responden dan apabila responden menyetujui maka peneliti akan membagikan kuesioner kepada responden dan kemudian menjelaskan cara pengisian.

Data yang telah diisi oleh respoden diambil saat itu juga oleh peneliti. Di dalam penelitian ini peneliti berfungsi sebagai observer yaitu untuk mengukur tingkah laku dosen pada waktu mengajar, kegiatan diskusi mahasiswa, partisipasi aktif mahasiswa saat pembelajaran. Pada pengumpulan data dilakukan tahapan identifikasi kemampuan mahasiswa secara kognitif yang dilakukukan pretest dan

post test terhadap setiap model pembelajaran. Memberikan pre test pada kelompok

kontrol dan intervensi untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif mahasiswi sebelum diberi objek perlakuan untuk mata kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan pada Atonia Uteri dan Retensio Plasenta.

Memberikan perlakuan 1 pada kelompok intervensi dengan model pembelajaran NHT dan memberikan perlakuan 2 pada kelompok kontrol dengan model pembelajaran tanya jawab dengan topik pembelajaran mengenai Atonia Uteri


(54)

dalam hari yang bersamaan. Setelah 3 hari diberikan model pembelajaran NHT dan tanya jawab diberikan post test pada kedua kelompok kontrol dan intervensi untuk mengetahui rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan dengan topik pembelajaran Atonia Uteri.

Pada pertemuan selanjutnya mahasiswa diajarkan kembali dengan model pembelajaran NHT dan tanya jawab pada kelompok kasus kontrol dan intervensi dengan topik pembelajaran Retensio Plasenta. Dan 3 hari kemudian setelah diberi topik pembelajaran tersebut diberikan post test kembali mengenai topik pembelajaran retensio plasenta.

Semua data yang telah terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan kategori masing-masing. Kemudian data setiap responden diklasifikasikan melalui kode-kode tertentu. Semua data yang telah berbentuk kode dimasukkan ke dalam tabel dan di

enty ke komputer agar memudahkan analisa data. Setelah data di entry ke komputer,

menetukan selisih nilai pada kelompok eksperimen dan kontrol pada nilai pre test

dan post test dan menggunakan test statistik yang sesuai untuk menetukan apakah

perbedaan tersebut signifikan. I. Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengolahan data, maka peneliti akan segera mengolah data (analisis data) yang bertujuan agar penelitian dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Arikunto, 2010). Analisa data dibantu dengan menggunakan aplikasi komputer.

1. Analisis Univariat


(55)

2. Analisis Bivariat a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normalitas sampel, apakah populasi berdistribusi normal atau tidak dan dipakai menganalisis data hasil pre test. Tahap uji normalitas ini menggunakan sistem komputer yaitu Shapiro Wilk dengan taraf kepercayaan α = 5%.

Analisis kriteria pengambilan keputusan :

a. Data berdistribusi normal jika signifikansinya > 5% b. Data tidak berdistribusi normal jika signifikansinya < 5%

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan suatu uji terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, seperti seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan

uji Levane statistics. Jika nilai Levane statistics > 0,05 maka variasi data adalah

homogen dan jika nilai Levane statistics < 0,05 maka variasi data tidak homogen. c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan proses pengukuran, maka data akan dianalisis apakah sesuai dengan hipotesis yang diharapkan atau tidak. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t-dependen dan independen (Sugiyono, 2010). Uji t-dependen digunakan untuk menilai seberapa besar perbedaan evaluasi hasil belajar sebelum diberi perlakuan pada kelompok kontrol dan eksperimen. Sedangkan uji t-independen digunakan untuk menilai evaluasi hasil belajar pada model pembelajaran NHT dan tanya jawab sesudah diberi perlakuan. Kriteria penilaian untuk uji t dependen dan independen yaitu :


(56)

a.Jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima maka ada perbedaan antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kesimpulannya bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan.

b.Jika nilai p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak maka tidak ada perbedaan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kesimpulannya bahwa tidak ada perbedaan antara model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan.


(57)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang perbandingan model pembelajaran numbered head together (NHT) dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai pada bulan April 2014. Data dalam penelitian ini adalah data skor kemampuan kognitif mahasiswa pada materi kegawatdaruratan kebidanan. Jumlah responden terdiri dari 90 orang. Responden terbagi atas dua kelompok yaitu 45 orang kelompok kontrol (kelas A) dan 45 orang kelompok intervensi (kelas D).

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data hasil belajar mahasiswa yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, modus, mean dan standar deviasi pada kelompok kontrol dan eksperimen.

a.Data hasil belajar mahasiswa berdasarkan kemampuan awal mahasiswa (pre test) mahasiswa

Hasil penelitian pada kelompok kontrol diperoleh rerata kemampuan awal mahasiswa adalah 36,09, mayoritas responden memperoleh nilai 23, standar deviasi 13,709, median 33, min-max 16-66 dengan CI (Confidence Interval) 95% (31,97-40,21). Sedangkan rerata kemampuan awal mahasiswa pada kelompok intervensi adalah 57,87, mayoritas responden memperoleh nilai 43, standar deviasi 13,797, median 43, min-max 16-73 dengan CI 95% (40,08-48,37).


(58)

Tabel 5.1

Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Awal (Pre Test) Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan Pada

Kelompok Kontrol dan Eksperimen di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

Tahun 2014 Variabel Mean

Median

Standar Deviasi

(SD)

Modus Min Max 95% CI

Lower Upper

Kel Kontrol

36,09 33,00

13,709 23 16 66 31,97 40,21

Kel Intervensi

44,22 43,00

13,797 43 16 73 40,08 48,37

b. Data hasil belajar mahasiswa berdasarkan kemampuan akhir (post test )

Hasil penelitian sesudah diberi pengajaran berupa model tanya jawab pada kelompok kontrol diperoleh rerata kemampuan post test mahasiswa adalah 57,87, mayoritas responden memperoleh nilai 23, standar deviasi 13,244, median 43, min-max 35-80 dengan CI 95% (53,89-61,85). Sedangkan rerata kemampuan post test mahasiswa pada kelompok intervensi adalah 66,51, mayoritas responden memperoleh nilai 43, standar deviasi 13.137, median 70, min-max 30-86 dengan CI 95% (62,56-70,46).


(59)

Tabel 5.2

Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Nilai Post Test Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan Pada Kelompok Kontrol dan

Eksperimen di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 Variabel Mean

Median

Standar Deviasi

(SD)

Modus Min Max 95% CI

Lower Upper

Kel Kontrol

57,87 43,00

13,244 60 35 80 53,89 61,85

Kel Intervensi

66,51 70,00

13,137 83 30 86 62,56 70,46

2. Analisis Bivariat

Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji t-dependen Paired t-test yaitu mengukur hasil belajar sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi sedangkan t-independen membandingkan hasil belajar setelah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi.

a. Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Model Tanya Jawab Pada Kelompok Kontrol

Hasil penelitian diperoleh rata-rata penilaian hasil belajar mahasiswa pre test sebelum dilakukan model pembelajaran tanya jawab pada kelompok kontrol adalah 36,09 dengan standar deviasi 13,709. Pada penilaian hasil belajar post test sesudah dilakukan model pembelajaran tanya jawab adalah 57,87 dengan standar deviasi 13,244. Terlihat perbedaan nilai mean pre test dan post test adalah 21,778 dengan standar deviasi 18,335 dengan 95% CI (27,286-16.269). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 pada nilai alpha 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pre test sebelum dilakukan model


(60)

pembelajaran tanya jawab dengan post test sesudah dilakukan model pembelajaran tanya jawab pada mata kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.3

Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Kelompok Kontrol Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan Sebelum dan Sesudah

Dilakukan Model Tanya Jawab Pada Kelompok Kontrol di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

Variabel Mean Beda Mean

SD SE P value

n 95% CI

Lower Upper Model

Tanya Jawab - Pre Test - Post Test

36,09 57,87

21,778 13,709 13,244

5,88 5,90

0,000 45 -27.286 -16.269

b. Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi (Model NHT) Pada Kelompok Intervensi

Hasil penelitian diperoleh rata-rata penilaian hasil belajar mahasiswa pre test sebelum dilakukan model pembelajaran NHT pada kelompok intervensi adalah 44,22 dengan standar deviasi 13,797. Pada penilaian hasil belajar post test sesudah dilakukan model pembelajaran NHT adalah 66,51 dengan standar deviasi 13,137. Terlihat perbedaan nilai mean pre test dan post test adalah 22,289, standar deviasi 19,87 dengan 95% CI (28,260-16,318). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 pada nilai alpha 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pre test sebelum dilakukan model pembelajaran NHT dengan post test sesudah dilakukan model pembelajaran NHT


(61)

Tabel 5.4

Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Kelompok Intervensi Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Model NHT di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

Variabel Mean Beda Mean

SD SE P value

n 95% CI

Lower Upper Model

Pembelajaran NHT

- Pre Test - Post Test

44,22 66,51

22,289 13,797 13,137

2,057 1,958

0,000 45 45

-14.171 -3.118

c. Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Sesudah Dilakukan Model NHT dan Tanya Jawab Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi.

Rata-rata hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan di kelompok kontrol adalah 57,87 dengan standar deviasi 13,244. Sedangkan hasil prestasi belajar mahasiswa pada kelompok intervensi adalah 66,51, standar deviasi 13,137 dengan 95% CI (14,171-3,118). Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,003 pada nilai alpa 0,05 maka Ha diterima Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan antara model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) dengan tanya jawab terhadap evaluasi hasil belajar mahasiswa

semester IV pada mata kuliah kegawatdaruratan kebidanan. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.


(62)

Tabel 5.5

Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Kelompok Kontrol dan Intervensi Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan Sesudah Dilakukan

Model NHT dan Tanya Jawab di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

Variabel Mean SD Beda

Mean

SE P value n

Model

Pembelajaran - NHT

-Tanya Jawab

66,51 57,87

13,137 13,244

8,644 2,057 1,958

0,003 45 45

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan diskusi hasil

Berdasarkan hasil analisis data univariat pada tabel 5.1 dan 5.2 rata-rata kemampuan awal (pre test) mahasiswa pada kelompok kontrol (36,09) dan kelompok intervensi (44,22). Sedangkan kemampuan akhir (post test) kelompok kontrol adalah (57,87) dan kelompok intervensi (66,51).

Kemampuan awal merupakan pengetahuan dan ketrampilan yang relevan yang dimiliki oleh mahasiswa, termasuk di dalamnya latar belakang karakteristik yang telah dimilki oleh mahasiswa pada saat suatu pembelajaran dimulai. Perbedaan kemampuan awal dari setiap individu tentu saja berbeda, dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut. Dengan adanya penilaian tentang kemampuan awal ini akan membantu dosen memahami prinsip-prinsip perkembangan mahasiswa dan dapat merencanakan kegiatan yang sesuai, merangsang dan memperkaya pengalaman bagi mahasiswa, serta memberikan dasar


(63)

Sedangkan menurut Syah (2010) kemampuan awal dalam proses belajar itu merupakan suatu apresiasi seorang mahasiswa terhadap objek tertentu, jika seorang mahasiswa telah mengalami proses belajar yang mendalam maka kemampuan awalnya akan mendalam pula karena dianggap mengandung nilai penting dan indah sebelum mempelajari materi tersebut.

Ada perbedaaan hasil belajar yang lebih baik antara nilai pretest dan post test pada kelompok kontrol. Pada saat pretest rata-rata hasil belajar kelompok kontrol 36,09 dan setelah post test mengalami peningkatan menjadi 57,87 dikarenakan pada pembelajaran tanya jawab, dosen memberikan stimulasi dan pengarahan aktivitas belajar sehingga membangkitkan motivasi yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir. Melalui pertanyaan peserta didik didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh dosen sehingga mahasiswa mencapai proses pembelajaran dengan membaca, mendengarkan, melihat dan mendemonstrasikan.

Model pembelajaran tanya jawab memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan jawaban dan berupaya memberikan pengarahan, namun tidak mengulang (clarification) dan generalisasi (generalization). Pertanyaan-pertanyaan berbentuk isyarat dapat menolong peserta didik agar jawabannya sampai kepada yang diharapkan atau tidak terlalu menyimpang dari yang sebenarnya. Sedangkan dengan penjelasan yang diberikan dosen secara beruntun membuat mahasiswa mendapatkan penjelasan yang sejelasnya tanpa harus berpikir kembali untuk menemukan pemecahan masalah (Sagala, 2009).

Sama halnya dengan model pembelajaran kontrol, sesuai hasil hipotesis pada tabel 5.6 model pembelajaran NHT juga memperlihatkan peningkatan hasil belajar yang menyatakan bahwa hasil belajar mahasiswa sesudah (post test) diajarkan


(64)

dengan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum (pre test) diajarkan model pembelajaran NHT. Rata-rata hasil belajar post test diberi model pembelajaran NHT lebih baik dibandingkan sebelum diberi pengajaran dengan model pembelajaran NHT pada kelompok intervensi.

Pembelajaran Kegawatdaruratan Kebidanan menuntut adanya peran aktif mahasiswa yang didasarkan akan kemampuan logis dan analisis penalaran. Prestasi belajar mahasiswa dengan model pembelajaran NHT membutuhkan banyak latihan pemahaman, analisis serta keterlibatan mahasiswa secara aktif untuk mengerjakan kasus permasalahan. Dengan melakukan banyak latihan analisis kasus secara bersama-sama, mahasiswa dengan sendirinya akan menemukan konsep pada pembelajaran tersebut yang bertahan lama dan memberikan kesan mendalam terhadap permasalahan yang diberikan (Sudiyono, 2007).

Model pembelajaran yang dilakukan oleh dosen dalam setiap pengajaran akan sangat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Model pembelajaran yang bersifat

teacher centered learning mahasiswa hanya mampu menyerap pembelajaran

makasimal 30 %, jika mahasiswa melakukan model pembelajaran diskusi pemahaman mahasiswa meningkat menjadi 50%, mahasiswa yang mencari bahan pembelajaran sendiri meningkat menjadi 75%, dan dengan mahasiswa diberi kesempatan belajar dengan menjelaskan seperti dosen secara mandiri maka pengetahuannya meningkat menjadi 90% yang dikutip dari National Training

Laboratories di Bethel, Maine (Warsono dan Hariyanto, 2013).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Dale (1969) model pembelajaran yang dilakukan oleh dosen dalam setiap pengajaran akan sangat mempengaruhi hasil


(65)

% dan setelah 3 hari 10-20%, jika mahasiswa melakukan model pembelajaran diskusi pemahaman mahasiswa meningkat menjadi 72 setelah 3 jam dan sesudah 3 hari menurun menjadi 10%, mahasiswa yang mencari bahan pembelajaran sendiri dengan visual dan verbal meningkat menjadi 80% setelah 3 jam dan sesudah 3 hari mengalami penurunan menjadi 70%, dan dengan mahasiswa diberi kesempatan belajar partisipatori (bermain peran, studi kasus, praktik) maka pengetahuannya

meningkat menjadi 90% setelah 3 jam dan sesudah 3 hari menjadi 70% (Warsono dan Hariyanto, 2013).

Model pembelajaran NHT sebagai salah satu contoh dari model pembelajaran yang memiliki keuntungan dalam memicu kerjasama antara mahasiswa. Materi yang kurang dipahami oleh salah satu anggota kelompok dapat ditanyakan dan didiskusikan kepada kelompok sebelum ditanyakan kepada dosen. Adanya partisipasi dari sesama anggota kelompok dapat membuat mereka memahami materi dan belajar mandiri lebih baik lagi (Slavin, 2010).

Model pembelajaran NHT lebih mengutamakan pada keaktifan mahasiswa dalam belajar. Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung multiarah yaitu antara mahasiswa dengan mahasiswa kemudian dosen dan mahasiswa sehingga peran mahasiswa sebagai subjek pembelajaran sedangkan dosen berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam belajar (Isjoni, 2009).

Kerja sama dan interaksi antar mahasiswa dalam kelompok akan memotivasi mahasiswa dalam belajar dikarenakan keberhasilan individu akan tergantung dari keberhasilan kelompok. Setiap individu dalam kelompok akan berusaha memahami materi pembelajaran dan masalah-masalah yang diberikan oleh dosen. Kejenuhan dalam proses belajar tidak akan terjadi karena mahasiswa dipacu untuk aktif, mandiri dan heterogenan mahasiswa antar kelompoknya. Setiap individu akan tertantang


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Diah Evawanna Anuhgera TTL : Siborong-borong/ 5 Maret1993 Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Waspan Saragi Nama Ibu : Ida Sihombing Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : Jln. Bukit Pembangunan-Perumnas Atas, Baganbatu, Riau Pendidikan Formal :

Tahun 1998 - 2004 : SD Santa Maria II Pekanbau Tahun 2004 - 2007 : SMP Yosef Arnoldi Baganbatu Tahun 2007 - 2010 : SMA Negeri 5 Medan

Tahun 2010 - 2013 : Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam Tahun 2013 - 2014 : D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

0 68 75

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Akbid Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

1 1 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran - Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Akbid Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan di

0 0 26

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN TANYA JAWAB TERHADAP EVALUASI HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN DI AKBID KHOLISATUR RAHMI BINJAI

0 0 11