Lahan Kosong Jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pada Gambar 4 dan 5 terdapat perbandingan lahan tambak dari kedua lokasi tersebut, terdapat perbedaan nilai INP dari keduanya. nilai INP tertinggi di SM Karang Gading adalah jenis C. iria sebesar 57.66 sedangkan nilai INP tertinggi dari lahan tambak pada kawasan SM Langkat Timur Laut adalah jenis A. spesiosum sebesar 20.83. Tumbuhan A. spesiosum merupakan jenis yang tumbuh pada areal mangrove yang lebih sering tergenang oleh pasang surut dan merupakan jenis mangrove sejati sedangkan jenis C. iria adalah jenis gulma . Penyebaran tumbuhan bawah maupun tanaman pertanian lebih banyak ditemukan pada kawasan mangrove SM LTL daripada kawasan mangrove SM KG. Hasil ini dapat menjadi acuan apabila dibandingkan dari tingkat pembukaan lahan, kawasan SM Karang Gading lebih besar dibanding dengan kawasan SM Langkat Timur Laut. Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan pada kawasan mangrove SM Karang Gading, lahan permukiman yang terdapat pada kawasan tersebut salah satunya adalah Dusun Kuranda yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai peternak sapi dan kambing serta memiliki profesi sebagai petani tambak udang dan kepiting bakau serta nelayan.

b. Lahan Kosong

Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah dan tanaman pertanian pada lokasi lahan kosong SM Karang Gading disajikan pada Gambar 6. Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan tanaman pertanian pada Lahan Kosong di SM Karang Gading. Gambar 6 menginformasikan bahwa jenis tumbuhan bawah dengan INP tertinggi yaitu jenis C. iria sebesar 57.66. Ini menunjukan bahwa kawasan lahan kosong pada kawasan SM Karang Gading lebih didominasi oleh jenis rumput rumputan yaitu C. iria. Karakteristik tanaman ini sebagai gulma adalah sebagai berikut .: • pertumbuhannya cepat dan mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya. • mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem. • mempunyai daya berkembang biak yang besar secara vegetatif dan atau generatif. • alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang. • bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan Nasution,1986.

c. Lahan permukiman

Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah dan tanaman pertanian pada permukiman SM Karang Gading disajikan pada Gambar 7. 18.39 35.96 57.66 8.32 21.53 21.77 6.28 8.32 21.72 10 20 30 40 50 60 70 INP Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian pada Lahan Pemukiman di SM Karang Gading. Analisis vegetasi tanaman pertanian dalam Gambar 7 menunjukkan, tanaman yang mendominasi pada lokasi tersebut adalah jenis P. vaginatum. Jenis tersebut ditemukan di semua sampel plot analisis vegetasi. Nilai INP jenis tersebut sebesar 39.20. P. vaginatum merupakan jenis rerumputan yang menjadi salah satu pakan dari ternak masyarakat setempat sehingga jumlah populasi tanaman ini banyak ditemukan. Monde dkk. 2008 menyebutkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian menunjukkan adanya penurunan kadar C organik tanah. Lahan hutan memiliki kandungan bahan organik tinggi karena adanya suplai bahan organik yang terus-menerus dari vegetasi hutan sehingga terjadi penumpukan.

5. 3. Cadangan Karbon

Berdasarkan model allometri pendugaan karbon pada tambak, lahan kosong, dan permukiman yang dilakukan pada dua tempat yaitu dalam kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut. Nilai karbon 24.21 8.51 15.33 7.82 15.67 8.84 17.38 39.20 8.51 12.26 11.23 22.51 8.51 5 10 15 20 25 30 35 40 45 INP Universitas Sumatera Utara tersimpan merupakan akumulasi dari karbon tersimpan tegakan dan karbon tersimpan tumbuhan bawah pada masing-masing penutupan lahan. Cadangan karbon tersimpan di kawasan tersebut, disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Cadangan Karbon Pada Lahan tambak, lahan kosong dan lahan pemukiman Kawasan SM KGLTL Lokasi Sawit tonha Tumbuhan BawahTanaman Pertanian tonha Total tonha SM Karang Gading Lahan Kosong 6.63 6.63 Permukiman 9.13 9.13 Tambak 0.01 20.93 20.94 Jumlah 36.70 SM Langkat Timur Laut Tambak 9.85

9.85 Jumlah

9.85 Jumlah karbon tersimpan dalam kawasan SM LTL lebih rendah dibanding simpanan karbon di kawasan SM KG. Selisih jumlah karbon tersimpan pada kedua kawasan suaka margasatwa tersebut adalah sebesar 26.85tonha. Perbedaan jumlah cadangan karbon tidak signifikan karena penentu cadangan karbon antara dua lokasi penelitian adalah vegetasi tumbuhan bawah. Nilai total cadangan karbon pada lokasi penelitian, yaitu lokasi tambak, lahan kosong, dan permukiman dalam kawasan SM Karang Gading Langkat Timur Laut adalah sebesar 46.55 tonha. Berdasarkan penelitian Sugirahayu dan Rusdiana 2011, dilaporkan bahwa hutan mangrove memilki simpanan karbon terbesar, yaitu sebesar 51,50 tonha. Apabila dibandingkan dengan nilai karbon hutan mangrove, maka hasilnya sangat jauh berbeda. Itulah sebabnya alih fungsi lahan yang terjadi Universitas Sumatera Utara pada hutan mangrove akan menyebabkan berkurangnya kemampuan hutan mangrove dalam menyerap karbon. Perlunya perhitungan simpanan karbon akibat terjadinya konversi hutan menjadi peruntukan lain sangat diperlukan sebagai usaha mitigasi perubahan iklim saat ini. Mitigasi merupakan upaya mengurangi laju emisi gas rumah kaca dari berbagai sumber sources dan meningkatkan laju penyerapannya oleh berbagai rosot, sehingga generasi yang akan datang tidak terbebani oleh dampak perubahan iklim secara lebih berat . Hairiah dan Rahayu 2007, menyebutkan bahwa hutan alam dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi baik di atas maupun di dalam tanah. Apabila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan maka jumlah C tersimpan akan merosot. Berkenaan dengan upaya pengembangan lingkungan bersih, maka jumlah CO 2 di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlah serapan CO 2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan emisi CO 2 ke udara serendah mungkin. Jadi, mempertahankan keutuhan hutan alami, menanam pepohonan pada lahan-lahan pertanian dan melindungi lahan gambut sangat penting untuk mengurangi jumlah CO 2 yang berlebihan di udara. Lugina dkk., 2011 menyebutkan bahwa gas CO 2 merupakan salah satu penyebab pemanasan secara global pada bagian terendah lapisan atmosfir, yang pada gilirannya pemanasanan global ini mengakibatkan perubahan iklim buatan manusia atau human induced climate change. Perubahan iklim buatan manusia ini sangat signifikan dari waktu ke waktu dan sudah menjadi permasalahan global. Alih fungsi hutan menjadi lahan tambak, lahan permukiman dan adanya lahan Universitas Sumatera Utara kosong juga menyebabkan berkurangnya luas penutupan lahan dan hutan sebagai penyerap dan penyimpan GRK. Hasil ini juga didukung oleh Soemarwoto 2001 yang menyebutkan bahwa dengan menyusutnya luas hutan menyebabkan dampak pemanasan global yaitu berubahnya iklim. Data simpanan karbon tersebut dapat dijadikan acuan bahwa kegiatan manusia dalam melakukan konversi hutan menjadi lahan pertanian akan sangat berdampak terhadap berkurangnya penyerapan karbon yang ada di bumi. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan kawasan konservasi yang baik terutama aspek perlindungan kawasan. Onrizal dan Oeliem 2002, menyebutkan metode untuk memperbaiki kawasan SM KGLTL, sesuai dengan klasifikasi kondisi kawasan, ada tiga bentuk kegiatan untuk mengembalikan kawasan tersebut, yaitu: a mempertahankan dan memantapkan areal yang masih baik, yaitu pada areal yang belum terganggu dengan kondisi mangrove masih baik, b merehabilitasi areal yang rusak, yaitu areal yang rusak akibat penebangan liar dan kondisi mangrovenya sudah rusak, namun lahannya belum dikonversi untuk penggunaan lain misal: tambak, kebun dan Lainnya, dan c melaksanakan revitalisasi areal yang rusak berat, yaitu areal yang telah dikonversi untuk penggunaan lain. Berdasarkan PP Nomor 36 tahun 2010, disebutkan bahwa di kawasan SM dapat dilakukan kegiatan pemulihan ekosistem, melalui kegiatan mekanisme alam, rehabilitasi dan restorasi. Namun, usaha tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika tidak adanya dukungan dari para pihak terkait. Agar upaya tersebut dapat mencapai sasarannya, maka upaya tersebut harus didasari dengan data yang akurat dan komprehensif dari SM KGLTL, yaitu data: a ekologi kawasan, yang meliputi data kondisi dan Universitas Sumatera Utara potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem mangrove, yaitu flora, fauna, tanah, iklim, salinitas dan kualitas perairan; dan b sosial-ekonomi dan budaya masyarakat, baik yang berada di dalam kawasan maupun yang berada di luar kawasan Onrizal dan Oeliem, 2002; Wahyunto dkk., 2001. Selain itu, pelaksanaan berbagai upaya tersebut harus didukung oleh koordinasi yang baik dari berbagai instansi yang terkait dan penegakan hukum, sehingga pengelolaan yang dilakukan merupakan pengelolaan yang didasarkan atas potensi kawasan dan kebutuhan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan community base- management. Perbandingan jumlah karbon pada lahan kosong, permukiman dan tambak di kawasan SM Langkat Timur Laut disajikan pada Gambar 8. Gambar 8. Perbandingan Jumlah Karbon pada Lahan Pemukiman, Lahan Tambak, dan Lahan Kosong di SM Karang Gading Langkat dan Timur Laut Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa simpanan karbon terbanyak terdapat lahan tambak pada kawasan SM Karang Gading. Total simpanan karbon pada lahan tambak pada kawasan SM Karang Gading sebesar 20.94 sedangkan 5 10 15 20 25 Lahan Kosong SM KG Permukiman SM KG Tambak SM KG Tambak SM LTL 0,01 6,63 9,13 20,93 9,85 Sawit tonha Tumbuhan Bawah danTan. Pertanian tonha Universitas Sumatera Utara simpanan karbon pada lahan tambak SM Langkat Timur Laut adalah 9.85 tonha. Perbedaan cadangan karbon tersimpan pada masing-masing lokasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu jumlah spesies dan perbedaan biomassa dari masing-masing tegakan dan tanaman pada kedua kawasan. Sebagian besar simpanan karbon pada lahan tersebut diperoleh dari tumbuhan bawah, meskipun bila dibandingkan dengan nilai simpanan karbon pada pohon nilainya relatif kecil. Namun, hasil tersebut tetap dianggap penting. Mengingat kondisi hutan di kawasan SM KGLTL telah mengalami gangguan. Studi ini juga didukung oleh penelitian dari Krisnawati 2010, yang menyebutkan biomassa yang berasal dari tumbuhan bawah dan serasah cenderung memiliki kontribusi yang kecil terhadap nilai biomassa total dalam ekosistem. Beberapa tipe hutan, terutama hutan yang mengalami gangguan, tumbuhan bawah dapat menjadi komponen penting. Kontribusi cadangan karbon lainnya diperoleh dari tegakan sawit meskipun bernilai rendah. Berdasarkan penelitian Sugirahayu dan Rusdiana 2011, nilai karbon yang rendah pada tegakan sawit, disebabkan tanaman sawit memiliki kadar air yang sangat tinggi. Hal tersebut membuat biomassa tegakan sawit lebih dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat dalam tegakan sawit. Nilai simpanan karbon suatu tumbuhan juga dilihat dari perbandingan biomassa yang dimiliki oleh tanaman tersebut, untuk tumbuhan bawah pengukuran biomassa dilakukan dengan metode destruktif, yakni mengambil bagian dari tumbuhan tersebut dan menghitung berat kering dan berat basah sehingga diperoleh biomassanya Manuri dkk,2011. Emisi terjadi karena perubahan penutupan lahan menjadi lahan terbuka dengan jumlah biomas yang Universitas Sumatera Utara lebih rendah Wibowo,2010. Perbandingan biomassa dengan simpanan karbon pada masing- masing lahan disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil perhitungan karbon yang telah dilakukan, diketahui bahwa alih fungsi hutan mangrove menjadi peruntukkan lain seperti lahan tambak, lahan kosong, dan lahan permukiman merupakan salah satu pengemisi atau emitter karbon. Terjadi perubahan kemampuan hutan dalam menyerap karbon, sehingga dengan adanya perubahan tersebut jumlah simpanan karbon pada lahan konversi akan berbeda dengan hutan yang tidak mengalami perubahan fungsi lahan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Hairiah dan Rahayu 2007 yang menyebutkan bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan maka jumlah C tersimpan akan merosot. Berkenaan dengan upaya pengembangan lingkungan bersih, maka jumlah CO 2 di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlah serapan CO 2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan emisi CO 2 ke udara serendah mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan pengkajian ulang terkait dengan sistem pengelolaan kawasan SM KGLTL. Sistem pengelolaan tersebut meliputi aspek perlindungan dan pengamanan, pengawetan dan pemanfaatan oleh masyarakat di sekitar kawasan. Upaya perlindungan dan pengamanan yang dapat dilakukan berupa kegiatan monitoring dan evaluasi terkait dengan tata batas kawasan SM KGLTL. Rehabilitasi kawasan juga berkaitan dengan aspek pengawetan sebagai bentuk upaya mempertahankan flora dan fauna pada kawasan tersebut. Selain itu aspek pemanfaatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar berupa pengembangan jasa wisata alam. Pihak Balai Besar Konservasi Universitas Sumatera Utara Sumber Daya Alam BBKSDA sebagai pengelola diharapkan dapat menjalin kolaborasi dengan masyarakat sekitar kawasan, dengan mengubah paradigma masyarakat tentang pentingnya kawasan SM KGLTL sebagai kawasan konservasi. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

a Simpanan karbon yang paling besar terdapat pada tambak pada kawasan SM Karang gading yakni 20.94 tonha. Simpanan karbon untuk lahan permukiman adalah sebesar 9.13 tonha dan pada lahan kosong memiliki simpanan karbon sebesar 6.63 tonha. b Nilai total cadangan karbon pada lokasi penelitian, yaitu lokasi tambak, lahan kosong, dan lahan pemukiman dalam kawasan SM Karang Gading Langkat Timur Laut adalah sebesar 46.55 tonha. c Tumbuhan bawah yang mendominasi pada kawasan SM karang Gading adalah jenis rumput-rumputan yakni C. iria jekeng, sedangkan pada kawasan SM Langkat Timur Laut yakni jenis A. spesiosum piai lasa. d Perubahan tutupan lahan mangrove menjadi peruntukkan lain seperti lahan tambak, lahan kosong, dan permukiman merupakan sumber pengemisi emitter.

6.2. Saran

Perlunya upaya yang terpadu dan terstruktur untuk mencegah perluasan perubahan penggunaan lahan dari hutan mangrove keperuntukan lainnya, sehingga data ini dapat menjadi suatu acuan bagi pihak terkait agar dapat menentukan tindakan pengelolaan dan konservasi yang tepat bagi kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut sehingga fungsi kawasan dapat terjaga, khususnya dalam hal kemampuan kawasan dalam menyerap karbon. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Inventarisasi Simpanan Karbon Pada Lokasi Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit,Persawahan Dan Pertanian Lahan Kering Campur(Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I Dan Ii)

0 50 84

Tingkat Kerusakan Dan Potensi Karbon Tersimpan Hutan Mangrove Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang

2 65 91

Analisis Perubahan Fungsi Lahan Di Kawasan Pesisir Dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut)

1 62 6

Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional

0 0 13

Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional

0 0 1

Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional

0 1 13

ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TAHUN 2006 DAN 2011 SERTA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT, SUMATERA UTARA

0 0 12

INVENTARISASI SIMPANAN KARBON PADA LOKASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT, PERSAWAHAN DAN PERTANIAN LAHAN KERING CAMPUR (Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II )

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Cadangan Karbon pada Penggunaan Lahan Tambak, Pemukiman, dan Lahan Kosong di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, Sumatera Utara

0 0 7

ANALISIS CADANGAN KARBON PADA PENGGUNAAN LAHAN TAMBAK, PERMUKIMAN, DAN LAHAN KOSONG DI SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT, SUMATERA UTARA

0 0 13