SM LTL. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor iklim seperti kondisi pasang surut yang dapat membantu penyebaran biji dari tumbuhan tersebut dan juga tidak
terlepas dari akitivitas manusia yang melakukan kegiatan olah tanah dan pertanian pasang surut di kawasan SM KGLTL. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Onrizal dan Oeliem 2002, menyebutkan bahwa sebelum ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut,
penduduk secara perorangan sudah mengambil kayu secara tidak sah dan memanfaatkan lahan kawasan Suaka Margasatwa sebagai lahan tambak.
Walaupun sejak tahun 1980 hutan mangrove di Karang Gading dan Langkat Timur Laut ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa, tetapi pengambilan kayu dan
pemanfaatan lahan di Suaka Margasatwa ini secara tidak sah masih terus berlangsung hingga saat ini.
Tabel 3 juga menginformasikan beberapa jenis tanaman pertanian yang terdapat pada kedua kawasan mangrove. Jenis tanaman pertanian yang ditemukan
sebanyak tiga jenis, dan ketiganya ditemukan dalam kawasan SM Karang Gading. Wahyunto dkk., 2001 menyebutkan bahwa adanya aktivitas manusia dalam
pembukaan kawasan mangrove tidak hanya menyebabkan kerusakan pada kawasan tersebut, juga menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan fisik dan
sosial. perubahan lingkungan fisik terkait dengan perubahan struktur vegetasi, sedangkan sosial terkait dengan perubahan pendapatan dan strata sosial
masyarakat.
5.2. INP Indeks Nilai Penting
Indeks nilai penting bertujuan untuk mengetahui tingkat dominansi suatu tumbuhan pada suatu areal tertentu. Hasil pehitungan INP dari analisis vegetasi
Universitas Sumatera Utara
tumbuhan yang dilakukan pada lokasi SM KG dan SM LTL disajikan pada
Gambar 3 dan 4. a. Lahan Tambak.
Gambar 4 menginformasikan indeks nilai penting tumbuhan bawah dan tanaman pertanian yang terdapat pada lahan tambak di kawasan SM Karang
Gading dengan SM Langkat Timur Laut.
Gambar 4. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian pada Lahan Tambak di SM Karang Gading
Gambar 5. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian pada Lahan Tambak di SM Langkat Timur Laut
18.391 35.96
57.66
8.32 21.53
21.77 6.289
8.32 21.72
10 20
30 40
50 60
70
INP
5.735.20 7.81
4,6875 14.58
7.29 19.27
10.93 6,25
11.45 7.81
4.68 5.73
4.68 8.33
19.79
5.208 6.77
9.37 13.54
20.83
5 10
15 20
25
INP
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pada Gambar 4 dan 5 terdapat perbandingan lahan tambak dari kedua lokasi tersebut, terdapat perbedaan nilai INP dari keduanya.
nilai INP tertinggi di SM Karang Gading adalah jenis C. iria sebesar 57.66
sedangkan nilai INP tertinggi dari lahan tambak pada kawasan SM Langkat Timur Laut adalah jenis A. spesiosum sebesar 20.83. Tumbuhan A. spesiosum
merupakan jenis yang tumbuh pada areal mangrove yang lebih sering tergenang oleh pasang surut dan merupakan jenis mangrove sejati sedangkan jenis
C. iria adalah jenis gulma
. Penyebaran tumbuhan bawah maupun tanaman pertanian lebih banyak
ditemukan pada kawasan mangrove SM LTL daripada kawasan mangrove SM KG. Hasil ini dapat menjadi acuan apabila dibandingkan dari tingkat pembukaan
lahan, kawasan SM Karang Gading lebih besar dibanding dengan kawasan SM Langkat Timur Laut. Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan pada kawasan
mangrove SM Karang Gading, lahan permukiman yang terdapat pada kawasan tersebut salah satunya adalah Dusun Kuranda yang sebagian besar masyarakatnya
berprofesi sebagai peternak sapi dan kambing serta memiliki profesi sebagai petani tambak udang dan kepiting bakau serta nelayan.
b. Lahan Kosong