Tumbuhan Bawah. TINJAUAN PUSTAKA

kemudian sub sampling setiap komponen untuk mendapatkan berat kering di laboratorium. 2. Penggunaan persamaan allometrik untuk mengkonversi data inventarisasi. Persamaan allometri seharusnya tidak digunakan untuk menduga biomassa diluar rentang dataukuran pohon yang digunakan untuk menyusun persamaan. Persamaan allometri seringkali diturunkan dari persamaan logaritmik untuk memenuhi persyaratan keabsahan kesimpulan secara statistik. Untuk menghitung biomassa pohon, persamaan logaritmik tersebut harus ditransformasi kembali ke unit asal; ekstrapolasi akan menimbulkan bias yang besar. 3. Keterwakilan plot-plot inventarisasi. Dugaan stok biomassa yang representatif dari stuatu tipe hutan di lokasi tertentu memerlukan jumlah dan ukuran plot inventarisasi yang memadai untuk mencakup keragaman spasial. Plot seluas 1 ha cukup memadai untuk mencakup pohon-pohon berukuran besar dan tua yang umumnya tersebar jarang dalam tegakan. Plot seluas 0,1 ha mungkin memadai untuk pohon-pohon muda dalam tegakan seumur. Rancangan plot harus mewakili distribusi kelas ukuran dalam populasi, lokasi plot harus dipilih secara acak, atau dalam rancangan acak bertingkat Wibowo, 2010.

2.3 Tumbuhan Bawah.

Menurut Indriyanto 2006 komponen tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari : 1. Belukar Shurb : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai. 2. Epifit Epiphyte : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain biasanya pohon dan palma. Universitas Sumatera Utara 3. Paku – pakuan Fern : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana rhizoma tersebut keluar dari tangkai daun. 4. Palma Palm : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. 5. Terna Herb : Tumbuhan yang merambat di tanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya meiliki bunga yang mecolok, tinggnya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang- kadang keras. 6. Pohon Tree : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk pengukuran biomasa tumbuhan bawah, dilakukan destructive sampling dengan pengambilan sampel sebanyak 300 gram untuk analisa berat kering di laboratorium dengan suhu 70°C – 85°C hingga mencapai berat konstan. Pengukuran palem dan liana tidak diatur dalam SNI. Tumbuhan bawah relatif tidak menyimpan kandungan karbon yang besar. Karenanya, diperlukan metode sederhana untuk menduga di lapangan Manuri dkk., 2011. Universitas Sumatera Utara

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Kawasan

Hutan mangrove di Sumatera Utara terkonsentrasi pada wilayah pantai timur Sumatera Utara, meliputi Kabupaten Batu Bara, Tanjung Balai, Asahan, Serdang Bedagai, hingga kawasan mangrove di Kabupaten Langkat Spalding et al., 2010. Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut merupakan satu-satunya kawasan suaka margasatwa di Indonesia yang keseluruhan arealnya berupa tipe ekosistem mangrove. Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut merupakan kawasan konservasi yang berupa hutan mangrove. Berdasarkan sejarahnya, sebelum ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa, hutan di Langkat Timur Laut oleh Kerajaan Negeri Deli ditetapkan sebagai Kawasan Hutan dengan Zelfbestuur Besluit ZB 681932 No. 148 seluas 9.520 hektar, sedangkan hutan di Karang Gading ditetapkan sebagai kawasan hutan dengan ZB 881935 No. 138 seluas 6.245 hektar. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 811KptsUm111980 tanggal 5 Nopember 1980, kedua kawasan tersebut ditunjuk sebagai Suaka Alam Cq. Suaka Margasatwa.

3.2. Letak dan Luas

Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Hamparan Perak dan Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang serta Kecamatan Secanggang dan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Berdasarkan wilayah pengelolaan, Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut termasuk dalam wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II, Bidang KSDA Wilayah I, Balai Besar Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Inventarisasi Simpanan Karbon Pada Lokasi Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit,Persawahan Dan Pertanian Lahan Kering Campur(Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I Dan Ii)

0 50 84

Tingkat Kerusakan Dan Potensi Karbon Tersimpan Hutan Mangrove Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang

2 65 91

Analisis Perubahan Fungsi Lahan Di Kawasan Pesisir Dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut)

1 62 6

Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional

0 0 13

Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional

0 0 1

Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional

0 1 13

ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TAHUN 2006 DAN 2011 SERTA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT, SUMATERA UTARA

0 0 12

INVENTARISASI SIMPANAN KARBON PADA LOKASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT, PERSAWAHAN DAN PERTANIAN LAHAN KERING CAMPUR (Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II )

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Cadangan Karbon pada Penggunaan Lahan Tambak, Pemukiman, dan Lahan Kosong di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, Sumatera Utara

0 0 7

ANALISIS CADANGAN KARBON PADA PENGGUNAAN LAHAN TAMBAK, PERMUKIMAN, DAN LAHAN KOSONG DI SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT, SUMATERA UTARA

0 0 13