Perhitungan Biomassa dan Metode Allometri.
Hal ini dapat dipahami karena dengan terbukanya lahan, maka suhu meningkat sehingga laju dekomposisi bahan organik berlangsung lebih cepat.
Prakteknya di lapangan, alih fungsi lahan banyak menimbulkan masalah terutama terjadinya kerusakan hutan. Mulai dari kesuburannya yang menurun,
karbon yang tersimpan dalam hutan akan terlepas ke atmosfer. Terlepasnya karbon berarti menambah kandungan gas rumah kaca, antara lain metana dan
karbondioksida membuat panas matahari terperangkap di atmosfer yang berakibat suhu bumi meningkat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim
Maladi, 2013.
2. 2. Perhitungan Biomassa dan Metode Allometri.
Stok biomassa dihitung dari penjumlahan biomassa individu-individu pohon dalam suatu areal dengan satuan ton per hektar. Untuk mendapatkan
informasi stok biomassa diperlukan data hasil inventarisasi pengukuran dimensi pohon-pohon dalam plot dan persamaan allometri untuk mengkonversi dari nilai
dimensi pohon ke dalam biomassa. Data stok biomassa tersebut dikelompokkan ke dalam biomassa di atas permukaan tanah, biomassa di bawah permukaan tanah
akar, dan komponen biomassa lain yang berasal dari tumbuhan bawah, nekromasa dan serasah, dan disajikan menurut tipe hutan, lokasi dan umur
tegakan
Masripatin dan Wulandari, 2010.
Lokasi penelitian berupa kawasan konservasi dan tidak boleh dilakukan penebangan metode destruktif, oleh karena penentuan volume tanaman atau
besaran biomassanya dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan yang sudah dikembangkan oleh beberapa orang diantaranya Kettering et al., 2001,
Brown et al., 1989, Haririah et al., 2011. Persamaan untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
estimasi besaran biomassa tersebut, disebut juga persamaan allometri. Persamaan allometri didefinisikan sebagai suatu studi dari suatu hubungan antara
pertumbuhan dan ukuran salah satu bagian organisme dengan pertumbuhan atau ukuran dari keseluruhan organisme. Studi biomassa hutanpohon dalam
persamaan allometri digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon diameter atau tinggi dengan berat kering pohon secara keseluruhan
Sutaryo,2009. Persamaan allometri lokal disusun dengan metode destruktif atau dengan
cara ditebang dan merupakan kegiatan yang memakan waktu dan biaya. Namun penggunaan persamaan allometri lokal berdasarkan tipe hutan yang sesuai akan
meningkatkan keakurasian pendugaan biomasa. Pengukuran biomasa pohon dengan menggunakan allometri, membutuhkan data lapangan yang diukur pada
plot utama. Data yang dikumpulkan dari tiap plot adalah : diameter pohon setinggi dada dbh, tinggi pohon, nama pohon dan berat jenis pohon.
Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan. 2010. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keakuratan
keterandalan persamaan allometri untuk menduga stok biomassa :
1.
Data pohon-pohon sampel yang digunakan untuk menyusun persamaan allometri ditebang dan diukur, dan harus mencakup berbagai ukuran dalam populasi dan
mewakili distribusi kelas ukuran. Sampel dari pohon-pohon berukuran besar sangat penting karena pohon besar umumnya mengandung proporsi biomassa
yang tinggi dalam tegakan. Tingkat akurasi yang tinggi juga diperlukan dalam pengukuran berat basah semua komponen biomassa pohon di lapangan dan
Universitas Sumatera Utara
kemudian sub sampling setiap komponen untuk mendapatkan berat kering di laboratorium.
2.
Penggunaan persamaan allometrik untuk mengkonversi data inventarisasi. Persamaan allometri seharusnya tidak digunakan untuk menduga biomassa diluar
rentang dataukuran pohon yang digunakan untuk menyusun persamaan. Persamaan allometri seringkali diturunkan dari persamaan logaritmik untuk
memenuhi persyaratan keabsahan kesimpulan secara statistik. Untuk menghitung biomassa pohon, persamaan logaritmik tersebut harus ditransformasi kembali ke
unit asal; ekstrapolasi akan menimbulkan bias yang besar. 3. Keterwakilan plot-plot inventarisasi. Dugaan stok biomassa yang representatif dari
stuatu tipe hutan di lokasi tertentu memerlukan jumlah dan ukuran plot inventarisasi yang memadai untuk mencakup keragaman spasial. Plot seluas 1 ha
cukup memadai untuk mencakup pohon-pohon berukuran besar dan tua yang umumnya tersebar jarang dalam tegakan. Plot seluas 0,1 ha mungkin memadai
untuk pohon-pohon muda dalam tegakan seumur. Rancangan plot harus mewakili distribusi kelas ukuran dalam populasi, lokasi plot harus dipilih secara acak, atau
dalam rancangan acak bertingkat Wibowo, 2010.