Pembangunan ekonomi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan ekonomi

2.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah salah satu cara untuk memajukan dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang merupakan usaha untuk menghilangkan suatu mata rantai dari lingkaran kemiskinan yang dihadapi Negara- negara terbelakang. Sedangkan di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, telah disebutkan yang antara lain menyatakan bahwa Indonesia bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, maka sudah sewajarnyalah Indonesia melakukan pembangunan yang telah tercermin didalam GBHN yang antara lain berisikan tujuan pembangunan nasional dari pembangunan itu sendiri, yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila dalam wadah Negara kesatuan RI yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat yang bersuasana peri kehidupan yang aman yang damai serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka bersahabat tertib dan damai. Sebenarnya jika kita menginginkan pengertian pembangunan ekonomi kita akan mengalami sedikit kesulitan karena banyaknya defenisi tengtang pembangunan ekonomi itu sendiri. Dalam hal ini ada baiknya jika kita tinjau pengertian Universitas Sumatera Utara pembangunan ekonomi yang telah ditulis oleh beberapa orang ahli yang dapat dijadikan dasar pengertian. G.M.Meir dan R.E. Baldwind, mengatakan bahwa : “pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses mana pendapatan nasional riil suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang.” Dari defenisi di atas dapat dilihat bahwa Meir dan Baldwind menekankan pada suatu proses pertambahan pendapatan nasional riil pada suatu periode yang panjang. Perambahan pendapatan riil berarti pertambahan dalam hal demand, akan memberikan masyarakat suatu tingkat kemakmuran atau tingkat kesejahteraan. Menurut sumitro Pembangunan Ekonomi adalah : “Suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktifitas perkapita dengan jalan menambah peralatan, modal dan menambah skill.” Ataupun secara umum pembangunan ekonomi adalah suatu usaha menambah peralatan modal dan menambah skill agar satu sama lainnya membawa pendapatan perkapita lebih besar dan produktifitas perkapita yang lebih tinggi. Dari sudut pandang ini terlihat bahwa pendapatan perkapita dan produktifitas perkapita akan dapat ditingkatkan melalui modal dan skill, dalam hal ini berarti adanya suatu proses pembangunan ekonomi itu melalui modal dan skill sehingga dapat menaikkan pendapatan perkapita masyarakat. Jika kita membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di beberapa nagara berdasarkan pada tingkat pendapatan perkapita mereka, berarti kita telah Universitas Sumatera Utara menganggap bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi ditentukan oleh tingkat pendapatan perkapita tersebut. Tetapi tingkat pendapatan perkapita ini sebagai ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi telah dikritik, karena cara ini mangabaikan masalah-masalah corak dan pengeluran masyarakat, komposisi pendapatan nasional, distribusi pendapatan masyarakat dan sebagainya. Selain tingginya pendapatan perkapita, para ahli menganggap bahwa distribusi pendapatan merupakan ukuran yang sangat penting didalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Semakin merata distribusi pendapatan didalam suatu Negara bias menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi berjalan dengan baik. Tingkat distribusi pendapatan suatu Negara bias diukur dengan menggunakan “indeks Gini” yang mempunyai nilai antara 0 dan 1 dan semakin besar mendekati 1 indeks gini tersebut menunjukkan bahwa distribusi pendapatan semakin buruk. Tingkat kepincangan distribusi pendapatan biasanya diukur dengan porsi pendapatan nasional yang bisa dinikmati 40 dari jumlah penduduk yang berpendapatan terendah dan bergerak antara 12-17. Jika 40 penduduk yang berpendapatan terendah menerima porsi pendapatan nasional kurang dari 12, maka tingkat kepincangan distribusi pendapatan tinggi, jika antara 12-17 dianggap sedang, dan jika lebih besar dari 17 dianggap rendah. Todaro,1989 Dari pengamatan beberapa ahli ditunjukkan bahwa bagian pendapatan 40 masyarakat terbawah dari Negara-negara miskin cenderung untuk turun bersamaan dengan meningkatnya laju pertumbuhan pendapatan nasionalGNP. Akhirnya dari Universitas Sumatera Utara penjelasan diatas bias disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana meningkatkan pendapatan nasional yang pula harus diikuti oleh perbaikan sistem, termasuk distribusi pendapatan sistem pertanian dan sebagainya AT Mosher,1966

2.1.2 Strategi Pengentasan Kemiskinan Dalam Menunjang Perekonomian Petani

Pada awalnya banyak ahli yang menganut strategi pembangunan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya akan mengurangi kemiskinan, karena manfaat pertumbuhan ekonomi akan tersebar dalam kelompok-kelompok miskin dalam masyarakat. Kenyataan ini telah menyadarkan para ekonom bahwa pertumbuhan ekonomi seharusnya dipusatkan pada peningkatan pendapatan petani desa sebagai titik tolak dan fokus pembangunan ekonomi nasional karena penduduk Indonesia sebagian besar bertempat tinggal di desa dan hidup sebagai petani. Kesukaran-kesukaran yang dihadapi dalam pembangunan pedesaan tidak hanya bersumber dari dimensi ekonomi, serta input pelengkap seperti pupuk dan kredit, ketiadaan insentif yang menarik seperti struktur harga, pola-pola kebudayaan dan kelembagaan tradisional dalam masyarakat yang menyebabkan mereka selalu terperangkap dalam kemiskinan. Suatu kemiskinan yang oleh para ahli disebut sebagai kemiskinan structural. Kemiskinan structural menurut Selo soemarjan1986 adalah : “Kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur-struktur sosial masyarakat itu sendiri, yang menyebabkan mereka tidak dapat ikut serta Universitas Sumatera Utara menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya sudah tersedia bagi mereka.” Sedangkan Emil Durkheim mengatakan bahwa : “Penyabab kemiskinan dipedesaan adalah sistem sosial masyarakat pedesaan yang saling berhubungan, seperti kuatnya tekanan sosial terhadap individu dan juga karena kesetiaan kepada tradisi dan nilai kekerabatan.” Dalam struktur yang ada, terdapat kelompok-kelompok tertentu yang lebih kuat, karena sistem nilai masyarakat, alas an historis maupun karena alasan ekonomis. Berhadapan dengan kelompok kuat ini, lapisan masyarakat yang lebih luas, yang miskin dan kurang berpendidikan, tidak memiliki kekuasaan untuk merubah nasibnya. Terdapat kemungkinan dalam situasi ini, hubungan sosial yang bersifat “exploitation del home parl home”, akan berlanjut seperti yang terjadi pada masa- masa yang sebelumnya. Tata kehidupan yang lebih menekankan stabilitas, dalam proses pembangunan ekonomi yang beriorentasi kepada pertumbuhan ekonomi, akan menghambat atau bahkan membuat mustahil koreksi terhadap kepincangan sosial ekonomi, yang di sadari semula telah ada. Dinamik perkembangan ekonomi yang terjadi kemudian, memang menghasilkan pertumbuhan yang tinggi, tetapi untuk sekelompok kecil orang dan berlanjut kemiskinan untuk banyak orang. Program yang bersifat kerakyatan sebagai tanggapan terhadap keresahan sosial yang terjadi, nampaknya akan terbatas karena : Universitas Sumatera Utara 1. Akan berlaku dalam batas iya tidak menggangu-gugat kepentingan vital ekonnomi golongan mapan 2. Seringkali program-program demikian hanya dilakukan sebagai ekspresi kedermawaan pengusaha, sebagai usaha menenangkan suasana resah, dalam rangka mempertahankan kekuasaan timpang yang ada, dan 3. Upaya perwujudannya akan terhambat oleh berbagai kelemahan aparat pelaksana dan kelemahan pihak masyarakat sebagai kelompok sasaran untuk tujuan tersebut Untuk mengatasi kemiskinan, kemelaratan dan keterbelakangan adalah dengan mendahulukan pembangunan ekonomi bagi mereka yang membutuhkan pertolongan help to those who need. Dengan demikian sektor pertanian dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapinya merupakan sektor utama yang harus dibenahi karena menyangkut pertolongan orang banyak. Untuk berhasilnya suatu pembangunan pertanian dalam mencapai tujuannya diperlukan beberapa atau pra kondisi yang untuk tiap-tiap daerah memiliki perbedaan. Pra kondisi itu meliputi bidang-bidang teknis, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain. A.T. Mosher 1966 telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian dibanyak Negara dan menggolongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat- syarat pendukung. Menurut Mosher, ada lima syarat yang harus ada untuk pembangunan pertanian. Karena bila salah satu syarat tidak ada maka berhentilah pembangunan pertanian, atau pertanian dapat berjalan terus tetapi tujuan yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana. Universitas Sumatera Utara Syarat-syarat mutlak tersebut adalah : a. Adanya pasar untuk hasil-hasil pertanian b. Teknologi yang senantiasa berkembang c. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara local d. Adanya transportasi yang lancar dan kontinyu e. Adanya kredit untuk produksi pertanian Sedangkan syarat-syarat pendukung pertanian adalah : a. Pendidikan pembangunan b. Kegiatan gotong-royong c. Perbaikan dan perluasan tanaman pertanian d. Perencanaan nasional dari pada pembangunan pertanian. Jelas syarat-syarat diatas dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Merupakan serangkaian kegiatan untuk meciptakan iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan. 2. Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang merupakan alat untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian. Adapun syarat-syarat yang telah disebutkan diatas tadi adalah agar terciptanya tujuan dan tujuan pokok daripada pembangunan pertanian yang antara lain : a. Menaikkan taraf hidup masyarakat Untuk dapat menaikkan taraf hidup masyarakat harus melalui peningkatan produksi pangan, guna mencukupi kebutuhan pangan dalam menuju Universitas Sumatera Utara swasembada dan sekaligus meningkatkan gizi masyarakat, sedangkan unsure pokok untuk dapat menaikkan taraf hidup masyarakat dalam mencapai tujuan pembangunan pertanian adalah tingkat pendapatan, dimana tingkat pendapatan diukur dengan uang. Hal ini disebabkan keadaan masyarakat Indonesia secara mayoritas adalah hidup sebagai petani. b. Meningkatkan potensi ekonomi rakyat Didalam pembangunan atau melaksanakan proses pembangunan pada umumnya berpangkal pada potensi daerah yang ada, serta didorong oleh keperluan yang dirasakan oleh masyarakat yang sedang membangun dan untuk mencapai pembangunan, terlebih dahulu juga harus ada kepandaian teknik untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat. c. Meningkatkan hasil produksi Cara yang digunakan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian yaitu dengan “Revolusi Hijau” atau biasa dikenal dengan moderenisasi pertanian yang menggunakan teknologi baru. d. Mengembangkan desa Pembangunan ekonomi yang menitik beratkan pada sektor pertanian berarti juga mancakup peningkatan taraf hidup para petani, khususnya petani kecil. Sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan diharapkan pertumbuhan ekonomi nasional juga Universitas Sumatera Utara meningkat, karena desa merupakan basis atau dasar perekonomian nasional. A.T. Mosher,1966:61 Adapun dua golongan besar pemikiran pembangunan mengenai proses pemerataan dan pembasmian kemiskinan mengatakan : Golongan pertama ialah yang disebut dengan price mechanists dan fiscalists. “golongan ini mengaggap pemerataan dan pembasmian kemiskinan dapat dilaksanakan melalui suatu strategi pertumbuhan ekonomi dengan rangkaian kebijaksanaan harga yang tepat harga relative faktor-faktor produksi terutama modal dan buruh, nilai tukar uang terhadap uang luar negeri dan harga. Penetapan harga-harga ini adalah sedemikian rupa sehingga distorsi dalam alokasi terhadap sumber-sumber dapat dihindarkan. Sementara itu dibidang fiskal dilakukan kebijaksanaan dibidang perpajakan yang relative progresif dan penyediaan pengeluaran-pengeluaran untuk kesejahteraan dan bantuan- bantuan kepada golongan miskin dan lemah. Keseluruhan strategi dan kebijaksanaan ini diselenggarakan dalam konteks kelembagaan masyarakat yang ada. Artinya ekonomi yang beriorentasi ekspor yang memutar ujung jadi pangkal, tetapi dipertahankan”. Pembiayaan pengeluran-pengeluaran yang bertujuan redistribusi seperti pengeluaran-pengeluaran untuk kesejahteraan, subsidi dan bantuan untuk golongan miskin dan lemah dilakukan dari hasil pertumbuhan redistribution from growth. Strategi sesungguhnya merupakan perkembangan yang bersifat korektif terhadap strategi pertumbuhan murni, yang menganggap Universitas Sumatera Utara “perembesan kebawah” akan terjadi dengan sendirinya. Kesenjangan sosial ekonomi yang melebar pada strategi pertumbuhan awal dianggap “Biaya merata” yang akan terkoreksi secara otomatis bila mana tingkat pertumbuhan sudah cukup tinggi secara berkesinambungan. Srategi pertumbuhan yang berkembang, setelah kegagalan “teori merembes kebawah” sudah memasukkan unsure-unsur pemerataan dan pengurangan kemiskinan didalam program dan tujuannya, sekarang sudah naik pangkat disebut sebagai strategi “pertumbuhan plus” growth plus strategi. Golongan kedua ialah yang disebut dengan golongan transformist Golongan ini menganggap bahwa proses pemerataan dan pembasimian kemiskinan hanya mungkin dilaksanakan secara efektif jikalau pra kondisi sosial yang mutlak perlu diwujudkan terlebih dahulu yaitu menyangkut perombakan kelembagaan masyarakat yang ada, struktur sosial yang ada dan permintaan efektif yang ada. Sementara itu pertumbuhan ekonomi yang menggiringnya adalah suatu pertumbuhan ekonomi dimana komposisi dan isi output yang tumbuh berbeda dari yang terdapat dalam growth plus strategy. Disini output sebagian besar terdiri dari wage-goods mendominasi pertumbuhan output. Juga disini output merupakan hasil proses yang dilandasi perombakan terlebih dahulu dalam pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi. Ia beriorentasi kepada kegiatan yang padat karya yaitu yang mempunyai kandungan tenaga kerja yang tinggi. Universitas Sumatera Utara Strategi ini jelas berbeda dalam komposisi dan isi output disbanding strategi growth plus diamana secara relative banyak output yang terdiri dari non wage goods artinya untuk memenuhi kebutuhan orang-orang miskin dan output ini terdiri dari output yang sangat sedikit sekali kandungan tenaga kerjanya. Kebijaksanaan penentuan harga relatif faktor produksi dalam pandangan golongan transpormis ini, ditentukan oleh ketentuan optimasi sosial yang memihak kepada tenaga rakyat. Dalam proses seperti ini selain pertumbuhan berlainan sifatnya terhadap pertumbuhan dalam strategi growth plus tetapi juga redistribusi bukan dilakukan dari pertumbuhan tetapi redistribusi dilakukan bersama pertumbuhan. Perubahan struktur produksi yang menggiringnya seperti yang dijelaskan diatas menjamin redistribusi berlangsung bersama dengan pertumbuhan. Oleh karena strategi yang dikemukakan oleh golongan transpormis bertujuan transpormasi dalam arti kata yang sebenarnya maka alokasi sumber-sumber akan ditujukan sebagian besar kepada keperluan rakyat. Hal ini jelas berbeda dengan yang terdapat dalam strategi growth plus dimana sumber-sumber didominasi oleh golongan-golongan yang sudah mapan dan non- miskin. Sehingga jumlah segala macam pengeluaran dan bantuan yang betul-betul jatuh ke golongan miskin adalah dalam bentuk tetesan yang sangat kecil sekali, apalagi kalau dihitung secara perkapita. Mubyarto,1979:195 Jika tujuan utama pertanian adalah untuk perbaikan yang cepat dalam tingkat hidup di pedesaan dengan cara meningkatkan pendapatan petani kecil, meningkatkan output dan produksifitas pertanian, maka penting bagi kita untuk mengetahui sumber- Universitas Sumatera Utara sumber pokok yang mengakibatkan kemajuan pertanian itu dan syarat-syarat pokok dalam usaha untuk mencapai kemajuan tersebut, yaitu :

a. perubahan teknologi dan inovasi