kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif, yang diaplikasikan dengan memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir oleh tenaga kesehatan.
5.4 Pengaruh Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil Penelitian yang dilakukan pada ibu menyusui yang terdapat pada di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo.didapatkan mayoritas ibu bekerja
sebesar 79,6 sedangkan ibu tidak bekerja sebesar 20,4. Menurut Arifin Siregar 2004, kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya
emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Selain itu kondisi yang kurang
memadai bagi para ibu yang bekerja seperti cuti melahirkan yang terlalu singkat sangat mempengaruhi perilaku menyusui eksklusif pada ibu.
Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,006 α = 0,05 dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Susilawati 2005 yang
menyatakan terdapat pengaruh pekerjaan terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja khususnya sebagai
petani cenderung untuk tidak memberi ASI Eksklusif karena mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga mereka
membiasakan bayi mereka menyusu dari botol dengan susu formula atau memberikan makanan tambahan sejak dini.
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga bagi ibu-ibu yang bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
Semakin banyak waktu yang tersita untuk melakukan pekerjaan maka semakin besar kesempatan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. . Uji statistik
regresi logistik berganda menunjukkan variabel pekerjaan menunjukkan ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dengan nilai p = 0,025
α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja memberikan ASI
eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 3 orang 15,8. Namun sebagian besar yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 16 orang 84,2. Ibu yang bekerja
sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 74 orang 98,6. Namun ada juga yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 orang 1,4. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja cenderung akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Pekerjaan
merupakan alasan yang sering digunakan oleh ibu untuk
berhenti menyusui bayinya. Di daerah perkotaan, ibu banyak turut bekerja
mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara teratur.
Sebenarnya walaupun ibu bekerja, ibu masih bisa untuk dapat memberikan
ASI kepada bayinya. Menurut Roesli 2005 bahwa
bekerja bukan
alasan untuk
menghentikan pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif merupakan
hal yang terbaik bagi bayi. Hal ini didukung
oleh bukti secara alamiah bahwa bayi
yang diberi ASI eksklusif akan lebih
s
ehat.
5.5 Pengaruh Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif