Analisis Preferensi dan Akseptibilitas
21 Terminalia spp Combretaceae, Pisonia umbellifera Nyctaginaceae, Artocarpus
spp. Moraceae Lampiran 1. Selain vegetasi, di Kawasan Danau Maninjau juga terdapat berbagai jenis
satwa liar ataupun budidaya yang terdapat baik di hutan seperti mamalia, moluska, dan burung, dan di danau, terdapat jenis-jenis ikan yang dapat dibudidayakan
ataupun liar Lampiran 2 dan Lampiran 3.
Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi kawasan danau secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan di kawasan danau
sebagaian besar mengalir melalui pola penyaluran yang telah terbentuk. Sumber air Danau Maninjau terutama berasal dari sungai-sungai yang mengalir sepanjang
Daerah Aliran Sungai DAS Batang Antokan yang bermuara ke danau dan air hujan Gambar 6.
Di kawasan
danau terdapat
delapan puluh
delapan buah sungai besar dan kecil dengan lebar maksimum 8 meter yang mengalir ke danau. Kebanyakan dari sungai tersebut 61.4 kering pada waktu
musim kemarau, sedangkan sungai-sungai yang berair sepanjang tahun hanya tiga puluh empat buah sungai. Sungai-sungai tersebut mengalir dengan debit yang
relatif kecil. Sungai-sungai yang bermuara ke Danau Maninjau memiliki pola linier lurus atau tidak bercabang, sedangkan sungai di sebelah barat danau pada
umumnya berpola dendritik bercabang. Dengan demikian maka inflow air Danau Maninjau sebagian besar bersumber dari aliran sungai dan dari dasar danau
Limnologi LIPI, 2010. Keberlangsungan air di Danau Maninjau sangat terkait dengan siklus hidrologi. Air yang masuk ke Danau Maninjau berasal dari air hujan
yang langsung masuk ke permukaan danau 281 juta m
3
tahun, air permukaan tanah 250 juta m
3
tahun, dan recharge air tanah 4180 juta m
3
tahun . Sedangkan outlet Danau Maninjau adalah Sungai Batang Antokan dan intake
PLTA Maninjau 4600 juta m
3
tahun Fakhrudin, 2003. Tingginya aktivitas perikanan dan sosial masyarakat di sekitar Danau
Maninjau mengakibatkan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air danau oleh zat-zat organik yang berasal dari limbah rumah tangga, pertanian, ataupun
perikanan. Menurut hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah tahun 2006 tercatat bahwa sektor perikanan telah
menyumbang limbah dalam jumlah yang sangat besar dibanding sektor lain, yaitu sebesar 393.22 tontahun 93 dari jumlah limbah keseluruhan yang dibuang ke
Danau Maninjau Limnologi LIPI, 2010.
22
Gambar 6 Peta danau dan sungai di Kecamatan Tanjung Raya Sumber : BAPPEDA Kabupaten Agam, 2014
23
Kondisi Iklim
Di wilayah Kabupaten Agam, pola curah hujan sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan topografinya, karena sebagian besar Kabupaten Agam
terletak pada daerah pegunungan dan sebagian terletak tidak jauh dari Pantai Barat Sumatera Barat.Keadaan ini membuat Kabupaten Agam sangat dipengaruhi oleh
angin pegunungan dan angin laut.dimana tingkat curah hujannya mencapai 345.58 mm per bulan. Rata-rata hari hujan di kawasan Danau Maninjau ini adalah 164
hari per tahun. Suhu Danau Maninjau rata-rata maksimal 31.27
o
C dan rata-rata minimal 22.66
o
C. Kelembaban rata-rata 95.20 . Kecepatan angin yang berada disekitar Danau Maninjau rata-rata sebesar 23.5 kmhr. Menurut Fakhrudin 2003,
berdasarkan data stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Stasiun Maninjau tahun 2002, curah hujan tertinggi terdapat pada bulan
November, yaitu 473 mmhari dan terendah pada bulan Juni, yaitu 167 mmhari.
Kondisi Wisata
Kecamatan Tanjung Raya memiliki obyek-obyek dan atraksi wisata baik alam maupun non-alam di dalamnya. Selain obyek wisata dan atraksi, Kecamatan
Tanjung Raya turut menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan beberapa acara-acara olahraga seperti paralayang dan balap sepeda Tour de Singkarak. Menurut Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, tercatat sejumlah obyek dan atraksi wisata yang dapat dikunjungi di Kawasan Danau Maninjau. Selain itu juga
terdapat olahraga-olahraga minat khusus yang dapat dikembangkan di Kawasan Danau Maninjau .
Kondisi Fasilitas
Kawasan Danau Maninjau telah berkembang menjadi kawasan dengan berbagai tujuan, seperti wisata, perekonomian, dan budidaya. Hal ini
mengakibatkan munculnya berbagai keperluan masyarakat setempat dan para pendatang untuk melangsungkan aktivitas. Kecamatan Tanjung Raya memiliki
lima pasar yang buka pada waktu yang berbeda, yaitu hari Minggu, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat di lima nagari Tabel 19.
Tabel 19 Daftar pasar di kawasan Danau Maninjau
Lokasi Nama Pasar
Maninjau Pasar Maninjau
Koto Kaciak Pasar Rabaa
Bayur Pasar Akad
Sungai Batang Pasar Mudiak
Paninjauan Pasar Gadang
Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2014
24
Gambar 7 Kondisi pasar di kawasan Danau Maninjau
Demi menunjang kenyamanan wisatawan, Kawasan Danau Maninjau menghadirkan banyak pilihan lokasi untuk tinggal seperti hotel, guesthouse,
ataupun home stay dengan kisaran harga yang beragam. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2012 mencatat terdapat 23 akomodasi penginapan di
Kawasan Danau Maninjau dengan total kamar sebanyak 202 unit dan ditunjang oleh 323 unit kasur Tabel 20.
Tabel 20 Akomodasi kegiatan wisata di kawasan Danau Maninjau
Jenis Hotel Satuan
Hitung Unit
Kamar Tempat Tidur
Hotel Berbintang 2
65 139
Usaha Akomodasi
Lainnya 21
137 184
Total 23
202 323
Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2012 Transportasi masyarakat di Kawasan Danau Maninjau lebih mengandalkan
ojek untuk bepergian lintas nagari, sedangkan untuk bepergian ke luar kawasan, masyarakat lebih mengandalkan jasa angkutan umum seperti bus sedang dan
mobil travel. Jalan yang mengelilingi Kawasan Danau Maninjau berada pada kategori jalan kabupaten dengan lebar 6 meter dan kondisi jalan lapisan
perkerasan hotmix.
Aksesibilitas
Akses menuju Danau Maninjau dapat melalui dua alternatif jalur darat, yaitu melewati Kecamatan Matur dan Kecamatan Lubuk Basung. Kondisi jalan di
kedua alternatif ini dapat dikategorikan pada kondisi baik, yaitu dengan lebar jalan 6 meter dan kondisi jalan diaspal hotmix.
Pengunjung yang berasal dari Kota Padang dapat menempuh jalur Lubuk Alung, Sicincin, Malalak, lalu tembus di Kecamatan Matur. Kondisi jalur
alternatif ini relatif sangat baik karena masih tergolong jalan yang baru dibangun dengan lapisan aspal dan dilengkapi dengan lampu penerangan jalan. Kondisi
sekitar jalur ini dikelilingi oleh tebing-tebing curam yang dapat longsor sewaktu- waktu. Mengantisipasi hal tersebut pemerintah mengeluarkan rambu-rambu yang
menjelaskan kondisi jalur yang rawan longsor tersebut Gambar 8.
25
Gambar 8 Kondisi akibat longsor di akses menuju Danau Maninjau Setelah keluar dari jalur Malalak, dari Kecamatan Matur menuju Danau
Maninjau dapat ditempuh kurang lebih selama 45 menit melalui Kelok 44. Jika melalui jalur ini, pengunjung atau wisatawan harus berhati-hati pada masing-
masing belokan terhadap mobil yang berasal dari arah yang berlawanan dikarenakan belokan yang cukup tajam dan menurun. Jalur ini dapat ditempuh
pengunjung yang berasal dari Padang Ibukota Provinsi dengan menggunakan travel perjalanan menuju Maninjau selama kurang lebih 3 jam, dengan jarak
tempuh 134 km. Sedangkan jalur alternatif dari Kecamatan Lubuk Basung relatif lebih landai dengan kondisi jalan yang baik dengan jarak tempuh 45 km.
Wisatawan yang akan menuju Danau Maninjau melalui jalur ini akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam Gambar 9.
Gambar 9 Peta alternatif akses menuju Danau Maninjau Kondisi transportasi dan aksesibilitas di dalam kawasan cenderung lebih
beragam. Jalan utama kawasan tergolong pada jalan dengan kategori baik dengan
26 perkerasan hotmix lebar 6 meter. Lubang-lubang di jalan pun tidak banyak,
sehingganya memudahkan pengunjung untuk memacu kendaraannya. Kendaraan umum di dalam kawasan didominasi oleh jenis mobil-mobil tua
dengan kapasitas penumpang 11 orang dengan waktu edar menuju ke pusat kabupaten selama 8 jam.
Analisis dan Sintesis Potensi Obyek dan Atraksi
Kawasan Danau Maninjau memiliki berbagai macam obyek dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk menunjang kegiatan pariwisata di
Kecamatan Tanjung Raya dan menjadi nilai tambah bagi penduduk setempat. Menurut pengamatan dan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Agam, terdapat 13 obyek dan atraksi wisata yang terdapat di sekitar Danau Maninjau Gambar 12 yang selanjutnya dinilai keunikannya berdasarkan pada
Tabel 21 dan Tabel 22, yang selanjutnya dianalisis penilaian prioritas pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW pada Tabel 26 untuk
dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata setempat yang tergambar pada pada Gambar 14.
Tabel 21 Daftar obyek wisata alam dan daya tariknya di kawasan Danau Maninjau
Obyek Daya Tarik
Aia Tigo Raso Merasakan suasana lembah yang menyejukkan
Menikmati air dengan tiga rasa yang berbeda dari satu wadah
Aia Tajun Cikalo Pemandangan alam sekitar yang menarik
Ekosistem sekitar yang masih terjaga Nilai mitos yang terkandung didalam objek
Kesegaran air dari pemandian Aia Tajun Lubuak Sao
Pemandangan alam sekitar yang menarik Ekosistem sekitar yang masih terjaga
Nilai mitos yang terkandung di dalam objek Kesejukan air terjun yang mengalir deras
Kawasan Wisata Muko-Muko
Pemandangan ke Danau Maninjau dan PLTA Rekreasi Keluarga
Wahana pemancingan umum di danau maninjau Pulau Legenda Angso
Duo Keindahan pulau yang masih belum berpenghuni
Keheningan yang terdapat didalamnya Linggai
Pemandangan budaya perikanan masyarakat nagari duo koto
Suasana pegunungan yang menyegarkan Panorama danau maninjau dan bukit yang
mengelilinginya Persawahan
Masyarakat Pemandangan alam yang masih alami
Hutan Rakyat Keanekaragaman hayati yang tinggi
Memiliki nilai pelajaran tentang adat minangkabau
27 Tabel 21 Daftar obyek wisata alam dan daya tariknya di kawasan Danau Maninjau
lanjutan
Obyek Daya Tarik
Sarasah Gasang Pemandangan alam sekitar yang menarik
Ekosistem sekitar yang masih terjaga Nilai mitos yang terkandung didalam objek
Kesejukan air terjun yang mengalir deras Aia Angek Gasang
Kehangatan air pemandian yang menenangkan Kuantitas air pemandian aia angek yang konstan
Nilai kesehatan yang terkandung didalam aia angek Hutan yang
mengelilingi Tanjung Sani
Keindahan dan kebesaran alam sekitar Kekayaan keanekaragaman yang terdapat didalamnya
Pangka Tanjuang Sani Pemandangan alam sekitar yang menarik
Ekosistem sekitar yang masih terjaga Nilai mitos yang terkandung di dalam objek
Danau Maninjau Pemandangan yang luas dan kegiatan perikanan
masyarakat Pemandangan bawah air danau
Suasana tenang ditengah danau
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang
Gambar 10 Kondisi wisata di kawasan Danau Maninjau
Gambar 11 Panorama Danau Maninjau dari Obyek Wisata Linggai
28
Gambar 12 Peta persebaran obyek wisata di kawasan Danau Maninjau Tabel 22 Atraksi sosial budaya di kawasan Danau Maninjau
Atraksi Daya Tarik
Atraksi Pergelaran
Kesenian Tradisional Nilai keindahan budaya masyarakat setempat dalam
menyajikan kesenian Nilai adat yang terkandung dalam masing-masing
pertunjukan Upacara Perkawinan
Keindahan dan kebesaran alam sekitar Kekayaan keanekaragaman yang terdapat didalamnya
Pertanian dan
Perkebunan Rakyat Nilai pertanian tradisional yang masih dijaga oleh
masyarakat setempat Keragaman varietas budidaya yang dikembangkan oleh
masyarakat setempat Keindahan bentang alam yang hijau
Keramba Ikan
Masyarkat Setempat Nilai pengembangan budidaya oleh masyarakat setempat
Atraksi kegiatan masyarakat setempat dalam mencari nafkah melalui sektor perikanan
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang, 2013
29 Tabel 23 Wisata kegiatan minat khusus di kawasan Danau Maninjau
Kegiatan Daya Tarik
Paralayang Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya
Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda
Arung Jeram Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya
Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda
Sepeda Gunung Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya
Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda
Berburu Babi Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya
Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda
Merasakan kebudayaan masyarakat setempat dalam menjaga sumberdayanya
sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, 2013
Analisis Potensi Obyek dan Daya Tarik Kawasan Wisata
Kawasan Danau Maninjau memiliki potensi yang beragam untuk melangsungkan kegiatan wisata alam, namun untuk lebih lanjut perlu diketahui
status kawasan untuk pengembangan wisata alam dengan kriteria yang ditetapkan oleh Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata, 2007. 1.
Aspek Daya Tarik Kawasan Tabel 24 Penilaian keunikan sumberdaya kawasan
No. Keunikan Sumberdaya
Kriteria Nilai 4
3 2
1 Tidak Ada
30 25
20 15
10 1
Air Terjun
2 Flora
3
Fauna
4 Sungai
5
Kesenian Tradisional
6 Peninggalan Sejarah
7
Upacara Adat
8 Kebudayaan Masayarakat
Rata-Rata = 30
Tabel 25 Penilaian jumlah sumberdaya alam yang menonjol pada kawasan
No. Banyaknya Sumber Daya Alam yang Menonjol
Kriteria Nilai 4 3
2 1
Tidak Ada 30 25 20 15 10
1 Air Terjun
2
Flora
3 Fauna
4
Batuan
5 Gejala Alam
Rata-Rata = 25
30 Tabel 26 Penilaian faktor yang mempengaruhi kebersihan kawasan
No. Faktor yang
Mempengaruhi Kebersihan
Kriteria Nilai Tidak
Ada 1
2 3
4 30
25 20
15 10
1 Industri
2
Jalan Ramai
dan Kendaraan Bermotor
3
Pemukiman Penduduk
4 Sampah
5
Vandalisme
6 Binatang Liar
7
Pencemaran Lainnya
Rata-Rata = 28.75
Tabel 27 Penilaian keamanan kawasan
Tabel 28 Penilaian banyaknya spot kegiatan wisata alam pada kawasan
No. Kemananan
Kriteria spot Nilai Tidak Ada
1 2
3 4
30 25
20 15
10 1
Arus Berbahaya
2 Pencurian
3
Perambahan Liar
4 Kepercayaan yang Mengganggu
5
Penyakit Berbahaya
Rata-Rata = 30
No. Spot untuk Melakukan Kegiatan Wisata Alam
Kriteria Nilai 4 3
2 1
Tidak Ada 30 25 20 15 10
1 Menikmati Keindahan Alam
2
Melihat Flora dan Fauna
3 Memancing
4
Trekking
5 Berenang Berendam
6
Penelitian dan Pendidikan
7 Berkemah
8
Perahu
Rata-Rata = 26.25
31 Tabel 29 Penilaian kenyamanan pada kawasan
TOTAL ASPEK DAYA TARIK KAWASAN x6 = 758.75
2. Aspek Aksesibilitas
Tabel 30 Penilaian aspek aksesibilitas kawasan
No
Unsur Sub-Unsur Kriteria dan Nilai
Skor
1 Kondisi Jalan
Baik Cukup
Sedang Buruk
30 30
25 20
15 2
Jarak dari Pusat Kabupaten
5 km 5 - 10 km
10 - 15 km 15 - 20
km 15
30 25
20 15
3 Tipe Jalan
Jalan Aspal Lebar 3m
Jalan Aspal Lebar 2 -3m
Jalan Batu
Jalan Tanah
30 30
25 20
15 4
Waktu Tempuh dari Pusat Kabupaten
1 jam 2 -3 jam
3 - 4 jam
4 jam
30 30
25 20
15 Total Keseluruhan
105 TOTAL ASPEK AKSESIBILITAS KAWASAN x5 = 525
3. Aspek Akomodasi
Tabel 31 Penilaian aspek akomodasi kawasan
No Unsur Sub-Unsur
Kriteria dan Nilai Skor
1 Jumlah Kasur Buah
100 75 - 100
30 - 75 30
Tidak Ada
30 30
25 20
15 10
2 Waktu Edar Kendaraan Umum ke
Pusat Kabupaten hari 12
jam 8 - 12
jam 4 - 8
jam 1- 4
jam Tidak
Ada 25
30 25
20 15
10 Total Keseluruhan
55
TOTAL NILAI ASPEK AKOMODASI KAWASAN x3 = 165 No.
Kenyamanan Kriteria Nilai
Sejuk 1
30 25
20 15
10 1
Udara
2 Bau
3
Kebisingan
4 Pelayanan
Rata-Rata = 20
32 4.
Aspek Perkembangan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Tabel 32 Penilaian perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat
No Unsur Sub-
Unsur Kriteria dan Nilai
Skor
1 Tata Ruang
Wilayah Obyek
Ada dan Sesuai
Ada dan Tidak Sesuai
Dalam Proses Penyusunan
Tidak Ada 30
30 25
20 15
2 Status Lahan
Milik Negara
Lahan Adat Hutan Hak
Tanah Milik
25 30
25 20
15 3
Mata Pencaharian
Dominan Pemilik
Lahan Industri Rumah
Tangga Petani dan
Nelayan Buruh
Tani 20
30 25
20 15
4 Pendidikan
Terakhir Dominan
SMA SMP
SD Tidak
Lulus SD 30
30 25
20 15
Total Keseluruhan 105
TOTAL NILAI
ASPEK PERKEMBANGAN
SOSIAL DAN
EKONOMI MASYARAKAT x5 = 525
5. Aspek Sarana dan Prasarana Pendukung Kawasan
Tabel 33 Penilaian aspek sarana dan prasarana pendukung wisata alam pada kawasan
No Unsur Sub-Unsur
Kriteria dan Nilai 1
Prasarana 4
3 2
1 Tidak Ada
Kantor Pos 20
Jaringan Telpon 30
Klinik 20
Wartel 10
Warnet 10
Jaringan Listrik 30
Jaringan Air Minum 30
Surat Kabar 25
Rata-Rata Penilaian = 22 2
Sarana Penunjang 4
3 2
1 Tidak Ada
Rumah Makan 30
Pasar 30
Bank Money Changer 30
Toko Cindera Mata 30
Tempat Peribadatan 30
Toilet Umum 30
Transportasi 30
Rata-Rata Penilaian = 30 TOTAL NILAI ASPEK SARANA DAN PRASARANA x2 = 104
Setelah penilaian masing-masing aspek dilakukan, secara umum dipaparkan pada Tabel 34.
33 Tabel 34 Analisis penilaian potensi obyek dan daya tarik kawasan wisata
No Aspek Analisis
Nilai Rata-Rata Bobot
Nilai Keseluruhan 1
Daya tarik kawasan 126.45
6 758.75
2 Aksesibilitas
105 5
525 3
Akomodasi kawasan 55
3 165
4 Perkembangan sosial dan ekonomi
masyarakat 105
5 525
5 Sarana dan prasarana pendukung
52 2
104 Total
2077.75
Berdasarkan penilaian terhadap kriteria tersebut, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa Kawasan Danau Maninjau memiliki nilai potensi
pengembangan wisata alam sebesar 2077.75 yang jika mengacu kepada rentang kelas penilaian potensi pengembangan wisata alam yang telah dipaparkan
sebelumnya, Kawasan Danau Maninjau berada pada interval baik untuk dikembangkan potensi wisata alam Tabel 35.
Tabel 35 Hasil analisis kondisi kawasan wisata Danau Maninjau
Derajat Perlakuan Interval
Sangat Baik 2328
– 2640 Baik
2016 – 2327
Sedang 1704
– 2015 Buruk
1392 – 1703
Sangat Buruk 1080
– 1391
Analisis Prioritas Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
Obyek dan daya tarik wisata di Danau Maninjau memang terhitung banyak, namun tidak seluruhnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek dan
atraksi wisata utama Gambar 13. Sehingga, perlu dilakukan analisis penilaian terhadap kawasan melalui kriteria analisis kesesuaian obyek dan daya tarik wisata
alam menurut Inskeep 1991 dalam Rosmalia 1998 yang telah dimodifikasi agar disesuaikan dengan keterkaitan masing-masing obyek dan daya tarik wisata
dengan Danau Maninjau Tabel 36. Danau Maninjau tidak dijadikan sebagai objek wisata dengan pertimbangan Danau Maninjau akan difokuskan kepada
kegiatan konservasi, sehingga tidak akan dikembangkan kepada kegiatan yang berkaitan dengan wisata.
Tabel 36 Penilaian prioritas pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam
Obyek Parameter
Status Obyek I
II III
IV Total
Aia Tigo Raso 60
60 30
90 240
Utama Aia Tajun Cikalo
20 90
30 90
230 Utama
Aia Tajun Lubuak Sao 20
90 30
90 230
Utama Pulau Legenda Angso Duo
60 60
30 60
210 Utama
Taman Wisata Muko-Muko 20
90 30
60 200
Pendukung Kawasan Wisata Linggai
40 60
30 30
160 Pendukung
Persawahan Masyarakat 60
90 30
90 270
Utama Hutan Adat Masyarakat
40 90
30 90
250 Utama
Sarasah Gasang 20
90 30
90 230
Utama Aia Angek Panurunan
60 60
30 90
240 Utama
Hutan dan Tebing Tanjung Sani 60
90 30
90 270
Utama Pangka Tanjuang
60 90
30 90
270 Utama
34
Gambar 13 Peta persebaran obyek wisata Kecamatan Tanjung Raya berdasarkan prioritas pengembangan
35
Adat Masyarakat Setempat
Masyarakat Kawasan
Danau Maninjau
didominasi oleh
Suku Minangkabau yang masih memegang erat adat istiadat dari nenek moyangnya
dalam segala aspek. Hal ini terlihat jelas dalam hak milik tanah dari masing- masing keluarga dan ketatnya aturan untuk mengembangkan potensi tanah yang
mereka miliki. Hal ini kerap kali menjadi kendala bagi pemerintah setempat untuk mengembangkan potensi yang dapat meningkatkan perekonomian warga,
terutama dalam bidang pariwisata, sehingga dalam beberapa tahun terakhir wisata di Kawasan Danau Maninjau tidak berkembang.
Disisi lain, masyarakat Kawasan Danau Maninjau masih memelihara beberapa kesenian dan adat-adat setempat, seperti pertunjukan seni, pernikahan,
dan acara-acara untuk menyambut hari-hari khusus Tabel 37.
Tabel 37 Kegiatan adat dan kesenian di kawasan Danau Maninjau
Nama Kesenian Lokasi
Keterangan Tambua Tansa
Koto Gadang Koto Kaciak
Paninjauan Koto Malintang
Merupakan permainan anak muda untuk mengisi acara-acara
adat seperti
pernikahan dan
pengangkatan kepala adat panghulu dengan memainkan alat musik instrumen pukul seperti
gandang, tambua, tansa, dan variasi alat musik lainnya.
Talempong Uwai-
uwai Koto Malintang
VI Koto Koto Gadang
Koto Kaciak Paninjauan
Balai Belo Permainan musik dengan alat musik tradisional,
yaitu talempong, semacam alat music yang terbuat dari besi tembaga yang dipukul, sehingga
mengahasilkan bunyi yang berbeda antara talempong
satu dengan
yang lainnya.
Istimewanya adalah talempong uwai-uwai ini dimainkan oleh orang tua yang berumur diatas 50
tahun. Randai Cicawan
Balai Akad, Nagari Bayur
Perpaduan antara seni musik, teater, dan silat yang menyajikan kisah-kisah rakyat.
Silek Ampek
Langkah Linggai
Koto Gadang Pertunjukan seni bela diri, yang merupakan
aliran khas dari Kabupaten Agam. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak muda di Kawasan
Danau Maninjau
Rabana Masing-masing
Nagari Permainan musik dengan menggunakan rebana
yang diiringi oleh nyanyian-nyanyian islami. Pertunjukan ini dilakukan oleh ibu-ibu pengajian
yang berasal dari masing-masing surau di Kawasan Danau Maninjau
Rakik-Rakik Danau Maninjau
Acara tahunan yang diselenggarakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan di Danau
Maninjau dengan menggunakan sampan-sampan masyarakat dan dihiasi oleh lampu-lampu.
Namun acara ini sudah sangat jarang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang, 2014
Masyarakat Danau Maninjau pada dasarnya berakar dari budaya bertani, berdagang, dan merantau di luar daerah. Hal ini terlihat dari besarnya penggunaan
lahan di kawasan Danau Maninjau sebagai daerah pertanian, terutama sawah. Namun sejak diperkenalkannya budaya keramba yang memiliki nilai ekonomis
36 tinggi, sebagian besar masyarakat mulai meninggalkan kegiatan bercocok tanam
dan berubah ke perikanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pihak terkait seperti datuak,
peneliti, dan instansi-instansi terkait, masyarakat di Kawasan Danau Maninjau telah jauh meninggalkan pola kehidupan yang berbasis kepada kearifan lokal dan
lebih memilih untuk mengeruk keuntungan besar dengan menggunakan Danau Maninjau sebagai medianya. Dalih-dalih menggunakan sumber daya adat,
ternyata masyarakat telah menuju ke tingkat eksploitasi Danau Maninjau melalui pengembangan sistem perikanan keramba.
Dasarnya, masyarakat minangkabau memegang prinsip yang berasal dari petuah adat,”Alam takambang jadi guru”, yakni sebuah petuah adat yang
mengajarkan manusia untuk belajar dari peristiwa-peristiwa alam yang terjadi. Sebagai contoh di Danau Maninjau adalah peristiwa tubo, yaitu peningkatan
jumlah kadar belerang secara alami akibat aktivitas Gunung Marapi dan Singgalang yang mengakibatkan ikan-ikan masyarakat mati, namun tidak
sebanyak saat ini. Pihak LIPI menyatakan bahwa pada dasarnya tubo merupakan peristiwa alamiah yang tidak membahayakan ikan-ikan di Danau Maninjau,
bahkan tubo adalah proses pencucian hara secara alami yang dapat meningkatkan kesuburan danau dan meningkatkan produksi tanaman-tanaman air dan alga yang
tidak beracun bagi ikan-ikan. Namun kondisinya saat ini, masyarakat selalu menganggap bahwa setiap terjadi pergerakan angin dengan kecepatan tinggi akan
menyebabkan tubo di Danau Maninjau. Di sisi lain, pihak Limnologi LIPI Maninjau beranggapan bahwa tubo yang dimaksud oleh masyarakat adalah
pergolakan arus bawah yang mengakibatkan terangkatnya zat-zat organik hasil reaksi endapan sisa pakan ikan dalam kondisi anaerob yang menyebabkan
keracunan bagi ikan-ikan masyarakat.
Kegiatan kebudayaan yang mencerminkan kebersamaan masyarakat minang di Kawasan Danau Maninjau juga sudah mulai terkikis. Hal ini terlihat
mulai hilangnya budaya kebersamaan dalam melaksanakan acara-acara seperti nikahan, mendirikan rumah, dan menyambut ramadhan. Berdasarkan wawancara
dengan Kabid. Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, budaya nikahan yang terdiri dari beberapa prosesi yang dilaksanakan bersama-
sama dengan tetaangga sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat, sehingganya sangat sulit untuk melihatnya saat ini. Begitu juga dengan budaya malamang,
yaitu budaya membuat lamang bersama-sama yang dimulai dari mencari bambu di hutan bersama-sama dan diakhiri dengan pembagian lamang tersebut.
Analisis Kepekaan Fisik Erosi
Kepekaan fisik erosi kawasan dianalisis dengan mengacu kepada metode penilaian lahan kritis yang ditetapkan berdasarkan S.K. Menteri Pertanian No.
837KptsUm111980 yang menggunakan peta klasifikasi kemiringan lahan Gambar 15, peta klasifikasi jenis tanah Gambar 16, dan data curah hujan
sebagai bahan pendekatan penilaian. Hasil dari analisis ini merupakan dasar dalam perencanaan penggunaan dan pengembangan tapak selanjutnya.
37
Gambar 14 Peta topografi Kecamatan Tanjung Raya Sumber : Bappeda Kabupaten Agam, 2014
38
Gambar 15 Peta klasifikasi kemiringan lahan Kecamatan Tanjung Raya
39
Gambar 16 Peta klasifikasi jenis tanah Kecamatan Tanjung Raya Sumber : Dishutbun Agam, 2014
40
Aspek Iklim
Kecamatan Tanjung Raya berada pada ketinggian 415 mdpl dan dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyebabkan secara umum memiliki iklim sejuk.
Berdasarkan Agam dalam Angka, 2013, Curah hujan rata-rata mmhari Kawasan ini adalah 6.85
– 9.59 dengan kelembaban udara sebesar 84. Mengacu kepada metode penilaian kepekaan fisik, dengan curah hujan 6.85
– 9.59 mmhari maka Kawasan Danau Maninjau mendapatkan skor 10 untuk aspek iklim dalam
penilaian kesesuaian lahan. Hal ini mengindikasikan bahwa curah hujan di Kecamatan Tanjung Raya tidak berperan secara signifikan terhadap tingkat
kepekaan erosi kawasan.
Hasil Analisis Kepekaan Fisik
Berdasarkan overlay dan penilaian terhadap aspek-aspek tersebut maka didapatkan peta kepekaan fisik erosi yang menunjukkan tingkat kerawanan untuk
mengembangkan area-area tersebut yang digambarkan pada Gambar 17. Terdapat tiga kategori kepekaan fisik erosi di Kawasan Danau Maninjau, dengan
data sebagai berikut Tabel 38.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa Kawasan Danau Maninjau didominasi oleh kawasan dengan karakter kepekaan terhadap erosi yang
rendah. Hal ini memiliki arti bahwa kawasan-kawasan tersebut dapat dikembangkan tanpa harus melakukan rekayasa yang banyak untuk mencegah
erosi. Kawasan dengan kepekaan erosi yang rendah dapat dikembangkan menjadi kawasan peruntukan wisata, kawasan dengan kepekaan erosi yang sedang dapat
difungsikan sebagai kawasan penyangga, pemukiman, dan kawasan lindung, dan kawasan kepekaan tinggi difokuskan untuk kawasan lindung.
Tabel 38 Hasil analisis kepekaan fisik erosi kawasan
Karakter Kepekaan Fisik Erosi Luasan Ha
Persentase Kepekaan Rendah
8028.43 58.89
Kepekaan Sedang 908.68
6.67 Kepekaan Tinggi
4693.88 34.43
Total 13 631
100
41
Gambar 17 Peta kepekaan fisik Kecamatan Tanjung Raya
42
Preferensi dan Akseptibilitas 1.
Adat dan Batasan Pengembangan Kawasan
Masyarakat di Kawasan Danau Maninjau merupakan masyarakat yang masih memegang teguh adat-istiadat. Salah satunya adalah terkait dengan
kepemilikan lahan. Menurut Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, kepemilikan tanah adat merupakan jumlah yang paling mendominasi, yaitu
82.75 . Kondisi ini merupakan hal yang dapat menyulitkan pemerintah dalam pengembangan kawasan dalam hal klaim lahan.
Berdasarkan wawancara dengan datuak dari Nagari Maninjau, yang merupakan nagari dengan jumlah akomodasi penginapan paling dominan diantara
nagari-nagari lainnya di Kawasan Danau Maninjau, masyarakat di lingkar Danau Maninjau terbuka untuk pengembangan dalam hal wisata, namun melalui
perundingan dengan pihak adat.