Analisis Preferensi dan Akseptibilitas

21 Terminalia spp Combretaceae, Pisonia umbellifera Nyctaginaceae, Artocarpus spp. Moraceae Lampiran 1. Selain vegetasi, di Kawasan Danau Maninjau juga terdapat berbagai jenis satwa liar ataupun budidaya yang terdapat baik di hutan seperti mamalia, moluska, dan burung, dan di danau, terdapat jenis-jenis ikan yang dapat dibudidayakan ataupun liar Lampiran 2 dan Lampiran 3. Kondisi Hidrologi Kondisi hidrologi kawasan danau secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan di kawasan danau sebagaian besar mengalir melalui pola penyaluran yang telah terbentuk. Sumber air Danau Maninjau terutama berasal dari sungai-sungai yang mengalir sepanjang Daerah Aliran Sungai DAS Batang Antokan yang bermuara ke danau dan air hujan Gambar 6. Di kawasan danau terdapat delapan puluh delapan buah sungai besar dan kecil dengan lebar maksimum 8 meter yang mengalir ke danau. Kebanyakan dari sungai tersebut 61.4 kering pada waktu musim kemarau, sedangkan sungai-sungai yang berair sepanjang tahun hanya tiga puluh empat buah sungai. Sungai-sungai tersebut mengalir dengan debit yang relatif kecil. Sungai-sungai yang bermuara ke Danau Maninjau memiliki pola linier lurus atau tidak bercabang, sedangkan sungai di sebelah barat danau pada umumnya berpola dendritik bercabang. Dengan demikian maka inflow air Danau Maninjau sebagian besar bersumber dari aliran sungai dan dari dasar danau Limnologi LIPI, 2010. Keberlangsungan air di Danau Maninjau sangat terkait dengan siklus hidrologi. Air yang masuk ke Danau Maninjau berasal dari air hujan yang langsung masuk ke permukaan danau 281 juta m 3 tahun, air permukaan tanah 250 juta m 3 tahun, dan recharge air tanah 4180 juta m 3 tahun . Sedangkan outlet Danau Maninjau adalah Sungai Batang Antokan dan intake PLTA Maninjau 4600 juta m 3 tahun Fakhrudin, 2003. Tingginya aktivitas perikanan dan sosial masyarakat di sekitar Danau Maninjau mengakibatkan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air danau oleh zat-zat organik yang berasal dari limbah rumah tangga, pertanian, ataupun perikanan. Menurut hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah tahun 2006 tercatat bahwa sektor perikanan telah menyumbang limbah dalam jumlah yang sangat besar dibanding sektor lain, yaitu sebesar 393.22 tontahun 93 dari jumlah limbah keseluruhan yang dibuang ke Danau Maninjau Limnologi LIPI, 2010. 22 Gambar 6 Peta danau dan sungai di Kecamatan Tanjung Raya Sumber : BAPPEDA Kabupaten Agam, 2014 23 Kondisi Iklim Di wilayah Kabupaten Agam, pola curah hujan sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan topografinya, karena sebagian besar Kabupaten Agam terletak pada daerah pegunungan dan sebagian terletak tidak jauh dari Pantai Barat Sumatera Barat.Keadaan ini membuat Kabupaten Agam sangat dipengaruhi oleh angin pegunungan dan angin laut.dimana tingkat curah hujannya mencapai 345.58 mm per bulan. Rata-rata hari hujan di kawasan Danau Maninjau ini adalah 164 hari per tahun. Suhu Danau Maninjau rata-rata maksimal 31.27 o C dan rata-rata minimal 22.66 o C. Kelembaban rata-rata 95.20 . Kecepatan angin yang berada disekitar Danau Maninjau rata-rata sebesar 23.5 kmhr. Menurut Fakhrudin 2003, berdasarkan data stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Stasiun Maninjau tahun 2002, curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November, yaitu 473 mmhari dan terendah pada bulan Juni, yaitu 167 mmhari. Kondisi Wisata Kecamatan Tanjung Raya memiliki obyek-obyek dan atraksi wisata baik alam maupun non-alam di dalamnya. Selain obyek wisata dan atraksi, Kecamatan Tanjung Raya turut menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan beberapa acara-acara olahraga seperti paralayang dan balap sepeda Tour de Singkarak. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, tercatat sejumlah obyek dan atraksi wisata yang dapat dikunjungi di Kawasan Danau Maninjau. Selain itu juga terdapat olahraga-olahraga minat khusus yang dapat dikembangkan di Kawasan Danau Maninjau . Kondisi Fasilitas Kawasan Danau Maninjau telah berkembang menjadi kawasan dengan berbagai tujuan, seperti wisata, perekonomian, dan budidaya. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai keperluan masyarakat setempat dan para pendatang untuk melangsungkan aktivitas. Kecamatan Tanjung Raya memiliki lima pasar yang buka pada waktu yang berbeda, yaitu hari Minggu, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat di lima nagari Tabel 19. Tabel 19 Daftar pasar di kawasan Danau Maninjau Lokasi Nama Pasar Maninjau Pasar Maninjau Koto Kaciak Pasar Rabaa Bayur Pasar Akad Sungai Batang Pasar Mudiak Paninjauan Pasar Gadang Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2014 24 Gambar 7 Kondisi pasar di kawasan Danau Maninjau Demi menunjang kenyamanan wisatawan, Kawasan Danau Maninjau menghadirkan banyak pilihan lokasi untuk tinggal seperti hotel, guesthouse, ataupun home stay dengan kisaran harga yang beragam. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2012 mencatat terdapat 23 akomodasi penginapan di Kawasan Danau Maninjau dengan total kamar sebanyak 202 unit dan ditunjang oleh 323 unit kasur Tabel 20. Tabel 20 Akomodasi kegiatan wisata di kawasan Danau Maninjau Jenis Hotel Satuan Hitung Unit Kamar Tempat Tidur Hotel Berbintang 2 65 139 Usaha Akomodasi Lainnya 21 137 184 Total 23 202 323 Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2012 Transportasi masyarakat di Kawasan Danau Maninjau lebih mengandalkan ojek untuk bepergian lintas nagari, sedangkan untuk bepergian ke luar kawasan, masyarakat lebih mengandalkan jasa angkutan umum seperti bus sedang dan mobil travel. Jalan yang mengelilingi Kawasan Danau Maninjau berada pada kategori jalan kabupaten dengan lebar 6 meter dan kondisi jalan lapisan perkerasan hotmix. Aksesibilitas Akses menuju Danau Maninjau dapat melalui dua alternatif jalur darat, yaitu melewati Kecamatan Matur dan Kecamatan Lubuk Basung. Kondisi jalan di kedua alternatif ini dapat dikategorikan pada kondisi baik, yaitu dengan lebar jalan 6 meter dan kondisi jalan diaspal hotmix. Pengunjung yang berasal dari Kota Padang dapat menempuh jalur Lubuk Alung, Sicincin, Malalak, lalu tembus di Kecamatan Matur. Kondisi jalur alternatif ini relatif sangat baik karena masih tergolong jalan yang baru dibangun dengan lapisan aspal dan dilengkapi dengan lampu penerangan jalan. Kondisi sekitar jalur ini dikelilingi oleh tebing-tebing curam yang dapat longsor sewaktu- waktu. Mengantisipasi hal tersebut pemerintah mengeluarkan rambu-rambu yang menjelaskan kondisi jalur yang rawan longsor tersebut Gambar 8. 25 Gambar 8 Kondisi akibat longsor di akses menuju Danau Maninjau Setelah keluar dari jalur Malalak, dari Kecamatan Matur menuju Danau Maninjau dapat ditempuh kurang lebih selama 45 menit melalui Kelok 44. Jika melalui jalur ini, pengunjung atau wisatawan harus berhati-hati pada masing- masing belokan terhadap mobil yang berasal dari arah yang berlawanan dikarenakan belokan yang cukup tajam dan menurun. Jalur ini dapat ditempuh pengunjung yang berasal dari Padang Ibukota Provinsi dengan menggunakan travel perjalanan menuju Maninjau selama kurang lebih 3 jam, dengan jarak tempuh 134 km. Sedangkan jalur alternatif dari Kecamatan Lubuk Basung relatif lebih landai dengan kondisi jalan yang baik dengan jarak tempuh 45 km. Wisatawan yang akan menuju Danau Maninjau melalui jalur ini akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam Gambar 9. Gambar 9 Peta alternatif akses menuju Danau Maninjau Kondisi transportasi dan aksesibilitas di dalam kawasan cenderung lebih beragam. Jalan utama kawasan tergolong pada jalan dengan kategori baik dengan 26 perkerasan hotmix lebar 6 meter. Lubang-lubang di jalan pun tidak banyak, sehingganya memudahkan pengunjung untuk memacu kendaraannya. Kendaraan umum di dalam kawasan didominasi oleh jenis mobil-mobil tua dengan kapasitas penumpang 11 orang dengan waktu edar menuju ke pusat kabupaten selama 8 jam. Analisis dan Sintesis Potensi Obyek dan Atraksi Kawasan Danau Maninjau memiliki berbagai macam obyek dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk menunjang kegiatan pariwisata di Kecamatan Tanjung Raya dan menjadi nilai tambah bagi penduduk setempat. Menurut pengamatan dan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, terdapat 13 obyek dan atraksi wisata yang terdapat di sekitar Danau Maninjau Gambar 12 yang selanjutnya dinilai keunikannya berdasarkan pada Tabel 21 dan Tabel 22, yang selanjutnya dianalisis penilaian prioritas pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW pada Tabel 26 untuk dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata setempat yang tergambar pada pada Gambar 14. Tabel 21 Daftar obyek wisata alam dan daya tariknya di kawasan Danau Maninjau Obyek Daya Tarik Aia Tigo Raso  Merasakan suasana lembah yang menyejukkan  Menikmati air dengan tiga rasa yang berbeda dari satu wadah Aia Tajun Cikalo  Pemandangan alam sekitar yang menarik  Ekosistem sekitar yang masih terjaga  Nilai mitos yang terkandung didalam objek  Kesegaran air dari pemandian Aia Tajun Lubuak Sao  Pemandangan alam sekitar yang menarik  Ekosistem sekitar yang masih terjaga  Nilai mitos yang terkandung di dalam objek  Kesejukan air terjun yang mengalir deras Kawasan Wisata Muko-Muko  Pemandangan ke Danau Maninjau dan PLTA  Rekreasi Keluarga  Wahana pemancingan umum di danau maninjau Pulau Legenda Angso Duo  Keindahan pulau yang masih belum berpenghuni  Keheningan yang terdapat didalamnya Linggai  Pemandangan budaya perikanan masyarakat nagari duo koto  Suasana pegunungan yang menyegarkan  Panorama danau maninjau dan bukit yang mengelilinginya Persawahan Masyarakat  Pemandangan alam yang masih alami Hutan Rakyat  Keanekaragaman hayati yang tinggi  Memiliki nilai pelajaran tentang adat minangkabau 27 Tabel 21 Daftar obyek wisata alam dan daya tariknya di kawasan Danau Maninjau lanjutan Obyek Daya Tarik Sarasah Gasang  Pemandangan alam sekitar yang menarik  Ekosistem sekitar yang masih terjaga  Nilai mitos yang terkandung didalam objek  Kesejukan air terjun yang mengalir deras Aia Angek Gasang  Kehangatan air pemandian yang menenangkan  Kuantitas air pemandian aia angek yang konstan  Nilai kesehatan yang terkandung didalam aia angek Hutan yang mengelilingi Tanjung Sani  Keindahan dan kebesaran alam sekitar  Kekayaan keanekaragaman yang terdapat didalamnya Pangka Tanjuang Sani  Pemandangan alam sekitar yang menarik  Ekosistem sekitar yang masih terjaga  Nilai mitos yang terkandung di dalam objek Danau Maninjau  Pemandangan yang luas dan kegiatan perikanan masyarakat  Pemandangan bawah air danau  Suasana tenang ditengah danau Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang Gambar 10 Kondisi wisata di kawasan Danau Maninjau Gambar 11 Panorama Danau Maninjau dari Obyek Wisata Linggai 28 Gambar 12 Peta persebaran obyek wisata di kawasan Danau Maninjau Tabel 22 Atraksi sosial budaya di kawasan Danau Maninjau Atraksi Daya Tarik Atraksi Pergelaran Kesenian Tradisional  Nilai keindahan budaya masyarakat setempat dalam menyajikan kesenian  Nilai adat yang terkandung dalam masing-masing pertunjukan Upacara Perkawinan  Keindahan dan kebesaran alam sekitar  Kekayaan keanekaragaman yang terdapat didalamnya Pertanian dan Perkebunan Rakyat  Nilai pertanian tradisional yang masih dijaga oleh masyarakat setempat  Keragaman varietas budidaya yang dikembangkan oleh masyarakat setempat  Keindahan bentang alam yang hijau Keramba Ikan Masyarkat Setempat  Nilai pengembangan budidaya oleh masyarakat setempat  Atraksi kegiatan masyarakat setempat dalam mencari nafkah melalui sektor perikanan Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang, 2013 29 Tabel 23 Wisata kegiatan minat khusus di kawasan Danau Maninjau Kegiatan Daya Tarik Paralayang  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya  Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda Arung Jeram  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya  Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda Sepeda Gunung  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya  Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda Berburu Babi  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya  Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda  Merasakan kebudayaan masyarakat setempat dalam menjaga sumberdayanya sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, 2013 Analisis Potensi Obyek dan Daya Tarik Kawasan Wisata Kawasan Danau Maninjau memiliki potensi yang beragam untuk melangsungkan kegiatan wisata alam, namun untuk lebih lanjut perlu diketahui status kawasan untuk pengembangan wisata alam dengan kriteria yang ditetapkan oleh Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007. 1. Aspek Daya Tarik Kawasan Tabel 24 Penilaian keunikan sumberdaya kawasan No. Keunikan Sumberdaya Kriteria Nilai 4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10 1 Air Terjun  2 Flora  3 Fauna  4 Sungai  5 Kesenian Tradisional  6 Peninggalan Sejarah  7 Upacara Adat  8 Kebudayaan Masayarakat  Rata-Rata = 30 Tabel 25 Penilaian jumlah sumberdaya alam yang menonjol pada kawasan No. Banyaknya Sumber Daya Alam yang Menonjol Kriteria Nilai 4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10 1 Air Terjun  2 Flora  3 Fauna  4 Batuan  5 Gejala Alam  Rata-Rata = 25 30 Tabel 26 Penilaian faktor yang mempengaruhi kebersihan kawasan No. Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Kriteria Nilai Tidak Ada 1 2 3 4 30 25 20 15 10 1 Industri  2 Jalan Ramai dan Kendaraan Bermotor  3 Pemukiman Penduduk  4 Sampah  5 Vandalisme  6 Binatang Liar  7 Pencemaran Lainnya  Rata-Rata = 28.75 Tabel 27 Penilaian keamanan kawasan Tabel 28 Penilaian banyaknya spot kegiatan wisata alam pada kawasan No. Kemananan Kriteria spot Nilai Tidak Ada 1 2 3 4 30 25 20 15 10 1 Arus Berbahaya  2 Pencurian  3 Perambahan Liar  4 Kepercayaan yang Mengganggu  5 Penyakit Berbahaya  Rata-Rata = 30 No. Spot untuk Melakukan Kegiatan Wisata Alam Kriteria Nilai 4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10 1 Menikmati Keindahan Alam  2 Melihat Flora dan Fauna  3 Memancing  4 Trekking  5 Berenang Berendam  6 Penelitian dan Pendidikan  7 Berkemah  8 Perahu  Rata-Rata = 26.25 31 Tabel 29 Penilaian kenyamanan pada kawasan TOTAL ASPEK DAYA TARIK KAWASAN x6 = 758.75 2. Aspek Aksesibilitas Tabel 30 Penilaian aspek aksesibilitas kawasan No Unsur Sub-Unsur Kriteria dan Nilai Skor 1 Kondisi Jalan Baik Cukup Sedang Buruk 30 30 25 20 15 2 Jarak dari Pusat Kabupaten 5 km 5 - 10 km 10 - 15 km 15 - 20 km 15 30 25 20 15 3 Tipe Jalan Jalan Aspal Lebar 3m Jalan Aspal Lebar 2 -3m Jalan Batu Jalan Tanah 30 30 25 20 15 4 Waktu Tempuh dari Pusat Kabupaten 1 jam 2 -3 jam 3 - 4 jam 4 jam 30 30 25 20 15 Total Keseluruhan 105 TOTAL ASPEK AKSESIBILITAS KAWASAN x5 = 525 3. Aspek Akomodasi Tabel 31 Penilaian aspek akomodasi kawasan No Unsur Sub-Unsur Kriteria dan Nilai Skor 1 Jumlah Kasur Buah 100 75 - 100 30 - 75 30 Tidak Ada 30 30 25 20 15 10 2 Waktu Edar Kendaraan Umum ke Pusat Kabupaten hari 12 jam 8 - 12 jam 4 - 8 jam 1- 4 jam Tidak Ada 25 30 25 20 15 10 Total Keseluruhan 55 TOTAL NILAI ASPEK AKOMODASI KAWASAN x3 = 165 No. Kenyamanan Kriteria Nilai Sejuk 1 30 25 20 15 10 1 Udara  2 Bau  3 Kebisingan  4 Pelayanan  Rata-Rata = 20 32 4. Aspek Perkembangan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Tabel 32 Penilaian perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat No Unsur Sub- Unsur Kriteria dan Nilai Skor 1 Tata Ruang Wilayah Obyek Ada dan Sesuai Ada dan Tidak Sesuai Dalam Proses Penyusunan Tidak Ada 30 30 25 20 15 2 Status Lahan Milik Negara Lahan Adat Hutan Hak Tanah Milik 25 30 25 20 15 3 Mata Pencaharian Dominan Pemilik Lahan Industri Rumah Tangga Petani dan Nelayan Buruh Tani 20 30 25 20 15 4 Pendidikan Terakhir Dominan SMA SMP SD Tidak Lulus SD 30 30 25 20 15 Total Keseluruhan 105 TOTAL NILAI ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT x5 = 525 5. Aspek Sarana dan Prasarana Pendukung Kawasan Tabel 33 Penilaian aspek sarana dan prasarana pendukung wisata alam pada kawasan No Unsur Sub-Unsur Kriteria dan Nilai 1 Prasarana 4 3 2 1 Tidak Ada Kantor Pos 20 Jaringan Telpon 30 Klinik 20 Wartel 10 Warnet 10 Jaringan Listrik 30 Jaringan Air Minum 30 Surat Kabar 25 Rata-Rata Penilaian = 22 2 Sarana Penunjang 4 3 2 1 Tidak Ada Rumah Makan 30 Pasar 30 Bank Money Changer 30 Toko Cindera Mata 30 Tempat Peribadatan 30 Toilet Umum 30 Transportasi 30 Rata-Rata Penilaian = 30 TOTAL NILAI ASPEK SARANA DAN PRASARANA x2 = 104 Setelah penilaian masing-masing aspek dilakukan, secara umum dipaparkan pada Tabel 34. 33 Tabel 34 Analisis penilaian potensi obyek dan daya tarik kawasan wisata No Aspek Analisis Nilai Rata-Rata Bobot Nilai Keseluruhan 1 Daya tarik kawasan 126.45 6 758.75 2 Aksesibilitas 105 5 525 3 Akomodasi kawasan 55 3 165 4 Perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat 105 5 525 5 Sarana dan prasarana pendukung 52 2 104 Total 2077.75 Berdasarkan penilaian terhadap kriteria tersebut, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa Kawasan Danau Maninjau memiliki nilai potensi pengembangan wisata alam sebesar 2077.75 yang jika mengacu kepada rentang kelas penilaian potensi pengembangan wisata alam yang telah dipaparkan sebelumnya, Kawasan Danau Maninjau berada pada interval baik untuk dikembangkan potensi wisata alam Tabel 35. Tabel 35 Hasil analisis kondisi kawasan wisata Danau Maninjau Derajat Perlakuan Interval Sangat Baik 2328 – 2640 Baik 2016 – 2327 Sedang 1704 – 2015 Buruk 1392 – 1703 Sangat Buruk 1080 – 1391 Analisis Prioritas Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Obyek dan daya tarik wisata di Danau Maninjau memang terhitung banyak, namun tidak seluruhnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata utama Gambar 13. Sehingga, perlu dilakukan analisis penilaian terhadap kawasan melalui kriteria analisis kesesuaian obyek dan daya tarik wisata alam menurut Inskeep 1991 dalam Rosmalia 1998 yang telah dimodifikasi agar disesuaikan dengan keterkaitan masing-masing obyek dan daya tarik wisata dengan Danau Maninjau Tabel 36. Danau Maninjau tidak dijadikan sebagai objek wisata dengan pertimbangan Danau Maninjau akan difokuskan kepada kegiatan konservasi, sehingga tidak akan dikembangkan kepada kegiatan yang berkaitan dengan wisata. Tabel 36 Penilaian prioritas pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam Obyek Parameter Status Obyek I II III IV Total Aia Tigo Raso 60 60 30 90 240 Utama Aia Tajun Cikalo 20 90 30 90 230 Utama Aia Tajun Lubuak Sao 20 90 30 90 230 Utama Pulau Legenda Angso Duo 60 60 30 60 210 Utama Taman Wisata Muko-Muko 20 90 30 60 200 Pendukung Kawasan Wisata Linggai 40 60 30 30 160 Pendukung Persawahan Masyarakat 60 90 30 90 270 Utama Hutan Adat Masyarakat 40 90 30 90 250 Utama Sarasah Gasang 20 90 30 90 230 Utama Aia Angek Panurunan 60 60 30 90 240 Utama Hutan dan Tebing Tanjung Sani 60 90 30 90 270 Utama Pangka Tanjuang 60 90 30 90 270 Utama 34 Gambar 13 Peta persebaran obyek wisata Kecamatan Tanjung Raya berdasarkan prioritas pengembangan 35 Adat Masyarakat Setempat Masyarakat Kawasan Danau Maninjau didominasi oleh Suku Minangkabau yang masih memegang erat adat istiadat dari nenek moyangnya dalam segala aspek. Hal ini terlihat jelas dalam hak milik tanah dari masing- masing keluarga dan ketatnya aturan untuk mengembangkan potensi tanah yang mereka miliki. Hal ini kerap kali menjadi kendala bagi pemerintah setempat untuk mengembangkan potensi yang dapat meningkatkan perekonomian warga, terutama dalam bidang pariwisata, sehingga dalam beberapa tahun terakhir wisata di Kawasan Danau Maninjau tidak berkembang. Disisi lain, masyarakat Kawasan Danau Maninjau masih memelihara beberapa kesenian dan adat-adat setempat, seperti pertunjukan seni, pernikahan, dan acara-acara untuk menyambut hari-hari khusus Tabel 37. Tabel 37 Kegiatan adat dan kesenian di kawasan Danau Maninjau Nama Kesenian Lokasi Keterangan Tambua Tansa Koto Gadang Koto Kaciak Paninjauan Koto Malintang Merupakan permainan anak muda untuk mengisi acara-acara adat seperti pernikahan dan pengangkatan kepala adat panghulu dengan memainkan alat musik instrumen pukul seperti gandang, tambua, tansa, dan variasi alat musik lainnya. Talempong Uwai- uwai Koto Malintang VI Koto Koto Gadang Koto Kaciak Paninjauan Balai Belo Permainan musik dengan alat musik tradisional, yaitu talempong, semacam alat music yang terbuat dari besi tembaga yang dipukul, sehingga mengahasilkan bunyi yang berbeda antara talempong satu dengan yang lainnya. Istimewanya adalah talempong uwai-uwai ini dimainkan oleh orang tua yang berumur diatas 50 tahun. Randai Cicawan Balai Akad, Nagari Bayur Perpaduan antara seni musik, teater, dan silat yang menyajikan kisah-kisah rakyat. Silek Ampek Langkah Linggai Koto Gadang Pertunjukan seni bela diri, yang merupakan aliran khas dari Kabupaten Agam. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak muda di Kawasan Danau Maninjau Rabana Masing-masing Nagari Permainan musik dengan menggunakan rebana yang diiringi oleh nyanyian-nyanyian islami. Pertunjukan ini dilakukan oleh ibu-ibu pengajian yang berasal dari masing-masing surau di Kawasan Danau Maninjau Rakik-Rakik Danau Maninjau Acara tahunan yang diselenggarakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan di Danau Maninjau dengan menggunakan sampan-sampan masyarakat dan dihiasi oleh lampu-lampu. Namun acara ini sudah sangat jarang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang, 2014 Masyarakat Danau Maninjau pada dasarnya berakar dari budaya bertani, berdagang, dan merantau di luar daerah. Hal ini terlihat dari besarnya penggunaan lahan di kawasan Danau Maninjau sebagai daerah pertanian, terutama sawah. Namun sejak diperkenalkannya budaya keramba yang memiliki nilai ekonomis 36 tinggi, sebagian besar masyarakat mulai meninggalkan kegiatan bercocok tanam dan berubah ke perikanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pihak terkait seperti datuak, peneliti, dan instansi-instansi terkait, masyarakat di Kawasan Danau Maninjau telah jauh meninggalkan pola kehidupan yang berbasis kepada kearifan lokal dan lebih memilih untuk mengeruk keuntungan besar dengan menggunakan Danau Maninjau sebagai medianya. Dalih-dalih menggunakan sumber daya adat, ternyata masyarakat telah menuju ke tingkat eksploitasi Danau Maninjau melalui pengembangan sistem perikanan keramba. Dasarnya, masyarakat minangkabau memegang prinsip yang berasal dari petuah adat,”Alam takambang jadi guru”, yakni sebuah petuah adat yang mengajarkan manusia untuk belajar dari peristiwa-peristiwa alam yang terjadi. Sebagai contoh di Danau Maninjau adalah peristiwa tubo, yaitu peningkatan jumlah kadar belerang secara alami akibat aktivitas Gunung Marapi dan Singgalang yang mengakibatkan ikan-ikan masyarakat mati, namun tidak sebanyak saat ini. Pihak LIPI menyatakan bahwa pada dasarnya tubo merupakan peristiwa alamiah yang tidak membahayakan ikan-ikan di Danau Maninjau, bahkan tubo adalah proses pencucian hara secara alami yang dapat meningkatkan kesuburan danau dan meningkatkan produksi tanaman-tanaman air dan alga yang tidak beracun bagi ikan-ikan. Namun kondisinya saat ini, masyarakat selalu menganggap bahwa setiap terjadi pergerakan angin dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan tubo di Danau Maninjau. Di sisi lain, pihak Limnologi LIPI Maninjau beranggapan bahwa tubo yang dimaksud oleh masyarakat adalah pergolakan arus bawah yang mengakibatkan terangkatnya zat-zat organik hasil reaksi endapan sisa pakan ikan dalam kondisi anaerob yang menyebabkan keracunan bagi ikan-ikan masyarakat. Kegiatan kebudayaan yang mencerminkan kebersamaan masyarakat minang di Kawasan Danau Maninjau juga sudah mulai terkikis. Hal ini terlihat mulai hilangnya budaya kebersamaan dalam melaksanakan acara-acara seperti nikahan, mendirikan rumah, dan menyambut ramadhan. Berdasarkan wawancara dengan Kabid. Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, budaya nikahan yang terdiri dari beberapa prosesi yang dilaksanakan bersama- sama dengan tetaangga sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat, sehingganya sangat sulit untuk melihatnya saat ini. Begitu juga dengan budaya malamang, yaitu budaya membuat lamang bersama-sama yang dimulai dari mencari bambu di hutan bersama-sama dan diakhiri dengan pembagian lamang tersebut. Analisis Kepekaan Fisik Erosi Kepekaan fisik erosi kawasan dianalisis dengan mengacu kepada metode penilaian lahan kritis yang ditetapkan berdasarkan S.K. Menteri Pertanian No. 837KptsUm111980 yang menggunakan peta klasifikasi kemiringan lahan Gambar 15, peta klasifikasi jenis tanah Gambar 16, dan data curah hujan sebagai bahan pendekatan penilaian. Hasil dari analisis ini merupakan dasar dalam perencanaan penggunaan dan pengembangan tapak selanjutnya. 37 Gambar 14 Peta topografi Kecamatan Tanjung Raya Sumber : Bappeda Kabupaten Agam, 2014 38 Gambar 15 Peta klasifikasi kemiringan lahan Kecamatan Tanjung Raya 39 Gambar 16 Peta klasifikasi jenis tanah Kecamatan Tanjung Raya Sumber : Dishutbun Agam, 2014 40 Aspek Iklim Kecamatan Tanjung Raya berada pada ketinggian 415 mdpl dan dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyebabkan secara umum memiliki iklim sejuk. Berdasarkan Agam dalam Angka, 2013, Curah hujan rata-rata mmhari Kawasan ini adalah 6.85 – 9.59 dengan kelembaban udara sebesar 84. Mengacu kepada metode penilaian kepekaan fisik, dengan curah hujan 6.85 – 9.59 mmhari maka Kawasan Danau Maninjau mendapatkan skor 10 untuk aspek iklim dalam penilaian kesesuaian lahan. Hal ini mengindikasikan bahwa curah hujan di Kecamatan Tanjung Raya tidak berperan secara signifikan terhadap tingkat kepekaan erosi kawasan. Hasil Analisis Kepekaan Fisik Berdasarkan overlay dan penilaian terhadap aspek-aspek tersebut maka didapatkan peta kepekaan fisik erosi yang menunjukkan tingkat kerawanan untuk mengembangkan area-area tersebut yang digambarkan pada Gambar 17. Terdapat tiga kategori kepekaan fisik erosi di Kawasan Danau Maninjau, dengan data sebagai berikut Tabel 38. Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa Kawasan Danau Maninjau didominasi oleh kawasan dengan karakter kepekaan terhadap erosi yang rendah. Hal ini memiliki arti bahwa kawasan-kawasan tersebut dapat dikembangkan tanpa harus melakukan rekayasa yang banyak untuk mencegah erosi. Kawasan dengan kepekaan erosi yang rendah dapat dikembangkan menjadi kawasan peruntukan wisata, kawasan dengan kepekaan erosi yang sedang dapat difungsikan sebagai kawasan penyangga, pemukiman, dan kawasan lindung, dan kawasan kepekaan tinggi difokuskan untuk kawasan lindung. Tabel 38 Hasil analisis kepekaan fisik erosi kawasan Karakter Kepekaan Fisik Erosi Luasan Ha Persentase Kepekaan Rendah 8028.43 58.89 Kepekaan Sedang 908.68 6.67 Kepekaan Tinggi 4693.88 34.43 Total 13 631 100 41 Gambar 17 Peta kepekaan fisik Kecamatan Tanjung Raya 42 Preferensi dan Akseptibilitas 1. Adat dan Batasan Pengembangan Kawasan Masyarakat di Kawasan Danau Maninjau merupakan masyarakat yang masih memegang teguh adat-istiadat. Salah satunya adalah terkait dengan kepemilikan lahan. Menurut Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, kepemilikan tanah adat merupakan jumlah yang paling mendominasi, yaitu 82.75 . Kondisi ini merupakan hal yang dapat menyulitkan pemerintah dalam pengembangan kawasan dalam hal klaim lahan. Berdasarkan wawancara dengan datuak dari Nagari Maninjau, yang merupakan nagari dengan jumlah akomodasi penginapan paling dominan diantara nagari-nagari lainnya di Kawasan Danau Maninjau, masyarakat di lingkar Danau Maninjau terbuka untuk pengembangan dalam hal wisata, namun melalui perundingan dengan pihak adat.

2. Preferensi Pengembangan oleh Ahli

Berdasarkan wawancara dengan pihak Limnologi LIPI Danau Maninjau, hal yang dibutuhkan untuk pengembangan Danau Maninjau sebelum kepada tahap pengembangan wisata adalah perbaikan kualitas air danau dan cara untuk menjaga kualitas dan kuantitas air danau. Bapak Agus Pihak Limnologi LIPI Danau Maninjau menyebutkan bahwa salah satu cara untuk mengembalikan kualitas air Danau Maninjau adalah dengan menjaga jumlah keramba jaring apung yang terdapat di Danau Maninjau sesuai dengan daya dukung yang mampu ditunjang oleh Danau Maninjau. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Bung Hatta Sumatera Barat yang menyatakan bahwa jumlah keramba yang dapat didukung oleh Danau Maninjau adalah sekitar 6000 KJA, sedangkan pada saat ini terdapat sekitar 15 051 KJA, sehingga perlu dilakukan pemangkasan jumlah KJA dan zonasi lokasi yang tepat untuk mengembangkan 6000 Keramba Jaring Apung yang dimaksud. Sedangkan untuk menjaga kuantitas air di Danau Maninjau beliau menyatakan bahwa perlu dilakukan koordinasi dengan kecamatan-kecamatan lain yang terdapat di DAS Antokan, terutama pada kecamatan-kecamatan yang memiliki lokasi daerah tangkapan air, seperti Kecamatan Matur, untuk menjaga hutan yang dimiliki, karena sekitar 90 air dari Danau Maninjau berasal dari aliran air tanah .

3. Rencana Pengembangan Pemerintah Daerah

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Umum Kabupaten Agam telah memiliki rencana-rencana pengembangan bidang wisata yang diharapkan dapat meningkatkan minat wisata dari wisatawan. Berdasarkan penuturan pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Umum Kabupaten Agam, terdapat 17 Ha lahan yang telah dibebaskan oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan menjadi lokasi wisata, yaitu di Kawasan Wisata Linggai namun masih menunggu investor untuk masuk mengembangkan lokasi tersebut. Selain itu ada rencana pemerintah untuk membangun kereta gantung yang menghubungkan Puncak Lawang dengan Kawasan Danau Maninjau untuk memudahkan wisatawan menikmati pemandangan Danau Maninjau dari sudut pandang yang lebih tinggi, namun untuk lokasi pembangunannya masih belum diketahui. 43 Aspek Legal 1. RTRW Kabupaten Agam Berdasarkan RPJP Kabupaten Agam, Kawasan Danau Maninjau akan dikembangkan menjadi kawasan Pusat Pelestarian Lanskap PPL dengan 16 jenis kegiatan yang dapat menunjang pengembangan Kawasan Danau Maninjau, antara lain pengembangan wisata alam dan budaya disekitar Danau Maninjau, perbaikan kualitas lingkungan di Danau Maninjau, pengelolaan hutan, dan pengembangan kegiatan perikanan di Danau Maninjau. Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Agam 2010 – 2030 yang telah disusun oleh Bappeda, Kawasan Danau Maninjau digolongkan kedalam kawasan strategis Danau Maninjau dikarenakan kondisinya saat ini yang tergolong kepada kondisi bahaya akibat kegiatan perikanan yang sudah melebihi ambang batas. Rencana dalam 20 tahun kedepan didalam RTRW adalah menjaga jumlah water catchment area yang terdapat disekeliling Danau Maninjau agar tetap dapat menjaga kelangsungan Danau Maninjau. Kegiatan pengembangan perikanan di Danau Maninjau jika mengacu kepada RTRW Kabupaten Agam 2010 – 2030 berdasarkan fakta lapangan telah menyalahi RTRW, yaitu terdapatnya KJA disepanjang Danau Maninjau, dalam hal ini diseluruh nagari di sekeliling Danau Maninjau. Sedangkan, berdasarkan RTRW kegiatan pengembanngan perikanan hanya dilangsungkan di tiga nagari, yaitu Koto Kaciak, Duo Koto, dan Bayua. Potensi perikanan di Danau Maninjau sangatlah tinggi jika dikembangkan secara benar, namun kondisi ini akan berbanding terbalik jika terjadi over capacity dalam pengembangannya. Berdasarkan Peta Potensi Perikanan di dalam RTRW Kabupaten Agam 2010 – 2030, Danau Maninjau akan dijadikan sentra budidaya ikan air tawar seperti, ikan nila, patin, dan majalaya dengan menggunakan sistem keramba jaring apung ramah lingkungan. Berdasarkan pengamatan lapang, kebanyakan pemilik keramba tidak mengunakan sistem yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pakan organik yang berlebihan dan tidak ada sistem pengolahan limbah bekas pakan yang terbuang.

2. Status Kawasan

Kawasan Danau Maninjau tergolong kepada kawasan strategis provinsi yang dikembangkan untuk kegiatan wisata dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati. Hal ini tercantum didalam Perda RTRW Kabupaten Agam Pasal 40 tentang Kawasan Strategis ayat 3 Sebagai kawasan strategis provinsi KSP. Hal ini mengandung arti bahwa kawasan Danau Maninjau memiliki nilai penting bagi keberlangsungan ekologi pada tingkat provinsi, sehingga penting untuk dikelola dengan baik. Konsep dan Rencana Pengembangan Konsep Wisata Alam Hybrid Konsep wisata hybrid menurut Weaver 2001 adalah kegiatan wisata alam yang menggabungkan berbagai jenis kegiatan seperti petualangan, tracking, wisata air, dan sebagainya. Pengembangan wisata alam Danau Maninjau adalah 44 dengan mengoptimalkan wisata obyek alam yang menggambarkan kondisi perairan, dan wisata kebudayaan di Kawasan Danau Maninjau. Kegiatan tersebut juga ditunjang dengan wisata pendidikan, yaitu, pengunjung diharapkan mengerti tentang ekologi Danau Maninjau beserta dengan kebudayaan yang terdapat disekitarnya, sehingga pada akhirnya akan memberikan pengalaman tersendiri bagi mereka. Metode penyampaian pesan-pesan pendidikan ini akan menggunakan media-media interpretasi pada titik-titik yang dianggap dapat menjadi pelajaran bagi pengunjung. Sedangkan wisata alam menitikberatkan kepada upaya agar pengunjung dapat menikmati keadaan alam yang mengelilingi Danau Maninjau dengan cara berpetualang. Konsep Ruang Pembagian ruang dalam perencanaan lanskap wisata alam Danau Maninjau mempertimbangkan kondisi kepekaan fisik kawasan. Hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya terhadap pengunjung. Secara umum ruang dalam perencanaan lanskap wisata alam Danau Maninjau dibagi menjadi empat, yaitu ruang penerimaan, ruang transisi, ruang inti wisata, dan ruang penyangga Gambar 19.

a. Ruang Penerimaan

Ruang penerimaan berfungsi sebagai pintu masuk pengunjung yang datang untuk memasuki kawasan. Pemilihan posisi ruang penerimaan dipilih berdasarkan akses jalan utama yang paling sering dilalui oleh kendaraan, yaitu Nagari Maninjau. Ruang penerimaan memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan pengunjung selama berwisata di Kawasan Wisata Alam Danau Maninjau seperti penginapan, pusat informasi, pasar, dan pusat pelayanan transportasi seperti penyewaan kendaraan dan terminal kendaraan umum.

b. Ruang Pelayanan

Ruang ini memberikan pelayanan kenyamanan pengunjung dan informasi awal bagi pengunjung yang akan berwisata dan berekreasi. Selain itu ruang ini juga menjadi peralihan sebelum memasuki ruang inti wisata.

c. Ruang Penyangga

Ruang ini berfungsi untuk menjaga keberlangsungan air danau dan direncanakan sebagai upaya peningkatan ekologi sempadan danau. Selain itu ruang penyangga juga berfungsi sebagai daerah tangkapan air dengan menggunakan perantara tanaman-tanaman sempadan danau yang selanjutnya air tersebut dapat dialirkan ke danau melalui jaringan air bawah tanah. Konsep sempadan danau yang akan dikembangkan adalah dengan menggunakan metode eco-hydrolic Gambar 18, yaitu menggunakan tanaman- tanaman zona riparian yang khas guna merevitalisasi kembali Danau Maninjau agar menjadi lebih terjaga keberlangsungannya, salah satunya dengan memanen air hujan. 45 Gambar 18 Penampang ruang penyangga sebagai sempadan danau Sumber : Agus Maryono dan Edy Nugroho Santoso, 2006

d. Ruang Kegiatan Wisata

Ruang ini merupakan inti dari seluruh kegiatan wisata dan rekreasi di Danau Maninjau. Didalamnya terdapat berbagai macam obyek dan atraksi wisata serta fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan wisata didalamnya seperti hotel, camping ground, homestay, ataupun restoran. Selain berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan wisata dan rekreasi, ruang ini juga berfungsi untuk mengkonservasi obyek-obyek dan atraksi didalamnya sehingga dapat terjaga keberlangsungannya. Demi menunjang fungsi konservasi tersebut, maka penggunaan ruang ini harus pada tingkat kemampuan optimal kawasan untuk mendukung kegiatan diatasnya, yaitu sesuai dengan daya dukung kawasan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya over capacity kawasan yang berujung kepada kerusakan obyek wisata dan lahan. Secara umum area wisata di Lanskap Wisata alam Danau Maninjau terbagi menjadi area wisata darat dan area wisata danau. 1 Area Wisata Darat Area wisata darat adalah pengembangan obyek-obyek wisata alam yang terdapat disekitar Danau Maninjau, seperti wisata alam dan wisata budaya masyarakat setempat yang saling terhubung dengan jalur interpretasi. Selain itu pengunjung dan wisatawan dapat menikmati kuliner ataupun tempat-tempat istirahat yang terdapat di area ini. 2 Area Wisata Danau Area ini terletak di beberapa titik Danau Maninjau yang potensial untuk dikembangkan untuk wisata olahraga air seperti kano, kayak, sepeda air, dll.

e. Ruang Industri Perikanan

Budidaya perikanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat di Kawasan Danau Maninjau. Hal ini mengakibatkan pentingnya kegiatan ini untuk dijaga dan dikembangkan ke arah yang lebih ramah bagi lingkungan sehingga dapat dijadikan bagian dari pembelajaran pengunjung dalam berwisata di Kawasan Danau Maninjau, dan dapat meningkatkan kualitas penduduk lokal dalam pengolahan perikanan di Kawasan Danau Maninjau, sehingga menjadi solusi atas tindakan pelestarian Danau Maninjau, yaitu eliminasi jumlah Keramba Jaring Apung KJA di Danau Maninjau. 46 Gambar 19 Diagram konsep pembagian ruang Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi perencanaan berfungsi sebagai penghubung antar obyek dan ruang yang terdapat didalam tapak. Konsep sirkulasi dibagi berdasarkan kelas jalan dan keterhubungan antar obyek ataupun ruang Gambar 20. Hal ini demi kenyamanan dan keamanan para pengunjung dan wisatawan selama berwisata, serta kemudahan pengelola untuk memelihara keberlangsungan obyek wisata.

a. Sirkulasi Utama

Jalan lintas kabupaten yang melalui Kecamatan Tanjung Raya dan mengelilingi Danau Maninjau. Jalan ini merupakan jalan yang terdapat di dalam ruang inti wisata. Jalan ini dipilih karena ukurannya, yaitu 2 jalur sehingga tidak menimbulkan konflik lalu lintas bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan roda dua hingga kendaraan pariwisata seperti bus.

b. Sirkulasi Primer

Sirkulasi ini merupakan penghubung antar ruang dalam perencanaan. Jalur ini akan dimanfaatkan sebagai jalur kegiatan interpretasi pendidikan dan pengelolaan dalam menjaga kelestarian obyek dan daya tarik wisata di dalam kawasan.

c. Sirkulasi Sekunder

Sirkulasi ini merupakan penghubung antara jalan primer dengan obyek wisata dan atraksi. Ukuran jalan ini hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan sepeda. Hal ini bertujuan untuk mengurangi polusi yang ditimbulkan kendaraan bermotor secara langsung terhadap kenyamanan lokasi obyek dan atraksi wisata. 47 Gambar 20 Diagram Pembagian Sirkulasi Konsep Aktivitas dan Fasilitas a. Konsep Aktivitas Aktivitas yang dikembangkan dalam perencanaan ini mengacu kepada jenis obyek dan daya tarik wisata yang terdapat didalamnya, namun tetap memperhatikan keberlanjutannya. Selain itu aktivitas yang dikembangkan juga turut mengacu kepada preferensi dan kebutuhan masyarakat setempat dan ahli berdasarkan metode wawancara yang telah dilakukan sebelumnya bersama dengan 7 orang perwakilan dari instansi yang dianggap sebagai stakeholder dalam pengembangan Kawasan Danau Maninjau. Kegiatan yang akan direncanakan merupakan pengembangan dari aktivitas masyarakat lokal yang telah ada di Kawasan Danau Maninjau seperti perikanan, pertanian, budaya, dan kesenian . Secara keruangan, konsep aktivitas dibagi berdasarkan area wisata darat dan danau. Aktivitas yang dikembangkan untuk area wisata darat lebih didominasi oleh kegiatan-kegiatan wisata olahraga, menikmati alam, jalan-jalan, wisata budaya, dan interpretasi alam. Sedangkan pengembangan aktivitas area wisata danau cenderung lebih menekankan kepada kegiatan yang bersifat olahraga air dan kebudayaan masyarakat.

b. Konsep Fasilitas

Fasilitas yang dikembangkan dalam perencanaan lanskap wisata alam Danau Maninjau dibagi menjadi fasilitas interpretasi dan fasilitas pendukung wisata. Fasilitas interpretasi merupakan media yang berguna untuk mengedukasi pengunjung dan wisatawan mengenai ekologi yang terdapat di Danau Maninjau, seperti papan interpretasi, jalur interpretasi, dan gedung informasi. Sedangkan fasilitas pendukung wisata merupakan obyek-obyek yang berguna untuk memberikan keamanan dan kenyamanan selama pengunjung berada didalam kawasan. 48 Penempatan fasilitas yang akan dibangun tidak boleh mengganggu kealamian obyek dan atraksi, terlebih jika merusak obyek. Penggunaan material dalam pembuatan fasilitas hendaknya disesuaikan dengan material lokal yang dominan terdapat disekitar danau. Penggunaan fasilitas-fasilitas ini diharapkan mampu memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung dan wisatawan selama berada di dalam kawasan. Perencanaan Lanskap Rencana Ruang, Aktivitas,dan Fasilitas Mengacu kepada konsep ruang yang telah disusun sebelumnya, selanjutnya ruang yang telah disusun tersebut dibagi menjadi sub-sub ruang untuk lebih mempermudah dalam menentukan aktivitas dan fasilitas apa saja yang akan dilangsungkan didalamnya. Pengembangan rencana ruang yang telah disusun dan dizonakan, direncanakan untuk tidak merubah tatanan pemukiman dan lahan produktif yang telah ada, seperti sawah dan perkebunan rakyat, tetapi justru berusaha mengembangkan obyek-obyek tersebut agar lebih produktif kedepannya dengan pengembangan ini. Pengembangan ruang untuk kegiatan wisata alam disusun pada gambar 21. Zona yang diberi warna hijau tua merupakan kawasan hutan eksisting di Kawasan Danau Maninjau dan merupakan Kawasan Cagar Alam Maninjau Utara- Selatan yang pada dasarnya keberadaan kawasan ini dapat menjadi nilai lebih untuk kegiatan wisata alam. Delineasi ruang inti kegiatan wisata alam dilakukan berdasarkan analisis kesesuaian fisik kawasan dengan nilai kepekaan fisik yang rendah. Ruang penerimaan Kawasan Wisata Alam Danau Maninjau yang sekaligus menjadi ruang penerimaan Kecamatan Tanjung Raya dipilih didasari kepada akses keluar-masuk kendaraan yang tersedia, yaitu di Nagari Maninjau dan dekat Taman Wisata Muko-Muko. Sedangkan ruang transisi didelineasi berdasarkan persebaran akomodasi yang paling tinggi, yaitu di Nagari Maninjau.