65
berarti secara tidak langsung akan membekukan kegiatan usaha yang selama ini dijalankan oleh CV.
Dengan kata lain pihak pesero CV. Sejahtera akan memilih salah satu badan usaha yakni PT dengan konsekuensinya membekukan kegiatan usaha yang dijalankan
CV yang berarti sama dengan membubarkannya.
2. Prosedur Yang ditempuh dalam perubahan status badan usaha CV menjadi
badan hukum PT
a. Berakhirnya
Commanditaire Venootschap CV
Mengingat, perseroan komanditer pada hakikatnya adalah Firma, maka berakhirnya suatu firma juga berlaku terhadap perseroan komanditer. Cara
berakhirnya persekutuan komanditer, merujuk pada ketentuan Pasal 31 KUHD, dimana perseroan berakhir karena:
a. berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar akta
pendirian; b.
sebelum berakhir jangka waktu yang ditetapkan akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu;
c. akibat perubahan anggaran dasar.
Pendirian sebuah perseroan komanditer yang didasarkan pada akta otentik, maka untuk pembubaran juga didasari dengan akta pembubaran akta otentik.
Konsekuensi logis dari pembubaran perseroan, adalah bentuk pertanggung jawaban atau pemberesan. Pemberesan meliputi segala keuntungan maupun keriguan
yang diperoleh perseroan. Pembagian didasari pada anggaran dasar, namun apabila
Universitas Sumatera Utara
66
ada hal-hal tertentu yang tidak diatur atau tidak cukup diatur dalam anggaran dasar maka ketentuan Pasal 1633-1635 KUHPerdata dapat diberlakukan.
Sebelum melaksanakan pertanggung jawaban atau pemberesan, harus menyelesaikan terlebih dahulu perikatan yang telah terjadi antara para pengurus CV
dengan pihak ketiga untuk mengetahui hak dan kewajiban CV yang ada dengan cara melakukan pengumuman terlebih dahulu melalui Surat Kabar berskala Nasional dan
Daerah, agar khalayak rame mengetahui rencana pembubaran tersebut. Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan perdata
Pasal 16 KUH Dagang, maka mengenai berakhirnya persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata dan persekutuan firma Pasal 1646 sd 1652
KUH Perdata Sebab-sebab bubarnyaberakhirnya persekutuan perdata diatur di dalam pasal
1646 KUH Perdata, yang berbunyi sebagai berikut, persekutuan perdata bubar karena:
54
a. lampaunya waktu untuk mana persekutuan perdata itu didirikan, b. musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas pokok
persekutuan perdata itu. c. Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
d. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau dibawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
54
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2007, hal 39.
Universitas Sumatera Utara
67
b. Pemberesan Karena berakhirnya
Commanditaire Venootschap CV
Bila sebuah persekutuan perdata bubar, itu tidak berarti bahwa persoalan persekutuan perdata itu sudah selesai. Pada saat bubarnya persekutuan perdata itu
masih banyak persoalan yang harus diselesaikan, misalnya utang-utang yang belum dibayar lunas, piutang-piutang yang belum ditagih, harta kekayaan yang belum
diinvetarisasi dll,
penyelesaian ini
disebut dengan
pemberesan dan
yang melaksanakan pemberesan ini disebut dengan pemberes.
Pemberes itu biasanya ditunjuk oleh anggaran dasar dari persekutuan perdata yang bersangkutan, kalau
anggaran dasar tidak menunjuk maka, maka yang menunjuk pemberes ialah rapat sekutu yang terkhir. Kalau rapat ini tidak ada, maka
pengurus yang terkhirlah yang harus melakukan.
55
Adapun tugas pemberes itu sebagai berikut : a.
Menginvetarisasi harta kekayaan persekutuan perdata yang bersangkutan . b.
Menagih semua piutang persekutuan dari debiturnya. c.
Melakukan hak reklame pada barang-barang yang masih ada ditempat pihak ketiga.
d. Membayar semua tagihan-tagihan kreditur persekutuan termasuk tagihan
pemberes. e.
Membagi atas keuntungan kepada para sekutu yang masih berhak. f.
Pemberes dapat mewakili persekutuan dimuka dan diluar pengadilan.
55
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit, hal 44
Universitas Sumatera Utara
68
g. Pemberes memberikan laporan lengkap kepada pengurus yang membagi tugas.
56
c. Pengalihan asset
Commanditaire Venootschap CV menjadi asset Perseroan Terbatas PT
Dalam Pasal 1618 dikatakan bahwa tiap peserta harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan. Hal yang dimaksudkan disini adalah “pemasukan” inbreng.
Yang dimaksud dengan “pemasukan” inbreng bisa berwujud barang, uang atau tenaga, baik tenaga badaniah maupun tenaga kejiwaan pikiran. Adapun hasil dari
adanya pemasukan itu tidak hanya keuntungan saja, tetapi mungkin pula “kemanfaatan”, Pasal 1618 dikatakan bahwa tiap peserta harus memasukkan sesuatu
ke dalam persekutuan. Hal yang dimaksudkan disini adalah “pemasukan” inbreng. Yang dimaksud dengan “pemasukan” inbreng bisa berwujud barang, uang atau
tenaga, baik tenaga badaniah maupun tenaga kejiwaan pikiran. Adapun hasil dari adanya pemasukan itu tidak hanya keuntungan saja, tetapi mungkin pula
“kemanfaatan”. Telah dijelaskan diatas bahwa Modal perseroan dibedakan antara modal dasar,
modal ditempatkan atau modal dikeluarkan, dan modal disetor. Modal yang disetor Paid up Capital, adalah saham yang telah dibayar penuh
kepada perseroan yang menjadi penyertaan atau penyetoran modal riil yang telah dilakukan oleh pendiri maupun pemegang saham perseroan.
56
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit, hal 44
Universitas Sumatera Utara
69
Penyetoran atas saham pada Perseroan Terbatas PT dilakukan pada saat pendirian atau sesudah perseroan memperoleh pengesahan sebagai badan hukum dari
Menteri Kehakiman. Dalam Perseroan Terbatas PT dikenal juga penyetoran atas saham dalam
bentuk lain yang dilakukan sesudah pengesahan perseroan disahkan sebagai badan hukum, dilakukan dengan persetujuan RUPS atau organ lain selain dalam bentuk
uang disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, status, tempat kedudukan dan lain-lain yang dianggap perlu demi kesejahteraan mengenai
penyetoran tersebut.
57
Penyetoran atas
saham dalam
bentuk benda
tidak bergerak
immovablesonroerende goederenzaken harus diumumkan dalam dua surat kabar harian, dengan maksud agar diketahui oleh umum dan memberi kesempatan kepada
pihak yang berkepentingan untuk dapat mengajukan keberatan atas penyerahan benda tidak bergerak tersebut sebagai setoran saham. Pengumuman mengenai penyetoran
tersebut dilakukan melalui surat kabar harian berbahasa Indonesia dengan peredaran nasional. Pengumuman tersebut memuat jumlah penyetoran atas saham dalam bentuk
benda tidak bergerak serta rinciannya sebagaimana yang dimaksudkan diatas. Penyetoran atas saham dalam bentuk lain dicatat dalam Daftar Pemegang Saham.
58
Penyetoran atas saham dalam bentuk lain adalah merupakan pemasukan dalam perusahaan berdasarkan Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997 tentang pendaftaran tanah menyebutkan Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam
perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh
PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
57
I.G Widjaya Rai, Op.Cit, hal 182
58
I.G Widjaya Rai, Ibid, hal 182
Universitas Sumatera Utara
70
Telah dijelaskan diatas bahwa PT mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya, yang berarti apabila dilakukan perbuatan hukum
penyetoran atas saham dalam bentuk lain, baik itu benda bergerak atau benda tidak bergerak
adalah merupakan
bahwa PT
tersebutlah yang
akan beralih
kepemilikanmemiliki atas benda bergerak atau benda tidak bergerak tersebut. Sebagaimana yang telah diatur Pasal 584 KUHPerdata perihal cara
memperoleh Hak disebutkan bahwa, Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena
daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata
untuk pemindahan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.
Dengan Akta Penegasan Keputusan Rapat Perseroan Terbatas PT, Sinar
Halomoan nomor 17 tanggal 14 Juni 2011, memberikan persetujuan Komisaris kepada Direktur untuk mengambil alih seluruh asset CV Sejahtera baik barang
bergerak maupun barang tidak bergerak untuk kepentingan perseroan sejumlah 39.785.119.515,- tiga puluh sembilan milyar tujuh ratus delapan puluh lima juta
seratus sembilan belas ribu lima ratus lima belas rupiah, Untuk keperluan itu diberi persetujuan,
diberikan hak dan wewenang menghubungi segala pihak, menghadap dimana perlu, memberikan keterangan
keterangan, menandatangani
segala surat
surat yang
berkaitan dengan
pengambilalihan asset asset CV Sejahtera
tersebut dihadapan pejabat yang
Universitas Sumatera Utara
71
berwenang untuk itu serta melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu dan berguna demi tercapainya maksud dan tujuan persetujuan, tanpa ada yang
dikecualikan. Pengalihan asset CV Sejahtera menjadi asset PT. Sinar Halomoan dilakukan
dengan Akta Pengalihan Hak Atas Asset CV . Sejahtera nomor 19 tanggal 15 Juni 2011
dengan asset
berupa aktiva
dan pasifa
yang dialihkan
sebesar Rp.39.785.119.515,- tiga puluh sembilan milyar tujuh ratus delapan puluh lima juta
seratus sembilan belas ribu lima ratus lima belas rupiah yang berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Pengalihan asset CV Sejahtera menjadi asset PT. Sinar Halomoan dilakukan dengan Akta Pengalihan Hak Atas Asset CV . Sejahtera nomor 19 tanggal 15 Juni
2011 dan Akta Penegasan Keputusan Rapat Perseroan Terbatas PT, Sinar Halomoan nomor 17 tanggal 14 Juni 2011, untuk memberikan persetujuan Komisaris kepada
Direktur untuk mengambil alih seluruh asset CV Sejahtera baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak
Menurut pendapat penulis seharusnya terhadap akta akta tersebut untuk kepentingan perseroan didalam peningkatan modal PT. Sinar Halomoan, diambil
langkah-langkah sebagai berikut: a.
Membuat Akta peningkatan modal dasar PT. Sinar Halomoan dari Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah ditambah Rp. 39.785.119.515,- tiga puluh
sembilan milyar tujuh ratus delapan puluh lima juta seratus sembilan belas ribu lima ratus lima belar rupiah sehingga menjadi Rp. 39.935.119.515,- tiga puluh
Universitas Sumatera Utara
72
sembilan milyar sembilan ratus tiga puluh lima juta seratus sembilan belas ribu lima ratus lima belas rupiah hal ini dikarenakan sisa modal dalam simpanan
perseroan hanya sebesar Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah atau 300 lembar saham, sedangkan jumlah saham baru yang akan disetor sebesar Rp.
39.785.119.515,- tiga puluh sembilan milyar tujuh ratus delapan puluh lima juta seratus sembilan belas ribu lima ratus lima belar rupiah, sesuai dengan UU PT
pasal 33 ayat 1 menyebutkan paling sedikit 25 dua puluh lima prsen dari modal dasar sebagaimana dimaksud Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor
penuh, yang berarti modal dasar tersebut dapat ditingkatkan yang besarnya 4 kali lebih besar dari Rp. 39.935.119.515,- tiga puluh sembilan milyar sembilan ratus
tiga puluh lima juta seratus sembilan belas ribu lima ratus lima belas rupiah. b.
Meningkatkan modal disetor dari Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah atau 300 lembar saham dengan menunjuk atau menetapkan pemegang
saham yang telah pada PT. Sinar Halomoan yaitu Sdr. H Rajamin Hasibuan, Sdr. Putra Mahkota Alam Hasibuan dan menambah pemegang saham baru yaitu Sdr,
Bomertua Hasibuan, sesuai dengan perbandingan pemilikan asset CV Sejahtera berdasarkan Neraca aktiva pasiva yang telah dialihkan ke PT. Sinar Halomon.
c. Akta peningkatan modal dasar dan modal disetor dengan cara penyertaan harta
kekayaan CV Sejahtera diatas perlu mendapat persetujuan dari Kementerian Hukum Dan Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 21 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
73
d. Pelaksanaan eksekusi atas perlihan hak tanah atas untuk masing masing pemilik
atas sertifikat yang terdapat pada pengalihan asset CV Sejahtera kepada PT Sinar Halomoan belum dilakukan dengan Akta Pemasukan dalam Persero yang dibuat
dihadapan PPAT yang berwenang dan atas pelaksanaan tersebut tunduk pada ketentuan Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
pendaftaran tanah menyebutkan Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam
perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang
dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku, dan selanjutnya atas sertifikat tersebut dibaliknama ke
atas nama PT Sinar Halomoan. e.
Adapaun atas aset lainnya berupa barang bergerak dibuatkan dokumen transaksi bahwa aset aset lainnya telah diserahkan.
Prosedur pengalihan asset dari CV kepada PT harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang PT. langkah pertama
pengalihan asset tersebut adalah dengan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS untuk meminta persetujuan para persero dalam pengalihan asset dari CV
kepada PT sebagaimana diketahui dalam PT, RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris
Universitas Sumatera Utara
74
dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang PT Nomor 40 Tahun 2007 danatau anggaran dasar PT.
59
Sesuai dengan namanya RUPS merupakan termin dimana para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan PT. RUPS
merupakan salah satu organ dari perseroan disamping direksi dan komisaris. Bila dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, RUPS adalah organ perseroan yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.
Ketentuan mengenai RUPS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah perseroan terbatas telah dihilangkan didalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 kedudukan RUPS sebagai salah satu organ perseroan adalah sama dengan organ perseroan adalah sederajat yang membedakan antara ketiga organ
perseroan tersebut adalah soal pembagian wewenang menurut Undang-Undang 40 Tahun 2007, RUPS memiliki wewenang yang tidak dimiliki oleh direksi danatau
komisaris. Dengan kata lain RUPS mempunyai wewenang yang telah diberikan kepada Direksi atau Dewan Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang
ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PT, danatau anggaran dasar. Hal ini sesuai dengan Pasal 75 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007. Pasal 75 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 berbunyi, “Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang
berkaitan dengan perseroan dari Direksi danatau Dewan Komisaris, sepanjang
59
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas, Permata Aksara, Jakarta, 2012, hal 111.
Universitas Sumatera Utara
75
berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan”. Pasal 75 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 berbunyi,
“RUPS dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali semua pemegang saham hadir danatau diwakili dalam RUPS dan menyetujui penambahan
mata acara rapat”. RUPS terdiri dari RUPS tahunan dan RUPS lainnya, RUPS tahunan wajib
diadakan dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan setelah tahun buku berakhir. RUPS tahunan ini dapat diajukan dengan permintaan 1 satu orang atau
lebih pemegang saham atau Dewan Komisaris. Dalam RUPS tahunan, harus diajukan semua dokumen dan laporan tahunan. Isi laporan tahunan adalah harus memuat
sekurang-kurangnya : a.
Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampaui dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan
laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus Kas dan laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan tersebut.
b. Laporan mengenai kegiatan perseroan.
c. Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
d. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan
usaha perseroan. e.
Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau.
f. Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
Universitas Sumatera Utara
76
g. Gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan
bagi anggota Dewan Komisaris perseroan untuk tahun yang baru lampau.
60
Sedangkan RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan perseroan. Dalam praktek yang dimaksud dengan RUPS lainnya
sebagai RUPS luar biasa. Penyelenggaraan RUPS lainnya dapat dilakukan atas permintaan :
a. 1 satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 110
satu per sepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil atau;
b. Dewan Komisaris.
Permintaan untuk mengadakan RUPS lainnya diajukan kepada Direksi dengan surat tercatat disertai dengan alasan permintaan tersebut tembusannya disampaikan
kepada Dewan Komisaris terhadap permintaan RUPS ini. Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 lima belas hari terhitung
sejak tanggan permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal ini Direksi tidak melakukan RUPS dalam waktu 15 lima belas hari sejak tanggal permintaan
penyelenggaraan RUPS diterima, maka : a.
Permintaan penyelenggaraan RUPS diajukan kembali kepada Dewan Komisaris atau;
b. Dewan Komisaris melakukan pemanggilan sendiri RUPS.
60
Arisitus Amanat, Perubahan Undang-Undang PT dan Penerapannya dalam Akta Notaris, Rajawali Press, Jakarta, 2009, hal 46.
Universitas Sumatera Utara
77
RUPS yang diselenggarakan Dewan Komisaris berdasarkan panggilan RUPS hanya membicarakan masalah yang tercantum dalam surat tercatat sebagaimana yang
diajukan kepada Direksi. Hal ini tercantum dalam Pasal 79 ayat 9 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PT. RUPS memiliki wewenang diantaranya adalah
sebagai berikut : 1.
Mengesahkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri untuk kepentingan perseroan yang belum didirikan setelah perseroan menjadi badan hukum menjadi
tanggungjawab perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
2. Menetapkan perubahan anggaran dasar Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007. 3.
Menyetujui pemegang saham dari kreditur lainnya yang mempunyai tagihan terhadap perseroan menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban
penyetoran atas harga saham yang diambilnya Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
4. Menyetujui pembelian kembali saham atau pengalihannya lebih lanjut Pasal 38
ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007. 5.
Menyerahkan kewenangan
kepada Dewan
Komisaris guna
menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS sebagaiman dimaksud dalam Pasal 38 ayat 1
untuk jangka waktu paling lama 1 satu tahun. 6.
Menyetujui penambahan modal perseroan Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
78
7. Memutuskan pengurangan modal perseroan Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007. 8.
Menyetujui rencana kerja perseroan Pasal 64 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
9. Mengesahkan neraca dan laporan laba rugi dan laporan keuangan perseroan
untuk diumumkan dalam 1 satu surat kabar, Pasal 68 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
10. Memutuskan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
11. Mengatur tata cara pengambilan deviden yang telah dimasukkan ke dalam cadangan khusus untuk deviden yang tidak diambil dalam jangka waktu 5 lima
tahun terhitung sejak tanggal yang ditetapkan untuk pembayaran deviden lampau, Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
12. Memutuskan pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota Direksi dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua orang anggota Direksi Pasal 92
ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. 13. Mengangkat anggota Direksi Pasal 94 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007. 14. Menetapkan gaji dan tunjangan anggota Direksi Pasal 96 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
79
15. Memberikan persetujuan kepada Direksi untuk mengalihkan kekayaan perseroan atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan Pasal 102 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007. 16. Memberhentikan anggota Direksi sewaktu-waktu Pasal 105 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007. 17. Mengangkat, menggantikan dan memberhentikan anggota dewan komisaris
Pasal 111 ayat 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. 18. Menetapkan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota dewan komisaris
Pasal 113 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. 19. Menyetujui
penggabungan, peleburan,
pengambilalihan atau
perusahaan perseroan Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
20. Memutuskan pembubaran perseroan terbatas Pasal 142 ayat 1 huruf a Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007.
.
.
Universitas Sumatera Utara
80
BAB III AKIBAT HUKUM PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA CV MENJADI
BADAN HUKUM PT TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK YANG TELAH DIIKAT OLEH CV
A. Perjanjian Kredit Bank
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan, untuk memperoleh
pengertian yang lebih mendalam mengenai pengertian hukum perbankan tidaklah cukup hanya dengan memberikan suatu rumusan yang demikian oleh karena itu perlu
dikemukakan beberapa pengertian hukum perbankan dan para ahli hukum perbankan. Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah sebagai kumpulan
peraturan hukum yang mengatur kegiatan keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksitensinya serta hubungannya dengan bidang kehidupan
yang lain.
61
Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah sebagai kumpulan wadah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin
dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus
dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak,kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa
yang boleh dan tidak dilakukan oleh Bank, eksistensi perbankan dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan.
62
Dari beberapa pengertian mengenai hukum perbankan di atas, maka pada prinsipnya dapat dirumuskan bahwa hukum perbankan adalah keseluruhan norma-
norma tertulis maupun norma-norma tidak tertulis yang mengatur tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan
61
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 7.
62
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal 14.
80
Universitas Sumatera Utara
81
usahanya. Berkaitan dengan pengertian ini, kiranya dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan norma-norma tertulis dalam pengertian di atas adalah seluruh
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Bank, sedangkan norma yang tidak tertulis adalah hal-hal atau kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam
praktek perbankan. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan ditentukan
bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa lembaga perbankan mempunyai peranan penting dan
strategis tidak saja dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, tetapi juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
Dalam Pasal 1 butir 11 UU Nomor 10 Tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu
dengan pemberian
bunga. Berdasarkan
pengertian di
atas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang
diberikan kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Berkaitan dengan pengertian kredit di atas, menurut ketentuan Pasal 1 butir 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 722005 tentang penilaian kualitas aktiva Bank
Universitas Sumatera Utara
82
Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk :
a. Cicilan overdraff, yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari,
b. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang, c. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. Unsur-unsur kredit yang
paling esensial adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditur terhadap nasabah peminjam sebagai debitur. Kepercayaan tersebut timbul karena
dipenuhinya sejak ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur jelasnya tujuan perumusan kredit, adanya benda jaminan atau agunan dan
lain-lain. Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi “credere” artinya percaya,
Belanda : vertrouwen, Inggris : belive, trust or confidence, Kata “kredit” berasal dari bahasa latin “creditus”, yang merupakan bentuk past participle dari kata
“credere”, yang berarti to trust. Kata “Trust” itu sendiri berarti “kepercayaan. Dengan demikian sungguhpun kata “kredit “ sudah mengalami perkembangan
makna, tetapi dalam tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata “kredit” tetap mengandung unsur “kepercayaan” walaupun sebenarnya
kredit itu tidak hanya sekedar kepercayaan.
63
Atas suatu pelepasan kredit oleh bank kepada nasabahnya, pertama tama akan selalu dimulai dengan permohonan kredit oleh nasabah yang bersangkutan. Apabila
bank menganggap permohonan tersebut layak untuk diberikan, maka untuk dapat terlaksana pelepasan kredit tersebut terlebih dahulu haruslah dengan diadakannya
63
Martin Roestamy, Op.Cit, hal 23
Universitas Sumatera Utara
83
suatu persetujuan atas kesepakatan dalam bentuk perjanjian kredit atau pengakuan hutang.
64
Dalam KUHPerdata ternyata tidak terdapat suatu bentuk hubungan hukum khusus atau lembaga perjanjian khusus yang namanya “Perjanjian Kredit Bank”, Oleh
karena itu penetapan mengenai bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur, yang disebut “Perjanjian Kredit Bank” itu, harus digali dari sumber-sumber di
luar KUHPerdata
65
Perjanjian kredit PK menurut Hukum Perdata Indonesia merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga
KUHPerdata. Dalam bentuk apa pun juga pemberian kredit itu diadakan pada hakikatnya merupakan salah satu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur
dalam Pasal 1757 sampai 1769 KUHPerdata. Namun demikian dalam praktek perbankan modern, hubungan hukum
dalam kredit tidak semata-mata
berbentuk hanya
perjanjian pinjam
meminjam saja melainkan adanya campuran dengan bentuk perjanjian yang
lainnya seperti perjanjian pemberian kuasa, dan perjanjian lainnya. Dalam bentuk yang campuran demikian maka selalu tampil adanya suatu jalinan diantara
perjanjian yang terkait tersebut.
64
Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal 138.
65
Sjahdeni Remi Sutan, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia IBI, Jakarta, 1993,
hal.155 .
Universitas Sumatera Utara
84
Menurut Mariam Darus Badrulzaman,
66
Perjanjian kredit bank adalah “Perjanjian Pendahuluan” voorovereenkomst
dari penyerahan uang. Perjanjian Pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima
pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian ini bersifat konsensuil pacta de contrahendo obligator. “Penyerahan uangnya” sendiri
adalah bersifa riil. Pada saat penyerahan uang dilakukan, barulah berlaku ketentuan yang dituangkandalam model perjanjian kredit bagi kedua pihak.
Divisi Hukum PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk merumuskan
bahwa Perjanjian Kredit PK adalah perjanjian tertulis yang harus dibuat oleh
bank sebagai kreditor pemberi kredit dan nasabah sebagai debitor sebagai penerima kredit atas setiap pemberiaan kredit yang memuat kesepakatan tentang hak-hak dan
kewajiban bank dan penerima kredit.
67
Dalam praktek perbankan, yang menjadi dasar hukum perjanjian kredit adalah unsur kesepakatan konsensualisme yang tertuang dalam perjanjian antara bank
dengan debitor, azas kebebasan berkontrak partij otonoms, azas itikad baik good faith, azas setiap janji harus dipatuhi pacta sunt servanda dan azas kehati hatian
prudential merupakan pisau hukum yang menjaga keseimbangan para pihak untuk saling memberikan perlindungan, baik kreditur baupun debitur secara bertimbal
balik.
68
Dalam praktek perbankan di Indonesia, bank-bank membuat perjanjian kredit dengan 2 bentuk atau cara yaitu :
69
1. Perjanjian kredit berupa akta di bawah tangan
2. Perjanjian kredit berupa akta notaris.
Perjanjian kredit yang dibuat baik dengan akta dibawah tangan maupun akta notaris, pada umumnya dibuat dangan bentuk perjanjian baku yaitu dengan cara
kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan pihak nasabah menandatangani suatu perjanjian yang sebelumnya telah dipersiapkan isi atau klausul-klausulnya oleh bank
dalam sutatu formulir tercetak . Dalam hal perjanjian kredit bank dibuat dengan akta
66
Sjahdeni Remi Sutan, Ibid, hal 156
67
Divisi Hukum, PT. Bank Negara Indoneisa Tbk, Hukum Perkreditan, Untuk kalangan sendiri, 2002, hal 1
68
Martin Roestamy, Op.Cit, hal 26
69
Sjahdeni Remi Sutan, Op cit hal 182
Universitas Sumatera Utara
85
notaris, maka bank akan meminta notaris berpedoman kepada model perjanjian kredit dari bank yang bersangkutan. Notaris diminta untuk mempedomani klausul-klausul
dari model perjanjian kredit bank yang bersangkutan.
1. Komposisi Perjanjian Kredit