Karakteristik Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Semen Segar

Hasil evaluasi semen segar merupakan pemeriksaan awal semen yang dijadikan dasar untuk menentukan kelayakan semen yang akan diproses lebih lanjut Ginzburg, 1972. Volume ejakulat pada hewan ternak dipengaruhi oleh breeding, ukuran badan, tingkatan umur, frekuensi, metode penampungan dan kondisi lingkungan Toelihere, 1981. Sedangkan pada ikan, volume ejakulat dipengaruhi oleh umur, bobot, frekuensi dan kondisi lingkungan Billard, 1995. Tabel 1. Kualitas semen segar ikan. Karakteristik Jenis Ikan Mas Patin Makroskopis Volume ml 1,27 ± 0,47 1,23 ± 0,21 Warna Putih susu Krem-putih susu Konsistensi Sedang Sedang-kental Gerakan massa 2,67 ± 0,58 3 ± 0 pH 7,23 ± 0,25 7,5 ± 0 Mikroskopis Motilitas 75 ± 5 78,33 ± 2,89 Konsentrasi 10 9 ml -1 11,08 ± 2,16 5,53 ± 3,57 Keterangan : Gerakan massa diambil berdasarkan nilai tingkat kekentalan sperma + = 1 ; ++ = 2 ; +++ = 3 Jumlah sampel pada masing-masing jenis ikan adalah tiga ekor. Pada hasil penelitian didapatkan volume spermatozoa ikan mas 1,27 ± 0,47 ml sedangkan pada ikan patin 1,23 ± 0,21 ml. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa volume spermatozoa kedua ikan tersebut hampir sama pada penelitian ini. Volume spermatozoa dapat dikaitkan dengan sex ratio pada ikan. Sex ratio adalah seberapa banyak perbandingan spermatozoa antara induk jantan dengan sel telur induk betina yang memijah untuk menghasilkan bibit yang optimal. Perbedaan volume semen juga dapat mengindikasikan sex ratio yang dibutuhkan pada ikan jantan dan betina. Salah satu faktor berhasil tidaknya suatu proses pembuahan bergantung pada perbandingan spermatozoa dengan sel telur. Warna semen ikan mas adalah putih susu Tabel 1 dan warna semen ikan patin adalah krem-putih susu. Warna krem pada semen mamalia disebabkan oleh pengaruh riboflavin yang disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan dibawakan oleh suatu gen autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas Toelihere, 1981, pada semen ikan patin ditemukan warna krem, namun itu bukan merupakan akibat adanya riboflavin, karena riboflavin hanya ditemukan pada spermatozoa mamalia. Warna krem diduga disebabkan karena adanya pencampuran dengan feses atau lendir yang keluar dari kulit ikan pada saat pengambilan sperma. Konsistensi semen yang didapatkan berkisar sedang pada ikan mas, dan kental ke sedang pada ikan patin. Tebal tipisnya nilai gerakan massa sperma dilihat dari seberapa banyak spermatozoa yang terlihat pada mikroskop yang diamati pada 7 sampai 10 lapang pandang, dengan menilai gerakan spermatozoa apakah bergerak secara individu atau secara kelompok yang padat. Menurut Toelihere 1981 Nilai gerakan massa +++ adalah sangat baik, terlihat gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat berpindah-pindah tempat. Nilai ++ adalah jika terlihat gelombang- gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban. Nilai + adalah jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individual aktif progresif, dan nilai - adalah jika hanya sedikit atau tidak ada gerakan-gerakan individual. Penilaian gerakan massa pada pemeriksaan makroskopis gerakan massa diperoleh rataan sebesar 2,67 +++++ pada ikan mas dan 3 +++ pada ikan patin yang mengindikasikan sperma ikan patin lebih bergerak aktif rough dibandingkan sperma ikan mas. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dengan gerakan massa yang lebih aktif, maka spermatozoa pada ikan patin mempunyai daya gerak yang lebih aktif dan dapat memaksimalkan pergerakan untuk proses pembuahan ke sel telur daripada ikan mas. Persentase spermatozoa yang motil progresif merupakan parameter kuantitas spermatozoa sebagai ukuran kesanggupan membuahi sel telur. Dari hasil penelitian diperoleh sperma motil ikan mas sebesar 75 ± 5 , dan 78,33 ± 2,89 pada ikan patin, data tersebut menunjukkan persentase kesanggupan sperma ikan patin dalam membuahi sel telur lebih besar pada penelitian ini. Penilaian konsentrasi atau jumlah spermatozoa per mililiter semen menggambarkan sifat-sifat semen dan digunakan sebagai kriteria penentuan kuantitas semen. Perbedaan volume semen bergantung kepada keadaan gonad individu ikan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pembedahan pada gonad ikan, sehingga diduga ikan yang diteliti berada pada tingkat kematangan gonad 3 atau 4, hal ini dikarenakan pada tingkat 1 atau 2, jika dilakukan stripping pada ikan sperma akan keluar namun kemungkinan sedikit ataupun keluar bersamaan dengan darah. Nilai pH pada pengamatan berada pada kisaran antara 7,23 pada spermatozoa ikan mas dan 7,5 pada ikan patin sedangkan pada ikan hake Merluccius merluccius, yaitu 7,6 ± 0,1 Groison et al., 2010. Nilai tersebut masuk ke dalam kisaran pH netral. Pada hasil penelitian diperoleh konsentrasi spermatozoa ikan mas sebesar 11,08 ± 2,16 x 10 9 ml -1 dan konsentrasi spermatozoa ikan patin sebesar 5,53 ± 3,57 x 10 9 ml -1 sebagai pembanding, konsentrasi spermatozoa pada ikan cod Atlantik Gadus morhua adalah 3,92 ± 0,74 sampai 29,07 ± 11,76 x 10 9 spermatozoa ml -1 Rakitin et al., 1999 dan pada penelitian yang dilakukan Tvedt et al,. 2000 konsentrasi spermatozoa pada ikan Hippoglossus hippoglossus berkisar antara 200 x 10 9 sampai 600 x 10 9 spermatozoa ml -1 . Konsentrasi spermatozoa dipengaruhi oleh kematangan seksual ikan jantan, kualitas pakan, kesehatan reproduksi, besar testis, umur, musim dan perbedaan geografis Salisbury and Van Demark, 1961. Pada usaha pembiakan ikan maupun alam bebas, faktor biotik dan non abiotik mempengaruhi kualitas sperma dan bergantung pada interaksi genetik, fisiologi dan faktor-faktor lingkungan yang kompleks Rurangwa et al., 2004.

4.2. Morfologi Spermatozoa