Morfometri Spermatozoa Teknik Pewarnaan

2.2.4. Morfometri Spermatozoa

Morfometri spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: teknik fiksasi, teknik pewarnaan, handling semen, kualitas mikroskop dan ketrampilan personal Toelihere, 1981. Pengamatan morfometri spermatozoa dapat dilakukan dengan menggunakan metode manual yaitu dengan teknik fiksasi dan pewarnaan, sedangkan pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras yang dilengkapi dengan micrometer. Adapun metode terbaru untuk mengamati morfometri spermatozoa adalah dengan metode Automated Sperm Morphometry Analysis ASMA, dengan menggunakan sistem ini akan memberikan hasil yang akurat dan lebih mudah Cabrita et al,. 2008 . Akan tetapi metode ini sangat mahal dan belum dapat diaplikasikan di Indonesia. Gambar 2. Morfometri spermatozoa: a. panjang kepala; b. lebar kepala; c. areal kepala; d. ekor bagian tengah; e. ekor bagian utama. Salisbury and Van Demark, 1961. Ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada setiap jenis hewan, namun memiliki struktur morfologis hampir sama. Panjang dan lebar spermatozoa sapi, domba dan babi berkisar antara 8.0-10 µm x 4.0-4.5 µm, tebal kepala berkisar 0.5-1.5 µm pada semua jenis. Bagian tengah sperma mempunyai panjang 1.5-2 kali panjang kepala dengan panjang spermatozoa 35-45 µm. Panjang keseluruhan spermatozoa pada hewan peliharaan mencapai 50-70 µm Hafez, 1987.

2.2.5. Teknik Pewarnaan

Pewarnaan spermatozoa berfungsi untuk membantu proses pengamatan morfologi dan morfometri spermatozoa. Berbagai metode pewarnaan dapat dilakukan di lapangan. Laboratorium rujukan Departemen Klinik Divisi Reproduksi, Kebidanan Dan Kesehatan Ambing Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Pertanian Swedia merekomendasikan penggunaan metode pewarnaan Williams karena sediaan pengamatan hanya perlu dibuat preparat ulas dan difiksasi di udara sedangkan pewarnaan dan pengamatan dapat dilakukan di laboratorium. Metode lain yang direkomendasikan adalah fiksasi spermatozoa dalam larutan formol-saline. Hal yang perlu diperhatikan dalam fiksasi formol-saline adalah senyawa formic acid yang terbentuk akibat terlalu lama disimpan sehingga akan merusak sel sehingga pengamatan morfometri sebaiknya dilakukan sebelum enam bulan sejak sampel diambil Arifiantini, 2006. Formol-saline direkomendasikan sebagai media fiksasi spermatozoa yang baik karena memiliki kelebihan, antara lain: murah, pembuatannya mudah, memfiksasi lemak dengan baik, daya penetrasi yang baik dan tidak menyebabkan jaringan menjadi kering Arifiantini, 2006. Menurut Arifiantini 2006, pewarnaan dengan metode Williams merupakan serangkaian proses pewarnaan dengan zat warna dasar basic fuchsin dan eosin, basic fuchsin merupakan zat warna yang termasuk dalam golongan trifenil methan dan umum mewarnai sitoplasma.

III. METODOLOGI PENELITIAN