4.2. Morfologi Spermatozoa
Spermatozoa pada hewan mempunyai pola dasar yang sama, namun secara morfologi terdapat perbedaan-perbedaan tertentu yang menjadi
karakteristik bentuk
sperma pada
masing-masing spesies.
morfologi spermatozoa memiliki korelasi dengan fertilitas sehingga keberadaan
spermatozoa abnormal akan berpengaruh terhadap kemampuan jantan untuk membuahi betina. studi terhadap karakteristik morfologi spermatozoa sebaiknya
diikuti oleh kajian histologi pada organ kelamin jantan, khususnya testis Barth and Oko, 1989.
Morfologi spermatozoa ikan mas dan ikan patin diambil dari preparat yang telah diwarnai dengan pewarnaan Williams dan pengolahan gambar
dengan menggunakan perangkat lunak CorelDraw X4 dan dengan skala yang telah dikalibrasikan dengan lensa mikroskop pada perbesaran 100x.
a b
Gambar 4. Morfologi spermatozoa ikan patin a dan mas b. Gambar diatas menggunakan perbesaran 100x pada mikroskop, dapat
dibandingkan dengan ikan patin, bentuk kepala spermatozoa ikan mas cenderung lebih bulat, dan ekor yang lebih panjang. Struktur sperma ikan pada
umumnya terdiri dari kepala dan ekor sperma. Kepala sperma berbentuk cenderung ellips. Ekor sperma terdiri atas midpiece, principal piece, dan
endpiece. Pada kepala sperma terkandung DNA yang membawa sifat genetik dari induk serta enzim-enzim yang berperan sampai proses pembuahan pada sel telur
yang dihasilkan pada induk betina. Sedangkan pada ekor sperma midpiece terdapat sisa-sisa sitoplasma dan mitochondria yang cukup untuk menggerakkan
ekor sperma. Setelah proses spermatogenesis selesai, sperma akan tersimpan dalam testis. Pada wilayah temperate, spermatogenesis akan sempurna pada
akhir musim panas dan pemijahan terjadi pada musim semi tahun berikutnya, namun pada wilayah tropis, pemijahan pada ikan bisa berjalan sepanjang tahun
sesuai siklus hidupnya Billard, 1995. Umumnya kepala sperma pada gambar berbentuk nyaris bulat
sempurna, dengan ekor yang tidak menggulung kondisi tersebut dapat dikatakan normal. Namun jika dibandingkan dengan pustaka yang didapat, panjang ekor
sperma tersebut tidak sempurna atau tidak sesuai dengan panjang pada pustaka. Hal ini diduga karena putusnya sebagian ekor sperma yang disebabkan oleh
proses sentrifugasi yang bertujuan untuk memisahkan fase padatan dan cairan, karena melalui penelitian pendahuluan, jika tanpa proses sentrifugasi maka
spermatozoa menyebar terlalu soliter sehingga ketika proses pewarnaan, hanya sedikit sampel individu yang didapatkan. Pada penelitian ini, memakai metoda
Williams yang dimodifikasi dengan proses sentrifugasi pada sampel yang siap untuk diwarnai, hal tersebut dilakukan karena pada pewarnaan sebelumnya,
spermatozoa ikan yang sudah diwarnai tidak kelihatan secara jelas, maka perlu pengendapan spermatozoa. Namun hasil yang didapat pada gambar adalah
spermatozoa yang ekornya terputus pada bagian midpiece bagian ekor tengah sampai ke bagian ekor utama endpiece.
4.3. Morfometri Spermatozoa